BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan
Seperti diketahui sektor pertanian di Indonesia dan manajemen tataniaga hasil pertanian dianggap penting untuk pembangunan pertanian. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya serta tataniaga sebagai metode yang di gunakan untuk mengoperasionalkan proses produksi, distribusi dan pemasaran hasil pertanian.(Soekartawi, 1994: 1).
Sawi hijau atau Caisin (Brassica sinensis L.) adalah tanaman jenis sayuran yang dapat ditanam disepanjang tahun. Sawi juga dapat hidup di berbagai tempat, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, sawi kebanyakan dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian antara 5-1200m dpl, baik di sawah, ladang, maupun pekarangan rumah. Sawi termasuk tanaman yang tahan terhadap cuaca, pada musim hujan tahan terhadap terpaan air hujan, sedang pada musim kemarau juga tahan terhadap panasnya cuaca yang menyengat, asalkan dibarengi juga dengan penyiraman secara rutin (Anonim, 2014).
adalah manfaat sawi hijau. Sawi ternyata mampu membantu mencegah osteoporosis karena kandungan vitamin K dalam sawi dapat mengatur protein tulang dan kalsium di dalam tulang. Kandungan kalsium pada sawi juga mampu menurunkan kadar kolesterol dan mencegah diabetes mellitus. Sawi juga mengandung niasin yang berfungsi memperkecil proses aterosklerosis dan akhirnya menurunkan kemungkinan terjadinya serangan jantung. Sawi juga dapat menjaga kornea mata agar selalu sehat dengan adanya vitamin A membuat sel epitel akan mengeluarkan keratin, yaitu protein yang tidak larut dalam air
(Budiyanto, 2013).
Permintaan masyarakat terhadap caisim semakin lama semakin meningkat. Dengan permintaan caisim yang semakin meningkat, maka untuk memenuhi kebutuhan konsumen, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilakukan peningkatan produksi. Salah satu upaya peningkatan hasil yang dapat dilakukan adalah melalui pemupukan. Dewasa ini pemupukan yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan melalui sistem organik sangat dianjurkan. Bahan pemupukan yang dapat digunakan salah satunya adalah berupa limbah teh dan kascing (Fahrudin,2009).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1) Bagaimana saluran tataniaga pada Komoditi Sawi di daerah Pasar 1 dan 5 Kecamatan Medan Marelan ?
2) Bagaimana Margin Pemasaran, Farmer Share, dan Distribusi Margin untuk masing-masing saluran Pemasaran?
3) Saluran Pemasaran manakah yang efisien dilakukan oleh Produsen?
Adapun Tujuan Penelitian dari penelitian ini adalah
1) Untuk mengetahui saluran tataniaga pada Komoditi Sawi di daerah Pasar 1 dan 5 Kecamatan Medan Marelan,
2) Untuk mengetahui Margin Pemasaran, Farmer Share, dan Distribusi Margin untuk masing-masing saluran Pemasaran.
3) Untuk mengetahui Saluran Pemasaran manakah yang efisien dilakukan oleh Produsen.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak seperti : 1) Petani dan lembaga tataniaga sebagai bahan pertimbangan dalam
pembentukan sistem tataniaga sawi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
2) Pemerintah sebagai bahan informasi bagi perencanaan kebijaksanaan guna meningkatkan efisiensi tataniaga sawi
3) Pihak lain sebagai bahan masukan atau rujukan bagi penelitian berikutnya
BAB II
2.1 Lembaga Pemasaran
Hanafiah dan Saefudin (1983), menjelaskan bahwa lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dimana barang bergerak dari produsen sampai konsumen. Lembaga tataniaga ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa. Limbong dan Sitorus (1987), menjelaskan lembaga pemasaran yang merupakan suatu badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tataniaga atau pemasaran menurut fungsinya dapat dibedakan atas :
a) Lembaga fisik tataniaga yaitu lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi fisik . misalnya badan pengangkut / transportasi.
b) Lembaga perantara tataniaga ialah suatu lembaga yang khusus mengadakan fungsi pertukaran.
c) Lembaga fasilitas tataniaga ialah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi fasilitas seperti bank desa, kredit, desa, KUD.
