• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER HUKUM INTERNASIONAL menurut hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUMBER HUKUM INTERNASIONAL menurut hukum "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

Sumber hukum internasional merupakan dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional. Sumber hukum internasional bisa berarti dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional, metode penciptaan hukum internasional, atau tempat ditemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang dapat diterapkan pada suatu persoalan konkret.

Istilah sumber hukum internasional memiliki makna materiil dan makna formal. Sumber hukum dalam arti materiil mempersoalkan isi/materi hukum, sedangkan sumber hukum dalam arti formal mempersoalkan bentuk atau wadah aturan hukum. Berikut ini penjelasan mengenai dua sumber hukum internasional, yaitu materil dan formal.

Perkataan sumber hukum dapat dipergunakan dalam beberapa arti. Secara material sumber hukum dapat diartikan sebagai sumber isi hukum atau dasar berlakunya hukum dan atau tempat di mana kaidah-kaidah hukum itu diciptakan. Juga dapat pula diartikan sebagai sumber hukum yang mempersoalkan sebab apakah hukum itu mengikat? dan juga berarti sebagai sumber hukum yang menyelidiki masalah apakah yang menjadi dasar mengikatnya hukum itu?

Sedangkan secara formal, sumber hukum dapat diartikan sebagai sumber yang memuat tentang ketentuan-ketentuan hukum secara formal yang dapat diterapkan sebagai kaidah dalam suatu persoalan yang konkrit. Juga dapat berarti sebagai sumber yang merupakan tempat di mana ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah hukum dapat ditemukan dan sumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan dimanakah kita dapat menemukan atau mendapatkan ketentuan-ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah di dalam suatu persoalan yang aktual dan konkrit.

(2)

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sumber hukum dalam arti material dan sumber hukum dalam arti lain merupakan masalah yang terletak di luar bidang ilmu hukum (ekstra-yuridis), yang pada hakikatnya merupakan persoalan-persoalan yang terletak di dalam bidang filsafat. Sedangkan sumber hukum dalam arti formal, adalah merupakan persoalan yang terletak dalam bidang ilmu hukum (intra-yuridis).

Berdasar pada deskripsi di atas, manakah di antara ketiga arti sumber hukum tersebut yang terpenting? Bagi seorang yang ingin memperdalam pengetahuannya dalam bidang filsafat atau sejarah hukum, maka baginya sumber hukum yang terpenting ialah sumber hukum dalam arti material dan dalam arti yang lain. Sedangkan bagi seseorang yang belajar hukum positif seperti mahasiswa fakultas hukum, pengacara atau pejabat diplomat, maka baginya sumber hukum yang terpenting adalah sumber hukum dalam arti formal.

Di dalam perpustakaan hukum internasional Inggris, sumber hukum dalam arti material (material sources) sebagaimana yang dikemukakan oleh J.G. Starkejustru dalam arti yang sebaliknya yaitu sumber hukum dalam arti formal. Oleh karena itu, terlepas dari perbedaan pengertian dan lingkup sumber hukum sebagaimana yang diungkapkan oleh Starke, yang terpenting bagi kita di dalam mempelajari sumber-sumber hukum internasional adalah bagaimana memahami sumber-sumber hukum dalam arti formal, tanpa harus mengabaikan sumber hukum dalam arti material.

Dalam literatur tertulis terdapat dua tempat rujukan yang menempatkan sumber hukum dari sumber-sumber hukum internasional. Pertama, Pasal 7 Konvensi ke-12 Den Haag tanggal 18 Oktober 1907, yang mendirikan Mahkamah Internasional Perampasan Kapal di Laut (International Prize Court).

(3)

Sebelum menguraikan sumber hukum internasional yang didasarkan pada Pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional, terlebih dahulu dikemukan beberapa pendapat para sarjana mengenai sumber-sumber Hukum Internasional.

Menurut J.G.Starkebahwa sumber hukum material (maksudnya sumber-sumber hukum formal) adalah “Bahan-bahan aktual yang dipergunakan oleh sarjana-sarjana hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi hal-hal tertentu.”

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Starke mengemukakan sumber-sumber hukum material (maksudnya formal) sebagai berikut:

1. Kebiasaan; 2. Traktat;

3. Keputusan Pengadilan atau Badan Arbitrasi; dan 4. Karya-karya Yuridis.

Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa sumber-sumber Hukum Internasional sebagai berikut:

1. Perjanjian-perjanjian Internasional; 2. Kebiasaan-kebiasaan Internasional; 3. Prinsip-prinsip Hukum Umum; dan

4. Keputusan-keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran sarjana-sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara.

