SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
AYU DIAH CS
0513010305 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk
SURABAYA
Disusun Oleh :
AYU DIAH CS
0513010305 / FE / EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 24 Juni 2011
Pembimbing Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Syaiful Anwar, MSi Drs. Ec. Syaiful Anwar, MSi NIP. 19580325 198803 1 001 NIP. 19580325 198803 1 001
Sekretaris
Dra. Endah Susilowati, MSi
Anggota
Drs. Ec. Sjafii, AK, MM
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dengan Hormat,
Ditengah kesibukan Bapak/Ibu pada saat ini kami mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk menuangkan sedikit waktu guna mengisi angket yang kami
lampirkan berikut ini mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajerial budaya organisasi, Motivasi, Ketidakpastian Lingkungan dan
Pelimpahan wewenang sebagai variabel Moderating pada PT. Unilever Indonesia. Tbk.
Petunjuk pengisian kuisioner :
1. Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi pertanyaan dibawah ini
mengenai partisipasi penyusunan anggaran, budaya organisasi, motivasi,
ketidakpastian lingkungan, pelimpahan wewenang dan kinerja manajerial.
2. Tidak ada penelitian benar atau salah atas jawaban yang dipilih serta kerahasiaan
atas jawaban yang bapak/ibu berikan terjamin.
3. Cara pengisian jawaban adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang dipilih
Atas kesediaan Bapak/Ibu dalam pengisian kuisioner ini kami ucapkan terima
kasih.
Hormat saya.
kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah
satu prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
dengan judul “
PENGARUH GAYA KEPEMIMPNAN DAN
KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA
PARTISIPASI PENGANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL
PADA PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk SURABAYA”
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka
akan sangat sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan
dengan hal itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam mendukung kelancaran penulis skripsi baik berupa dukungan,
doa, maupun bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa
hormat yang mendalam mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Drs. Ec. Rahman A. Suwadi, MS., selaku Wakil Dekan I Fakultas
membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
6.
Bapak dan Ibu serta staf pengajar Fakultas Ekonomi khususnya Program
Studi Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan
serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan
kegiatan akademik sampai dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir
studi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7.
PT. Unilever Indonesia Tbk Surabaya yang telah memberikan bantuan
dalam perolehan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
8.
Orang Tua dan kakak yang telah memberikan doa dan semangat moril
maupun materiil.
9.
Semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulisan juga berharap, penulisan
skripsi ini dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Juni 2011
Oleh:
AYU DIAH C.S
ABSTRAK
Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang
berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat
melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien. Sebagai alat
perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah
target yang akan dicapai oleh manajer departemen suatu perusahaan dalam
melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Proses
penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, mulai dari manajemen tingkat
atas(
top level management
) sampai manajemen tingkat bawah (
lower level
management
). Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku
manusia, terutama bagi orang yang langsung terlibat dalan penyusunan anggaran.
Atas dasar uraian diatas, maka timbul keinginan untuk mengadakan
penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan dan ketidakpastian lingkungan
terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial
pada PT.Unilever Indonesia,Tbk.
Sampel yang diambil berjumlah 26 orang dari total populasi berjumlah 28
orang. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah
Metode Sensus atau
Sampel Jenuh
dan untuk pengujian data digunakan
Analisis Regresi dengan uji
nilai Selisih Mutlak
. Berdasarkan analisis regresi linier berganda menyimpulkan
bahwa partisipasi penganggaran mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.015 (p
< 0.05) menunjukkan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap
kinerja manajerial secara signifikan. Dalam Nilai koefisien regresi untuk interaksi
antar partisipasi penganggaran dan ketidakpastian lingkungan adalah 0.617
dengan tingkat signifikansi 0.666 (p > 0.05) yang menunjukkan bahwa pengaruh
interaksi antara partisipasi penganggaran dengan ketidakpastian lingkungan
adalah tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
ketidakpastian lingkungan bukanlah variabel moderating. Nilai koefisien regresi
untuk antar partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial adalah -3.736 dengan
tingkat signifikansi 0.138 (p>0.05) yang menunjukkan bahwa pengaruh interaksi
antara partisipasi penganggaran dengan gaya kepemimpinan adalah tidak
signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan
adalah bukan variabel moderating.
HALAMAN JUDUL ...
i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ...
v
BAB I
PENDAHULUAN ...
1
1.1.
Latar Belakang Masalah ...
1
1.2.
Perumusan Masalah ...
7
1.3.
Tujuan Penalitian ...
7
1.4.
Manfaat Penelitian ...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ...
9
2.1
Hasil Penelitian Terdahulu ...
9
2.2
Landasan Teori ... 12
2.2.1
Gaya Kepemimpinan ... 12
2.2.2
Ketidakpastian Lingkungan ... 15
2.2.2.1
Pengertian Ketidakpastian Lingkungan ... 15
2.2.2.2
Sebab-sebab Ketidakpastian Lingkungan .... 16
2.2.2.3
Macam-macam Ketidakpastian Lingkungan 17
2.2.2.4
Teori- teori Lain Tentang Lingkungan ... 19
2.2.3.3
Fungsi Anggaran ... 25
2.2.3.4
Jenis-jenis Anggaran ... 28
2.2.3.5
Macam-macam Anggaran ... 29
2.2.3.6
Manfaat Anggaran ... 29
2.2.3.7
Anggaran dan Fungsi Manajemen ... 30
2.2.4
Kinerja Manajerial ... 31
2.2.4.1
Pengertian Kinerja Manajerial ... 31
2.2.4.2
Tugas-tugas Manajer ... 32
2.2.4.3
Faktor Penyebab Kegagalan Kinerja
Manajerial ... 33
2.2.4.4
Variabel Moderating Sebagai Pendekatan
Kontijensi ... 34
2.2.4.5
Variabel Moderating dan Variabel
Intervening ... 35
2.3
Teori Yang Melandasi Gaya Kepemimpinan Terhadap
Hubungan Antara Partisipasi Pengannggaran Dengan Kinerja
Manajerial ... 36
Lingkungan Terhadap Hubungan antara Partisipasi
Penganggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 40
2.7
Kerangka Pikir ... 40
2.8
Hipotesis ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
Definisi Operasional Variabel ... 42
Tehnik Pengukuran Variabel ... 44
Tehnilk Pengambilan Sampel ... 45
Tehnik Pengumpulan Data ... 47
Jenis Data ... 47
Sumber Data ... 47
Pengumpulan Data ... 47
Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48
Tehnik Analisis ... 48
Uji Hipotesis ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1
Deskripsi Objek Penelitian ... 54
4.1.1
Sejarah Singkat Perusahaan ... 54
4.1.6
Struktur Organisasi Perusahaan ... 60
4.2
Deskripsi Hasil Penilitian ... 61
4.2.1
Pengambilan Kuesioner Responden ... 64
4.2.2
Distribusi Frekuensi Variabel Partisipasi
Penganggaran (X
1) ... 64
4.2.3
Deskripsi Variabel Ketidakpastian Lingkungan (X
2) .. 64
4.2.4
Deskripsi Variabel Gaya Kepemimpinan (X
3) ... 65
4.2.5
Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Manajerial (Y). 66
4.3
Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis ... 67
4.3.1
Tehnik Analisis ... 68
4.3.2
UJI Nilai Selisih Mutlak ... 68
4.3.3
Uji Asumsi Klasik ... 73
4.4
Pengujian Hipotesis ... 75
4.4.1
Pengujian F-Test ... 78
4.4.2
Pengujian t-test ... 78
4.5
Pembahsan Hasil Penelitian ... 81
4.6
Perbedaan Dengan Peneliti Terdahulu ... 83
4.7
Implikasi Penelitian ... 87
4.8
Keterbatasan Penelitian ... 89
4.8.1
Implikasi Peneltiain ... 90
5.3
Manfaat ... 94
DAFTAR PUSTAKA
1.1. Latar Belakang
Dalam perkembangan perekonomian saat ini, perkembangnan
dunia usaha dengan sangat pesat sehingga menimbulkan pertumbuhan
ekonomi yang semakin tinggi dan menciptakan persaingan yang semakin
tajam dalam usaha. Keadaan ini menuntut setiap perusahaan untuk lebih
efektif dan efisien untuk menjalankan kegiatan perusahaan, baik itu kinerja
perusahaan maupun sumber daya manusia yang dimiliki serta akan
memaksa setiap perusahaan untuk lebih mengembangkan usahanya
semaksiamal dan seoptimal mungkin agar kondisi perusahaan dapat
berjalan secara efektif.
Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai suatu alat
untuk dapat menjelaskan tujuan-tujuan organisasi ke dalam dimensi
kuantitatif dan waktu serta jangka panjang maupun pendek. Sasaran
anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas yang
telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk anggaran.
Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku
manusia, terutama bagi orang yang langsung terlibat dalam penyusunan
anggaran. Untuk menghasilkan sebuah anggaran yang efektif, Manajer
Menurut definisi manajer harus bekerja dengan orang lain.
Beberapa peneliti akuntansi menemukan bahwa tingkat anggaran
dipengarhui oleh beberapa faktor di dalam penyusunan anggaran. Hasil
penelitian sebelumnya, yang menguji hubungan antara partisipasi
bawahan dengan senjangan anggaran menunjukkan hasil yang tidak
konsiisten. Ketidakkonsistenan tersebut menurut Govindarajan (1986)
memungkinkan dilakukan pendekatan kontinjensi untuk mengevaluasi
berbagai faktor kondisional yang dapat memepengaruhui efektifitas
penyusunan anggaran terhadap senjangan anggaran.
Gaya kepemimpinan (Leadership style) menggambarkan perilaku
manager dalam menghadapi atau berinteraksi dengan situasi. Gaya
kepemimpinan ditinjau dari sisi perilaku individu dalam menjalankan
perusahaan merupakan sarana untuk mengantisipasi kondisi persaingan
yang semakin tajam. Gaya kepemimpinan yang tepat adalah yang
diarahkan kepada keterbukaan dan lebih bersifat humanis. Efektifitas gaya
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh variabel situasional kompleks yang
disebut dengan situasional favorability atau situasional control
(Yulk,1981:195) Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya
kepemimipina: gaya dengan orientasi tugas (task oriented) dan gaya
dengan orientasi karyawan (employee oriented). Manajer berorientasi tugas
mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin
bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya. Manajer dengan
daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi
karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding
mengawasi bawahan.
Ketidakpastian lingkungan (environment uncertainly) adalah
variabel lain yang sangat penting yang harus dipertimbangkan dalam
penelitian ini. Ketidakpastian lingkungan tinggi didefinisikan sebagai rasa
ketidakmampuan individu untuk memprediksi lingkungan secara akurat
(Miliken,1978). ketidakpastian lingkungan rendah, individu dapat
memprediksi keadaan sehingga dapat menentukan langkah untuk
membantu organisasi menyusun rencana yang akurat (Duncan, 1972).
Kemampuan memprediksi keadaan yang akan datang pada kondisi
ketidakpastian lingkungan yang rendah juga terjadi pada individu yang
terlibat dalam penyusunan anggaran sehingga anggaran dapat lebih akurat.
Pernyataan ini mengacu pada pendapat Govindajaran (1986), bahwa dalam
kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah,pertisipasi bawahan yang
tinggi akan mampu meningkatkan senjangan anggaran. Tingkat
ketidakpastian yang dihadapi bawahan dalam lingkungan organisasi
mempunyai implikasi yang penting terhadap organisasi. Kemampuan
untuk menganalisis dan memprediksi lingkungan yang berbeda-bedadari
manajer dan bawahan tentang ketidakpastian lingkungan yang mereka
hadapi.
Pengaruh gaya kepemimpinan seorang atasan dan juga
atasan dan bawahan yang tercermin dalam penyusunan anggaran dan
kinerja perusahaan, hal inilah yang menyebabkan tujuan perusahaan belum
dapat dicapai secara maksimal.
Tuntutan perusahaan terhadap kinerja manajer yang baik adalah
untuk menjaga eksistensi atau kelangsungan operasional
perusahaan.Kinerja yang baik dapat dilihat dari realisasi anggaran
perusahaan yang telah ditentukan pada awal periode dengan hasil yang
dicapai selama periode bersangkutan.
PT.UNILEVER INDONESIA,Tbk adalah perusahaan yang
mengembangkan usahanya dengan menghasilkan barang-barang
kebutuhan sehari-hari, seperti : sabun, pastagigi, produk kecantikan,dll.
PT.Unilever Indonesia,Tbk mempunyai tujuan ingin menjadi
distributor atau industri yang berkualitas Go Internasional yang dapat
menjadi panutan bagi industri di Indonesia. Kinerja organisasi diukur dari
tingkat pencapaian material dan inmaterial, keuangan dari target yang
semula telah ditetapkan.Di Dalam tiga tahun terakhir kinerja
PT.UNILEVER INDONESIA,Tbk mengalami penurunan atau tidak
tercapainya target yang telah ditetapkan.
Data pendapatan terjadi penurunan dari target yang ditetapkan
perusahaan sebesar Rp.10.000.000.000.000.Pada tahun 2006 laba yang
dihasilkan perusahaan sebesar Rp.1.053.724.000,- sedangkan pada tahun
2007 laba perusahaan menurun sebesar Rp.1.053.724.000,-tetapi ditahun
tahun 2007. Dengan melihat data tentang anggaran perusahaan dari tahun
ke tahun yang mengalami penurunan,kemudian pada tahun 2008
mengalami peningkatan. Di sini dapat diketahui bahwa semangat yang
diberikan atasan kepada bawahan kurang, dan atasan hanya mengawasi
bawahan, bawahan harus melaksanakan perintah yang diberikan atasan dan
harus dilaksanakan dengan benar. Disini menunjukkan gaya
kepemimpinan yang dijalankan oleh atasan hanya berorientasi pada
tugas.Maksud dari gaya kepemimpinan yang dijalankan atasan hanya
berorientasi pada tugas adalah atasan mengarahkan dan mengawasi
bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai
dengan yang diinginkan oleh atasan,manajer dengan gaya kepemimpinan
ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada perkembangan
karyawannya. Maksud dari ketidakpastian lingkungan di sini adalah
adanya ketidakmampuan seseorang memprediksi sesuatu secara akurat.
Adanya hasil pemasaran produk-produk terkadang hasil pemasarannya
baik. Maksud baik disini adalah pemasaran yang sesuai dengan target
penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. pemasaran menurun
berarti konsumen juga menurun minat untuk membeli produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, sehingga sangat berpengaruh terhadap laba
yang dimiliki oleh perusahaan dari tahun ke tahunnya. Jika perusahaan
tersebut dapat mengembangkan ide-ide yang baik dalam melakukan
pemasaran produk dan pembelian konsumen akan meningkat maka
perusahaan akan bisa memprediksi sesuatu secara tepat, maka laba dari
Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah menjadi gambaran
bagaimana kinerja manajer PT.UNILEVER INDONESIA,Tbk pada
periode itu.Ini disebabkan karena adanya pengaruh gaya kepemimpinan
dan ketidakpastian lingkungan, sehingga akan mempengaruhi partisipasi
penganggaran dan juga akan mempengaruhi kinerja atasan dan bawahan.
Keadaan ini dapat diidentifikasikan bahwa kinerja manajerial mengalami
penurunan.
Melalui penjelasan latar belakang diatas, maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui gaya kepemimpian dan ketidakpastian
lingkungan yang berfungsi sebagai variabel moderating berpengaruh
terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja
manajerial dalam perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian
ini diberi judul:
“PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN
KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN
ANTARA PARTISIPASI PENGANGGARAN DENGAN KINERJA
MANJERIAL”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan
2. Apakah kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan
faktor kontijensi ketidakpastian berpengaruh terhadap kinerja
manajerial ?