Lembaga–lembaga pemasaran menurut penguasaan terhadap barang dan jasa terdiri dari:
a) Lembaga pemasaran yang tidak memiliki tetapi menguasai barang. Misalnya agen, perantara dan broker.
b) Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai barang. Contohnya pedagang pengumpul, pedagang pengecer, grosir, eksportir dan importir.
2.2 Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran adalah Saluran yang digunakan oleh Produsen untuk Menyalurkan Produk dari Produsen sampai ke Konsumen atau Industri Pemakai. Menurut panjang pendeknya, Saluran Pemasaran dapat dibagai menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Penyaluran Langsung
Penyaluran Langsung merupakan saluran pemasaran yang paling pendek dimana produk diantar dari produsen langsung ke konsumen. Contohnya, sayuran atau buah-buahan yang baru dipetik dijual di pinggir jalan.
2. Penyaluran Semi-Langsung
Penyaluran Semi-Langsung ialah saluran pemasaran yang melewati satu perantara baru ke konsumen.
Contohnya, Hasil panen cabe yang dijual oleh petani kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual langsung ke konsumen.
3. Penyaluran Tidak Langsung
Penyaluran Tidak Langsung yaitu saluran pemasaran yang menggunakan dua atau lebih perantara baru kemudian sampai ke konsumen. Contohnya, buah-buahan yang dijual ke pedagang pengumpul kemudian diolah menjadi minuman oleh pabrik baru kemudian dipasarkan oleh pengecer dan dibeli oleh konsumen (Artha, 2012).
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1987) yaitu :
1. Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli potensial, kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan kebiasaan pembeli.
2. Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar.
4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan pertimbangan biaya.
Menurut Hanafiah dan Saefudin (1983) menjelaskan panjang pendeknya saluran pemasaran tergantung pada :
1. Jarak antara produsen dan konsumen
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen makin panjang saluran pemasaran yang terjadi.
2. Skala produksi
Semakin kecil skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya.
3. Cepat tidaknya produk rusak
Produk yang mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek, karena harus segera diterima konsumen.
4. Posisi keuangan pengusaha
Pedagang yang posisi keuangannya kuat cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran.
Fungsi utama dari saluran pemasaran ialah menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Terdapat berbagai macam saluran pemasaran :
1. Produsen – konsumen
Bentuk saluran pemasaran ini merupakan yang paling pendek dan sedehana Karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual produk langsung ke konsumen. Saluran biasa disebut saluran distribusi pemasaran langsung.
2. Produsen – pengecer – konsumen
Dalam saluran ini produsen hanya melayani Penjualan dalam jumlah besar kepda pedagang pengecer. Pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
3. Produsen – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen.
pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
4. Produsen – agen – pedagang pengecer – konsumen.
Produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya di tujukan kepada pedagang pengecer besar.
5. Produsen - agen - pedagang besar - pedagang pengecer – konsumen.
Dalam saluran ini produsen menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya ke pedagang besar yang kemudian menjualnya ke tokoh kecil.
Gambar 1. Saluran pemasaran ( Kartasapoetra, 1986)
2.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran
Dalam proses pemasaran produk pertanian dari produsen hingga ke konsumen akhir, terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat dan waktu. Hal ini di sebabkan oleh pelaksanaan berbagai kegiatan pemasaran sebelum produk pertanian sampai ke konsumen.
Fungsi-fungsi pemasaran yang di lakukan oleh lembaga-lembaga pertanian, mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitasi :
Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualan, produsen harus memperhatikan kualitas kuantitas, bentuk dan waktu yang di inginkan konsumen atau partisipan pasar dari rantai pemasaran berikutnya. Sedangkan fungsi pembelian, umumnya di awali dengan aktifitas mencari produk, mengumpulkan dan menegoisasikan harga.
