KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA KOLONIALISME
Colonia (latin) : Tanah Pemukiman
Koloni: Pemukiman suatu negara diluar wilayah negaranya
Kolonialisme : upaya penguasaan atas suatu wilayah oleh negara penguasa untuk memperluas daerahnya
Kolonialisme bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi negara induk (motherland)
Faktor Pendorong Penjelajahan Samudra Faktor Umum:
1. Adanya semangat penaklukan (Reconquista).
2. Jatuhnya Konstantinopel (1453) ke tangan Turki Usmani. 3. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
4. Semboyan 3G (Gold, Glory, Gospel). B. Faktor Khusus:
1. Portugis 2. Spanyol 3. Inggris 4. Belanda
Tokoh Penjelajahan Samudra 1. Christhoper Colombus (Spanyol). 2. Hernando Cortez (Spanyol) 3. Bartholomeus Diaz (Portugis)
4. Alfonso d’Albuquerque (Portugis) 5. Cornelis de Houtman (Belanda) 6. Jacob van Neck (Belanda)
VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie) Berdiri : 1602 – 1799
VOC dibentuk karena :
1. Mengatasi persaingan antara sesama pedagang Belanda. 2. Mengefektifkan monopoli perdagangan.
3. Mencari keuntungan sebesar-besarnya. 4. Menandingi EIC (East Indian Company). VOC merupakan gabungan dari :
1. Amsterdam 2. Rotterdam 3. Middelburg 4. Delft
5. Hoorn 6. Enkhuizen
1. Hak monopoli perdagangan
2. Hak mencetak dan mengedarkan uang 3. Hak mengadakan perjanjian
4. Hak memungut pajak
5. Hak memiliki angkatan perang 6. Hak memaklumkan perang 7. Hak mengadakan pemerintahan
“Dengan hak seperti tersebut diatas, maka VOC adalah sebuah perusahaan dagang yang menyerupai negara”
Kebijakan Masa VOC
Memonopoli perdagangan, khususnya rempah-rempah Mengisolasi daerah Maluku
Melakukan Pelayaran Dewa (Hongi-Toohten)
Melakukan Ekstirpasi, yaitu pemusnahan terhadap tanaman rempah-rempah VOC juga banyak mengeluarkan kebijakan di bidang sosial
Masa akhir VOC
Sebagai perusahan dagang, VOC telah memberikan banyak keuntungan bagi negeri Belanda
Namun bagi rakyat Indonesia VOC membawa banyak kesengsaraan
Meskipun hampir mengalami kebangkrutan, namun hingga awal 1790’an VOC masih dipertahankan
Kemunduran VOC disebabkan oleh: 1. Korupsi yang merajalela
2. Kecurangan di bidang administrasi 3. Banyaknya pegawai yang tidak cakap
4. Ketatnya persaingan dengan kongsi dagang lain (terutama EIC) 5. Beban hutang VOC yang semakin menumpuk, sehingga kas kosong
Kondisi tersebut diatas memaksa VOC resmi dibubarkan pada 31 Desember 1799, dan kesemuanya diambil alih oleh Pemerintah Belanda
Hindia-Belanda I
Setelah VOC dibubarkan maka segala hak, kewajiban, dan milik VOC diambil alih oleh Pemerintah Belanda.
Indonesia sebagai wilayah kekuasaan VOC juga jatuh ke tangan Belanda, sehingga lebih dikenal dengan nama Hindia-Belanda.
Karena dianggap sebagai sumber pemasukan keuangan, maka Belanda berusaha keras mempertahankan Hindia-Belanda agar tidak jatuh ke tangan Inggris.
Daendels merupakan orang Belanda yang dikirim ke Indonesia atas nama Kerajaan Perancis.
Daendels merupakan seorang revolusioner yang mendukung perubahan-perubahan kaum liberal, Ia bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat dan memajukan pertanian dan perdagangan.
Tugasnya di Hindia-Belanda cukup berat karena harus mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
Herman Willem Daendels, gubernur jenderal yang sering dujuluki “tangan besi” ini tiba di Hindia-Belanda pada 1 Januari 1808.
Sebagai seorang tokoh liberal yang revolusioner, Daendels memiliki kebijakan:
1. Menjalankan dasar-dasar pemerintahan menurut sistem barat. 2. Sentralisasi pemerintahan
3. Para bupati dijadikan pegawai pemerintah.
4. Memberantas korupsi, penyelewengan, penyerahan paksa, dan kerja paksa. Karena ditugasi untuk menjaga Pulau Jawa dari serangan Inggris, maka
Daendels melakukan:
a. Membangun benteng pertahanan pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujung Kulon
b. Meningkatkan jumlah tentara
c. Membuat Jalan Raya Pos (Groote Postweg), dari Anyer hingga Panarukan d. Pendirian pabrik senjata di Semarang dan Surabaya
e. Melakukan pemungutan pajak
f. Memaksa rakyat untuk melakukan kerja rodi g. Menjual tanah-tanah pada pihak swasta
Akhir masa D aendels
Karena kebijakannya yang keras dan memakan banyak korban, Daendels banyak menuai kritik baik dari rakyat negeri jajahan maupun rakyat Belanda. Derasnya kritikan yang mengalir membuat Daendels ditarik kembali ke
negeri Belanda, dan ditugasi untuk ikut perang ke Rusia.