3. Apakah kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan
faktor kontijensi gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja
manajerial ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas
dapat dijabarkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran
akan meningkatkan kinerja manajerial.
2. Untuk mengetahui kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran
dengan faktor kontijensi ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja
manajerial.
3. Untuk mengetahui kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran
dengan faktor kontijensi gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap
kinerja manajerial
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui pengaruh partisipasi
penyusunan anggaran, ketidakpastian lingkungan serta kontijensi gaya
2. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori – teori
yang telah diperoleh selama masa studi, maupun yang diperoleh dari
sumber-sumber lain sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang
memerlukan.
3. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini dapat disumbangkan dan digunakan bagi pembaca
sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam skripsi ini menggunakan penelitian terdahulu yaitu :
1. Nivera Crizendani Citra N (2006)
Judul Penelitian :
“Pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan dan ketidakpastian
lingkungan sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara
partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial pada
Pabrik Gula “Lestari”Patianrowo, Nganjuk”.
Permasalahan :
“Apakah motivasi,gaya kepemimpinan dan ketidakpastian
lingkungan dapat memoderasi hubungan antra partisipasi penganggran
terhadap kinerja manajerial?”
Kesimpulan :
a. Dari Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien regresi pada
tingkat signifikan 0,577 berarti menunjukkan bukan variabel
moderating. berarti bahwa pengujian hipotesis motivasi, gaya
kepemimpinan, dan ketidakpastian lingkungan suatu variabel
moderating yang dapat memperkuat ataupun memperlemah,
pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial.
terhadap persediaannya untuk melakukan kegiatan dengan maksud
agar dapat tercapai kinerja manajerial suatu perusahaan berjalan
optimal,sangat rendah.
2. Yan Adward (2002)
Judul :
“Pengaruh ketidakpastian lingkungan sebagai variabel moderating dan
partisipasi penganggaran perusahaan terhadap kinerja manjerial.”
Permasalahan :
a. Apakah penganggaran akan berpengaruh terhadap kinerja
manajerial.
b. Apakah ketidakpastian terhadap lingkungan akan menguatkan
pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial.
Kesimpulan :
a. Bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja
manajerial tidak terbukti kebenarannya, hal ini ditunjukkakn
dengan koefisien variabel partisipasi anggaran -0,465 dengan
standart error 1,388 dengan nilai t=-0,335.
b. Bahwa ketidakpastian lingkungan akan menguatkan pengaruh
partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial juga tidak
terbukti kebenarannya. Hal ini ditukjukkan dengan koefisian
adalah 0,1651 dengan standart error 2,473 dengan nilai t =
Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian sekarang ini ( Kritikal Review) adalah :
a. Perbedaannya adalah :
Tempat atau objek yang diginakan dalam penelitian ini
adalah tidak sama.
Variabel yang digunakan berbeda.Variabel yang digunakan
dalam penelitian sekarang ini adalah sebanyak 4 variabel
yaitu, Partisipasi Penganggaran, Ketidakpastian lingkungan,
Gaya Kepemimpinan, Kinerja Manajerial.
Penelitian yang sekarang menggunakan uji statistik analisis
regresi moderating variabel.
Penelitian yang sekarang tehnik analisisnya ditambah dengan
uji nilai selisih mutlak.
b. Persamaannya adalah :
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner
Menggunakan uji asumsi klasik
Tehnik pengukuran variabel menggunakan Semantic
Differential.
Dengan demikian, maka peneliti tentang “Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap
Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja
Manajerial Pada PT.Unilever Indonesia,Tbk Surabaya” Bukan
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Gaya Kepemimpinan
Digambarkan hubungan antara kematangan yang berkaitan dengan
tugas, dengan gaya kepemimpinan yang sesuai diterapkan pada saat
pengikut bergerak dari keadaan yang tidak matang ke level yang lebih
matang.
Gambar 2.3 : Kepemimpinan Situasional
Sumber: Thoha Miftah,Kepemimpinan dalam Manajemen (hal : 73)
Seperti yang dilihat dalam figure itu, kita perlu ingat bahwa figur
tersebut mewakili dua gejala yang berbeda. Gaya kepemimpinan yang
sesuai (gaya kepemimpinan) bagi level kematangan tertentu dari pengikut
digambarkan dengan kurva preskriptif yang bergerak melalui keempat
kuadran kepemimpinan yang sesuai langsung diatas level kematangan
Masing-masing dari keempat gaya kepemimpinan itu :
1. Memberitahukan ( Telling)
2. Menjajakan (Selling)
3. Mengikutsertakan (Participating)
4. Mendelegasikan ( Delegating)
“Memberitahukan” adalah bagi tingkat kematangan yang
rendah,yaitu orang-orang yang tidak mampu memikul tanggung jawab
untuk melakukan sesuatu,mereka tidak kompeten atau tidak yakin.Dalam
banyak hal ketidakmauan mereka adalah karena ketidakyakinan mereka
dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas tertentu.
“Menjajakan” adalah bagi pengikut tingkat kematangan rendah
menuju sedang. Orang-orang yang tidak mampu tetapi mau memiliki
tanggung jawab melakukan tugas atau yakin tetapi kurang mampu,tetapi
juga kurang memiliki ketrampilan pada saat sekarang. Dengan demikina
gaya “Menjajakan” yang menyediakan perilaku direktif tinggi karena
mereka kurang mampu,tetapi juga perilaku suportif tinggi untuk
memperkuat kemuan dan antusias mereka,merupakan gaya yang paling
sesuai dengan orang-orang yang berada pada level kematangan ini.
“Mengikutsertakan” adalah bagi tingkat pengikut sedang menuju
tinggi. Pengikut pada tingkat kematangan ini mampu tetapi tidak mau
melakukan hal-hal yang diinginkan pemimpin. Ketidakmauan mereka
sering kali karena kurang yakin atau tidak merasa aman. Tetapi apabila
mereka kompeten namun tidak mau keengganan mereka lebih merupakan
pemimpin perlu membuka saluran komunikasi dua arah untuk mendukung
upaya pengikut dalam menggunakan kemampuan yang telah mereka
miliki.Dengan demikian gaya ”Partisipatif” yang suportif tinggi dan
direktif rendah memiliki kemungkinan efektif paling tinggi dengan
orang-orang atau pengikut pada tingkat kematangan ini.
“Mendelegasikan”adalah bagi tingkat kematangan pengikut yang
sudah tinggi.Orang-orang atau pengikut pada tingkat kematengan seperti
ini adalah mampu dan mau atau yakin untuk memiliki tanggung jawab.
Dengan demikian gaya “mendelegasikan”yang berprofil rendah yang
menyediakan arahan atau dukungan yang rendah. Memiliki kemungkinan
efektif paling tinggi dengan orang-orang yang berada pada level
kematangan tinggi. Meskipun pemimpin boleh jadi masih
mengidentifikasikan masalah,tetapi tanggung jawab untuk melaksanakan
rencana diberikan pada para pengikut yang matang.
Kepemimpinan situsional tidak hanya mengajukan gaya
kepimimpinan yang paling tinggi kemungkinan efektifnya bagi berbagai
level kematangan pengikut, tetapi juga menunjukkan kemungkinan
berhasil dari konfigurasi gaya lainnya apabila pemimpin tidak dapat
menerapkan gaya yang diinginkan. Kemungkinan berhasil dari
masing-masing gaya bagi keempat level kematangan itu, bergantung pada sejauh
mana gaya tersebut dari gaya yang memiliki kemungkinan efektif yang
paling tinggi diperpanjang kurva preskriptif dalam porsi gaya pemimpin
2.2.2. Ketidakpastian Lingkungan
2.2.2.1. Pengertian Ketidakpastian Lingkungan
Menurut M.T Hannan dan J.H Freeman, seperti dikutip oleh Stoner
(1992 : 128), organisasi dengan lingkungannya akan menghadapi salah
satu dari dua masalah teoritis. Ketidakpastian yang disebabkan oleh
adanya informasi dan ketergantungan pada yang lain untuk sumber daya
vital.
