• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGAGALAN KADERISASI PARTAI POLITIK DITI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEGAGALAN KADERISASI PARTAI POLITIK DITI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KEGAGALAN KADERISASI PARTAI POLITIK: DITINJAU DARI SEPAK TERJANG HARY TANOESOEDIBJO DI DUNIA POLITIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Sosiologi Politik

yang dibina oleh Bapak Petir Pudjantoro

Oleh

Ahmad Atam Maghfiri (140711603167) Defri Eko Widyantoro (140711602791) Luchjinggan Dwi Masruroh (140711602355) Tri Yunita Lisiana (140711603605)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Kegagalan Kaderisasi Partai Politik: Ditinjau dari Sepak Terjang Hary Tanoesoedibjo di Dunia Politik”.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Matakuliah Sosiologi Politik. Dalam proses penulisan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran yang membangun. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Petir Pudjantoro selaku dosen Matakuliah Sosiologi Politik.

2. Teman dan keluarga yang senantiasa mendukung dan memberikan motivasi dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan Makalah ini.

Kami mengharapkan semoga Makalah ini dapat menarik minat dan memberikan manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Malang, September 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan ...2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Tujuan Kaderisasi Partai Politik ...3

B. Contoh Gagalnya Kaderisasi Partai Politik...4

C. Dampak dari Kegagalan Kaderisasi Partai Politik ...8

BAB III PENUTUP...11

A. Kesimpulan...11

B. Saran...11

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi maupun partai politik, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan (proses regenerasi) suatu organisasi atau partai politik ke depan. Fungsi dari kaderisasi sendiri adalah mempersiapkan calon-calon kader yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah partai politik. Dalam rangka kaderisasi, maka kader haruslah anggota dari partai politik yang telah dibekali kemampuan, keterampilan, disipilin ilmu, dan dilatih sebagai calon pemimpin yang memiliki visi dan misi sesuai dengan arah pandangan partai politik serta mampu bersikap demokratis.

Akan tetapi pada kenyataannya banyak partai-partai besar yang dianggap gagal dalam proses kaderisasinya. Salah satu indikasinya adalah adanya kader partai yang meloncat ke partai yang lainnya atau mengundurkan diri dari keanggotaan partai, dan tidak sedikit pula kader-kader partai besar yang tersangkut banyak kasus.

(5)

membahas lebih lanjut tentang permasalahan gagalnya kaderisasi partai politik bagi seorang Hary Tanoe beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat sekaligus bagi partai politik yang telah ditinggalkannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:

a. Apa tujuan dari kaderisasi partai politik?

b. Apa contoh dari gagalnya kaderisasi partai politik?

c. Bagaimana dampak dari kegagalan kaderisasi partai politik? C. Tujuan dan Manfaat

Selain untuk memenuhi tugas matakuliah Sosiologi Politik, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk:

a. Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa tujuan dari kaderisasi partai politik.

b. Untuk mengetahui contoh dari kegagalan kaderisasi partai politik.

c. Untuk mengetahui dampak yang terjadi dari kegagalan kaderisasi partai politik.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Tujuan Kaderisasi Partai Politik

Partai Politik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011 tentang Partai Politik. Dalam Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dijelaskan lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik Pasal 10 dan Pasal 11 memuat tujuan umum dan tujuan khusus Partai Politik serta fungsi Partai Politik.

Dalam praktiknya, partai politik memiliki kewajiban melaksanakan pendidikan politik bagi setiap anggotanya. Pendidikan politik melalui sekolah, pemerintah termasuk partai politik itu sendiri (beserta peserta didiknya) merupakan proses dialogik yang turut andil dalam pembangunan kesadaran politik dalam rangka pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai, norma dan juga simbol-simbol yang dianggap ideal dan baik bagi pendidikan politik selain untuk meningkatkan pengetahuan politik masyarakat, diharapkan pula dapat mendorong masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam sistem politik.1

Proses kaderisisasi dalam suatu partai politik merupakan nilai yang fundamental dan mendasar bagi partai poltik untuk menggodok kader-kadernya yang memiliki visi demokrasi dan bermental jujur. Sebab apabila dalam diri kader partai politik memiliki intensitas pendidikan politik yang masih rendah , maka akan berpengaruh besar terhadap eksistensi partai politik itu sendiri.2

1 Adli Hasanuddin, Pelaksanaan Sistem Kaderisasi Partai Golkar di Kota Pekanbaru Tahun 2011-2013.hlm.2

2 Andhika S.G Tobing. Kaderisasi dan Penetapan Caleg Parati Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Pivinsi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara.

