• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Kompos Campuran Manure Ayam Broiler dan Limbah Kulit Kopi dengan Berbagai Dosis MOD (Microorganisme Decomposer) Terhadap Kualitas Indigoferazollingeriana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Kompos Campuran Manure Ayam Broiler dan Limbah Kulit Kopi dengan Berbagai Dosis MOD (Microorganisme Decomposer) Terhadap Kualitas Indigoferazollingeriana"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kulit Kopi

Kuli buah kopi termasuk kategori limbah basah (wet byproducts) karena masih mengandung kadar air 75 – 80%, sehingga dapat rusak dengan cepat

apabila tidak segera diproses. Perlakuan melalui pengeringan membutuhkan biaya

yang relatif tinggi, sehingga perlu dikembangkan melalui teknologi alternatif lain

agar produk tersebut dapat dimanfaatkan secara lebih efisien

(Simanihuruk dan Sirait, 2010).

Gambar 1. Kulit Kopi

Limbah kulit kopi merupakan limbah pabrik yang dapat dijadikan

alternatif sebagai pupuk organik yang jarang sekali dimanfaatkan, padahal limbah

kulit kopi mempunyai kandungan unsur makro yang sangat baik bagi tanaman.

Diantarnya yaitu nitrogen, fosfor dan kalium sehingga limbah kulit kopi ternyata

dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan

daun (Haryani, 2012).

Kulit buah kopi merupakan limbah dari pengolahan buah kopi untuk

(2)

zat makanan kulit buah kopi dipengaruhi oleh metode pengolahannya apakah

secara basah atau kering

Kandungan zat makanan kulit buah kopi berdasarkan metode pengolahan.

Pada metode pengolahan basah, buah kopi ditempatkan pada tanki mesin

pengupas lalu disiram dengan air, mesin pengupas bekerja memisahkan biji dari

kulit buah. Sedangkan pengolahan kering lebih sederhana, biasanya buah kopi

dibiarkan mongering pada batangnya sebelum dipanen. Selanjutnya langsung

dipisahkan biji dan kulit buah kopi dengan menggunakan mesin.

Gambar 2. Proses Pengolahan Kopi

Kulit kopi terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu : 1). Lapisan bagian luar tipis

yakni yang disebut "Exocarp"; lapisan ini kalau sudah masak berwarna merah. 2).

Lapisan Daging buah; daging buah ini mengandung serabut yang bila sudah

masak berlendir dan rasanya manis, maka sering disukai binatang kera atau

(3)

dalam; kulit tanduk ini merupakan lapisan tanduk yang menjadi batas kulit dan

biji yang keadaannya agak keras. Kulit ini disebut "Endocarp" (AAK, 1988).

Gambar 3. Kulit Daging Buah Kopi

Hasil penelitian Baon et al. (2005) menunjukkan bahwa kadar C-organik

kulit buah kopi adalah 45,3%, kadar nitrogen 2,98%, fosfor 0,18%, dan kalium

2,26%. Selain itu, kulit buah kopi juga mengandung unsur Ca, Mg, Mn, Fe, Cu

dan Zn.

Pengomposan limbah padat mesti dilakukan untuk menghindari pengaruh

negatifnya terhadap tanaman akibat rasio C/N bahan yang tinggi, disamping untuk

mengurangi volume bahan agar memudahkan dalam aplikasi serta mengurangi

pencemaran lingkungan.

Tabel 1. Kandungan zat gizi kulit kopi Zat Nutrisi Kandungan (%)

Tanpa diamoniasi

Kandungan (%) Setelah diamoniasi

Bahan Kering 90,52 94,85

Lemak Kasar 1,31 1,93

Serat Kasar 34,11 27,52

Protein Kasar 6,27 8,67

Abu 7,54 8,47

Kadar Air 9,48 5,15

(4)

Kompos

Kompos sebagai salah satu bentuk bahan organik memiliki peran utama

sebagai pembenah struktur tanah sehingga menjadi gembur dan menjadi tempat

tumbuh yang baik bagi akar tanaman dan organisme tanah yang diperlukan dalam

proses penyediaan unsur hara bagi tanaman (Suiatna, 2010).

Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil

yang berupa bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel

merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial bagi tanah, karena

perannya yang sangat penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi

tanah, namun bila sisa hasil tanamantidak dikelola dengan baik maka akan

berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti mengakibatkan rendahnya

keberhasilan pertumbuhan benih karena imobilisasi hara, allelopati, atau sebagai

tempat berkembangbiaknya patogen tanaman. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan

busuk bila berada dalam keadaan basah dan lembap, seperti halnya daun daun

menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan menyatu dengan tanah. Selama proses

perubahan dan peruraian bahan organik, unsur hara akan bebas menjadi bentuk

yang larut dan dapat diserap tanaman. Sebelum mengalami proses perubahan, sisa

hewan dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman, karena unsur hara masih

dalam bentuk terikat yang tidak dapat diserap oleh tanaman (Anwar et al, 2006)

Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan

sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta

sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara

(5)

manusia, yaitu dengan menambahkanmikroorganisme pengurai sehingga dalam

waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik (Anwar et al, 2006)

Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat,

selulosa, hemiselulosa, lemak, dan lilin menjadi dan air, 2) zat putih

telurmenjadi amonia, , dan air, 3) peruraian senyawa organik menjadi

senyawa yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut kadar

karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat.

Dengan demikian C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah

(Indriani, 2007).

Ada dua mekanisme proses pengomposan berdasarkan ketersediaan

oksigen bebas, yakni pengomposan secara aerobik dan anaerobik.

a. Pengomposan secara Aerobik

Pada pengomposan secara aerobik, oksigen mutlak dibutuhkan.

Mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan membutuhkan oksigen

dan air untuk merombak bahan organik dan mengasimilasikan sejumlah karbon,

nitrogen, fosfor, belerang, dan unsur lainnya untuk sintesis protoplasma sel

tubuhnya (Simamora dan Salundik, 2006).

Dalam sistem ini, kurang lebih 2/3 unsur karbon (C) menguap menjadi

CO2 dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Selama

proses pengomposan aerobik tidak timbul bau busuk. Selama proses

pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas

(6)

Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O

(air), humus, dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat

disajikan dengan reaksi sebagai berikut :

Mikroba aerob

Bahan organik CO2 + H2O + Humus + Hara + Energi

(Djuarnani dkk, 2005).

b. Pengomposan secara Anaerobik

Dekomposisi secara anaerobik merupakan modifikasi biologis pada

struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara).

Proses ini merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi temperature

seperti yang terjadi pada proses pengomposan secara aerobik. Namun, pada

prosesanaerobik perlu tambahan panas dari luar sebesar 300 C

(Djuarnani dkk, 2005).

Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas metan (CH4),

karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah

seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat.

Gas metan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya

berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padatan ini

yang disebut kompos. Namun, kadar airnya masih tinggi sehingga sebelum

digunakan harus dikeringkan (Simamora dan Salundik, 2006).

Pembuatan kompos pada prinsipnya cukup mudah bisa dilakukan dengan

cara membiarkan bahan organik hingga malapuk atau menambahkan activator

untuk mempercepat proses pengomposan.

Ciri-ciri kompos yang baik : a. Berwarna coklat; b. Berstruktur remah;

(7)

Kandungan zat hara dalam kompos terdiri darikarbon 8,2%, nitrogen

0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari cairan 41%

dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23. C/N merupakan

perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang tinggi kurang baik

diberikan ke tanaman karena proses peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam

tanah. CO2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik

terhadap pertumbuhan tanaman (Prihmantoro, 2003).

Pengaruh Pupuk Terhadap Kesuburan Tanah

Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan

beberapa manfaat diantaranya menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman,

menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan

daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman,

menghemat pemakaian pupuk kimia (Hadisumitro, 2009).

Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat

tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk

bersatu menjadiagregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam

pembentukan struktur tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah

yang lain adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah

ukuran yang menunjukkan bagiantanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang

terisi oleh udara dan air (Atmojo, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan, penambahan bahan humat 1 persen pada

latosol mampu meningkatkan 35,75 % pori air tersedia dari 6,07 % menjadi 8,24

% volume (Herudjito, 1999). Dengan demikian akanmeningkatkan pori yang

(8)

perbaikan aerasi untuk tanah lempung berat. Terbukti penambahan bahanorganik

(pupuk kandang) akan meningkatkan pori total tanah dan akan menurunkanberat

volume tanah (Wiskandar, 2002).

Gambar 4.Tanaman dengan berbagai pemberian jenis pupuk.

