• Tidak ada hasil yang ditemukan

keluarga sehat dan sejahtera (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "keluarga sehat dan sejahtera (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang selalu melimpahkan petunjuk rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Keluarga sehat dan sejahtera”.

Adapun tujuan penulisan makalah ini dalam rangka menyelesaikan tugas meta kuliah Ilmu Sosial dan Budaya. Selama proses penulisan makalah ini hingga selesai banyak sekali kesulitan– kesulitan yang penulis temui baik dalam proses mencari sumber maupun dalam mencari kata demi kata. Namun berkat usaha yang gigih dan tidak pernah menyerah serta adanya bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan, penyusunan kata demi kata maupun dalam penyusunan bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun yang akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Jambi, 29 September 2014 Penulis,

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia. Dalam keluarga, manusia belajar untuk mulai berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itulah umumnya orang banyak menghabiskan waktunya dalam lingkungan keluarga. Sekalipun keluarga merupakan lembaga sosial yang ideal guna menumbuhkembangkan potensi yang ada pada setiap individu, dalam kenyataannya keluarga sering kali menjadi wadah bagi munculnya berbagai kasus penyimpangan atau aktivitas ilegal lain sehingga menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan yang dilakukan oleh anggota keluarga satu terhadap anggota keluarga lainnya.

Keluarga miskin adalah salah satu masalah di Indonesia sejak dulu hingga sekarang apalagi setelah terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang terjadi tahun 1997. Kemisikinan seringkali dipahami sebagai gejala rendahnya tingkat kesejahteraan sesuatu padahal kemiskinan merupakan gejala yang bersifat kompleks dan multidimensi. Rendahnya tingkat kehidupan yang sering digunakan sebagai alat ukur kemiskinan pada hakikatnya merupakan salah satu mata rantai dari munculnya lingkaran kemiskinan.

Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu. Kaum perempuan pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan. Mereka sering menanggung beban hidup yang lebih berat dibandingkan kaum pria. Demikian pula dengan anak-anak yang menderita akibat kualitas hidup yang kurang memadai seperti kekurangan gizi, rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan serta keterbelakandalam banyak hal.

(3)

Berbagai upaya dan kebijakan pembangunan telah dilakukan pemerintah selama ini terutama untuk memberikan peluang pada masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah melalui pendekatan pemberdayaan keluarga yang mengacu pada UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang pelaksaannya diatur dalam Inpres Nomor 3 Tahun 1996 Tentang Pembanguna Keluarga Sejahtera dalam rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan keluarga ? 2. Apa yang dimaksud dengan sehat ?

3. Bagaimana sebuah keluarga dikatakan sehat ? 4. Apa yang dimaksud dengan sejahtera?

5. Bagaimana sebuah keluarga dikatakan sejahtera ?

3. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari keluarga 2. Untuk mengetahui definisi dari sehat

3. Untuk mengetahui dan memahami prinsip dari keluarga sehat 4. Untuk mengetahui definisi sejahtera

5. Untuk mengetahui dan memahami prinsip dari keluarga sejahtera

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi keluarga

(4)

berinteraksi satu sama lain. Sedangkan menurut Gillis (1983), Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit individu. Selanjutnya ada Duvall yang menyatakan bahwa Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. Bailon dan Maglaya mengatakan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Terakhir menurut Johnson’s (1992), Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang yang lainnya.

Jadi keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sanak saudara lainnya yang dihubungkan oleh ikatan darah atau perkawinan dan saling berinteraksi satu sama lain.

2. Definisi sehat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan seluruh badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit. Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO), sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Dari ketiga definisi sehat diatas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal.

3. Keluarga Sehat

(5)

Sehat adalah keadaan seseorang yang tidak sakit badan dan jiwa, cukup makanan bergizi, hidup di lingkungan bersih serta perilaku dan interaksi sesuai dengan etika dan hukum. Apabila keluarga memnuhi keempat unsur dalam konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa keluarga itu adalah “keluarga sehat” dalam arti yang paling sempurna atau lengkap (family in complete health”. Jika salah satu unsur saja tidak dipenuhi, dapat berpengaruh terhadap kehidupan keluarga secara keseluruhan dengan sebutan tertentu.

