• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA KELAPA

SAWIT

DI LAHAN GAMBUT

Oleh :

(2)

PENDAHULUAN

Perkebunan kelapa sawit belakangan ini sudah

meluas, sedangkan keberadaan lahan – lahan subur semakin terbatas. Untuk itu penggunaan lahan - lahan

marjinal dengan beberapa faktor pembatas sudah mulai

diperhitungkan, salah satu adalah lahan gambut.

Dengan demikian diperlukan cara pengolahan lahan

gambut yang benar untuk kebun kelapa sawit, sehingga

mendapatkan hasil yang optimal.

Tehnik pengolahan lahan gambut yang benar

mempengaruhi keberhasilan pembangunan perkebunan

kelapa sawit, mengingat lahan gambut merupakan lahan

yang memerlukan penanganan khusus.

Pedoman bergambar cara pengolahan lahan gambut

untuk perkebunan kelapa sawit ini diharapkan dapat

menjadi pegangan sehingga dapat memberikan produksi

yang optimal, serta meningkatkan potensi lahan gambut

(3)

1. Pengertian Tanah Gambut

Histosol atau Tanah gambut adalah tanah – tanah yang sebagian besar tersusun dari bahan organik,

dengan kandungan C-organik > 25 % atau tanah

yang memiliki lapisan bahan organik > 40 cm.

Gambut terbentuk dari serasah organik yang

terdekomposisi secara anaerobik dimana laju

pertambahan bahan organik lebih tinggi dibanding

laju dekomposisinya.

Di dataran rendah dan daerah pantai mula – mula terbentuk gambut topogen karena kondisi

anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi

permukaan air sungai, tetapi kemudian

penumpukan serasah tanaman yang semakin

bertambah menghasilkan pembentukan hamparan

gambut ombrogen yang terbentuk kubah (dome).

(4)

2. Jenis Lahan Gambut.

Gambut pada dasarnya terbagi kedalam 2 (dua)

jenis yaitu :

 Gambut topogen yaitu gambut yang terbentuk

karena pengaruh topografi. Gambut ini terbentuk

dalam depresi topografi rawa, baik dataran rendah

maupun pegunungan tinggi. Gambut topogen

relatif kaya akan unsur hara, karena adannya

sirkulasi hara mineral dari bagian bawahnya oleh

kegiatan akar – akar tanaman maupun pengaruh pasang surut sungai disekitarnya.

 Gambut ombrogen yaitu gambut yang terbentuk

karena pengaruh curah hujan yang airnya

tergenang. Gambut ombrogen terjadi setelah

terbentuknya gambut topogen, dimana sirkulasi

hara mineral hampir tidak terjadi, mengingat akar

tanaman tidak lagi mencapai tanah mineral

(5)

BENTANG LAHAN JENIS

GAMBUT MENURUT LOKASI

PEMBENTUKANNYA

Gambut Ombrogen

(6)

3. Ketebalan / Kedalaman Gambut

Gambut di lapangan terdiri dari beberapa

ketebalan yaitu :

- Dangkal / tipis 0.5 – 1.0 m - Agak dalam 1.2 – 2.0 m

- Dalam 2.0 – 3.0 m

- Sangat Dalam > 3.0 m

Pengukuran ketebalan / kedalaman gambut di

lapangan dapat dilakukan dengan cara

menusukkan kayu kedalam gambut sampai ujung

kayu menyentuh tanah mineral.

4. Kematangan Gambut

Berdasarkan tingkat kematangannya gambut

(7)

Tingkat Kematang

an

Ciri

Fibris Tanah gambut yang tingkat dekomposisinya masih tahap awal, ditandai dengan kandungan serat kasar yang masih domain.

Hemis Tanah gambut dengan tingkat dekomposisi sedang / menengah yaitu antara fibris dan sapris. Bahan tanah hemis sebagian besar terbentuk secara fisik maupun biokimia

(8)

SIFAT

SIFAT

GAMBUT

1. Sifat Fisik Gambut.

- Warna tanah pada umumnya coklat tua atau

kelam tergantung tahapan dekomposisinya.

- Kandungan air tinggi dan kapasitas memegang

air juga tinggi (15 – 30 x berat kering). - Porositas tinggi.

- Bulk density rendah.

- Mudah kering dan dalam keadaan kering sangat

ringan dan mudah lepas.

- Drainase jelek.

- Terletak diatas tanah alluvial, ada juga tanah

pasir di bawahnya.