Keterangan :A) kontrol, tanpa pemupukan sama sekali. Tanaman terlihat sangat merana.

B) Diberi pupuk kimia, tanaman tetap merana meskipun tumbuh lebih baik.

C) Diberi kompos/pupuk organik. Hasilnya jauh lebih baik.

D) Diberi pupuk organik/kompos dan biofertilizer. Tumbuhnya paling baik. (Isroi, 2009).

Proses Mekanisme Penyerapan Unsur Hara

Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun.

Unsur C dan O diambil tanaman dari udara sebagai melaui stomata daun

dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah ( ) oleh akar

tanaman.Dalam jumlah sedikit air juga diserap tanaman melalui daun.Penelitian

dengan unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H dari air yang

digunakan tanaman, sedang oksigen dalam air tersebut dibebaskan sebagai gas

(9)

Gambar 5.Mekanisme Pengikatan Nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting

di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi

kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat

dalamtanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga

perludiberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk

mempertinggiproduksi.Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi

kebutuhanpangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak

(Dewi, 2007).

Bakteri penambat nitrogen yang terdapat didalam akar kacang-kacangan

adalah jenis bakteri Rhizobium. Bakteri ini masuk melalui rambut-rambut akar

dan menetap dalam akar tersebut dan membentuk bintil pada akar yang bersifat

khas pada kacang–kacangan. Belum diketahui sepenuhnya bagaimana rhizobium

masuk melalui rambut–rambut akar, terus ke dalam badan akar dan selanjutnya

(10)

Asosiasi simbiotik antara legum-Rhizobium membentuk organ nodul pada

akar yang berperan sebagai symbiotic nitrogen fixation (SNF). Pada SNF terdapat

bakteroid yang sangat sensitif terhadap gangguan metabolik dan lingkungan

seperti, cekaman kekeringan suhu, salinitas, logam berat dan nitrat tanah.

Pembentukan nodul akar dikontrol oleh sinyal molekul bakteri ekstraseluler yaitu

faktor nod yang akan dikenali oleh tanaman inang. Komunikasi awal antara

legum-Rhizobium terjadi karena adanya pertukaran sinyal yaitu sinyal flavonoid

spesifik yang diproduksi tanaman legum dan respon balik dari Rhizobium dengan

memproduksi sinyal baru berupa lipo-chitooligosaccharide (LCO: sinyal Nod).

Tipe nodulasi yang terbentuk bersifat spesifik tergantung dari tanaman inang

(Sugiyarto, 2009).

Flavonoid yang dikeluarkan sel-sel akar mengaktifkan gen nod pada

bakteri sehingga menginduksi pembentukan nodul pada akar. Berdasarkan studi

secara in vitro, flavonoid berperan sebagai induser pada ekspresi gen nod (gen

nod berkaitan dengan biosintesis sinyal Nod pada Rhizobium dan berperan

sebagai chemo-attractant untuk menghimpun Rhizobium yang kompatibel pada permukaan akar. Selama nodulasi, flavonoid mempunyai peran ganda, yaitu

sebagai molekul sinyal pada daerah rhizosfer untuk menghimpun Rhizobium yang

sesuai, dan menginduksi biosintesis sinyal Nod (Subramanian dkk, 2007).

Kesuksesan nodulasi terjadi pada kondisi terbatasnya nitrogen. Walaupun

pada kondisi optimal, kebanyakan jalur infeksi terjadi pada lapisan sel hipodermal

akar dan jumlah nodul yang terbentuk dibatasi oleh tanaman itu sendiri. Beberapa

kondisi lingkungan merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan dan aktivitas

(11)

nitrogen sanagt berhubungan dengan fisiologi tanaman inang. Tipikal cekaman

lingkungan yang biasa dihadapi oleh nodul legum dan partner rizobiumnya adalah

kekeringan, salinitas, suhu, logam berat, hilangnya fotosintat dan nitar tanah

(Sugiyarto, 2009).

Unsur hara kalium (K) kegunaan utamanya untuk membantu pembentukan

protein dan karbohidrat. Pemberian unsur ini akan memperkuat tanaman sehingga

daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Selain itu kalium juga membuat

tanaman tahan terhadap kekeringan dan penyakit (Donahue et al., 1997).

