BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Mutu Pendidikan merupakan salah satu tuntutan
masyarakat yang harus diupayakan oleh sekolah guna
menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Tuntutan ini merupakan tantangan penting yang
dihadapi sekolah, yaitu bagaimana mengelola sebuah
mutu pendidikan hingga menjadi semakin baik dan
memenuhi harapan masyarakat. Oleh karena itu
banyak upaya maupun strategi yang ditempuh oleh
sekolah dalam rangka mewujudkan tuntutan maupun
tantangan tersebut.
Paling tidak ada tiga pihak yang menjadi penentu
berhasil atau tidaknya pencapaian mutu pendidikan
dalam suatu satuan pendidikan atau sekolah, yaitu
Kepala Sekolah, Pendidik atau Guru dan Pengawas.
Syawal Gultom, dalam Sambutannya di materi
Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala
Sekolah (2013), memaparkan tiga pihak ini disebut
sebagai “tiga pilar penting pendidikan”.
Kepala Sekolah sebagai salah satu pilar penting
pendidikan, seyogyanya memenuhi standar minimum
Sekolah yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 13 tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Dalam
Permendiknas. ini ditegaskan kualifikasi Kepala
Sekolah diantaranya memiliki latar belakang
pendidikan minimal S1 atau D4 dengan pengalaman
mengajar sekurang-kurangnya lima tahun , berstatus
sebagai guru, memiliki sertifikat pendidik serta
memiliki sertifat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan pemerintah. Sedangkan
kompetensi yang harus dimiliki Kepala Sekolah ada
lima dimensi kompetensi, yaitu kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Mulyasa (2005), dalam buku Menjadi Kepala Sekolah Profesional memaparkan bahwa:
Kepala Sekolah harus mampu melaksanakan
pekerjaannya sebagai edukator; manajer; administrator; dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai
leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya
harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator ( EMASLIM ).
Selain memiliki kualifikasi serta kompetensi seperti
Kepala Sekolah harus mampu mewujudkan lima
dimensi kompetensi tersebut dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sesuai ketentuan yang ada
dengan penuh tanggung jawab.
Selain Kepala Sekolah, pilar penting pendidikan
yang lain adalah guru. Guru merupakan profesi yang
sama tuanya dengan peradaban manusia yang
mengalami perkembangan dan perubahan seiring
dengan perkembangan peradaban manusia dari satu
era ke era selanjutnya (Suparlan,2006). Karena guru
merupakan profesi, maka seorang guru diharapkan
dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan
profesional. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 35 tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya yang menjelaskan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Kewajiban guru dalam pembelajaran/ pembimbingan
antara lain : 1) merencanakan pembelajaran/
pembimbingan; 2) melaksanakan pembelajaran/
pembimbingan yang bermutu; 3) menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran/ pembimbingan; 4)
Guna meningkatkan profesionalisme guru perlu
diadakan supervisi pembelajaran/ akademik oleh
Kepala Sekolah maupun Pengawas Sekolah.
Berdasarkan Permendiknas. nomor 13 tahun
2007 dan nomor 35 tahun 2010 serta beberapa
penjelasan diatas, jelas bahwa salah satu fungsi
Kepala Sekolah adalah melaksanakan supervisi.
Supervisi Akademik yang dilakukan Kepala Sekolah
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
profesionalisme guru.
Agung Iskandar dan Yufridawati (2013), dalam
buku Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis antara Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas, menjelaskan bahwa dimensi supervisi terkait dengan
kemampuan Kepala Sekolah dalam mewujudkan peran
pengawasan dari kedudukannya sebagai seorang
Kepala Sekolah. Sejumlah hal terkandung dalam
dimensi ini, mulai dari kemampuannya dalam
merancang program supervisi untuk meningkatkan
profesionalisme guru, melaksanakan supervisi
akademik, sampai dengan menindaklanjuti hasil
supervisi sebagai dasar atau acuan pelaksanaan
berikutnya.
Kepala Sekolah adalah supervisor. Supervisor
berkewajiban mengembangkan kemampuan profesional
sebagai “gurunya guru” (Masaong, 2012). Berdasarkan
pendapat tersebut jelas bahwa supervisi akademik atau
supervisi pembelajaran / pendidikan yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah kepada para guru disekolahnya,
menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan Kepala
Sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru.
Kepala Sekolah mempunyai peranan yang penting dan
strategis dalam mendukung peningkatan
profesionalisme guru yang bermuara kepada
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Supervisi akademik / pembelajaran / pendidikan
dapat diartikan sebagai bimbingan profesional bagi
guru-guru, maksudnya segala usaha yang memberikan
kesempatan bagi para guru untuk berkembang secara
profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam
melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar murid-murid (Tim Dosen
Administrasi Pendidikan UPI, 2010). Selain itu,
kegiatan supervisi pembelajaran harus membantu guru
agar mampu melakukan proses pembelajaran yang
berkualitas agar dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan mandiri.
Kenyataan yang peneliti jumpai, belum semua
guru dalam setiap sekolah khususnya SMP di kota
Salatiga mendapatkan supervisi akademik secara rutin
yang dilakukan Kepala Sekolah belum sesuai dengan
harapan. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang
Kepala Sekolah sebuah SMP di kota Salatiga bahwa:
“ Dalam satu tahun pelajaran, tidak semua guru dapat
saya supervisi dan belum semua sampai pada tahap
tindak lanjut...“ (wawancara tanggal 25 Agustus 2014).