Menurut Pasal 38 (1) Status Mahkamah Internasional yang selanjutnya sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB, tanggal 26 Juni 1945 pada pokoknya mengatakan bahwa: Dalam mengadili perkara-perkara yang diajukan, Mahkamah Internasional akan mempergunakan:

1. Perjanjian-perjanjian Internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus yang mengandung ketentuanketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negaranegara yang bersengketa;

(4)

3. Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab; dan

4. Keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran sarjana-sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara-negara, sebagai sumber tambahan bagi menetapkan kaidah-kaidah hukum.

Akan tetapi, uraian Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional akan dimulai dengan menganalisis kelemahan-kelemahan (weaknesses) dan kelebihan-kelebihan (Strengthens).

Kelemahan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional yaitu: dikaitkan dengan perkembangan subyek-subyek hukum internasional dan praktek masyarakat internasional maka sumber-sumber hukum internasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional tersebut masih harus ditambah lagi dengan sumber-sumber lain.

Karena ternyata bahwa pasal tersebut di atas, tidak menyebutkan Mahkamah-mahkamah atau peradilan arbitrasi dan keputusan-keputusan badan-badan atau lembaga-lembaga internasional yang dewasa ini merupakan sumber-sumber hukum yang makin bertambah urgensinya. Baik urutan maupun isi sumber-sumber hukum internasional menurut Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional tersebut di atas, belum menggambarkan suatu pendapat yang diterima secara umum.

(5)

Menurut Pasal 38 (1) Piagam Mahkamah Internasional sumber hukum internasional dapat diklasifikasikan atas dua golongan sebagai berikut: Sumber-sumber utama atau Sumber-sumber-Sumber-sumber primer, yang terdiri atas perjanjian-perjanjian Internasional, kebiasaan-kebiasaan internasional, dan prinsip-prinsip Hukum Umum. Sumber-sumber tambahan, atau sumber-sumber subsider, terdiri atas Keputusan-keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran sarjana-sarjana yang paling terkemuka dari berbagai Negara.

Urutan sumber hukum internasional di atas, tidak otomatis menempatkan yang satu lebih superior dari yang lainnya. Oleh karena itu, jika persoalan yang timbul adalah manakah di antara ketiga sumber hukum internasional yang primer, menurut Pasal 38 (1) Piagam Mahkamah Internasional tersebut yang paling utama atau yang terpenting? maka pertanyaan ini sulit dijawab, dalam arti tidak dapat dijawab begitu saja.

Karena ketiga sumber primer tersebut, mempunyai hubungan yang sangat erat bahkan saling mengisi satu sama lainnya. Karenanya terhadap prinsip sumber-sumber hukum internasional primer tersebut, Pasal 18 (1) Statuta Mahkamah Internasional, sama sekali tidak mengaturnya. Bahkan urutan yang ada sama sekali tidak menggambarkan urutan penting/utama dari masing-masing sumber tersebut.

Hal ini mengandung pengertian antara lain bahwa: ketiga sumber tersebut sama penting/sama utama. Tidak ada satu pun dari ketiga sumber primer tersebut yang mempunyai kedudukan yang lebih penting atau lebih utama daripada yang lainnya. Pengutamaan masing-masing sumber primer tersebut adalah tergantung pada pangkal tolak atau sudut pandang, di mana kita memandang/meninjaunya.

(6)

banyaknya persoalan-persoalan yang diatur dengan perjanjian-perjanjian internasional antara negara-negara, termasuk pula masalah-masalah yang tadinya diatur oleh hukum kebiasaan.

Apabila kita memandang dari sudut fungsinya, maka dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip/ asas-asas hukum umum, merupakan sumber hukum yang terutama atau yang terpenting. Karena, sumber hukum inilah yang bersifat luwes/fleksibel, yakni memberikan kesempatan dan kelonggaran kepada Mahkamah Internasional untuk menemukan atau membentuk kaidah-kaidah hukum baru, yang dapat mengembangkan hukum internasional, atau membuka kemungkinan bagi adanya sumber-sumber hukum internasional yang baru, berdasarkan prinsip-prinsip hukum umum tadi.

Tanpa harus terjebak dalam perdebatan siapa yang terpenting maka uraian dalam bahasan ini mengikuti urutan menurut Pasal 38 (1) Statuta mahkamah Internasional.

A. Sumber Hukum Materil

Sumber hukum material adalah sumber hukum yang membahas materi dasar tentang substansi dari pembuatan hukum itu sendiri atau prinsip-prinsip yang menentukan isi ketentuan hukum internasional yang berlaku.

Sumber hukum material juga dapat diartikan sebagai dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional. Ada beberapa teori yang menjelaskan dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional. Teori-teori tersebut seperti berikut.