Beberapa kelompok bakteri yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

produksi tanaman adalah : (a) Rhizobium (bakteri penambat N2 yang bersimbiosis

dengan kacang – kacangan, (b) Azotobakter, Azospirillum (bakteri penambat N2

yang tidak bersimbiosis dengan tanaman, (c) Bacillus subtilis, B. polymixa

(bakteri penghasil senyawa yang dapat melarutkan fosfat tanah), (d) Clostridium

dan (e) Pseudomonas fluorescens dan P. putia (Dewi, 2007).

Peranan unsur N dalam tanaman yang terpenting adalah sebagai penyusun

atau sebagai bahan dasar protein dan pembentukan klorofil karena itu N

mempunyai fungsi membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih hijau, banyak

mengandung butir-butir hijau dan yang terpenting dalam proses fotosintesis,

mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi

tanaman dan jumlah anakan, menambah ukuran daun dan menyediakan bahan

makanan bagi mikrobia (jasad-jasad renik yang bekerja menghancurkan

(12)

Manure Ayam

Kotoran ayam merupakan jenis pupuk organik yang berasal dari

bahanbahan organik, pupuk ini biasanya digunakan sebagai pupuk dasar yaitu

dicampurkan ke tanah pada saat masa tanam, meskipun hanya menyediakan

unsur-unsur dalam jumlah sedikit tetapi pupuk ini sangat baik untuk memperbaiki

sifat tanah menjadi gembur dan dapat ditembus akar dengan mudah serta dapat

menyimpan udara atau air yang cukup. Kandungan unsur-unsur yang diperlukan

tanaman yang terdapat pada kotoran ayam yaitu; N = 1,0 ; = 0,80 dan =

0,40 (Intan, 1983).

Di dalam kotoran ternak terdapat zat-zat yang dapat dimanfaatkan bagi

pertumbuhan tanaman. Kandungan hara dalam kotoran ternak yang penting untuk

tanaman antara lain unsur nitrogen (N), phospor (P), dan kalium (K). Ketiga unsur

ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur

nitrogen(N) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara

keseluruhan, terutama batang tanaman. Unsur phospor (P) bagi tanaman lebih

banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman

muda. Unsur kalium (K) berperan dalam membentuk protein dan karbohidrat bagi

tanaman.(Setiawan, 1996).

(13)

Domba-cair 1,35 0,05 2,10 85

MOD-71 merupakan bioaktivator berbentuk cairan yang mengandung

isolat asli alam Indonesia, seperti Azotobacter, Bacillus, Nitromonas, Nitrobacter,

Pseudomonas, Chytophaga, Sporocytophaga, Micrococcus, Actinomycetes,

Streptomyces, sedangkan dari jenis fungi adalah Trichoderma, Aspergillus

Gliocladium dan Penicilium (Utomo, 2009).

Sejumlah kajian mengindikasikan bahwa Azotobacter merupakan

rizobakteri yang selalu terdapat di tanaman serealia seperti jagung dan gandum

(Hindersah and Simarmata, 2004) serta sayuran. Azotobacter merupakan bakteri

penambat nitrogen aerobik non-simbiotik yang mampu menambat nitrogen dalam

jumlah yang cukup tinggi, bervariasi + 2-15 mg nitrogen/gram sumber karbon

yang digunakan, meskipun hasil yang lebih tinggi seringkali dilaporkan

(Subba Rao, 1982).

Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik,

MOD juga bermanfaat dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,

menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman, menyehatkan tanaman,

meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi

(Suprat et, al., 2011).

Fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dengan bantuan dari

(14)

reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat

organik dengan menghasilkan produk tertantu. Fermentasi merupakan proses

biokimia yang menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari

pemecahan kandungan bahan tersebut (Hardjo et al., 1989).

Fermentasi juga sering didefinisikan sebagai pemecahan karbohidrat dan

asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat

dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam

amino dapat difermentasikan oleh beberapa janis bakteri tertentu (Adams, 2000).

Indigofera zollingeriana

Hijauan

Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman

dalam bentuk daun-daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah

bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lainseperti daun nangka, aur, daun waru, dan lain sebagainya. Kelompok makanan

hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan

ternak bisa diberikan dalam dua bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering.

1. Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam

bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, lguminosa segar dan

silase.

2. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja

dikeringkan (hay) ataupun jerami kering.

Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan penting, sebab

(15)

Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa karena bahan

tersebut diberikan dalam jumlah besar (AAK, 1983).