2. Fungsi fisik
Fungsi fisik mencakup, aktivitas perlakuan, pengangkutan dan penyimpanan serta perubahan fisik produk :
a. Fungsi penyimpanan, suatu aktivitas bertujuan agar produk tersedia dalam volume transaksi yang memadai pada waktu yang di inginkan. b. Fungsi pengangkutan, fungsi ini berkenaan dengan penyediaan barang
pada tempat yang sesuai. Fungsi di sebut juga fungsi transportasi, fungsi ini dapat berjalan dengan baik dengan melakukan pemilihan alternatif rute dan jenis transportasi yang di gunakan.
c. Fungsi perubahan fisik produk, fungsi ini di cirikan oleh adanya perubahan wujud fisik produk.
3. Fungsi fasilitasi, ialah segala hal yang bertujuan untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Di maksudkan fungsi ini dapat menjadi upaya perbaikan sistem pemasaran sehingga efisiensi operasional dan penetapan harga jual dapat tercapai. Termasuk dalam fungsi fasilitasi adalah standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, informasi pasar, riset pemasaran dan penciptaan permintaan.
a. Fungsi standarisasi, fungsi pendanaan akan menjadi penting apa bila terjadi perbedaan waktu antara pembelian suatu produk penjualan. Semakin lama semakin banyak barang yang disimpan maka dana yang di butuhkan semakin besar. Di katakan penting dalam hal perhitungan biaya pemasaran.
c. Fungsi informasi pasar, fungsi ini meliputi pengumpulan, interprestasi, dan diseminasi informasi dari berbagai macam data yang di perlukan agar proses pemasaran dapat berjalan lancar.
d. Fungsi riset pemasaran, penelitian pasar seringkali perlu di lakukan agar pemasaran dapat berjalan secara efektif dan efesien, seperti selera konsumen, bagaimana meningkatkan penjualan, bagaimana melakukan persaingan di pemasaran.
2.4 Analisis Struktur, Tingkah Laku Dan Penampilan Pasar
Gambar 2. Hubungan struktur pasar, tingkah laku pasar dan penampilan pasar (Anindita, 2004)
2.4.1 Struktur Pasar (Market Structure)
Struktur pasar adalah karateristik organisasi yang menetukan hubungan antara berbagai penjual di pasar, antara berbagai pembeli di pasar, penjual dan
pembeli, dan penjual dengan kekuatan pemasok barang lainnya, termasuk kekuatan perusahaan baru yang masuk pasar. Dengan kata lain, Struktur pasar membahas karateristik organisasi dari suatu pasar yang mempengaruhi tingkat persaingan dan penentuan harga pasar. Melalui struktur pasar dapat di ketahui apakah suatu pasar mempunya struktur persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna.
Ada beberapa kriteria untuk menetukan struktur pasar :
1. Tingkat Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pembeli dan penjual, Secara kuantitatif, struktur pasar dapat diketahui dengan menghitung derajat konsentrasi pembeli sehingga diketahui secara umum gambaran imbangan kekuatan posisi tawar menawar petani terhaap pembeli dan penjual.
2. Tingkat Diferensiasi Produk, Manfaat dari diferensiasi produk adalah untuk memperoleh keunggulan atas pesaingnya. Suatu perusahaan harus mempromosikan suatu nilai kepada para konsumen dengan melakukan segala kegiatan secara lebih efisien dibanding para pesaingnya seperti keunggulan biaya yang lebih murah atau dengan melakukan kegiatan dengan cara yang unik dalam menciptakan nilai pembeli yang lebih besar. 3. Kondisi untuk masuk pasar, adapun kondisi yang di maksud ialah
hambatan masuk pasar, keterbatasan modal, dan alat komunikasi. Bagi pedagang, keterbatasan modal yang dimiliki menyebabkan mereka kesulitan dalam pengembangan industri pengolahan maupun dalam proses transaksi, dan rata-rata pedagang tidak memiliki latar belakang pengetahuan bisnis.