Akibatnya akan muncul konsep-konsep alternative yang mengandung pernyataan dalam arti tidak sehat dari segi tertentu, seperti berikut :

a. Sering tidak sehat badan disebut keluarga sakit-sakitan (sickly family). b. Tidak mampu membeli makanan bergizi disebut keluarga miskin (poor

family).

c. Tinggal di lingkungan kotor dan bau disebut keluarga kumuh (vile family).

d. Tinggal di lingkungan kotor dan becek disebut keluarga jorok (dirty family).

e. Sering melakukan kejahatan dan keonaran disebut keluarga brengsek (bad family).

f. Dan istilah-istilah sejenis lainnya, 2. Sehat badan dan sehat jiwa

Seorang anggota keluarga dikatakan sehat badan (sound of body), tidak dalam keadaan sakit fisik apabila badannya segar bugar, tidak sakit/cacat akibat penyakit, kecelakaan, atau akibat benturan dengan suatu benda keras atau akibat serangan pihak lain atau binatang buas. Seorang anggota keluarga dikatakan sehat jiwa (sound of mind), tidak dalam keadaan sakit jiwa apabila cara berpikir dan bertindaknya waras, mampu membedakan antara mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk, serta mana yang bermanfaat dan merugikan. Seseorang yang sehat badan an sehat jiwa merupakan konsep sehat dalam arti yang hakiki atau arti yang sesungguhnya yang mementukan perjalanan hidup seseorang.

3. Makanan bergizi

(6)

(nutrition). Jenis makanan yang cukup itu biasanya disebut empat sehat lima sempurna. Makanan empat sehat terdiri dari nasi/roti, sayur, lauk, buah, dan susu. Makanan empat sehat lima sempurna merupakan dambaan semua keluarga, namun tingkatan pendapatan dan jumlah anggota keluarga itulah yang mempengaruhinya.

4. Lingkungan bersih

Di samping badan dan jiwa yang sehat serta cukup makanan bergizi, seharusnya orang tersebut juga tinggal dan hidup di lingkungan yang bersih (clean environment) dan berpakaian bersih. Lingkungan adalah tempat hidup yang berada di dratan, lautan atau udara. Bersih adalah keadaan tidak tercemar oleh kotoran manusia, hewan, sampah, limbah buangan, polusi gas, curahan minyak, suara bising, atau kimianalitas, yang merusak atau merugikan kehidupan manusia menjadi sumber penyakit. Konsep bersih yang dirumuskan ini biasa diebut bersih fisik (phisicall cleanliness) karena bentuk atau wujud keadaan yang tidak tercemar itu dapat diamati dengan panca indera atau bersentuhan dengan raga manusia.

Upaya yang dapat ditempuh agar keluarga selalu bersih adalah menyadarkan anggota keluarga agar selalu terbiasa :

a. Memelihara diri tetap bersih, mandi sedikit-dikitnya 2 (dua) kali sehari pagi dan sore.

b. Memakai pakaian bersih dan sopan walaupun harga murah.

c. Menata lingkungan tempat tinggal (rumah, pekarangan, selokan) tetap bersih dan teratur serta menyenangkan.

d. Menyediakan tempat pembuangan sampah di pekarangan atau di lingkungan tertentu agar tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menjadi sumber penyakit.

5. Interaksi Sesuai dengan Etika dan Hukum

(7)

keluarga. Akibatnya timbulah kondisi sehat dalam arti tertip, aman, damai, serta tentram lahir dan batin. Keadaan ini berlangsung terus-menerus, dipatuhi, dan dihargai, sampai terbiasa dan akhir-nya membudaya.

Apabila anggota keluarga yang satu berhubungan dengan baik dengan yang lainnya atau anggota masyarakat yang lebih luas, kondisi interaksi ssehat tersebut berlanjut dan bahkan beradaptasi satu sama lain. Sehingga terbentuklah keberlakuan kondisi yang sehat yang lebihluas. Jika ada anggota masyarakat yang melanggar kondisi sehat tersebut dalam arti perbuatan yang tidak sesuai dengan etika (ethics). Anggota masyarakat sepakat pula memberi sanksi etis, misalnya dibenci, di pencilkan dari pergaulan, tidak dihiraukan, ataupun tidak disukai, jika perbuatan anggota masyarakat itu merugikan kepentingan orang lain, baik secara moral ataupun material, pihak yang dirugikan berhak menuntut pemulihan atas kerugiannya itu. Dalam keadaan demikian, etika ditingkatkan statusnya menjadi aturan hukum (rule of law) yang disertai sanksi tegas dan keras bagi pelanggarnya. Etika yang tadinya hanya bertarap kebiasaan positif, berubah menjadi aturan hukum fositif (positive rule of law).