Legum merupakan jenis hijauan yang bijinya berkeping dua. Pada

umumnya legum mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan

graminae. Pemanfaatan legum sebagai hijauan pakan tidak boleh diremehkan

karena ia mampu menyuplai kebutuhan protein ternak. Selain itu, tanaman legum

juga banyak memeiliki manfaat lain yaitu sebagai penyubur tanah, sebagai

penyuplai nitrogen bagi rumput, dan sebagai tanaman vegetasi pencegah erosi

(Hasan, 2012).

Deskripsi Tanaman Indigofera

Spesies I. zollingeriana kemungkinan berasal dari daratan Asia, tetapi kini tersebar di seluruh wilayah tropis lain seperti Indonesia, dengan tujuan untuk

konservarsi hutan., tanaman pelindung,pembuatan tarum alami dan pupuk hijau

(green manure) pada lahan pertanian (Wilson and Rowe, 2008).

Indigofera Sp merupakan tanaman dari kelompok kacangan (family

: Fabaceae) dengan genus Indigofera dan memiliki 700 spesies yang tersebar di

Benua Afrika, Asia dan Amerika Utara. Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa

ke Indonesia, oleh kolonial Eropa serta terus berkembang secara luas

(Tjelele, 2006).

Leguminosa pohon Indigofera sp. memiliki pertumbuhan yang relative

cepat. Hasil pengamatan tinggi tanaman setelah umur 7 bulan adalah 418 cm.

Batang bawah dan tengah berwarna hijau muda keabu-abuan, sedang batang

bagian atas berwarna hijau muda. Rataan lingkar batang bawah, tengah dan atas

(16)

daun polifaliate (satu tangkai daun terdiri atas beberapa helai) dan berbentuk

lonjong memanjang. Jumlah daun percabang bervariasi antara 11 hingga 21

daun.Warna daun hijau muda sampai hijau tua umur tanaman, semakin hijau

warna daunnya (Sirait et al, 2011).

Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan

nitrogen, fosfor dan kalsium. Indigofera Sp mengandung pigmen indigo, yang

sangat penting untuk pertanian komersial pada daerah tropik dan sub tropik,

selanjutnya dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan suplemen kualitas

tinggi untuk ternak ruminansia (Haude, 1997).

Leguminosa Indigofera sp, cukup potensial dimanfaatkan sebagai pakan

kambing karena menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan produksi yang

tinggi (51 ton segar/ha/panen) serta nilai nutrisi yang tinggi (protein kasar 24,17%

dan energy bruto 4,038 Kkal/kg) (Sirait et al, 2011).

Leguminosa pohon Indigofera sp. berpotensi untuk digunakan sebagai

pakan basal pengganti rumput pada ternak kambing. Taraf penggunaan Indigofera

sp. sebagai pakan basal berkisar antara 25 – 75% dari total bahan kering pakan

(Simanuhuruk dan Sirait, 2009).

Budidaya I. zollingeriana sangat mudah karena dapat dilakukan secara generatif dengan biji dan vegetative melalui stek batang. Tanaman dapat

menghasilkan biji setiap saat, tidak seperti halnya pada jenis leguminosa pohon

lain yang umumnya hanya berbunga dan berbuah satu musim sekali yaitu ada

musim kemarau. Penanaman dapat dilakukan secara monokultur, tanaman sela

(17)

Klasifikasi Indigofera

Klasifikasi tanaman Indigofera sp. (Hassen et al., 2006) sebagai berikut:

Divisi: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class : Dicotyledonae, Family:

Rosales, Subfamily: Leguminosainosae, Genus: Indigofera, Spesies: Indigofera zollingeriana.

Menurut Ngo van Man et al. (1995) laju pertumbuhan Indigofera sp. pada tanah masam dengan pH 4,5-5,0, lebih cepat sebesar 9,8 cm per dua minggu, dari

pada Leucaena sp. sebesar 7,8 cm per dua minggu.Sedangkan laju pertumbuhan tanaman paling lambat adalah, Desmodium dan Flemingia congesta berturut-turut sebesar 4,8 dan 4,5 cm per dua minggu.

Pertumbuhan I. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral) dengan kondisi kapasitas lapang(kontrol) dan cekaman kekeringan sedang

(moderate drought stress) tidak ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami sedikit penurunan selama cekaman kekeringan berat (severe drought stress) pada umur tanaman enam bulan, sehingga dikategorikan tanaman toleran terhadap

cekaman kekeringan (Herdiawan, 2013).