Sepeninggal Daendels, Indonesia kemudian diperintah oleh Gubernur Jenderal Yansens.
Kolonialisme di Indonesia (Masa inggris dan belanda ii) Awal masuknya inggris
Pada 8 Agustus 1811, Inggris melakukan serangan ke Batavia dibawah pimpinan Lord Minto.
Karena desakan dari pasukan Inggris yang dibantu beberapa raja Jawa akhirnya Yansens menyerah.
Menyerahnya Belanda kepada Inggris ditandai dengan Kapitulasi Tuntang, isinya:
1. Seluruh militer Belanda menjadi tawanan Inggris 2. Utang Pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris 3. Semua wilayah Hindia-Belanda jadi kekuasaan Inggris
Setelah disepakatinya Kapitulasi Tuntang, maka secara resmi Indonesia berada dibawah kekuasaan Inggris.
Lord Minto sebagai Gubernur Jenderal tertinggi EIC akhrinya mengutus Sir Thomas Stamford Raffles sebagai penguasa Jawa.
Tugas Raffles adalah menjaga dan menata Indonesia (Jawa) sehingga sama dengan koloni Inggris lainnya.
Thomas stamford raffles
Sebagai penguasa, Raffles berusaha menyusun kebijakan yang secara teori ingin memajukan rakyat tanah jajahan.
Kebijakan Raffles diantaranya meliputi bidang: 1. Pemerintahan
2. Ekonomi 3. Hukum 4. Sosial
5. Ilmu pengetahuan
Bidang pemerintahan
Membagi Pulau Jawa menjadi 16 karisidenan, pembagian ini bertujuan memudahkan pengawasan.
Mengangkat para Bupati menjadi pegawai pemerintah, sehingga mereka mendapatkan gaji dan kehilangan hak istimewanya.
Menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, terutama yang membenci VOC.
Bidang ekonomi
Menerapkan sistem Sewa Tanah (Land Rent), dengan asumsi semua tanah milik pemerintah.
Penghapusan pajak hasil bumi, dan penyerahan wajib.
Petani diberi kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedangkan pemerintah yang membuat pasarnya.
Pemungutan pajak secara perorangan. Bidang hukum
Sistem hukum pada masa Raflles lebih baik dibandingkan masa Daendels, sebab: Daendels -> orientasi Ras (warna kulit)
Raffles -> orientasi besar kecilnya kesalahan
Mengadakan pengadilan dengan sistem juri.
Membentuk pengadilan sipil dan militer pada setiap Residen. Bidang Sosial
Sebagai seorang liberalis, Raffles menghapuskan: 1. Kerja paksa (kerja Rodi).
2. Perbudakan.
3. Perdagangan budak.
Sebagai seorang ilmuan, Raffles menaruh perhatian besar dalam bidang ilmu pengetahuan.
Menulis buku History of Java, yang mengisahkan sejarah Jawa dari masa purbakala.
Menemukan bunga Rafflesia Arnoldi. Bersama istrinya, Olivia Marianne merintis Kebun Raya Bogor.
Akhir masa raffles
Kondisi politik di Eropa ternyata berpengaruh pada tanah jajahan.
Pada tahun 1813, Inggris dan Belanda berkoalisi untuk melawan Napoleon Bonaparte.
Hasil dari Kongres Wina 1814
Inggris dan Belanda akhirnya membuat kesepakatan dalam Konvensi London 1814
Kolonialisme di indonesia (Masa belanda II) Hindia-Belanda II
Setelah Indonesia kembali dikuasai Belanda, maka ditunjuklah tiga Komisaris Jenderal:
1. Elout
2. Van der Capellen 3. Buyskas
Pada masa Hindia-Belanda II, Pemerintah Belanda mengeluarkan tiga kebijakan: 1. CultuurStelsel
2. Erfpacht 3. Politik Etis
Sistem Tanam paksa
Cultuurstelsel (Tanam Paksa) pada dasarnya merupakan aturan penanaman yang diterapkan oleh pemerintah Belanda.
Pencetus dari sistem ini adalah G.J Johannes Vanden Bosch. Sistem ini akan berlaku dari 1830-1870.
Dikeluarkannya kebijakan Cultuurstelsel karena pada saat itu kas Pemerintah Belanda mengalami kekosongan keuangan.
Latar belakang Cultuurstelsel Faktor eksternal:
1. Perang Koalisi dengan Prancis
2. Lepasnya Belgia menjadi negara merdeka Faktor internal:
1. Perang Jawa (Diponegoro)
2. Perang Paderi di Sumatera Barat
Kedua faktor tersebut telah menguras keuangan Belanda sehingga mengalami defisit.