2. Sifat Kimia Gambut.

- Bereaksi masam pH ≤ 3,5.

(9)

tanaman, karena ratio C/N yang tinggi juga

- Kandungan unsur hara Mg tinggi,

sementara P dan K rendah.

- Kandungan unsur hara mikro terutama Cu,

B, Zn sangat rendah.

- Daya sangga (buffering capacity) air tinggi

3. Sifat Lainnya

Gambut memiliki sifat kering tidak balik,

dimana gambut mudah kering dan dalam

keadaan kering gambut sangat ringan dan

mudah lepas. Dengan demikian gambut

memiliki potensi mudah terbakar apabila

(10)

1. Kelemahan Lahan Gambut.

- Reaksi masam pH < 3,5.

- Miskin unsur hara terutama unsur mikro.

- Jenuh air sepanjang tahun mengakibatkan berlangsungnya suasana reduksi.

- Bahan organik yang mentah di atas tanah mineral mengakibatkan perakaran tanaman sukar

menembus bagian bawah karena kekurangan oksigen.

- Tempat bersarangnya hama dan penyakit tanaman. - Drainasenya jelek.

- Kering tidak balik (irreversible drying). - Kesuburan rendah.

2. Keunggulan lahan Gambut

- Topografi datar. Setelah dipadatkan, penggunaan untuk pertanian lebih mudah dibandingkan areal

berbukit

- Struktur tanah spons.

- Kaya akan bahan organik.

- Dengan pengelolaan yang tepat lahan gambut memiliki potensi produksi yang tinggi untuk tanaman kelapa sawit.

KELEMAHAN DAN

KEUNGGULAN LAHAN

(11)

1. Pengukuran Awal.

Membuka lahan gambut untuk tanaman kelapa sawit

diperlukan tahap – tahap indentifikasi terhadap : - Jenis gambut

- Ketebalan gambut - Muka air tanah - Arah aliran tanah - Topografi

- Vegetasi

Jenis Gambut.

Identifikasi jenis gambut di lapangan meliputi

kematangan gambut dan jenis gambut tersebut (

Topogen dan Ombrogen ). Identifikasi kematangan

gambut di lapangan pada umumnya dilakukan

dengan meremas gambut dengan tangan.

KEGIATAN PENGUSAHA

KELAPA SAWIT PADA

(12)

Ketebalan Gambut.

identifikasi ketebalan gambut di lapangan biasannya

dilakukan dengan menusukkan kayu (± 5m) kedalam gambut hingga ujung kayu menyentuh tanah mineral.

Muka Air Tanah (Ground Water Table).

Pengelolaan tata air (Water management) merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pengusahaan lahan gambut. Pengelolaan tata air pada lahan gambut sebaiknya dengan mempertahankan muka air tanah 50 – 70 cm dari permukaan tanah. Hal ini dimaksudkan

untuk mempertahankan gambut agar tidak kering dan mudah terbakar. Untuk mempertahankan muka air tanah 50 – 70 cm dari permukaan tanah antara lain dapat

dilakukan dengan membuat pintu – pintu air darurat

Arah Aliran Air

Pengelolaan air pada lahan gambut dapat dilakukan dengan pembuatan parit – parit drainase dengan arah yang tepat.

Topografi

Pada umumnya pada lahan gambut memiliki topografi datar atau merupakan cekungan.

(13)

Vegetasi

Lahan gambut memiliki vegetasi yang beragam, namun

pada umumnya lahan gambut didominasi oleh vegetasi

hutan sekunder.

2. Rencana Kerja

 Desain kebun meliputi :

- Blok kebun

- Parit primer, sekunder dan tersier - Jalan produksi

- Jalur tanam - Jalan pikul

 Desain kebun yang baik akan mempermudah kegiatan

tahapan berikutnya.

 Gambut memiliki sifat penyusutan dan kering tidak balik

(irreversible drying), sehingga sebelum mereklamasi

lahan gambut perlu diketahui sifat spesifik gambut.

 Drainase yang baik untuk lahan gambut adalah drainase

yang tetap mempertahankan batas air kritis gambut.

Usaha perbaikan drainase dilakukan dengan pembuatan

(14)

3. Blok Kebun Dan Parit (Primer, Sekundr Dan Tersier)

30 ha

Parit Sekunder

Parit Sekunder

Pa

rit Prime

r

Pa

rit Prime

r

(15)

4. Spesifikasi Parit

Pembuatan parit atau sistem drainase pada lahan gambut pada prinsipnya adalah pengelolaan muka air tanah dengan

mempertahankan permukaan air 50 – 70 cm dari permukaan tanah.