4. Tingkat pengetahuan pasar, lemahnya pengetahuan dan pengalaman petani maupun pedagang. Hal ini menyebabkan petani maupun pedagang tidak dapat melakukan produksi dan pemasaran secara efisien.
5. Tingkat integrasi dan diversifikasi
2.4.2 Prilaku Pasar (Market Conduct)
Adam (1960) dalam Tibayan (1983), menguraikan prilaku pasar sebagai integrasi dari tingkah laku berbagai perusahaan yang meliputi, strategi, taktik pemasaran.
Adapun caves (1964) dalam Tibayan (1983), menggambarkan prilaku pasar sebagai tingkah laku dari perusahaan dalam perubahan harga, output, karateristik produk, biayapenjualan dan biaya penelitian.
2.4.3 Penampilan Pasar
Menurut Bain (1959) dalam Harriss (1993), penampilan pasar menyajikan hasil ekonomi dari struktur dan prilaku, khusunya dalam hubungan anatara distribusi marjin dan biaya produksi dari pelayanan pemasaran.
Menurut Anindita (2003) penampilan atau kinerja pasar adalah penilaian terhadap sumber daya ekonomi yaitu sampai seberapa jauh tinndakan atau tingkah laku industri di pasar memberikan sumbangan terbaik yang dapat di capai sesuai dengan tujuan sosial ekonomi masyrakat yang relevan.
Untuk mengetahui penampilan pasar dapat diperhatikan beberapa hal, antara lain :
1. Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan 2. Ukuran biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi
3. Karateristik produk, meliputi pilihan desain, kualitas dan ragam produk dalam berbagai pasar
4. Tingkat kemajuan perusahaan dan industri, baik pengembangan produk maupun tehnik produksi
5. Ukuran marjin pemasaran relatif terhadap biaya produksi
6. Ukuran tingkat penjualan relative terhadap sumber daya pemasaran.
2.5 Efisiensi Pemasaran
Lembaga pemasaran menaikkan harga per satuan kepada konsumen atau menekan harga di tingkat produsen. Dengan demikian efisiensi pemasaran perlu dilakukan melalui penurunan biaya pemasaran.
Efisiensi pemasaran dapat diukur melalui dua cara yaitu efisiensi operasional dan harga. Menurut Dahl dan Hammond (1977) efisiensi operasional menunjukkan biaya minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar pemasaran yaitu pengumpulan, transportasi, penyimpanan, pengolahan, distribusi dan aktivitas fisik dan fasilitas. Efisiensi harga menunjukkan pada kemampuan harga dan tanda-tanda harga untuk penjual serta memberikan tanda kepada konsumen sebagai panduan dari penggunaan sumber daya produksi dari sisi produksi dan pemasaran. Dengan menggunakan konsep biaya pemasaran, suatu sistem pemasaran dikatakan efisiensi bila dapat dilaksanakan dengan biaya yang rendah.
2.6 Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Komponen margin pemasaran ini terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran.
Adapun beberapa definisi margin pemasaran, yaitu:
Ramadhan (2009) mengatakan bahwa, margin pemasaran dapat didefinisikan dengan dua cara yaitu: 1) margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, 2) margin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa penawaran.
Kamaluddin (2009) berpendapat bahwa, margin pemasaran dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu: (1) margin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. (2) margin pemasaran merupakan biaya dari balas jasa pemasaran.
pemasaran (semakin banyak lembaga yang terlibat) maka semakin besar margin pemasaran (Daniel, M., 2002).