(7)

Tujuan dan fungsi dari kaderisasi ini adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap untuk melanjutkan tongkat estafet perjuangan suatu partai politik. Dalam rangka kaderisasi, maka kader haruslah anggota dari partai politik yang telah dibekali kemampuan, keterampilan, disipilin ilmu, dan dilatih sebagai calon pemimpin yang memiliki visi dan misi sesuai dengan arah pandangan partai politik serta mampu bersikap demokratis. Sehingga tujuan kaderisasi ini akan berhasil apabila yang bersangkutan dapat mengemban amanah dan tanggungjawabnya manakala kader yang bersangkutan telah memenangkan pemilihan umum atau menjadi anggota legislatif.

Akan tetapi, pada kenyataannya banyak partai politik yang dianggap gagal dalam kaderisasinya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan salah satu indikasinya yaitu banyaknya kader partai yang meloncat ke partai lain atau mengundurkan diri dari keanggotaannya. Bahkan ada juga yang mendirikan partai baru. Tak sedikit pula yang terjerat kasus korupsi, suap, dan lain sebagainya.

B. Contoh Gagalnya Kaderisasi Partai Politik

Di atas telah disebutkan secara jelas tujuan kaderisasi partai politik, bahwa dengan adanya proses kaderisasi dapat mencetak kader-kader yang kompeten dan profesional, serta loyal terhadap partainya. Namun, dalam implementasinya banyak juga para kader yang tidak setia atau loyal kepada partainya. Figur Hary Tanoesoedibjo yang dikenal sebagai pengusaha media sekaligus seorang politikus rupanya tidak asing di dunia perpolitikan Indonesia. Pemilik Perusahaan Media Nusantara Citra (MNC) ini mengawali karier politiknya sejak bulan Oktober 2011, yang tergabung dalam Partai Nasional Demokrat atau yang lebih dikenal dengan Partai Nasdem. Di partai tersebut, HT menduduki posisi penting yakni sebagai Ketua Dewan Pakar dan juga Wakil Ketua Majelis Nasional.3

(8)

3 Enro Zeke, Figur Hary Tanoesoedibjo di Iklan Media Massa dalam Persepsi Pemilih

Pemula Mahasiswa Fispol Unsrat. Journal Vol. III No. 1. Tahun 2014. hlm.7

Berat meninggalkan Partai Nasdem yang telah dua tahun ia besarkan; apalagi Partai Nasdem telah berhasil lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan resmi menjadi partai politik peserta Pemilu 2014 dengan Nomor Urutan 1.

Menurut Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada bulan Maret 2012 menempatkan Partai Nasdem kedalam lima besar dengan berada diposisi keempat dengan perolehan 5.9% bila pemilu anggota DPR diadakan sekarang.

Grafikdaftar partai lama plus partai‐partai baru dalam pemilihan anggota DPR (%)

(Sumber: Setyawati, Jurnal Politik Muda, 1 (1): 55-56)

(9)

Berdasarkan artikel dalam majalah Aktual Edisi 20 (14-28 April 2014, hlm. 12), disinggung bahwa keberadaan HT ternyata tidak mampu mendongkrak suara Hanura pada Pemilu Legislatif 9 April 2014. Partai yang dinahkodai mantan Panglima TNI Wiranto ini hanya mendapatkan suara 5 persen dari hasil hitung cepat sejumlah lembaga. Dalam hitung cepat yang dilakukan berbagai lembaga survei, posisi Hanura berada di urutan 10 dengan perolehan suara 5 persen saja. Sangat jauh, dari target yakni menembus dua digit perolehan suara. Bahkan suara Partai Hanura kalah dengan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang dulu sempat disinggahi Hary. Partai yang dipimpin Surya Paloh mendapatkan suara 6,5 persen. Perolehan suara ini tentu memanaskan internal Partai Hanura.