Jenis

Lebar ( meter )

Atas Bawah Kedalaman

Parit Primer 4.8 2.4 1.8

Parit Skunder 2.4 1.8 1.2

(16)

5. Jaringan Jalan

30 ha

Parit Sekunder

Parit Sekunder

Pa

rit Prime

r

Pa

rit Prime

r

300 M 1.000 M

Jembatan Jalan Produksi Jembatan

(17)

Jalan merupakan sarana penting dalam perkebunan kelapa sawit. Pembangunan jalan pada lahan

gambut sering sekali menemui banyak kendala. Kendala utama pembangunan jalan pada lahan gambut adalah kondisi tanah yang terlalu gembur (lepas) sehingga sulit untuk menahan beban yang cukup berat.

6. Sistem Pemadatan Jalan Pikul Dan jalur Tanam.

Parit Tersier

Jalan Produksi

Parit Tersier

Jalur tumpukan kayu Dan tidak dipindahkan

(18)

1. Defisiensi N

Gejala defisiensi N biasanya ditandai dengan daun yang berwarna pucat kuning. Penyebab terjadinya defisiensi N antar lain terhambatnya mineralisasi N di dalam tanah, akar yang tidak berkembang dan tidak efektifnya pemupukan. Defisiensi N akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman, karena unsur N berfungsi sebagai penyusun protein, klorofil dan berperan dalam proses fotosintetis.

2. Defisiensi K

Gejala defisiensi K ditandai dengan adannya bercak kuning / transparan (orange spoting), white strip, daun tua kering dan mati. Penyebab terjadinnya defisiensi K antara lain adalah K-dd(K dapat dipertukarkan) tanah yang rendah, kurang pemupukan K, kemasaman tanah yang tinggi dan KTK (kapasitas tukar kation) tanah yang rendah. Kekurangan unsur K pada tanaman akan menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit dan dapat menurunkan produksi. Unsur K bagi tanaman kelapa sawit berfungsi unutk meningkatkan aktivitas stomata, aktivasi enzim, meningkatkan ketahanan jumlah dan ukuran tandan.

3. .

GEJALA DEFISIENSI HARA YANG SERING TERJADI DI LAHAN

(19)

5. Defisiensi Fe

Defisiensi Fe pada tanaman kelapa sawit

ditandai dengan adanya bercak seperti pulau

dengan warna dasar hijau pada daun, ujung

daun nekrosis dan tajuk atas menguning. Unsur

hara mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah

sedikit, namun demikian hara mikro mutlak

dibtuhkan oleh tanaman. Gejala defisiensi hara

mikro pada tanaman kelapa sawit pada

umumnya ditandai dengan warna daun yang

pucat serta tajuk atau daun muda tidak

berkembang, sehingga kanopi pohon menjadi

(20)

3. Defisiensi Mg

Gejala defisiensi Mg pada tanaman kelapa sawit akan menyebabkan daun tua berwarna hijau kekuningan kecoklatan lalu kering. Gejala yang khas akibat defisiensi Mg adalah rendahnya Mg-dd tanah, kurangnya aplikasi Mg, ketidakseimbangan unsur Mg dengan kation lain, serta curah hujan yang tinggi (>3.500 mm/thn). Unsur Mg pada tanaman berfungsi sebagai penyusun klorofil dan berperan dalam respirasi tanaman maupun pengaktifan enzim

4. Defisiensi cu

(21)

5. Defisiensi Fe

Defisiensi Fe pada tanaman kelapa sawit ditandai

dengan adanya bercak seperti pulau dengan warna

dasar hijau pada daun, ujung daun nekrosis dan

tajuk atas menguning. Unsur hara mikro dibutuhkan

tanaman dalam jumlah sedikit, namun demikian

hara mikro mutlak dibtuhkan oleh tanaman. Gejala

defisiensi hara mikro pada tanaman kelapa sawit

pada umumnya ditandai dengan warna daun yang

pucat serta tajuk atau daun muda tidak berkembang,

sehingga kanopi pohon menjadi kecil (tidak

(22)

1. Tikus

Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit pada

lahan gambut salah satunnya adalah tikus. Tikus menyerang

buah kelapa sawit yang masih muda, akibatnya buah akan

menjadi rusak.