Persamaan matematis marjin pemasaran :
keterangan : M = marjin pemasaran
Cij = biaya pemasaran untuk melakukan fungsi pemasaran ke I oleh lembaga j
πj = keuntungan yg di peroleh lembaga pemasaran ke j m = jmumlah jenis biaya pemasaran
n = jumlah lembaga pemasaran
2.6.1 Nilai Margin Pemasaran (VM)
Nilai marjin pemasaran ialah besarnya marjin pada volume produk pertanian yang di transaksikan. secara matematis nilai marjin pemasaran di formulasikan :
keterangan : VM = nilai marjin pemasaran Pr = harga di tingkat pengecer Pf = harga di tingkat petani
Q* = jumlah produk pertanian yang di transaksikan
2.6.2 Farmer’s share
Farmer’s share adalah salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi pemasaran adalah yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga pemasaran dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). Secara sistematis farmer’s share diformulasikan:
Keterangan: Fs = Farmer`s share
Pf = Harga ditingkat petani.
Pr = Harga ditingkat lembaga pemasaran
Kohls dan Uhl ( 1985) mendefinisikan farmer’s dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s share ) terhadap harga share sebagai persentase harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan usaha tani yang dilakukannya dalam menghasilkan produk. Dalam analisis efisiensi pemasaran farmer’s share lebih sering digunakan sebagai alat analisis yang baik.
2.6.3 Distribusi Margin
Ada beberapa definisi tentang distribusi margin, yaitu:
Saluran distribusi adalah sebagai berikut: Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-produk kepada pembeli.
Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi .
Secara sistematis Distribusi Margin diformulasikan:
Saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen. Perantara tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu: Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut (Danfar, 2009).
2.7 Manajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai
jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.
Secara definisi, Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan.
Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut "Konsep Pemasaran".
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktik Lapang
Tempat : Marelan, Pasar 1 , Kec. Medan Marelan Hari/Tanggal : 1. Minggu, 16 Maret 2014
2. Senin, 17 Maret 2014 Pukul : Jam 14.00 – Selesai
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode yang di gunakan dalam pengambilan sampel responden di Pasar 1 Marelan dengan menemui dan wawancara secara langsung dengan petani/responden cara ini biasa di katakan pengambilan sampel data primer.
3.3 Analisis Data
Milles dan Huberman (1984) dalam sutopo (2006), megatakan bahwa dalam proses analisis terdapat 3 komponen utama yaitu redusi data, sajian data dan penarikan simpulan serta verifikasinya.
Dari beberapa data dalam praktikum ini melalui wawancara dan observasi dengan petani, untuk melihat tataniaga yang di gunakan serta berapa besar perkembangan yang di peroleh petani di Pasar 1 Marelan melalui konsep margin pemasaran dapat di kaji dari 2 analisis yaitu harga dan biaya pemasaran.
Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik,serta literatur-literatur dan sumber–sumber lain yang terkait dengan judul penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik RespondenPetani 1
Nama : EDI SUMANTO
Umur : 38 tahun
Peng. Usahatani : ± 8 tahun Status Kep. Lahan : Sewa lahan Luas Areal Lahan : 3 Rante Petani 2
Nama : MISDI
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Pend. Terakhir : SD
Peng. Usahatani : ± 15 tahun Status Kep. Lahan : Sewa Lahan Luas Areal Lahan : 1 Rante Petani 3
Nama : NURDAINI
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Pend. Terakhir : SMA Peng. Usahatani : ± 3 Tahun Status Kep. Lahan : Sewa Lahan Luas Areal Lahan : 1 Rante
Petani 4
Nama : MAHRUDIN
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Pend. Terakhir : SMA Peng. Usahatani : ± 3 Tahun Status Kep. Lahan : Sewa Lahan Luas Areal Lahan : 1 Rante Petani 5
Nama : SURIATI
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Pend. Terakhir : SD
Peng. Usahatani : ± 12 Tahun Status Kep. Lahan : Sewa Lahan Luas Areal Lahan : 2 Rante
4.2 Pembahasan
a. Saluran tataniaga
agen dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga sayuran sawi di Marelan Pasar 1 dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda dimana para petani menjual hasil produksi ke agen dengan harga Rp.6000 – Rp.7000/kg .