Tidak lama kemudian HT mengundurkan diri dari Partai Hanura. Dilansir dari Tempo.Co, Jakarta (23 Mei 2014) –“alasan keluarnya dari Partai Hanura lantaran kurang mendapatkan porsi lebih dalam mengambil sebuah keputusan di Hanura.”

Pada 7 Februari 2015, HT mendeklarasikan Partai Politik baru, yaitu Partai Persatuan Indonesia atau biasa disebut Partai Perindo. Pada acara deklarasi tersebut, dihadiri oleh beberapa petinggi Koalisi Merah Putih (KMP), seperti Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Amanat Nasioanl Hatta Rajasa, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta, dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Djan Faridz. Selain itu juga hadir Wiranto, Ketua Umum Hanura. Awalnya Perindo adalah ormas yang baru dideklarasikan pada 24 Februari 2015 di Istora Senayan, Jakarta dan kini sudah resmi menjadi suatu partai politik sendiri.4

(10)

kaderisasi apabila ia mampu menanamkan ideologi, visi dan misi partainya kepada para kader-kadernya. Sehingga, para kader yang sudah terbentuk itu akan selalu setia dan loyal bahkan membela mati-matian kepentingan partai yang telah membesarkannya. Justru tidak seperti apa yang dilakukan oleh HT, jika memang ada suatu konflik antar anggota, bisa diselesaikan secara damai di dalam tubuh partai tersebut. Atau bahkan jika ada pemikiran yang berbeda dengan partai bisa dimusyawarahkan secara baik-baik, karena sebelum bergabung dengan suatu organisasi atau partai politik tentunya sudah memikirkan konsekuensinya secara matang-matang, terutama janjinya untuk mengabdi kepada partai.

Dari sepak terjang HT di Partai Nasdem ternyata telah membawa beberapa

4 Wikipedia Bahasa Indonesia “Hary Tanoesoedibjo”, (Online).

(11)

Namun, dengan terpilihnya Surya Paloh sebagai Ketua Umum, peluang tersebut sangat kecil baginya. Sehingga, keluar dari Nasdem menjadi jalan alternatif bagi dirinya.

Karier politik HT di Partai Hanura pada awalnya cukup baik, dengan mendapatkan jabatan strategis sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Hanura, bahkan langsung dijadikan sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Wiranto seharusnya bisa dimanfaatkan secara baik oleh HT. Walaupun banyak pemberitaan yang tidak baik mengenai dirinya seputar pemilu tahun lalu, seharusnya hal itu tidak menjadikannya putus asa dan mundur dari Partai Hanura.

Berdasarkan Tempo.Co, Jakarta (1 Mei 2014) –“Hanura kehilangan sekitar lima juta suara karena HT.” Jika mengkritisi potongan berita tersebut, tidak seharusnya HT yang menjadi kambing hitam akan kekalahan Hanura dalam pemilu. Berbagai upaya sudah dilakukan HT dengan promosi melalui media massa miliknya. Wajar saja jika Hanura mendapat suara yang relatif sedikit, karena Hanura juga tergolong partai baru. Apabila kalah itu sudah menjadi hal yang biasa, karena saingan dari partai lain juga sangat berat dan mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat. Tampaknya, situasi itu menyudutkan HT sehingga dia tidak bebas bergerak dalam tubuh Partai Hanura. Jalan akhir yang ditempuh seorang Hary Tanoe adalah mengundurkan diri dari Hanura, walaupun banyak pro dan kontra atas pengunduran dirinya.

(12)

terhadap setiap gesekan tentang permasalahan politik terutama dalam proses perebutan kedudukan dan kekuasaan, serta yang paling penting adalah loyalitas terhadap partainya. Eksistensi partai akan tetap terjaga jika kader-kadernya bisa menjaga dan mempertahankan keutuhan partainya.