1. Teori Hukum Alam (Naturalist).

(7)

Tokoh teori hukum alam adalah Hugo Grotius. Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum internasional atas berlakunya hukum alam yang diilhami oleh akal manusia dan praktik negara serta perjanjian negara sebagai sumber hukum internasional. Atas pendapatnya tersebut, Hugo Grotius dari Belanda disebut sebagai Bapak Hukum Internasional.

2. Teori Kedaulatan (Positivisme)

Menurut aliran teori kedaulatan, dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional atas kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Tokoh-tokoh dalam teori kedaulatan antara lain Hegel dan George Jellineck dari Jerman. Berkaitan dengan teori ini, Zorn berpendapat bahwa hukum internasional itu tidak lain daripada hukum tata negara yang mengatur hubungan luar suatu negara. Hukum internasional bukan sesuatu yang lebih tinggi yang mempunyai kekuatan mengikat ke luar kemauan negara.

Teori-teori yang mendasarkan berlakunya hukum internasional pada kehendak negara (teori voluntaris) mencerminkan dari teori kedaulatan dan aliran positivisme yang menguasai alam pikiran dunia hukum di Benua Eropa, terutama Jerman pada abad XIX.

3. Teori Objectivitas

(8)

B. Sumber Hukum Formal

Sumber hukum formal dalam hukum internasional ditegaskan dalam Statuta Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1). Menurut pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara sebagai berikut.

1. Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional (treaty) baik berbentuk law making treatymaupun yang berbentuk treaty contract.

Law making treaty artinya perjanjian internasional yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum. Adapun treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional yang berlaku bagi dua pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-pihak tersebut.

Menurut pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, perjanjian internasional merupakan sumber utama dari sumber-sumber hukum internasional lainnya. Hal itu dapat dibuktikan terutama dalam kegiatan-kegiatan internasional dewasa ini yang sering berpedoman pada perjanjian antara para subjek hukum internasional yang mempunyai kepentingan sama.

2. Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum. Contohnya, penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapalkapal yang berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan.

3. Prinsip Hukum Umum

(9)

umum dari semua sistem hukum nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional.

Dengan adanya prinsip hukum umum, Mahkamah Internasional diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan.

4. Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase. Mahkamah yang dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen, Mahkamah Internasional, dan Mahkamah Arbitrase Permanen.

Berdasarkan sifat daya ikatnya, sumber hukum Internasional jika dibedakan berdasarkan sifat daya ikatnya maka dapat dibedakan menjadi sumber hukum primer dan sumber hukum subsider. Sumber hukum primer adalah sumber hukum yang sifatnya paling utama artinya sumber hukum ini dapat berdiri sendiri-sendiri meskipun tanpa keberadaan sumber hukum yang lain. Sedangkan sumber hukum subsider merupakan sumber hukum tambahan yang baru mempunyai daya ikat bagi hakaim dalam memutuskan perkara apabila didukung oleh sumber hukum primer. Hal ini berarti bahwa sumber hukum subsider tidak dapat berdiri sendiri sebagaimana sumber hukum primer.

(10)

sumber hukum tersebut mempunyai kedudukan yang sama tingginya atau yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah kedudukannya dari sumber hukum yang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Pengurus organisasi pemuda Vihara Sila Paramita memiliki motivasi yang berbeda untuk menjadi pengurus. Motivasi yang dimiliki oleh pengurus akan berpengaruh terhadap

Kedua, merupakan jenis lain dalam cara reproduksi untuk ragam hias ini dapat kita perhatian yang tiap bagian merupakan suatu kelompok dan merupakan himpunan untuk pola

LAPORAN POSKO PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TANGGAL 14 APRIL 2016 (UNTUK LAPORAN JAM 06:00 WIB) 1.. Ringkasan

Para penghuni panti selain lebih lanjut usia, mereka lebih rendah pendidikannya, dan lebih banyak yang tidak bekerja; hal ini dapat berarti bahwa mereka yang relatif lebih muda dan

(3) Dalam hal anggota Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri tidak terbukti

- Lokasi kegiatan diukur oleh tim gabungan dari Dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten Flores Timur, LSM anggota Forum Punaliput dan masyarakat yang menjadi

Aktivitas antioksidan ekstrak umbi suweg untuk fraksi etanol dan etil asetat Pengukuran aktivitas antioksidan sampel dilakukan pada panjang gelombang 517 nm yang merupakan

Digester biogas berbahan baku eceng gondok terbuat dari drum plastik berukuran 200 liter agar tahan terhadap kondisi asam dan tidak mengalami kobocoran untuk