Alasan petani menggunakan saluran tataniaga adalah karena petani tidak perlu memasarkan sendiri produk yang dihasilkannya. Produk petani yang dijual ke agen pun sudah pasti terjual habis, karena sudah menjadi resiko mereka jika produknya tidak terjual habis.
Harga yang berlaku pada saluran tataniaga adalah harga yang terjadi di pasar. Penentuan harga pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya. Sistem pembelian umumnya secara tunai namun ada juga agen yang baru membayar produk petani ketika barang sudah habis terjual. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan diantara petani dan agen.
Agen umumnya tidak hanya menjual sayuran sawi tetapi juga menjual komoditas sayuran lainnya seperti kacang panjang, bayam, kangkung, dan sayuran lain-lain. Produk sayuran sawi diangkut dengan menggunakan mobil.
b. Margin Pemasaran
2008 2009 2010 2011 2012 0
1000 2000 3000 4000 5000 6000
Harga tingkat petani Harga tingkat pengecer Margin pemasaran
Gambar 3. Kurva Margin Pemasaran c. Farmer’s Share
Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase. Farmer’s Share memiliki hubungan negatif dengan marjin pemasaran yang mana semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah.
Berdasarkan hasil yang diperoleh persentase farmer’s share pada petani 1 sebesar 70%, petani 2 sebesar 80%, petani 3 sebesar 86,66%, petani 4 sebesar 93,75%, dan petani 5 sebesar 70,59%. Farmer’s Share yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran pemasaran komoditas usahataninya.
Efisiensi pemasaran juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan perubahan yang dapat meminimalkan biaya input tanpa harus mengurangi kepuasan konsumen dengan ouput barang dan jasa. Biaya pemasaran merupakan tingkat efisiensi pemasaran yang terjadi. Analisis efisiensi pemasaran mencakup analisis marjin pemasaran, farmer’s share serta analisis rasio keuntungan dan biaya.
Efisiensi pemasaran dapat juga diketahui melalui penyebaran marjin pada tiap saluran pemasaran. Berdasarkan identifikasi saluran pemasaran yang terdapat di Marelan Pasar 1 dan 5, bahwa saluran pemasaran yang ada sebanyak dua saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran 1(petani-agen-pedagang pengecer-konsumen) dan saluran pemasaran 2 (petani- pedagang pengecer-pengecer-konsumen). Dimana pada saluran pemasaran 2 yang terdapat pada petani 4 dianggap yang paling efisien karena analisis marjin menunjukkan bahwa saluran ini yang memiliki nilai marjin terkecil Rp. 500 , rasio keuntungan 80% dan persentase Fs yang paling tinggi sebesar 93,75%. Pada saluran ini petani memperoleh keuntungan yang tinggi karena petani langsung menjual ke pedagang pengecer, namun saluran pemasaran ini jarang dilakukan oleh petani karena dianggap harga jual ke pedagang pengecer sama saja dengan harga jual ke agen.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Analisis marjin Pemasaran dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemasaran suatu produk dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen.
3. Hasil distribusi margin pada komponen-komponen pemasaran yang di dapat dari biaya sortasi sebesar 1,66% 5%, biaya transportasi 3,33% -20%, biaya timbang 5% - 11,66%, dan keuntunganya 20% - 80%. 4. Analisis margin pemasaran yang paling efisien terdapat pada petani 4
sebesar Rp 500.
5. Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase.
6. Persentase farmer’s share yang paling tinggi terdapat pada petani 4 yaitu 93,75% dianggap efisien karena Farmer’s Share yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran pemasaran komoditas usahataninya.
5.2 Saran a. Petani
1. Petani perlu membuat perencanaan produksi yang lebih baik yaitu dalam pengaturan panen yang bertujuan untuk mengantisipasi kelangkaan dan melimpahnya produk di pasaran.