Berdasarkan dari contoh fenomena di atas, menggambarkan bahwa kegagalan kaderisasi menyebabkan permasalahan yang begitu kompleks bagi para kader maupun partai politik itu sendiri. Persaingan yang begitu ketat seharusnya diimbangi dengan mental yang kuat serta solidaritas dan dukungan dari sesama anggota partai politik. Tanpa hal itu, kemungkinan yang terjadi dalam partai politik adalah kehancuran akibat tidak adanya rasa percaya antar sesama anggota, dan sangat mustahil tujuan atau visi dan misi partai akan terwujud secara nyata.

C. Dampak Kegagalan Kaderisasi Partai Politik

Berdasarkan contoh dari kegagalan kaderisasi partai politik yang telah dipaparkan dalam pembahasan di atas, kami dapat menilai bahwa sosok Hary Tanoe adalah seorang kader yang masih labil dalam mencari jati dirinya di dunia perpolitikan Indonesia. Berpindahnya Hary Tanoe dari Partai Nasdem ke Partai Hanura tidak cukup membuatnya puas untuk melanjutkan kiprahnya di dunia politik. Dan pada akhirnya keinginan untuk memiliki partai sendiri sudah terwujud dengan dideklarasikannya Partai Perindo pada bulan Februari yang lalu.

(13)

perseteruan antara pendukung HT dengan para kader atau anggota Partai Hanura yang lain.

Dari situ, kami dapat menilai bahwa gagalnya proses kaderisasi berdampak besar bagi eksistensi partai politik. Karena, jika kebanyakan kader-kader seperti sosok HT, maka yang pasti terjadi adalah perpecahan di dalam tubuh partai politik tersebut. Dengan keluarnya satu-persatu kader, partai politik akan kehilangan anggotanya. Meskipun peran kader tersebut tidak terlalu besar dalam suatu partai, akan tetapi tanggungjawab suatu organisasi atau partai politik untuk melindungi dan mempertahankan anggotanya sudah menjadi kewajiban yang mutlak demi keutuhan partai itu sendiri. Kalau banyak para kader yang keluar, maka proses regenerasi juga akan terhambat. Terutama bagi para kader yang memegang jabatan penting, karena sebelum berakhir masa jabatannya, harus mencari pengganti lain untuk melanjutkan tugasnya yang belum selesai. Bukti dari gagalnya proses kaderisasi bagi HT adalah dia tidak loyal terhadap partainya. Walaupun dia memiliki hak untuk memilih partai mana yang akan disinggahinya, tapi secara etika itu sangat tidak baik. Karena dia tidak dapat mengemban amanah dari partainya serta tidak dapat memegang janji untuk loyal kepada partai yang telah ditinggalkannya.

(14)

Tidak hanya itu, masyarakat yang ingin mencalonkan sebagai kader pada partai tersebut akan berpikir ulang. Karena hal tersebut dapat mengurangi rasa simpati dan kepercayaan masyarakat terhadap partai tersebut.

Apabila dilihat dari sudut pandang si kader, tentu saja hal itu akan mempengaruhi kehidupan politiknya. Semakin sering kader berpindah-pindah, maka kepercayaan partai atau organisasi yang akan menerimanya juga akan berkurang. Bisa saja calon partai politik itu menilai si calon kader sangat labil, sehingga tidak bisa kompak bekerja dalam tim. Selain itu, partai juga memikirkan secara matang untuk menerima calon kader tersebut atau tidak. Sebab, dengan masuknya kader ke dalam partai dapat membawa keuntungan apa tidak. Atau bahkan justru merugikan bagi partai itu sendiri.

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kaderisasi adalah wajib dan bersifat fundamental bagi sebuah organisasi partai politik. Dalam proses kaderisasi, partai politik bertugas memberikan pendidikan politik kepada para kader-kadernya. Kaderisasi merupakan langkah dalam menyiapkan kader-kader yang loyal dan memiliki visi misi sesuai dengan pandangan partai politik yang kemudian akan meneruskan tongkat estafet perjuangan partai politik yang bersangkutan.