Ketidakpastian lingkungan adalah kondisi lingkungan eksternal
yang dapat mempengaruhi operasional perusahaan (Otley,
1980).Sedangkan Miliken (1987) menyatakan ketidakpastian lingkungan
sebagai rasa ketidakmampuan individu dalam memprediksi sesuatu secara
tepat, dan persepsi ketidakpastian lingkungan didefinisikan sebagai
persepsi individual atau kitidakpastian yang berasal dari lingkungan
masing-masing.
Menurut Duncan (1972) ketidakpastian lingkungan didefinisikan
menjadi 3, yaitu:
1. Kesenjangan informasi yang menyangkut faktor-faktor lingkunagn
yang dihubungkan dengan situasi dicision making.
2. Tidak mengetahui outcome dari keputusan yang spesifik dalam istilah
seberapa banyak organisasi akan merugi jika keputusan tidak benar.
3. Ketidakmampuan untuk menaksir probabilitas dalam berbagai tingkat
sedang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan keputusan unit
dalam melakukan fungsinya.
Gambar 2.4 : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpastian Lingkungan.
Sumber:Duncan (1972)
2.2.2.2. Sebab-Sebab Ketidakpastian Lingkungan
Menurut Duncan (1972), kutipan Steers (1983 : 104).
Ketidakpastian lingkungan disebabkan oleh 3 kondisi yaitu :
1. Kurangnya informasi mengenai faktor lingkungan yang bertalian dengan
situasi khusus dengan pengambilan keputusan.
2. Ketidakpastian secara tepat menetapkan kemungkinan mengenai cara
faktor-faktor lingkungan itu mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
sebuah unit penentu dalam melaksanakan fungsinya.
3. Kurangnya informasi kerugian yang harus dipikul akibat keputusan atau
langkah yang keliru.
Organisasi lebih ergantung dalam sebuah lingkungan dengan kondisi Sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia secara meluas Sumber daya tersebut bahkan tidak disalurkan dan
Peningkatan koreksi mengganggu unsur – unsur lingkungan dan keterkaitan diantara mereka
Lingkungan menjadi lebih tidak pasti dan agak tidak mudah dipahami bila :
Lingkungan itu lebih beraneka ragam. Lingkungan itu sedang berubah, dan
Gambar 2.5 : Ciri –Ciri Berbagai Keadaan Lingkungan
Sederhana Rumit
Sel:1 Tingkat ketidakpastian rendah
Sel:2
Tingkat ketidakpastian agak rendah
1. Jumlah faktor dan
komponen dalam lingkungan kecil
1. Jumlah faktor dan komponen dalam lingkungan besar
Statis 2. Faktor dan komponen agak mirip satu sama lain
2. Faktor dan komponen tidak mirip satu sama lain
3. Faktor dan komponen tetap
sama dan tidak berubah
3. Faktor dan komponen tetap sama
Tingkat ketidakpastian
agak tinggi
Tingkat ketidakpastian tinggi
Dinamis 1. Jumlah faktor dan komponen dalam lingkungan kecil
1. Jumlah faktor dan komponen dalam lingkungan besar
2. Faktor dan komponen
agak mirip dengan yang lain
Faktor dan komponen
2. Faktor dan komponen tidak mirip satu dengan yang lain
3. lingkungan selalu dalam
proses perubahan
3. Faktor dan komponen
lingkungan selalu dalam proses perubahan
Sumber:Duncan (1972)
2.2.2.3. Macam-macam Ketidakpastian Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan terdiri atas :
1. Ketidakpastian Ekonomi
Lingkungan ekonomi meliputoi wilayah yang luas dan penting artinya
bagi usaha. Lingkungan ekonomi merupakan sumber peluang yang
benar dan juga sumber ancaman yang serius. Tugas manajerial dewasa
ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan tugas dimasa lampau, yang
untuk sebagian besar kareana perubahan lingkungan ekonomi
keberlangsungan hidupnya dan pertumbuhan yang menguntungkan,
perubahan dalam bisnis menimbulkan ketidakpastian ekonomi,
sehingga orang akan mencemaskan keamanan mereka.
2. Ketidakpastian Politik
Perubahan lingkungan politik dalam beberapa dasawarsa telah
menambah sejumlah faktor baru ke dalam penyusunan dan penerapan
kebijakan atau strategi bagi semua organisasi, khususnya bagi
perusahaan besar. Hal ini timbul sebai pencerminan langsung dari
perubahan sosial dan melalui dampak tidak langsung dari perubahan
sosial terhadap faktor ekonomi tehnis dan politik yang penting bagi
dunia usaha. Ancaman maupun perubahan politik atau politik yang
tidak stabil akan menimbulkan ketidakpastian politik.
3. Ketidakpastian Teknologi
Orang–orang yang berkecimpung dalam dunia usaha, tidak dapat
mengelola dari kejutan masa depan (future shock). Untuk melukiskan
keadaan stress dan diorientasi menghancurkan yang kita timbulkan
dalam diri orang – orang dengan menghadapkan mereka pada terlalu
banyak perubahan dalam waktu singka. Laju perubahan teknologi telah
meningkatkan secara cepat selama beberapa dasawarsa terakhir dan
meskipun ada sejumlah orang yang mengemukakan bahwa perubahan
itu cenderung melambat, tetapi hal itu berlangsung terus, sehingga
2.2.2.4. Teori-teori Lain Tentang Lingkungan
Teoritis lain mengembangkan model-model lingkungan yang
strategis dalam upaya menjelaskan hubungan antara organisasi dan
lingkungan, yaitu :
(Sumber : Irawan, 1996)
a. Seleksi Alamiah
Model ini didasarkan pada teori-teori biologis dari ekologi
kependudukan dan bersama-sama menekankan persaingan demi
sumber daya. Dalam taraf variasi, organisasi membuat tanggapan yang
berbeda terhadap tekanan lingkungan dan kesempatan sama penting
dengan kemampuan memecahkan masalah dalam menentukan
organisasi mana memperoleh informasi dan sumber daya secara lebih
efisien. Dan taraf seleksi, organisasi yang bertahan hidup adalah yang
paling sesuai dengan paksaan yang datang dari lingkungan. Pada taraf
roterisasi atau penyimpangan, organisasi pilihan kan bertahan sampai
lingkungan berubah atau munculnya organisasi-organisasi yang
berbeda.
b. Ketegantungan Sumber Daya
Model ini beranggapan bahwa organisasi tergantung pada lingkungan
karena sumber adaya seperti pemasok, pelanggan, pesaing, dan
pengatur atau regulator. Organisasi bisa mengambil tindakan sendiri
secara kolektif dengan organisasi-organisasi lain berperan serta dalam
dan menetapkan norma-norma industri informal. Strategi organisasi
akan berubah-ubah sesuai dengan kepentingan relatif dari
masing-masing ketergantungan.
Penting atau kurang pentingnya lingkungan luar bagi manajer
tergantung pada bentuk dan tujuan organisasi, kedudukan dan fungsi serta
tempat mereka dalam hierarki organisasi. Karena kekuatan yang lebih
besar dan pemandangannya lebih luas, para manajer dari tingkat yang
lebih tinggal memikul tanggungjawab yang lebih besar dan mengatur
relasi dengan lingkungan luar ketimbang dari lingkungan yang lebih
rendah.
2.2.2.5. Diagnosa Lingkungan Dan Analisa Lingkungan
Diagnosa lingkungan adalah kegiatan penyusunan strategi yang
terdiri atas pembuatan keputusan-keputusan manajerial dengan menilai
pentingnya informasi tentang kesempatan-kesempatan dan
tantangan-tantangan ditemukan dalam analisis lingkungan.