Indigofera sp. memiliki toleransi yang luasterhadap tanah masam, salin,

genangan dan cekaman kekeringan (Yuhaeni, 1989).

Kandungan Nutrisi Indigofera zollingeriana.

Leguminosa pohon Indigofera sp. dapatdigunakan sebagai pakan basal

ternak kambing pengganti rumput.Taraf penggunaan Indigofera sp.sebagai pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan (Simanihuruk & Sirait 2009).

(18)

memperbaiki efisiensi pemanfaatan nutrien menjadi produk susu. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah konsumsi pakan harian,peningkatan nilai kecernaan pakan,

serta peningkatan produksi susu harian kambing PE laktasi ke-2 dan kambing

Saanen laktasi ke-3 (Apdini, 2011).

Kandungan serat kasar tertinggi dicapai pada kombinasi perlakuan

cekaman kekeringan berat (25% KL) dan pemangkasan 120 hari, yaitu sebesar

29,35% dan terendah dicapai pada kombinasi perlakuan kontrol (100% KL) dan

pemangkasan 60 hari yaitu sebesar 18,18% (Herdiawan, 2013).

Akbarillah et al. (2010) melaporkan bahwa penggunaan daun Indigofera

segar 15% menurunkan konsumsi pakan, produksi telur, berat telur dan

menaikkan konversipakan. Penggunaan Indigofera segar 10% masih baik pengaruhnya terhadap produksi telur, berat telur danperbaikan warna yolk.

Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain

mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak ether juga mengandung wax (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen oleh karena itu praksi ether juga menentukan

lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994).

Hassen et al. (2007) menyatakan bahwa Indigofera memiliki palatabilitas

yang rendah pada musim hujan, tetapi akan meningkat setelah akhir musim kering

ketika tajuk kedua siap untuk dipanen.

Tabel. 3Kandungan Nutrisi IndigoferaSp :

(19)

Kandungan nutrisi tanaman sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan

media tanam dan beberapa factor daya dukung lingkungan biotik. Kandungan

NDF, Ca, P, Mg, Zn, Mn, dan PK cenderung mengalami peningkatan selama

musim semi dan mengalami penurunan selama musim gugur. Hasil penelitian

menunjukkan indikasi bahwa spesies I. zollingeriana mengandung Ca, Mg, Zn

dan Mn yang sangat diperlukan oleh ternak ruminansia untuk produksi daging,

wool dan susu (Herdiawan, 2013).

Agustina (2004), bahwa komponen utama berbagai senyawa didalam

tubuh tanaman yaitu: asam amino, amida, protein, klorofil, dan alkaloid 40-45%

protoplasma tersusun dari senyawa yang mengandung N. Pemberian pupuk yang

diperkaya fermentasi urin sangat menunjang kandungan N sehingga mampu

Gambar

Gambar 1. Kulit Kopi
Gambar 2. Proses Pengolahan Kopi
Gambar 3. Kulit Daging Buah Kopi
Gambar 4.Tanaman dengan berbagai pemberian jenis pupuk.
+4

Referensi

Dokumen terkait

tidak berjalan dengan lancar dilakukan oleh aparatur pemerintahan desa sehingga. masih terdapat banyak masyarakat yang tidak mengetahui pengelolaan

Based on these results, it can be concluded: (1) There is a strong and significant relationship between work-family conflict with the performance of employees at the

Adalah hal lumrah apabila si korban meminta si pelaku untuk dihukum seberat- beratnya, namun disisi lain fungsi hukum dalam memberikan suatu keseimbangan terhadap

JUDUL : JANGAN SEPELEKAN DIPLOPIA MEDIA : MINGGU PAGI. TANGGAL : 02

Berdasarkan perjanjian ini ruang gerak pemerintah Republik Indonesia menjadi terbatas hanya pada kawasan Pulau Jawa, Madura dan Sumatera sehingga organisasi-organisasi perjuangan

5 Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Arifin pada tahun 2014 untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap status kebersihan mulut dan

internal menunjukkan bahwa toko Stationery Exspress mempunyai kekuatan cukup/sedang dan kelemahan yang cukup/sedang. Sedangkan pada analisis faktor ekstenal

Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap spiritual peserta didik di kelas IV MIS Al-Iklas Doridungga kecamatan Donggo kabupaten Bima dan pengaruh implementasi