Namun pada kenyataannya tidak semua partai politik sukses dalam mengkaderisasi anggotanya. Sosok Hary Tanoe yang sering bergonta-ganti partai politik, adalah salah satu contoh ketidakloyalan seorang kader. Memang seorang yang masuk ke dalam dunia politik berhak untuk masuk ke dalam partai politik manapun, namun secara etika sangat tidak pantas apabila seorang kader dengan seenaknya berpindah-pindahh haluan dari partai satu ke partai lain. Selain akan mengganggu internal dari partai politik yang ditinggalkan, maka hal demikian juga akan memberikan kesan bahwa partai politik yang ditinggalkan telah gagal mengkaderisasi anggotanya, sehingga anggota yang bersangkutan pergi meninggalkannya untuk bergabung dengan partai lain.

B. Saran

Sistem kaderisasi partai politik di Indonesia m,emiliki karakteristik yang berbeda antara partai satu dengan partai yang lainnya, yakni disesuaikan dengan AD-ART yang telah mereka bentuk dan disepakati bersama. Namun dalam implementasinya, tidak semua partai berhasil mengkaderisasi anggotanya sesuai dengan visi-misi dan harapan partai. Seharusnya partai politik di Indonesia lebih giat dalam melakukan proses pengkaderan. Pasalnya banyak partai politik di Indonesia ini yang dalam proses kaderisasinya masih kurang efektif. Terbukti dengan banyaknya kader-kader partai politik yang pindah haluan ke partai lain demi mengakomodir kepentingan pribadinya.

(16)
(17)

DAFTAR RUJUKAN

Budiardjo, Miriam. Prof. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

S.G Tobing, Andhika. Kaderisasi dan Penetapan Caleg Parati Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Pivinsi Sumatera Utara dalam Penetapan

Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara. Medan: Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Zeke, Enro. 2014. Figur Hary Tanoesoedibjo di Iklan Media Massa dalam Persepsi Pemilih Pemula Mahasiswa Fispol Unsrat. Jurnal Ilmu Politik, (Online), 3 (1) : 6-7,

(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/download/447 5/4007), diakses 14 September 2015.

Setyawati, Endang. 2012. Pengusaha Media dan Kepemimpinan Partai Politik (Studi Kasus : Hary Tanoesoedibjo sebagai Ketua Dewan Pakar Partai NASDEM). Jurnal Politik Muda, (Online), 1 (1) : 55-56, (http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-55-66%20Endang %20Setyawati.pdf.html/), diakses 14 September 2015.

Wikipedia Bahasa Indonesia. 2014. Hary Tanoesoedibjo. (Online),

(https://id.wikipedia.org/wiki/Hary_Tanoesoedibjo), diakses pada

14 September 2015.

Hary-Tanoe-Mundur-dari-Hanura), diakses pada 14

September 2015.

Detik News. 2013. Ini Penjelasan Lengkap Hary Tanoe Soal Pengunduran Diri dari Nasdem. (Online), ( http://news.detik.com/berita/2148660/ini-penjelasan-lengkap-hary-tanoe-soal-pengunduran-diri-dari-nasdem), diakses pada 14 September 2015.

(18)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa sekarang ini sedang gencar-gencarnya pembinaan agar guru menjadi tenaga yang professional, pemerintah melalui undang- undangnya menetapkan undang-undang

Based on the frameworks offered by Lederach, Kelly and Hamber 6 , reconciliation can be understood as the convergence of multiple processes that move a society to

Las actividades exclusivas del Estado son aquéllas que implican ejercicio de poder o autoridad, tanto para garantizar el cumplimiento de las leyes y políticas

Data yang disajikan dalam penerbitan ini mencakup data industri pengolahan keadaan tahun 2014 meliputi : daftar nama dan alamat perusahaan, jumlah perusahaan dan

Topeng yang diciptakan disesuaikan dengan bentuk dari wujud yang ada dalam sejarah pagebluk tersebut.Topeng terdiri dari topeng genderuwo, Raden Ayu Roro Tumpi, Wewe Putih dan

Curah hujan menjadi faktor penting dalam memanfaatkan lahan kota semarang baik sebagai lahan hunian maupun sebagai lahan perkebunan, hal ini dikarenakan curah hujan sangat

kulit kopi mempunyai kandungan unsur makro yang sangat baik bagi tanaman.. Diantarnya yaitu nitrogen, fosfor dan kalium sehingga limbah kulit

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham