BUDIDAYA KELAPA
SAWIT
DI LAHAN GAMBUT
Oleh :
PENDAHULUAN
Perkebunan kelapa sawit belakangan ini sudah
meluas, sedangkan keberadaan lahan – lahan subur semakin terbatas. Untuk itu penggunaan lahan - lahan
marjinal dengan beberapa faktor pembatas sudah mulai
diperhitungkan, salah satu adalah lahan gambut.
Dengan demikian diperlukan cara pengolahan lahan
gambut yang benar untuk kebun kelapa sawit, sehingga
mendapatkan hasil yang optimal.
Tehnik pengolahan lahan gambut yang benar
mempengaruhi keberhasilan pembangunan perkebunan
kelapa sawit, mengingat lahan gambut merupakan lahan
yang memerlukan penanganan khusus.
Pedoman bergambar cara pengolahan lahan gambut
untuk perkebunan kelapa sawit ini diharapkan dapat
menjadi pegangan sehingga dapat memberikan produksi
yang optimal, serta meningkatkan potensi lahan gambut
1. Pengertian Tanah Gambut
Histosol atau Tanah gambut adalah tanah – tanah yang sebagian besar tersusun dari bahan organik,
dengan kandungan C-organik > 25 % atau tanah
yang memiliki lapisan bahan organik > 40 cm.
Gambut terbentuk dari serasah organik yang
terdekomposisi secara anaerobik dimana laju
pertambahan bahan organik lebih tinggi dibanding
laju dekomposisinya.
Di dataran rendah dan daerah pantai mula – mula terbentuk gambut topogen karena kondisi
anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi
permukaan air sungai, tetapi kemudian
penumpukan serasah tanaman yang semakin
bertambah menghasilkan pembentukan hamparan
gambut ombrogen yang terbentuk kubah (dome).
2. Jenis Lahan Gambut.
Gambut pada dasarnya terbagi kedalam 2 (dua)
jenis yaitu :
Gambut topogen yaitu gambut yang terbentuk
karena pengaruh topografi. Gambut ini terbentuk
dalam depresi topografi rawa, baik dataran rendah
maupun pegunungan tinggi. Gambut topogen
relatif kaya akan unsur hara, karena adannya
sirkulasi hara mineral dari bagian bawahnya oleh
kegiatan akar – akar tanaman maupun pengaruh pasang surut sungai disekitarnya.
Gambut ombrogen yaitu gambut yang terbentuk
karena pengaruh curah hujan yang airnya
tergenang. Gambut ombrogen terjadi setelah
terbentuknya gambut topogen, dimana sirkulasi
hara mineral hampir tidak terjadi, mengingat akar
tanaman tidak lagi mencapai tanah mineral
BENTANG LAHAN JENIS
GAMBUT MENURUT LOKASI
PEMBENTUKANNYA
Gambut Ombrogen
3. Ketebalan / Kedalaman Gambut
Gambut di lapangan terdiri dari beberapa
ketebalan yaitu :
- Dangkal / tipis 0.5 – 1.0 m - Agak dalam 1.2 – 2.0 m
- Dalam 2.0 – 3.0 m
- Sangat Dalam > 3.0 m
Pengukuran ketebalan / kedalaman gambut di
lapangan dapat dilakukan dengan cara
menusukkan kayu kedalam gambut sampai ujung
kayu menyentuh tanah mineral.
4. Kematangan Gambut
Berdasarkan tingkat kematangannya gambut
Tingkat Kematang
an
Ciri
Fibris Tanah gambut yang tingkat dekomposisinya masih tahap awal, ditandai dengan kandungan serat kasar yang masih domain.
Hemis Tanah gambut dengan tingkat dekomposisi sedang / menengah yaitu antara fibris dan sapris. Bahan tanah hemis sebagian besar terbentuk secara fisik maupun biokimia
SIFAT
–
SIFAT
GAMBUT
1. Sifat Fisik Gambut.
- Warna tanah pada umumnya coklat tua atau
kelam tergantung tahapan dekomposisinya.
- Kandungan air tinggi dan kapasitas memegang
air juga tinggi (15 – 30 x berat kering). - Porositas tinggi.
- Bulk density rendah.
- Mudah kering dan dalam keadaan kering sangat
ringan dan mudah lepas.
- Drainase jelek.
- Terletak diatas tanah alluvial, ada juga tanah
pasir di bawahnya.
2. Sifat Kimia Gambut.
- Bereaksi masam pH ≤ 3,5.
tanaman, karena ratio C/N yang tinggi juga
- Kandungan unsur hara Mg tinggi,
sementara P dan K rendah.
- Kandungan unsur hara mikro terutama Cu,
B, Zn sangat rendah.
- Daya sangga (buffering capacity) air tinggi
3. Sifat Lainnya
Gambut memiliki sifat kering tidak balik,
dimana gambut mudah kering dan dalam
keadaan kering gambut sangat ringan dan
mudah lepas. Dengan demikian gambut
memiliki potensi mudah terbakar apabila
1. Kelemahan Lahan Gambut.
- Reaksi masam pH < 3,5.
- Miskin unsur hara terutama unsur mikro.
- Jenuh air sepanjang tahun mengakibatkan berlangsungnya suasana reduksi.
- Bahan organik yang mentah di atas tanah mineral mengakibatkan perakaran tanaman sukar
menembus bagian bawah karena kekurangan oksigen.
- Tempat bersarangnya hama dan penyakit tanaman. - Drainasenya jelek.
- Kering tidak balik (irreversible drying). - Kesuburan rendah.
2. Keunggulan lahan Gambut
- Topografi datar. Setelah dipadatkan, penggunaan untuk pertanian lebih mudah dibandingkan areal
berbukit
- Struktur tanah spons.
- Kaya akan bahan organik.
- Dengan pengelolaan yang tepat lahan gambut memiliki potensi produksi yang tinggi untuk tanaman kelapa sawit.
KELEMAHAN DAN
KEUNGGULAN LAHAN
1. Pengukuran Awal.
Membuka lahan gambut untuk tanaman kelapa sawit
diperlukan tahap – tahap indentifikasi terhadap : - Jenis gambut
- Ketebalan gambut - Muka air tanah - Arah aliran tanah - Topografi
- Vegetasi
Jenis Gambut.
Identifikasi jenis gambut di lapangan meliputi
kematangan gambut dan jenis gambut tersebut (
Topogen dan Ombrogen ). Identifikasi kematangan
gambut di lapangan pada umumnya dilakukan
dengan meremas gambut dengan tangan.
KEGIATAN PENGUSAHA
KELAPA SAWIT PADA
Ketebalan Gambut.
identifikasi ketebalan gambut di lapangan biasannya
dilakukan dengan menusukkan kayu (± 5m) kedalam gambut hingga ujung kayu menyentuh tanah mineral.
Muka Air Tanah (Ground Water Table).
Pengelolaan tata air (Water management) merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pengusahaan lahan gambut. Pengelolaan tata air pada lahan gambut sebaiknya dengan mempertahankan muka air tanah 50 – 70 cm dari permukaan tanah. Hal ini dimaksudkan
untuk mempertahankan gambut agar tidak kering dan mudah terbakar. Untuk mempertahankan muka air tanah 50 – 70 cm dari permukaan tanah antara lain dapat
dilakukan dengan membuat pintu – pintu air darurat
Arah Aliran Air
Pengelolaan air pada lahan gambut dapat dilakukan dengan pembuatan parit – parit drainase dengan arah yang tepat.
Topografi
Pada umumnya pada lahan gambut memiliki topografi datar atau merupakan cekungan.
Vegetasi
Lahan gambut memiliki vegetasi yang beragam, namun
pada umumnya lahan gambut didominasi oleh vegetasi
hutan sekunder.
2. Rencana Kerja
Desain kebun meliputi :
- Blok kebun
- Parit primer, sekunder dan tersier - Jalan produksi
- Jalur tanam - Jalan pikul
Desain kebun yang baik akan mempermudah kegiatan
tahapan berikutnya.