Analisis lingkungan adalah proses dengan mana penyusunan
strategi memorial kesempatan dan tantangan lingkungan serta untuk
menentukan sifat, fungsi dan saling hubungannya. Analisis lingkungan
meliputi kegiatan mengidentifikasi strategi yang dilaksanakan sekarang
dan prediksi lingkungan masa depan. Dalam mengumpulkan informasi
untuk analisis lingkungan, penyusunan strategi dapat menggunakan
informasi verbal informasi tertulis,penyelidikan dan pengamatan, spionase,
Karakteristik penyusunan strategi maka semakin banyak dan
semakin akurat informasi yang dapat dikelola oleh penyusunan strategi
dalam mendianogsa lingkungan meliputi :
(Sumber : Swastha, 1996)
a. Intelenjesia
Makin tinggi intelenjesia penyusunan strategi akurat informasi yang
dapat dikelola oleh penyusunan strategi.
b. Kemampuan berfikir
Beberapa eksekutif memerlukan jumlah yang sedikit, bersifat
impulsif, dengan cepat bertindak. Semakin cepat kemampuan untuk
berfikir (refleksi) seorang penyusun strategi maka semakin terarah
pada dianogsis yang efektif, kecuali pada waktu krisis yang tidak
diharapkan.
c. Dogmatisme
Para eksekutif yang mempunyai system kepercayaan tertutup,
membuat dianogsa dengan cepat berdasarkan informasi yang tidak
cukup. Diantaranya anggota kelompok – kelompok pada kebanyakan
organisasi ada yang tidak setuju dengan dasar sistem kepercayaan para
eksekutif lainnya, untuk menyakinkan atau kepercayaan tersebut perlu
dikemukakan dan didiskusikan.
d. Struktur konsepsual abstrak
Organisasi-organisasi dengan struktur konsepsual abstrak memproses
komplek untuk integrasi. Keabstrakan bernilai untuk diagnosis
perubahan lingkungan.
e. Pengalaman dan umur
Semakin banyak pengalaman relevan para eksekutif dalam membuat
diagnosi maka terdapat kecenderungan besar bahwa eksekutif tersebut
mampu mendiagnosis dengan cepat dan kualitas tinggi. Pengalaman
bisanya berhubungan dengn umur. Eksekutif yang umurnya tua
kiranya membuat dianogsis lebih lama tetapi umumnya dapat
melaksanakan tugas tersebut dengan lebih baik.
f. Tingkat motivasi dan aspirasi
Para eksekutif dengan tingkat partisipasi tinggi, dengn kata lain
motivasinya juga lebih tinggi, umumnya dapat mendianogsis dengan
lebih baik. Motivasi dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan penyusun
strategi misalnya : kebutuhan pencapaian prestasi, kebutuhan afiliasi,
kebutuhan kekuatan, serta ganjaran atau hadiah yang diterima atas
prestasinya.
g. Kemauan menghadapi resiko
Orang-orang yang menghadapi resiko akan menganalisis resiko secara
konservasif, menekankan analisis dan dianogsisnya pada satu atribut
wajtu tertentu.
h. Keadaan psikologi
Keadaan psikologi atau jiwa para eksekutif mempengaruhi proses
konsekuensinya penyusun strategi bersifat optimis tetapi jika
psikologinya jelek atau murung hatinya maka mereka bersifat pesimis.
Dianogsis lingkungan sering dilaksanakan oleh kelompok
penyusun strategi semangat dan keterpaduan kelompok penyusun strategi
sangat mempengaruhi proses dianogsis pada lingkungan yang tidak pasti
dan berubah-ubah lebih diperlukan dianogsis pada lingkungan yang
komprehensif dan tepat waktu. Biaya penyelidikan lingkungan,
keterbatasan waktu, dan keberuntungan adalah faktor-faktor terakhir yang
mempengaruhi lingkungan.
2.2.3. Pengertian Anggaran
Menurut Ahyari (1996 : 5) anggaran adalah merupakan suatu perencanaan
yang disusun formal didalam perusahaan tersebut, yanhg ,mencakup seluruh
kegiatan perusahaan tanpa adanya pengecualian.
Menurut Horngren dan Foster (1996 : 146) anggaran adalah suatu
pernyataan kuantitatuif tentang rencana tindakan dan alat bantu yang berfungsi
untuk mengevaluasi prestasi, kerja,mengkoordinasi kegiatan dan
mengkomunikasikannya dengan pihak yang berkepentingan.
Menurut Fauzi (1994 : 147) menyatakan bahwa anggaran hanyalah
merupakan suatu rencana yang dinyatakan secara yang dinyatakan secara
kuantitatif, umumnya dalam bentuk satuan uang,utang jangka waktu tertentu.
Kesimpulan dari definisi anggaran adalah sebagai berikut :
a. Sebagai alat bantu untuk membuat dan mengkoordinasikan perencanaan
b. Sebagai alat komunikasi antara rencana yang disusun dengan manajer.
c. Sebagai alat untuk memotivasi para manajer dalam mencapai tujuan pusat
pertanggung jawaban yang dipimpinnya.
d. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan.
e. Sebagai pedoman untun mengevaluasi prestasi para manajer pusat
pertanggung jawaban yang dipimpinnya.
f. Sebagai pirianti pendidikan bagi para manajer.
2.2.3.1.Persyaratan Penyusunan Anggaran
Dalam menyusun anggaran perlu memperhatikan beberapa syarat Edy
Sukarno dan fuad (2001 ; 3-4)
a. Anggaran harus realistis
b. Anggaran harus luwes
c. Anggaran harus kontinyu
Anggaran harus realistis adalah anggran harus disusun berdasarkan
data-data yang akurat, hal itu supaya anggaran yang ditetapkan itu dapat dicapai
dengan prinsip yang efektif efisien.
Anggaran harus luwes, berarti anggaran haruslah dapat disesuaikan dengan
kondisi yang dilalui dalam tahun anggaran tersebut. Anggaran harus kontinyu,
adalah anggaran harus merupakan proses berkesinambungan dalam arti kata,
walaupun anggaran bersikap luwes bukan berarti anggaran harus terpisah-pisah
2.2.3.2.Prosedur Penyusunan Anggaran
Prosedur penyusunan anggaran menurut (Munandar, 1986 : 18)
antara lain:
a. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun
anggaran.
b. Pengolahan dan penganalisa data dan informasi yang diperlukan untuk
mengadakan taksiran-taksiran dalam rangka menyusun anggaran.
c. Menyusun anggran serta menyajikannya secara teratur dan sistematis.
d. Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran.
e. Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan
kerja,yaitu untuk mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap
pelaksanaan anggaran.
f. Pengelola dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan
interprestasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam rangka
mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah di
laksanakan, serta menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai
tindak lanjut (follow-up) dari kesimpulan-kesimpulan tersebut.
2.2.3.3.Fungsi Anggaran
Anggaran mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut
Supriyono (1987 : 343)
1. Fungsi perencanaan
Langkah pertama dalam perencanaan adalah penentu tujuan. Setelah
Selanjutnya strategi dan kebijaksanaan tersebut harus dituangkan
kedalam anggaran, agar dapat dinilai dan ditinjau kembali kemajuan
yang dicapai apakah telah mengarah kepada tujuan yang diinginkan.
2. Fungsi koordinasi
Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasikan rencana
dan tindakan baerbagai unit yang dada didalam organisasi agar dapat
bekerja secara selaras kearah pencapaian tujuan.
3. Fungsi komunikasi
Jika organisasi diinginkan berfungsi secara efisien, maka organisasi
tersebut menentukan saluran komunikasi malalui sebagai unit dalam
organisasi tersebut. Komunikasi meliputi penyampaian informasi yang
berhubungan
dengantujuan,strategi,kebijaksanaan,rencana,pelaksanaan,dan
penyimpangan yang timbul.
4. Fungsi motivasi
Anggaran berfungsi pula sebagai alat untuk memotivasi para pelaksana
didalam melaksanakan tugas-tugas atau mencapai tujuan.
5. Fungsi pengendalian dan evaluasi
Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian kegiatan karena
anggaran yang sudah disetujui merupakan komitmen daripada
pelaksana yang ikut berperan serta didalam penyusunan anggaran
6. Fungsi pendidikan
Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk mendidik para manajer
mengenai bagaimana bekerja scara terperinci pada pusat pertanggung
jawaban yang dia pimpin dan sekaligus menghubungkan dengan pusat
pertanggung jawaban yang lain didalam organisasi yang bersangkutan.
Penganggaran atau perencanaan laba mempunyai beberapa
keuntungan sebagi berikut :
1. Tersedia suatu pendekatan disiplin untuk menyelesaikan masalah
2. Membantu manajemen membuat studi awak terhadap
,masalah-masalah dihadapi oleh suatu organisasi dan membiaskan manajemen
untuk mempelajari dengan seksama masalah tersebut untuk diambil
keputusan.
3. Menyediakan cara-cara untuk menformalisasi usaha perencanaan.
4. Menutup kemacetan potensial sebelum kemacetan tersebut terjadi.
5. Mengembangkan dan mendorong sikap kesadaran serta
memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber perusahaan.
6. Membantu mengkoordinasikan dan menyusun rencana operasi.
7. Memberi kesempatan kepada organisasi untuk meninjau kembali
terhadap kebijakan dan pedoman dasar yang sudah ditetukan.
8. Mengkoordinasikan, menghubungkan, danmembantu mengarahkan
modal keseluhan yang paling menguntungkan.
9. Mendorong suatu standart prestasi yang tinggi dengan
2.2.3.4. Jenis-Jenis Anggaran
Appropriation Budget adalah menupakan anggaran biaya yang
tidak dapat dikategorikan sebagai bagian dari anggaran-anggaran
sebelumnya (Saputro dan. Asri, 1995;433),misalnya:
a. Anggaran Pemliharaan
b. Anggaran Penelitian
Menurut Nafarin (2000 : 17)anggaran dapat dikelompokan dari
beberapa sudut pandangan berikut ini:
1. Menurut dasar penyusunan, anggaran tertidiri dari:
a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan
interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tetentu dan pada intinya
merupakan seri anggaran yang dapat disesuaikan pada
tingkat-tingkat aktifitas (kegiatan) yang berbeda.
b. Anggaran kontinyu, adalah anggaran yang dibuat untuk
mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap
bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam
setahun mengalami perubahan.
2. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri atas :
a. Anggaran jangka pendek adlah anggaran yang dibuat dengan
jangka waktu paling lama sampai satu tahun.
b. Anggaran jangka panjang adalah anggaran yang dibuat lebih dari
2.2.3.5.Macam Anggaran
Menurut Munandar (1985 ; 33) dalam perusahaan industri
anggaran ada :
1. Anggaran penjualan adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
baik terperinci tentang penjualan perusahaan selama periode yang akan
datang.
2. Anggaran produksi adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dibidang produksi
selama periode yang akan datang.
3. Anggaran biaya administrasi adalahanggaran yang merencanakan
secara lebih terperinci tentang biaya-biaya kantor administrasi selama
periode yang akan datang.
4. Anggaran persediaan adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci tentang persediaan barang selama periode yang akan datang.
2.2.3.6. Manfaat Anggaran
Menurut Supriyono (1987 : 343) anggaran mempunyai menfaat
sebagai berikut :
1. Sebagai alat untuk mengkoordinasi kegiatan.
2. Sebagai alat komunikasi dengan bawahan tentang apa yang akan
dilakukan oleh perusahaan.
3. Sebagai alat memotivasi karyawan agar berupaya mencapai sasaran
4. Sebagai landasan kegiatan.
5. Sebagai alat untuk mengukur prestasi para pelaksanaan anggaran.
6. Sebagai alat untuk membina dan meningkatkan kemampuan
melaksanakan anggaran.
2.2.3.7.Anggaran dan Fungsi Manajemen
Menurut Sukarno dan Fuad (200:5) manajemen diartikan sebagai
suatu kegiatan untuk mengadakan perencanaan (planning), mengadakan
pengkoordinasi (organizing), mengadakan penyusunan pegawai (staffing),
serta mengadakan pengawasan (controlling) terhadap orang-orang dan
barang-barang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Dari pengertian ini tampak bahwa terdapat lima fungsi manajemen
yaitu :
a. Menyusun 74 rencanakan untuk dijadikan sebagi pedoman kerja
(planning).
b. Menyusun struktur organisasi kerja yang merupakan pembagian
wewenang dan pembagian tanggung jawab terhadap keryawan
perusahaan (organizing).
c. Membimbing member petunjuk dan mengarahkan karyawan
(directing).
d. Bahwa manjer hendakny menunjuk orang-orang yang tepat dan
qualified, dengan memberikan motivasi kerja yang insentif yang sesuai
(staffing).
e. Mengadakan pengawasan terhadap kerja para karyawan didalam
Sebagai telah diuraikan, anggaran adalah pendekatan yang formil
dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam
perencanaan,koordinasi dan perencanaan. Dengan demikian Nampak
bahwa anggaran adalah alat bagi manajemen untuk membantu
menjelaskan fungsi-fungsinya.
Oleh karena anggaran hanyalah sebagai suatu alat bagi manajemen,
maka meskipun anggaran telah disusun dengan begitu sempurna, namun
kehadiran manajemen masih mutlak diperlukan.Anggaran yang baik dan
sempurna tidak akan menjamun bahwa pelaksanaan dan realisasinya nanti
juga akan baik dan sempurna. Tanpa dikelola oleh tangan-tangan manajer
yang terampil dan berbakat mustahil anggaran dapat bermanfaat
sebagaimana yang diharapkan.
Menurut Tjiptono dan Diana (1995 : 264) dalam pendekatan
tradisional, manajer membagikan wewenang dari atas ke bawah melalui
peraturan dan kebijakan. Dalam TQM manajer puncak masih memegang
wewenang, tetapi dibagikan dengan mengkomunikasikan pandangannya
dan memperdayakan para karyawan untuk merealisasikan pandangan
tersebut.
2.2.4. Kinerja Manajerial
2.2.4.1. Pengertian Kinerja Manajerial
Istilah kinerja dari kata job performance atau actual Performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai olek seseorang )
kuantitas yang dicapai untuk seorang pegawai dalam mel;aksanakan
tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Mulyadi ( 1998 : 164)
Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu
mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja
karyawan yang pada umumnya bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah
bersifat abstrak dan kompleks. Manager menghasilkan kinerja dengan
mengerahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang
berada di daerah wewenangnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja manajerial merupakan proses yang dilakukan oleh seorang manajer
yang membutuhkan waktu yang melibatkan satu atau beberapa elemen
kunci yang harus diatur. Kinerja tidak untuk mengatur semua aktifitas yang
dapat mempengaruhi kinerja sekarang, tetapi juga untuk mempengaruhi
kinerja masa yang akan datang.
2.2.4.2. Tugas-Tugas Manager
Menurut Handoko, (1997 : 29) tugas-tugas para manager itu sendiri
adalah :
a. Manajer bekerja dengan melalui orang lain. Manager tidak hanya
berhubungan dengan para bewahan dan atasan tapi juga manager
lainnya dalam organisasi serta berhubungan dengan individu-individu
b. Manager memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang
saling bertentangan dan menerapkan prioritas-prioritas.
c. Manger bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan atas
kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan dan tugas bawahan.
d. Manager harus berfikir secara analitis dan konseptual. Mampu
memilih-milih masalah, menganalisa komponen-komponen
permasalahandan memberikan solusi permasalah tersebut dan menjadi
pemikir konseptual dengan memandang keseluruhan tugas dan
menmgkaikan tugas dengan yang lain.
e. Manager adalah mediator permasalahan dalam organisasi baik dalam
hal individu maupun antar unit kerja.
f. Manager adalah politis, yaitu mengkampanyekan program,
mengembangkan hubungan untuk mendapatkan dukungan atas
kegiatan-kegiatan usulan –usulan dan keputusan-keputusannya.
g. Manager adalah diplomat, manager mampu menjadi wakil
(presentatif) pada pertemuan organisasional ataupun dengan pihak lain.
h. Manager mengambil keputusan – keputusan yang sulit. Organisasi
selalu menghadapi permasalahan yang banyak, untuk sebab itu
manager diharapkan dapat menemukan pemecahan berbagai
permasalahan dan pengambilan keputusan yang tepat.