Hal ini dikuatkan dengan pernyataan salah satu
pengawas sekolah kota Salatiga yang menyatakan
bahwa: “ Tidak semua Kepala Sekolah melaksanakan
Supervisi sesuai dengan harapan. Saya berani
mengatakan sebagian besar hanya menggugurkan
kewajiban atau formalitas ... “ (wawancara tanggal 29
September 2014).
Kenyataan berkaitan dengan supervisi akademik
Kepala Sekolah ternyata tidak hanya terjadi di kota
Salatiga, tetapi juga terjadi diberbagai tempat di
Indonesia bahkan diberbagai negara didunia. Seperti
hasil penelitian disalah satu SMP di Jakarta yang
disimpulkan masih perlu adanya perbaikan dalam hal
kegiatan supervisi (Larasati A.M,2014). Hasil penelitian
di salah satu SMA di Pontianak Kalimantan Barat
disimpulkan bahwa belum semua guru mengetahui
tentang jadwal dan tujuan supervisi akademik serta
sasaran supervisi akademik yang belum terarah
(Lie K.M,Radiana Usman,Djudin Tomo,2013). Penelitian
di SMA dan SMK salah satu kecamatan di kabupaten
pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala SMA
berada pada kategori kurang baik (Wibowo A.S,...)
Demikian juga penelitian yang dilakukan
disekolah-sekolah di tiga negara Asia yaitu India, Malaysia dan
Thailand oleh Sharma Sailesh,dkk (2011), dimana hasil
penelitian tercatat bahwa supervisi pembelajaran hanya
untuk mencuci mata, penyelesaian tugas dan proses
hukuman dan tidak menguntungkan bagi para guru.
Berdasarkan dua hasil wawancara dan empat
hasil penelitian diatas, timbul pertanyaan besar
dibenak peneliti “mengapa itu bisa terjadi ?“ , serta
melihat betapa pentingnya peranan supervisi akademik
bagi peningkatan profesionalisme guru yang bermuara
pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah
khususnya SMP di kota Salatiga, maka peneliti tertarik
untuk mengevaluasi kinerja supervisi akademik yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah SMP di kota Salatiga,
sehingga dapat diketahui sejauh mana supervisi
akademik telah dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Seandainya belum maksimal dapat dilaksanakan, apa
saja yang menjadi kendala, dan upaya apa yang telah
dan dapat dilakukan untuk mengatasi kendala
tersebut. Dengan demikian diharapkan Kepala Sekolah
akan lebih maksimal dalam mengimplementasikan
dimensi kompetensi supervisi khususnya supervisi
lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya dan
mutu pendidikan di sekolah tersebut dapat meningkat.
1.2.
Masalah Penelitian
Mencermati latar belakang diatas, masalah yang
diteliti yaitu (1) Bagaimana kinerja supervisi akademik
Kepala Sekolah SMP di kota Salatiga dalam
perencanaan supervisi akademik? ; (2) Bagaimana
kinerja supervisi akademik Kepala Sekolah SMP di kota
Salatiga dalam pelaksanaan supervisi akademik?; (3)
Bagaimana kinerja supervisi akademik Kepala Sekolah
SMP di kota Salatiga dalam menindak lanjuti hasil
supervisi akademik ?; (4) Apakah kendala yang
dihadapi dalam melaksanakan supervisi akademik
Kepala Sekolah SMP di kota Salatiga ? ; (5) Bagaimana
solusi atau upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik Kepala
Sekolah SMP di kota Salatiga?.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
(1) mengevaluasi kinerja supervisi akademik Kepala
Sekolah SMP di kota Salatiga dalam perencanaan
supervisi akademik; (2) mengevaluasi kinerja supervisi
akademik Kepala Sekolah SMP di kota Salatiga dalam
kinerja supervisi akademik Kepala Sekolah SMP di kota
Salatiga dalam menindak lanjuti hasil supervisi
akademik; (4) mengetahui kendala yang dihadapi dalam
melaksanakan supervisi akademik Kepala Sekolah SMP
di kota Salatiga; serta (5) mengetahui solusi atau upaya
yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam
pelaksanaan supervisi akademik Kepala Sekolah SMP
di kota Salatiga.
1.4.
Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan
kontribusi bahan kajian dalam bidang manajemen
pendidikan khususnya mengenai Sumber Daya
Manusia , yaitu supervisi akademik yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah. Selain itu hasil penelitian ini
kiranya dapat memberikan sumbangan terhadap
penelitian yang sejenis.
1.4.2. Manfaat Praktis
Bagi Kepala Sekolah/ Madrasah, hasil
penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai bahan
acuan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan
supervisi khususnya supervisi akademik yang
profesionalisme guru yang bermuara pada peningkatan
mutu pendidikan di sekolah.
Bagi Pengawas Sekolah/ Madrasah, hasil
penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai bahan
pendampingan kepada Kepala Sekolah diwilayah
binaanya dalam melaksanakan supervisi khususnya
supervisi akademik.
Bagi guru, hasil penelitian ini kiranya dapat
meluruskan pemahamannya tentang Supervisi
akademik yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah/Madrasah selama ini, bahwa Supervisi
Akademik yang dilakukan oleh Kepala Sekolah antara
lain untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Bagi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
kota Salatiga, hasil penelitian ini kiranya dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam merancang
program pembinaan maupun pelatihan bagi para
Kepala Sekolah di kota Salatiga, sehingga akan
meningkatkan kinerja Kepala Sekolah khususnya