Dalam konteks etika dan aturan hukum pergaulan hidup, anggota keluarga ataupun masyarakat yang bertindak sesuia dengan etika dan hukum yang berlaku, menciptakan kondisi sehat yang menyenangkan bagi semua orang, bahkan terhadap pemeliharaan lingkungan alam dan hewan sekitarnya. Suasana keteraturan berlangsung terus- menerus dan terbiasa dan pada akhirnya menjadi budaya keluarga atau masyarakat sadar hukum. Apabila terjadi perbuatan yang melanggar etika hukum, apalagi menimbulkan kerugian bagi orang lain, maka timbul suasana yang tidak sehat yang meresahkan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kondisi perbuatan tidak sehat ini harus segera dipulihkan menjadi sehat kembali, sehingga keteraturan dan ketemtraman tetap terpelihara.

(8)

kehidupan karena kebutuhan tidak terpenuhi secara wajar. Keluarga yang ada dalam kondisi begini umumnya disebut keluarga miskin, namun belum tentu menjadi sumber keonaran dan kekacauan. Kemiskinan adalah kondisi kehidupan yang perlu diberantas karena dapat menjadi salah satu timbulnya kemaksiatan yang dapat berupa pencurian, perampokan, pembegalan, pelacuran dalam bentuk-bentuk kriminalitas lainnya.

Untuk mengatasi hal ini, perlu dicari akar masalahnya dan cara penyelesaiannya yang paling mendasar. Jika benar kemiskinan adalah akar masalahnnya, upaya yang dapat ditempuh adalah mambasmi kemiskinan melalui pelaksanaan pembangunan lapangan pekerjaan sebagai sumber penghasilan. Tersedianya lapangan kerja yang memadai dan merata berarti akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna memperkuat daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat perlu diimbangi dengan tersedianya barang kebutuhan bebas dengan harga layak. Oleh kareena itu, pemerintah perlu secara serius merealisasikan pembangunan berkelanjutan, memberantas korupsi secara gencar dan terus- menerus, serta menegakkan hukum secara konsekuen dan konsisten.

6. Fokus Pemahaman

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat dicatat 2 konsep sehat dalam arti hakiki atau “sesunngguhnya” dan sehat dalam arti “hidup sempurana”. Sehat “sehat badan dan jiwa “ sehat dalam arti ini menentukan kelanjutan hidup karena hanya orang sehat badan dan jiwa yang mampu mencari nafkah untuk hidup dan kelanjutan generasinya. Orang yang sakit badan dan jiwa tidak mampu mancari nafkah sendiri. Sehat dalam arti “hidup sempurna ”. meliputi sehat badan , dan jiwa, cukup makanan bergizi, hidup dilingkungan bersih, interakisi dalam keluarga / masyarakat teratur, selaras dan serasi. Sehat dalam arti ini adalah sehat yang paling didambakan oleh keluarga modern.

(9)

kemampuan diri dalam mencari nafkah, misalnya banyak berkomunikasi , mengikuti jejak pengalaman orang yang berhasil dalam usaha, meningkatkan pengetahuan keterampilan, meningkatkan keinginan menabung, menghindari hidup boros, menghindari gengsi berlebihan, berkemauan untuk maju, dan bekerja keras. Peningkatan kemampuan kerja produktif merupakan upaya perjuangan memperbaiki nasib.

4. Keluarga Sejahtera

1. Definisi sejahtera dan keluarga sejahtera

Terdapat beragam pengertian mengenai kesejahteraan, karena lebih bersifat subjektif dimana setiap orang dengan pedoman, tujuan cara hidupya yang berbeda-beda akan memebrikan nilai-nilai yang berbeda-beda pula tentang kesejahteraan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan (Sukirno, 1983 dalam Sianipar 1997). Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasaan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima. Namun demikian, tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasaan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut (Sawidak, 1985). Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumahtangga, serta masyarakat (Rambe 2001). Menurut Bubolz dan Sontag (1993), kesejahteraan merupakan terminologi lain dari kualitas hidup manusia (quality of human life), yaitu suatu keadaan ketika terpenuhinya kebutuhan dasar serta terealisasikannya nilai hidup.