Gambut memiliki sifat penyusutan dan kering tidak balik
(irreversible drying), sehingga sebelum mereklamasi
lahan gambut perlu diketahui sifat spesifik gambut.
Drainase yang baik untuk lahan gambut adalah drainase
yang tetap mempertahankan batas air kritis gambut.
Usaha perbaikan drainase dilakukan dengan pembuatan
3. Blok Kebun Dan Parit (Primer, Sekundr Dan Tersier)
30 ha
Parit Sekunder
Parit Sekunder
Pa
rit Prime
r
Pa
rit Prime
r
4. Spesifikasi Parit
Pembuatan parit atau sistem drainase pada lahan gambut pada prinsipnya adalah pengelolaan muka air tanah dengan
mempertahankan permukaan air 50 – 70 cm dari permukaan tanah.
Jenis
Lebar ( meter )
Atas Bawah Kedalaman
Parit Primer 4.8 2.4 1.8
Parit Skunder 2.4 1.8 1.2
5. Jaringan Jalan
30 ha
Parit Sekunder
Parit Sekunder
Pa
rit Prime
r
Pa
rit Prime
r
300 M 1.000 M
Jembatan Jalan Produksi Jembatan
Jalan merupakan sarana penting dalam perkebunan kelapa sawit. Pembangunan jalan pada lahan
gambut sering sekali menemui banyak kendala. Kendala utama pembangunan jalan pada lahan gambut adalah kondisi tanah yang terlalu gembur (lepas) sehingga sulit untuk menahan beban yang cukup berat.
6. Sistem Pemadatan Jalan Pikul Dan jalur Tanam.
Parit Tersier
Jalan Produksi
Parit Tersier
Jalur tumpukan kayu Dan tidak dipindahkan
1. Defisiensi N
Gejala defisiensi N biasanya ditandai dengan daun yang berwarna pucat kuning. Penyebab terjadinya defisiensi N antar lain terhambatnya mineralisasi N di dalam tanah, akar yang tidak berkembang dan tidak efektifnya pemupukan. Defisiensi N akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman, karena unsur N berfungsi sebagai penyusun protein, klorofil dan berperan dalam proses fotosintetis.
2. Defisiensi K
Gejala defisiensi K ditandai dengan adannya bercak kuning / transparan (orange spoting), white strip, daun tua kering dan mati. Penyebab terjadinnya defisiensi K antara lain adalah K-dd(K dapat dipertukarkan) tanah yang rendah, kurang pemupukan K, kemasaman tanah yang tinggi dan KTK (kapasitas tukar kation) tanah yang rendah. Kekurangan unsur K pada tanaman akan menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit dan dapat menurunkan produksi. Unsur K bagi tanaman kelapa sawit berfungsi unutk meningkatkan aktivitas stomata, aktivasi enzim, meningkatkan ketahanan jumlah dan ukuran tandan.
3. .
GEJALA DEFISIENSI HARA YANG SERING TERJADI DI LAHAN
5. Defisiensi Fe
Defisiensi Fe pada tanaman kelapa sawit
ditandai dengan adanya bercak seperti pulau
dengan warna dasar hijau pada daun, ujung
daun nekrosis dan tajuk atas menguning. Unsur
hara mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah
sedikit, namun demikian hara mikro mutlak
dibtuhkan oleh tanaman. Gejala defisiensi hara
mikro pada tanaman kelapa sawit pada
umumnya ditandai dengan warna daun yang
pucat serta tajuk atau daun muda tidak
berkembang, sehingga kanopi pohon menjadi
3. Defisiensi Mg
Gejala defisiensi Mg pada tanaman kelapa sawit akan menyebabkan daun tua berwarna hijau kekuningan kecoklatan lalu kering. Gejala yang khas akibat defisiensi Mg adalah rendahnya Mg-dd tanah, kurangnya aplikasi Mg, ketidakseimbangan unsur Mg dengan kation lain, serta curah hujan yang tinggi (>3.500 mm/thn). Unsur Mg pada tanaman berfungsi sebagai penyusun klorofil dan berperan dalam respirasi tanaman maupun pengaktifan enzim
4. Defisiensi cu
5. Defisiensi Fe
Defisiensi Fe pada tanaman kelapa sawit ditandai
dengan adanya bercak seperti pulau dengan warna
dasar hijau pada daun, ujung daun nekrosis dan
tajuk atas menguning. Unsur hara mikro dibutuhkan
tanaman dalam jumlah sedikit, namun demikian
hara mikro mutlak dibtuhkan oleh tanaman. Gejala
defisiensi hara mikro pada tanaman kelapa sawit
pada umumnya ditandai dengan warna daun yang
pucat serta tajuk atau daun muda tidak berkembang,
sehingga kanopi pohon menjadi kecil (tidak
1. Tikus
Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit pada
lahan gambut salah satunnya adalah tikus. Tikus menyerang
buah kelapa sawit yang masih muda, akibatnya buah akan
menjadi rusak.