Aturan cultuurstelsel
Setiap penduduk diwajibkan menyediakan 1/5 (20%) dari tanah pertaniannya untuk ditanami tanaman ekspor.
Tanah-tanah yang digunakan sebagai Cultuurstelsel dibebaskan dari pajak. Bagi penduduk yang tidak memiliki tanah diharuskan bekerja selama 75 hari
Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tanaman ekspor tidak boleh melebihi waktu untuk mengolah tanah pertanian.
Kelebihan dari hasil produksi tanaman ekspor akan dikembalikan pada rakyat. Kerugian maupun kerusakan tanaman ekspor yang tidak disebabkan oleh
petani menjadi tanggungan Pemerintah Belanda.
Pelaksanaan Cultuurstelsel
Secara teori aturan-aturan yang terdapat pada Cultuurstelsel tidaklah terlalu memberatkan rakyat, namun dalam pelaksanaannya sangat berbeda karena banyak terjadi penyimpangan.
Tanah yang digunakan untuk Cultuurstelsel ternyata lebih dari 1/5, bahkan semua tanah ditanami tanaman ekspor.
Tanah-tanah yang digunakan untuk Cultuurstelsel ternya tetap dikenakan pajak.
Penduduk yang tidak memiliki tanah diharuskan bekerja selama setahun penuh di perkebunan dan pabrik milik Pemerintah Belanda.
Waktu yang diluangkan untuk mengerjakan tanaman ekspor lebih banyak dari tanaman pertanian.
Kelebihan hasil produksi tidak dikembalikan, melainkan diserahkan pada Pemerintah dengan harga yang telah ditentukan.
Segala bentuk kerugian dan kegagalan panen ditanggung oleh petani. Dampak Cultuurstelsel
Dampak Positif Bagi Bangsa Indonesia:
Dapat mengenal jenis-jenis tanaman baru yang laku dipasaran dunia. Lebih mengenal cara-cara pengolahan tanah yang baik.
Penduduk lebih mengenal adanya sistem upah. Semakin kuatnya rasa kerjasama dan gotong royong.
Perkembangan dalam hal infrastruktur yang memudahkan mobilisasi. Dampak Negatif Bagi bangsa Indonesia:
Banyak lahan pertanian menjadi rusak dan terbengkalai karena tidak terawat.
Kekurangan tanaman pangan dan bencana kelaparan. kesenjangan sosial yang tinggi di masyarakat.
Keterikatan penduduk yang kuat pada desanya sehingga sulit berkembang. Munculnya kerja rodi dan kekerasan pada kuli kontrak.
Dampak Bagi Belanda:
Kas Belanda yang semula kosong dapat terisi kembali, bahkan surplus 832 Juta Gulden.
Perdagangan Belanda yang semula “mati suri” setelah VOC bubar, mulai bangkit kembali.
Pemerintah bukan hanya mampu membiayai negara Induk, tetapi juga membangun beberapa infrastruktur di tanah jajahan.
Kerasnya Cultuurstelsel membuat Pemerintah Belanda banyak mendapatkan kritikan dari kaum humanis.
Tokoh:
1. Eduard Dowes Dekker (Multatuli) 2. Baron van Hoevell
Banyaknya kritik membuat Cultuurstelsel dihentikan.
Bukan hanya kaum humanis yang memberikan kritik untuk menghentikan Cultuurstelsel, tapi juga kaum liberal.
Perjuangan kaum liberal akhirnya menghasilkan UU Agraria (Agrarische Wet). UU Agraria ini nantinya membawa Indonesia memasuki babak baru, dimana
perekonomian bukan lagi dipegang oleh Pemerintah Belanda, melainkan oleh pihak swasta.
POLITIK ETIS
Definisi : suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memiliki tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi sebagai bentuk kritik terhadap pemberlakuan politik tanam paksa.
Pelopor dari politik etis adalah Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus). Mereka membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang.
Dasar pelaksanaannya :pidato pembukaan parlemen Belanda oleh Ratu Wilhelmina (yang pada saat itu baru naik tahta) pada 17 September 1901. Isinya menyatakan bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Panggilan moral itu dituangkan ke dalam kebijakan politik etis, yang
terangkum dalam program Trias Politika yang meliputi :
o irigasi (pengairan), yakni membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian
o emigrasi yakni mengajak penduduk untuk transmigrasi o edukasi, yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan
pendidikan
Pelaksanaan :
Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda dengan membangun irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia.
Prinsip-prinsip atau arah etis (etische koers) yang diterapkan di bidang pendidikan saat itu :
(2) Pendidikan rendah bagi pribumi disesuaikan dnegan kebutuhan mereka. Sistem pendidikan pada masa itu belum lepas dari pola stratifikasi sosial yang telah ada dan disahkan sejak taun 1848 oleh penguasa kolonial. Dalam stratifikasi itu, penduduk dibagi ke dalam 4 golongan :
(1) Golongan Eropa
(2) Golongan yang dipersamakan dengan Eropa (3) Golongan Bumiputera