2. Babi Hutan

Babi hutan biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang

yang masih muda. Babi hutan mamakan pangkal batang,

akibatnya tanaman akan mati. Gejala serangan babi hutan

pada umumnya ditandai dengan rusaknya tanaman, tanaman

akan rubuh / tumbang. Babi hutan menyerang tanaman muda

dengan memakan pangkal batang yang masih muda.

3. Rayap (Coptotermes curvignathus)

Hama rayap menyerang tanaman dengan cara memakan akar

maupun batang tanaman, akibatnya tanaman akan melapuk

dan kemudian tumbang. Hama rayap sulit dikendalikan

karena sering berada di dalam tanah dan sisa – sisa kayu yang menjadi makanan, tempat persembunyian dan tempat

perkembang biakan.

(23)

Contoh unit kesesuaian lahan tanah gambut :

 Ordo : S (sesuai untuk tanaman kelapa sawit)

 Kelas : S3

Mempunyai lebih dari satu faktor pembatas sedang dan / atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas

 Sub-kelas : S3-d.a.

Faktor pembatas drainase (d) dan kemasaman atau pH tanah (a)

 Unit : S3-d2.a3

Intensitas faktor pembatas drainase tergolong sedang (d2) dan pembatas pH tanah tergolong berat (a3)

 Perlu pembuatan saluran drainase dan penambahan kapur pertanian (kaptan) atau dolomit.

(24)

• Beberapa jenis gambut di Indonesia yang telah ditanami kelapa sawit antara lain adalah :

- Fluvaquentic Troposaprist

- Fluvaquentic Haplohemist

- Hemic Toposaprist

- Hemic Haplosaprist

- Typic Tropohemist

- Typic Troposaprist

BEBERAPA JENIS GAMBUT

YANG TELAH DITANAMI

(25)

Contoh Sifat Kimia Hemic

Haplosaprist

Hemic Haplosaprist memiliki drainase sangat terhambat,

kandungan bahan kasar 15 %, kedalaman gambut 150 –

300 cm, pH 3,5 – 3,7 serta dengan bentuk wilayah yang

datar. Status kesuburan tanah Hemic Haplosarist tergolong

rendah yang dipengaruhi oleh faktor kematangan dan kedalaman gambut.

Uraian Kedalaman Lapisan (cm)

(26)

Contoh Sifat Kimia Fluvaquentic

Haplosaprist

Uraian Kedalaman Lapisan (cm)

0-20 20-40 40-60

Fluvaquentic Haplosaprist memiliki drainase sangat

terhambat, kandungan bahan kasar 15 % dengan tingkat pelapukan gambut saprik, kedalam gambut 150 cm, pH

3,6 – 3,7 bentuk wilayah datar

(27)

Lahan gambut memiliki potensi produksi yang cukup tinggi apabila dikelola dengan baik. Dengan pengelolaan tata air atau sistem drainase yang baik, produksi puncak tanaman kelapa sawit pada lahan gambut dapat mencapai 26 ton TBS/ha/tahun.

POTENSI PRODUKSI PADA LAHAN GAMBUT

Ket. : Setelah tanam di lapangan

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Studi literatur, yaitu untuk memperoleh informasi yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan cara membaca dari buku-buku atau media cetak lainnya yaitu tentang

Aplikasi agen bisa dikembangkan dengan kerangka pemrograman berorientasi aspek, namun memerlukan usaha yang lebih dibandingkan menggunakan kerangka pemrograman agen bergerak yang

Dengan teknik mind mapping ( peta pikiran) siswa dapat menentukan kata kunci atau melihat gambar dapat mudah mengingat materi yang berkaitan dengan gambar atau kata kunci yang

Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 8 Ogos 2012 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Nurul Nadia Binti Ibrahim bagi menilai tesis

Dari gambaran terhadap waris dan hibah sendiri semuanya sama-sama membicarakan tentang pengalihan harta, dimana yang satunya dilakukan saat masih hidup (hibah) dan

Setelah dilakukan pengkajian mendalam melalui proses analisis di atas, maka diyakini bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan tunjangan profesi dan motivasi

18 Berdasarkan analisa yang dilakukan pada 139 sampel pasien apendisitis, telah didapatkan cut off point jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis

Pada stasiun 3 genus yang memiliki nilai Kelimpahan (K) tertinggi terdapat pada genus Surirella sebesar 65,33 ind/l, dengan kelimpahan relatif 31,71%, dan frekuensi