2.2.4.3. Faktor Penyebab Kegagalan Kinerja Manajerial
Faktor-faktor penyebab manajer tidak menghasilkan kinerja dari
a. Kemungkinan manajer tidak memahami kinerja yang diharapkan dari
posisinya sebagai manager.
b. Kemungkinan manajer tidak memahami peran manajerial yang
disandangnya.
c. Kemungkinan manajer tidak memiliki managerial skill yang
diperlukan untuk menghasilkan kinerja manajerial.
d. Kemungkinan manajer tidak memiliki semangat untuk menfokuskan
dan mendorong usahanya dalam menghasilkan semangat kinerja
manajerial.
2.2.4.4. Variabel Moderating Sebagai Pendekatan Kontijensi
Hasil penemuan dalam penelitian menunjukkan bahwa ada
ketidakkonsistenan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya du dalam
melihat hubungan antara partisipasi penyusunan anggran dengan kinerja
manajerial. Riyadi (2000:137) mengemukakan bahwa untuk menyesuaikan
perbedaaan dari berbagai hasil penemuan tersebut bisa dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kontijensi ( contingency approach).
Penggunaan kerangka tersebut memungkinkan adanya variabel lain
bertindak sebagai moderating atau intervening yang mempengaruhi
hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja
manajerial.Nazir (1998 : 150) menjelaskan bahwa faktor moderating
adalah faktor atau variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) antara variabel independen dan dependen. Sedangkan
faktor intervening dalah faktor atau variabel yang mempengaruhi
Dalam penelitian ini,pendekatan kontijensi dan diadopsi untuk
mengevaluasi keefektifan partisipasi penyusunan anggaran tergantung
pada faktor-faktor kontektual organisasional dan sifat psikologis
karyawan.
Faktor kontijensi yang dipilih dalam penelitian ini adalah gaya
kepemimpinan yang dimiliki manajer untuk variabel psikologi karyawan.
Sedangkan untuk moderating kontektual organisasionalnya adalah
gaya kepemimpinan yang dimiliki, oleh seorang manajer dalam memimpin
perusahaan dan ketidakpastian lingkungan.Ketiga faktor kontijensi
tersebut berperan sebagai variabel moderating didalam hubungan antara
partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manjerial.
Govindajaran (1986 : 739) untuk menyelesaikan pertentangan dari
berbagai hasil penelitian dapat digunakan faktor kontijensi yang
memungkinkan variabel-variabel lain menjadi faktor moderating (faktor
yang mempengaruhi hubungn antara dua variabel) atau intervening (faktor
yang dipengaruhi oleh satu variabel dan mempengaruhi variabel lainnya)
yang mempengaruhi hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan
kinerja manajerial.
2.2.4.5. Variabel Moderating dan Variabel Intervening
Menurut Umar (2003 : 65) variabel moderating adalah variabel
yang dapat memperkuat atau memperlemah arah hubungan antara variabel
Menurut Umar (2003 : 65) variabel intervening adalah variabel
yang mempengaruhi hubungan langsung antara variabel independen dan
variabel dependen, sehingga akan terjadi hubungan yang tidak
langsung.Variabel intervening merupakan variabel yang terletak diantara
variabel-variabel independen dan variabel dependen, sehingga variabel
independen tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel
dependen.
2.3. Teori Yang Melandasi Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran Dengan Kinerja
Manajerial
Teori Jalur – Tujuan (Path-Goal Theory) yang dikemukakan oleh
Martin Evans Dan Robert House berusaha untuk menjelaskan pengaruh
perilaku pimpinan terhadap motivasi,kepuasan,dan pelaksanaan pekerjaan
bawahannya.
Adapun Path-Goal Theory versi House,mengemukan empat tipe
atau gaya utama kepemimpinan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan
yang otokratis dari Lippi dan White. Bawahan tahu senyatanya apa
yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh
pemimpin.Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.
2. Kepemimipian yang mendukung (Suportive Leadership).
Kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan
sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan Mempunyai perhatian
3. Kepemimpinan Partisipatif. Gaya kepemimpinan ini,pemimpin
berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari para
bawahannya.Namun pengambilan keputusan masih tetap berada
padanya.
4. Kepemimpinan yang berorientasi kepada prestasi.Gaya kepemimpinan
ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya
untuk berprestasi. Demikian pula pemimpin menberikan kenyakinan
kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas pekerjaan
mencapai tujuan secara baik.
Berdasarkan teori diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan salah satu dari empat gaya tersebut dan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti yang diuraikan tersebut,maka
pemimpin berusaha mempengaruhi persepsi bahawannya dan
memotivikasikannya.Selain itu dengan adanya partisipasi anggaran
memberikan kesempatan bagi manager atas maupun bawah untuk ikut
menyusun anggaran.
Hal ini dikuatkan oleh Mangkunegara (2005:102) yang menyatakan
bahwa pimpinan harus memperhatikan kepada pegawai tentang pentingnya
tujuan dari suatu pekerjann agar meningkatkan minat pegawai terhadap
mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.Berdasarkan uraian teori
diatas,maka hipotesis diajukan adalah sebagai berikut :
“Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap hubungan
2.4. Pengaruh Ketidakpastian lingkungan Pada Hubungan antara
Partisipasi Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial.
Dalam lingkungan yang dinamis selalu mengalami lebih banyak
ketidapastiang dalam pengambilan keputusan tidak peduli apakah
lingkungannya sederhana atau rumit.selisih ketidakpastian yang terlihat
pada unit-unit penentu dalam lingkungan yang sederhana dengan yang
berada dalam lingkungan rumit tidak begitu nyata kecuali bila lingkungan
unit penentu adalah dinamis juga (Duncan,1972).Ketidakpastian
lingkungan yang berfungsi sebagai variabel moderating akan
mempengaruhi hubungan antara parsipasi penganggaran dan kinerja
manajerial.
Hal tersebut dapat dikuatkan oleh toeri ketidakpastian dan
ketergantungan yang dikemukakan oleh M.T. Hanna dan J.H.Freeman
yang menyatakan bahwa lingkunagn secara keseluruhan dapat dipandang
sebagai sumber informasi dan stock sumber daya (Stoner,1992:139).
Jika kondisi ketidakpastian lingkungan tinggi,maka manajer
memerlukan informasi system akuntansi manajemen untuk mengatasi
ketidakpastian dan membuat keputusan menjadi lebih tepat (Galbraith
1973).Sebaliknya dalam penganggaran apabila ketidakpastian lingkungan
rendah sehingga interprestasi lingkungan relatif lebih mudah manajer
secara relative dapat membuat prediksi yang akurat (Gul dan Chia,1994).
“Bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif pada
2.5. Teori Yang Melandasi Hubungan Partisipasi Penganggaran dengan
Kinerja Manajerial
Penganggaran secara partisipatif diharapkan dapat meningkatkan
kinerja manajer, yaitu ketika suatu tujuan dirancang dan secara partisipasi
disetujui maka karyawan akan menginternalisasikan tujuan yang ditetapkan
dan memiliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapainya karena
mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran (Milani,1975)
Untuk memanfaatkan keinginan dan kemampuan kerja bawahan
mereka yang merupakan bawahan sejak lahir, para manajer hendaknya
memberikan suatu iklim yang konduksif bagi perkembangan pribadi.
Dalam hal ini,manajemen partisipatif adalah model yang ideal.