2. Babi Hutan
Babi hutan biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang
yang masih muda. Babi hutan mamakan pangkal batang,
akibatnya tanaman akan mati. Gejala serangan babi hutan
pada umumnya ditandai dengan rusaknya tanaman, tanaman
akan rubuh / tumbang. Babi hutan menyerang tanaman muda
dengan memakan pangkal batang yang masih muda.
3. Rayap (Coptotermes curvignathus)
Hama rayap menyerang tanaman dengan cara memakan akar
maupun batang tanaman, akibatnya tanaman akan melapuk
dan kemudian tumbang. Hama rayap sulit dikendalikan
karena sering berada di dalam tanah dan sisa – sisa kayu yang menjadi makanan, tempat persembunyian dan tempat
perkembang biakan.
Contoh unit kesesuaian lahan tanah gambut :
Ordo : S (sesuai untuk tanaman kelapa sawit)
Kelas : S3
Mempunyai lebih dari satu faktor pembatas sedang dan / atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas
Sub-kelas : S3-d.a.
Faktor pembatas drainase (d) dan kemasaman atau pH tanah (a)
Unit : S3-d2.a3
Intensitas faktor pembatas drainase tergolong sedang (d2) dan pembatas pH tanah tergolong berat (a3)
Perlu pembuatan saluran drainase dan penambahan kapur pertanian (kaptan) atau dolomit.
• Beberapa jenis gambut di Indonesia yang telah ditanami kelapa sawit antara lain adalah :
- Fluvaquentic Troposaprist
- Fluvaquentic Haplohemist
- Hemic Toposaprist
- Hemic Haplosaprist
- Typic Tropohemist
- Typic Troposaprist
BEBERAPA JENIS GAMBUT
YANG TELAH DITANAMI
Contoh Sifat Kimia Hemic
Haplosaprist
Hemic Haplosaprist memiliki drainase sangat terhambat,
kandungan bahan kasar 15 %, kedalaman gambut 150 –
300 cm, pH 3,5 – 3,7 serta dengan bentuk wilayah yang
datar. Status kesuburan tanah Hemic Haplosarist tergolong
rendah yang dipengaruhi oleh faktor kematangan dan kedalaman gambut.
Uraian Kedalaman Lapisan (cm)
Contoh Sifat Kimia Fluvaquentic
Haplosaprist
Uraian Kedalaman Lapisan (cm)
0-20 20-40 40-60
Fluvaquentic Haplosaprist memiliki drainase sangat
terhambat, kandungan bahan kasar 15 % dengan tingkat pelapukan gambut saprik, kedalam gambut 150 cm, pH
3,6 – 3,7 bentuk wilayah datar
Lahan gambut memiliki potensi produksi yang cukup tinggi apabila dikelola dengan baik. Dengan pengelolaan tata air atau sistem drainase yang baik, produksi puncak tanaman kelapa sawit pada lahan gambut dapat mencapai 26 ton TBS/ha/tahun.
POTENSI PRODUKSI PADA LAHAN GAMBUT
Ket. : Setelah tanam di lapangan