2. Petani harus memperpendek saluran pemasaran agar saluran pemasaran produk pertanian lebih efisien.
b. Pemerintah
1. Penguatan lembaga perlu dilakukan dalam agribisnis Sawi, terutama pada tingkat petani produsen, seperti fungsionalisasi kelompok tani dan koperasi agar dapat membantu petani dalam upaya memperkuat posisi tawar-menawarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Annindita, 2004. Struktur pasar, tingkah laku dan penampilan pasar. Modul praktikum tataniaga hasil pertanian.
Anonim, 2014. http://tani.note.fisip.uns.ac.id/2014/01/17/cara-menanam-sawi-hijau-yang-baik-dan-benar/ . Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Dahl, D. C and J. W. Hammond. 1977. Market and price Analysis The Agricultural Industries, Mc Graw,. Hill Book Company. Newyork
Danfar, 2009. Pengertian Distribusi. http://dansite.wordpresscom/2009/ 03/25/ pengertian-distribusi/. Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi aksara, Jakarta.
Fahrudin, 2014. Laporan Praktikum Budidaya Tanaman. http://ridhotogar.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-budidaya-tanaman.html. Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Kamaluddin, 2009. Biaya dan Jenis - Jenis Pemasaran. http://www.deptan.go.id. Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Kartasapoetra.G, 1986. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Jakarta: PT. Bina Aksara
Kohls, R.L and J. N. Uhl. 1985. Marketing Of Agricultural Products. MacMilian Publishing Company. New York
Limbong dan soitourus (1987), definisi tataniaga pertanian. http://www.google.com . Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Mubyarto (1995), sector pertanian Indonesia. http://www.google.com. Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Ramadhan, W., 2009. Analisis Margin Pemasaran Sapi Potong di Kecamatan Singosari
Soekartawi, 1994. Distribusi dan pemasaran hasil pertanian. Jakarta : UI Press.
LAMPIRAN
A. Tabel data primer
Tabel 1: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s share pemasaran sawi untuk responden 1
Lembaga pemasaran dan
komponen margin Rp/kg DM (%) Share (%)
1 2 3 4
PETANI
AGEN
Tabel 2: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s share pemasaran sawi untuk responden 2
Lembaga pemasaran dan
komponen margin Rp/kg DM (%) Share (%)
1 2 3 4
Tabel 3: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s share pemasaran sawi untuk responden 3
Lembaga pemasaran dan
1 2 3 4
Tabel 4: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s share pemasaran sawi untuk responden 4
Lembaga pemasaran dan
komponen margin Rp/kg DM (%) Share (%)
1 2 3 4
Tabel 5: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s share pemasaran sawi untuk responden 5
Lembaga pemasaran dan
komponen margin Rp/kg DM (%) Share (%)
Biaya sortasi 100,00 4,00 1,17
Keuntungan 500,00 20,00 5,89
Harga jual 7000,00 82,35
PENGECER
Harga beli 7000,00 82,35
Keuntungan 1500,00 60,00 17,65
Harga jual 8500,00 100,00 100,00
Margin pemasaran 2500,00
B. Tabel data sekunder
Tabel 6. Margin Pemasaran sayuran sawi pada tahun 2008 - 2012
Tahun Harga ditingkat petani(Pf)/Kg Harga ditingkat pengecer (Pr)/Kg Margin Pemasaran (M)
2008 1827,13 3564,00 1736,87
2009 2178,99 3979,00 1800,01
2010 2573,71 4711,67 2137,96
2011 2717,78 5472,22 2754,44
2012 3002,66 5459,72 2457,06
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumut
Gambar 4. Lokasi Lahan Tanaman Sawi di Marelan Pasar 1.
Gambar 6. Sawi setelah dipanen
Gambar 8. Wawancara dengan salah satu Pedagang Pengecer di Pasar Sore Tuasan