(10)

anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan, social dan agama, keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga. Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama , dengan masyarakat sekitar, beribadah khsusuk disamping terpenuhnya kebutuhan pokok.

2. Konsep Sejahtera

Untuk memahami keluarga sejahtera, perlu lebih dahulu dilakukan observasi terhadap kehidupan beberapa keluarga terutama di kota. Hasil observasi tersebut kemudian di analisis dan ditulis secara konseptional, rinci, dan sistematis sehingga dapat dipahami konsep “sejahtera”. Sejahtera adalah keadaan keluarga yang hidup makmur, dalam kelompok teratur, berdasarkan system nilai, bebas dari penyakit, tidak ada gangguan, dan menyenangkan. Berdasarkan konsep tersebut, ada beberapa faktor yang perlu dikaji agar dapat menjelskan konsep sejahtera. Beberapa faktor tersebut adalah faktor ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, keamanan, dan hiburan, yang saling berkolerasi satu sama lain.

Faktor ekonomi berkenaan dengan kemakmuran yang pada dasarnya meliputi kecukupan sandang, pangan, dan perumahan, yang di peroleh karena mampu bekerja keras. Fakor sosial berkenaan dengan hidup berkelompok secara teratur. Faktor budaya berkenaan dengan pola hidup berdasarkan system nilai. Faktor sosial berkenaan dengan hidup bersih bebas dari peyakit. Faktor keamanan berkenaan dengan ketentraman karena tidak ada gangguan fisik dan mental. Faktor hiburan berkenaan dengan kesenangan hidup yang menyegarkan. Apabila suatu kehidupan keluarga telah memenuhi faktor-faktor tersebut, dapat dikatakan bahwa keluarga itu adalah “keluarga sejahtera” dalam arti yang paling sempurna atau lengkap (family in complete welfare).

(11)

mengatakan sejahtera jika tidak dipenuhi kecukupan sandang, pangan, dan perumahan. “keluarga makmur”(welfare family).

3. Hidup Makmur

Kemakmuran selalu mengacu pada kondisi ekonomi yang dimilki oleh suatu keluarga. Kondisi ekonomi yang dimaksud pada umumnya meliputi kecukupan sandang, pangan, dan perumahan yang diperoleh dari kemampuan bekerja keras. Ukuran kecukupan di sini adalah standar yang sesuai dengan tingkat pendapatan suatu keluarga. Kecukupan itu artinya tidak terlalu berlebihan dan tidak pula terlalu kekurangan, wajar-wajar saja.

Kecukupan sandang dalam arti yang wajar disesuaikan juga dengan pola kehidupan suatu keluarga seperti pola hidup hemat lain kecukupannya dengan kehidupan boros. Sandang meliputi pakaian luar dalam, baik yang untuk dipakai di rumah maupun yang untuk dipakai bekerja diluar rumah dan olahraga. Selain itu, juga pakaian untuk tidur, untuk ibadah, untuk mandi. Kecukupan sandang disesuaikan dengan pendapatan keluarga dan jumlah keluarga. Keluarga yang anggotanya sedikit, tetapi jumlah pendapatannya banyak, tingkat kemakmurannya makin tinggi. Sebaliknya, keluarga yang anggotanya banyak, tetapi jumlah pendapatannya sedikit, tingkat kemakmurannya makin rendah.

Kecukupan pangan dalam arti yang wajar juga disesuaikan dengan pola hidup suatu keluarga, seperti pola hidup hemat lainnya kecukupannya dengan pola hidup boros. Pangan meliputi makanan pokok dan makanan pelengkap. Makanan pokok adalah makanan yang lazim dikonsumsi suatu keluarga menurut kelaziman setempat. Makanan pokok itu terdiri dari gandum, beras, roti, lauk-pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan yang disebut makanan “empat sehat”. Apabila keempat jenis makanan ini ditambah 1 jenis miuman susu, kelima jenis makanan itu disebut “lima sempurna”. Makanan pelengkap merupakan tambahan karena tidak terlalu disyaratkan, sepert bubur kacang, makanan ringan, dan jajanan untuk pelengkap minum teh.

(12)

banyak memerlukan perumahan yang luas. Perumahan dijadikan orang sebagai ukuran untuk menentukan status sosial keluarga.