(Thoha,1992:24)
Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang yang dilakukan
dengan orang lain,semakin beraneka ragam interaksinya dan juga semakin
kuat tumbuhnnya sentiment mereka. Semakin banyak interaksi diantara
orang-orang,semakin tinggi kemungkinan aktivitas dan sentiment yang
ditularkan pada orang lain,maka semakin banyak
kemungkinan-kemungkinan ditularkan aktivitasnya dan interaksinya. (Thoha,1992:242)
Dari beberapa pernyataan diatas,dapat disimpulkan manager yang
dilibatkan dalam penyusunan anggaran akan merasa bertanmggung jawab
atas tujuan yang ingin dicapai dan hal itu dapat meningkatkan kinerja para
dalam meningkatkan kinerja manajerial.Berdasarkan uraian diatas,maka
hipotesis yang diajukan sebagai berikut :
“Hubungan partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap
peningkatan kinerja manajerial.”
2.6. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Ketidakpastian lingkungan
terhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran Terhadap
Kinerja Manajerial
Gaya kepemimpinan terhadap kinerja manjerial akan berpengaruh
pada lingkungan yang dinamis dalam pengambilan keputusan
penganggaran oleh manajer secara akurat.
Penganggaran secara partisipatif diharapkan dapat meningkatkan
kinerja manajer, yaitu ketika suatu tujuan dirancang dan secara partisipasi
disetujui maka karyawan akan menginternalisasikan tujuan yang ditetapkan
dan memiliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapainya karena
mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran (Milani,1975).Maka Gaya
kepemimpinan dan ketidakpastian lingkungan pada hubungan partisipasi
penganggaran akan mempengaruhi peningkatan kinerja manajerial.
2.7. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, maka
Gambar 2.1
2.8. Hipotesis
1. Partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan
kinerja manajerial.
2. Kesesuaian antara partisipasi penyususnan anggaran dengan faktor
ketidkpastian lingkungan berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
3. Kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan faktor gaya
kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Partisipasi
Penganggaran (X1)
Kinerja Manjerial (Y)
Uji Statistik : Analisis Regresi dengan Uji Nilai Selisih Mutlak
Gaya Kepemimpinan (X3)
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel, yaitu variabel
bebas,Variabel moderating, variabel terikat. Partisipasi penganggaran (X1)
sebagai variabel bebas. Ketidakpastian Lingkungan (X2) dan gaya
kepemimpinan (X3) dan sebagai variabel moderating, sedangkan variabel
terikat (Y) adalah kinerja manajerial.Agar tidak menimbulkan interprestasi
yang berbeda, maka secara operasional variabel-variabel tersebut
didefinisikan sebagai berikut :
1. Partisipasi penganggaran (X1)
Adalah tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu
(manajer) dalam proses penyusunan anggaran.
2. Ketidakpastian Lingkungan (X2)
Menunjukkan persepsi manajer dari faktor-faktor diluar perusahaan,
seperti lingkungan industri, ekonomi, teknologi, persaingan dan
lingkungan pelanggan.
Dengan indikator yang digunakan :
a. Hal yang terjadi pada industri
b. Banyak produk dan jasa baru yang telah dipasarkan dalam industri
c. Tingkat kestabilan lingkungan eksternal (ekonomi dan teknologi)
di perusahaan.
d. Klasifikasi aktivitas-aktivitas pasar para pesaing selama 5 tahun
terakhir.
e. Selera dan preferensi para pelanggan selama 5 tahun terakhir.
f.Kendala-kendala hukum, politik, dan ekonomi yang mengelilingi
perusahaan 5 tahun terakhir.
g. Penemuan-penemuan ilmiah yang muncul di industri
3. Gaya kepemimpinan (X3)
Adalah ciri khas yang dipunyai pemimpin dalam memberikan motivasi
dan semangat kepada bawahannya serta sekaligus memberikan
keputusan atau kebijakan yang baik dalam suatu orginasasi.
Dengan indikator yang digunakan adalah :
a. Kejelasan dalam memberikan pengarahan dan cara mengerjakan
tugas (telling)
b. Pemimimpin menerangka keputusan yang diambil (selling)
c. Pemimpin mengajak pekerja untuk membuat keputusan bersama
(participating)
d. Pemimpin menyerahkan pelaksanaan tugas / pekerjaan sepenuhnya
4. Kinerja Manajerial (Y)
Yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai untuk
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggungjawab
yang diberikan kepadanya.
Dengan indikator yang digunakan:
a. Perencanaan
b. Investivigasi
c. Evaluasi
d. Pengawasan
e. Pemilihan Staff
f. Negosiasi
g. Perwakilan
h. Kinerja secara keseluruhan
Tehnik Pengukuran Variabel
Tehnik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala semantic defferesial sedangkan skala pengukurannya menggunakan
skala interval.
Skala semantic differensial adalah skala yang digunakan untuk
mengukur obyek-obyek yang bersifat psikologikal, sosial maupun fisik.
Skala ini tersususn dalam satu garis kontinum dengan jawaban sangat
positifnya terletak disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya terletak
disebelah kiri atau sebaliknya, jawaban posotifnya terletak disebelah
kiri,dan jawaban negatifnya terletak disebelah kanan (Sumarsono,2004:25)
1 2 3 4 5 6 7 Sangat tidak setuju Sangat setuju
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak
setuju dengan pertanyaan yang diberikan, nilai 4 merupakan tengah antara
sangat tidak setuju dengan sangat setuju dengan pertanyaan yang
diberikan,jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju
dengan pertanyaan yang diberikan.
Kuesioner/ item pertanyaan dalam penelitian ini bersumber dari
Nasir M yang disesuaikan dengan model penelitian ini. Kuesioner/item
pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini untuk masing-masing
variabel adalah sebagai berikut :
1. Variabel partisipsi penganggaran sebanyak enam(6) item pertanyaan.
2. Variabel Ketidakpastian lingkungan sebanyak tujuh (7) item
pertanyaan.
3. Variabel Gaya Kepemimpinan sebanyak empat (4) item pertanyaan.
4. Variabel Kinerja Manajerial sebanyak delapan (8) item pertanyan.
Tehnik Pengambilan Sampel
a. Obyek dan Populasi
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Unilever
Indonesia Tbk Jl. Rungkut Industri IV/5-11 Surabaya, Disini Populasi
adalah Suatu kelompok dari elemen penelitian,dimana elemen adalah
unit terkecil yang merupakan sumberdata yang diperlukan.Sedangkan
populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 orang manajer
dan 1 orang asisten manajer perusahaan yang berjumlah 28 orang,
1. Bagian Produksi dan Asisten Bagian Produksi
2. Bagian Personalia dan Asisten Bagian Personalia
3. Bagian Accounting dan Asisten Bagian Accounting
4. Bagian Pemasaran dan Asisten Bagian Pemasaran
5. Seksi Pengelola Bahan dan Asisten Seksi Pengelola Bahan
6. Seksi Gudang dan Asisten Seksi Gudang
7. Seksi Finishing dan Asisten Seksi Finishing
8. Seksi Pembukuan dan Asisten Seksi Pembukuan
9. Seksi Keamanan dan Asisten seksi keamanan
10.Seksi Pembelian & Umum dan Asisten Seksi Pembelian &
Umum
11.Seksi Penjualan dan Asisten Seksi Penjualan
12.Seksi Penagihan dan Asisten Seksi Penagihan
13.Seksi Kasir dan Asisten Seksi Kasir
14.Seksi Transportasi dan Asisten Seksi Transport
b. Sampel
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Purposive Sampling. Dengan beberapa ciri-ciri membuat
anggaran; Anggaran harus realistis, Anggaran harus luwes, Anggaran
harus kontinyu. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka yang memenuhi
syarat untuk dijadikan sampel sebanyak 26 orang yaitu manajer dan
asisten manajer. PT.Unilever Indonesia,Tbk tersebut dapat dengan
Tehnik Pengumpulan Data
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi (Nazir,
1988 : 58) :
a. Data Primer
Adalah data yang langsung didapart dari perusahaan yang diteliti baik
perorangan atau staff dari perusahaan yang diteliti seperti data hasil
kuisoner.
b. Data Sekunder
Data yang sudah disusun oleh pihak perusahaan, srtuktur , organisasi,
proses dan jenis produksi dan