4. Hidup Teratur

Seseorang tidak mungkin hidup sendiri atau menyendiri, dia harus hidup berkelompok yang disebut masyarakat. Unit masyarakat terkecil adalah keluarga yang beranggotakan paling sedikit adalah ayah, ibu, dan anak-anaknya. Apabila anggota keluarga dikembangkan lagi berdasarkan ikatan perkawinan dan keturunan darah, keluarga itu menjadi keluarga yang besar. Kehidupan keluarga inti dengan pola perilakunya lebih sederhana dibandingkan dengan pola perilaku keluarga besar. Demikian pula, sistem nilai normative yang berlaku pada keluarga inti akan berkembang menjadi system nilai normative yang berlaku pada keluarga besar. Makin besar suatu keluarga, makin bervariasi ppula perilakunya dan kebutuhannya serta cara memenuhinya. Dengan demikian, besar pula kemungkinan timbul perbedaan pendapat yang menjurus pada konflik anggota keluarga.

Dalam kehidupan keluarga, kepala keluarga (suami, ayah) seharusnya selalu berfungsi sebagai pengambil inisiatif guna menciptakan kondisi keluarga yang harmonis dalam arti teratur, rukun, saling menolong dan melindungi, serta saling beramanat dalam kebaikan dan kesabaran. Perbedaan pendapat dan konflik anggota keluarga diupayakan penyelesaiannya berpegang pada filosofi hidup “benang ditarik tidak putus, tepung tidak berserakan” serta: “mengalah untuk menang, dan menang untuk melindungi semua pihak serta menghindari perpecahan”.

(13)

BAB III

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

a. Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sanak saudara lainnya yang dihubungkan oleh ikatan darah atau perkawinan dan saling berinteraksi satu sama lain.

b. Sehat adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal.

c. Keluarga sehat terdiri dari empat unsur yaitu tidak sakit badan dan jiwa, cukup makanan bergizi, hidup di lingkungan bersih serta perilaku dan interaksi sesuai dengan etika dan hukum.

d. Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumahtangga, serta masyarakat. e. Konsep keluarga sejahtera menurut UU No. 10 Tahun 1982 adalah

keluarga yang dibentuk atau perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dana antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.

(14)

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran dalam penulisan ini adalah :

1. Para pembaca diharapkan dapat mengetahui definisi keluarga sehat, sehingga dapat lebih memahami pengertian keluarga secara lebih mendalam.

2. Dengan adanya pembahasan seputar keluarga sehat dan sejahtera serta indikator-indikator penilaian sehat dan sejahtera dalam penulisan ini, harapannya pembaca dapat ikut berpartisipasi mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera.

3. Harapannya peranan keluarga dapat lebih dimaknai, setelah membaca tulisan yang membahas seputar keluarga ini.

4. Setalah pembaca membaca tulisan keluarga sehat dan sejahtera ini, semoga dapat diterapkan dan bermanfaat dalam kehidupans ehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

(15)

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/MAKALAH_KELUARGA.pdf

Diakses pada tanggal 24 September 2014.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17030/4/Chapter%20II.pdf

Diakses pada tanggal 24 September 2014.

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/207314026/bab2.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Jika presepsi dari penumpang Transjakarta mengenai harga belum sesuai, maka pengaruh kualitas pelayanan yang diberikan terhadap penetapan harga harus sebanding agar

LPPM sebagai bagian dari sebuah Perguruan Tinggi senantiasa dituntut untuk dapat menciptakan pengetahuan dan inovasi baru dalam pengetahuan melalui penelitian

materi Undang-undang hak cipta dikalangan aparat penegak hukum khususnya penyidik masih minim disamping terbatasnya jumlah penyidik. Adanya kemudahan dalam

penyeleksian buah jeruk besar dan kecil secara otomatis dengan menggunakan PLC dan Pengolahan Citra dengan keberhasilan sebesar 73,33 %, proses yang dilakukan dapat berjalan

Rektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a mempunyai tugas memimpin dan mengelola penyelenggaraan pendidikan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan

• Segera implementasikan nomenklatur ‘ desa adat ’ atau dosebut dengan nama lain sebagaimana yang telah dimungkinkan oleh UU Nomor 6 Tahun 2016

Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa stimu- lus untuk melakukan Belanja Daerah pada tahun t dipengaruhi oleh transfer pemerintah pusat yang diterima