• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERENCANAAN RETARDING BASIN DI KAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI PERENCANAAN RETARDING BASIN DI KAL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERENCANAAN RETARDING BASIN DI KALI GUNUNG MADDAH SEBAGAI USAHA UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KOTA SAMPANG, MADURA

Andri Puji Wahyudi1, Very Dermawan2, Dian Sisinggih2

1

Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

2

Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Indonesia

Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Email: [email protected]

ABSTRAK

Kali Gunung Maddah merupakan salah satu anak sungai Kamoning yang mempunyai peran besar dalam menyumbang debit banjir ke Kali Kamoning. Pada saat hujan dengan intensitas tinggi bersamaan dengan datangnya air laut pasang, terjadilah luapan air Kali Kamoning di daerah Kabupaten Sampang. Berbagai studi yang bertujuan untuk mencari solusi penanggulangan banjir di Kota Sampang telah banyak dilakukan dan menghasilkan alternatif penanggulangan banjir, di mana salah satunya adalah dengan retarding basin.

Debit banjir yang akan direduksi adalah debit banjir Subdas Gunung Maddah. Studi ini mencoba meninjau seberapa besar tampungan sementara mereduksi ketinggian muka air banjir di Desa Gunung Maddah. Desa gunung Maddah adalah salah satu desa yang mempunyai ketinggian muka air banjir nomor dua di kota sampang. Simulasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi program HEC-RAS 4.1.0. Simulasi dilakukan terhadap kondisi alur sungai saat ini (eksisting) dan kondisi dengan adanya retarding basin. Sungai dan retarding basin dihubungkan dengan sebuah bendung samping.

Hasil analisa menunjukkan pengendalian banjir dengan retarding basin dengan kala ulang 2 (dua) tahun menghasilkan penurunan muka air rata-rata sebesar 1,48 m diatas tanggul Kali Gunung Maddah atau turun rata-rata 52,24% Tampungan efektif retarding basin berdasarkan hasil simulasi adalah 1.060.362 m3. Ketinggian air di tampungan sementara adalah 6,40 m. Selanjutnya, air akan dikeluarkan menggunakan pintu sorong setelah banjir surut.

Kata Kunci : banjir, tampungan sementara ,bendung samping, dan tampungan

ABSTRACK

Gunung Maddah river is a one of the Kamoning river branches which gives high flood discharge. At the time of high intensity rainfall with the arrival of tides, there was a overflowing of Kamoning river in Sampang city. Various studies aimed to find a solution for flood control in sampang city have already done and resulted many alternatives for

flood control, one of it’s is design retarding basin.

Flood discharge will be reduced is the flood discharge from Gunung Maddah Sub-Watershed. This study conducted to review amount of the storage will reduce the flood water level in the Gunung Maddah Village. Gunung Maddah village is second highest village of flood water level in Samapng city.. Simulations is using HEC-RAS 4.1.0 software on the condition current river channel (without retarding basin) and condition with a retarding basin. The Gunung Maddah river and retarding basin connected with a side weir.

The analysis showed that the flood control with retarding basin using two years period of resulted a decrease the average water level of 1,48 m above Gunung Maddah river leeve or 52,24% in average. The effective storage of

retarding basin based on result of simulation is 1.060.362 m3. The water level in retarding basin is 6,40 m.

Furthermore, discharge will be released using the sluice gate after flood decreased.

(2)

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Sungai mempunyai fungsi yang sangat besar dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber daya air, maupun sebagai pembuangan alami yang membawa air buangan dari lahan pertanian, perumahan maupun air hujan yang melimpas diper-mukaan tanah. Karena sungai berfungsi sebagai saluran pembuang, sungai harus mampu membawa sejumlah air yang besarnya dipengaruhi oleh faktor hujan, buangan dari pertanian, buangan dari rumah tangga dan faktor pengaliran maupun hilir sungai yang berupa danau atau laut.

Kota Sampang terletak di bagian timur Pulau Madura dengan elevasi rata-rata hampir sama dengan muka air laut pasang (+0,3 m). Pada saat hujan dengan inten-sitas tinggi bersamaan dengan datangnya air laut pasang, terjadilah luapan air Kali Kamoning di daerah Kabupaten Sampang. Hal ini salah satunya disebabkan karena terbatasnya kapasitas pengaliran Kali Ka-moning. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kamoning mempunyai luas 345,5 km2 dan

panjang alur sungai utama ±58.10 km, yaitu Kecamatan Sampang, Kedungdung Omben dan Robatal.

1.2.Identifikasi Masalah

Kali Kamoning mengalir membelah Kota Sampang dan setiap tahun memberi-kan kontribusi debit banjir yang meng-akibatkan kerugian jiwa dan harta benda masyarakat yang berada di Kota Sampang. Kali Gunung Maddah adalah anak sungai Kali Kamoning yang memberikan debit banjir yang lumayan besar. Bencana banjir terjadi sebagai akibat tingginya curah hujan yang turun, kondisi penampang anak sungai kamoning yaitu Kali Gunung

Maddah yang tidak mampu menampung debit banjir yang ada.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BNPB yang terkena dampak banjir akibat luapan Kali Gunung Maddah dan Kali Kamoning pada Desember 2013 adalah Kelurahan Dalpenang, Kelurahan Rong-tengah, Desa Gunung Sekar, Desa Gunung Maddah, Desa Tanggumong, Desa Ka-moning, Desa Pangelan, Desa Banyumas, Desa Panggung, Desa Paseyan, Kecamatan Kota Sampang, Kabupaten Sampang. Tinggi muka air di daerah yang terkena dampak banjir adalah sebagai berikut:

1. Paseyan = ±1,20 m

Kerugian yang ditimbulkan akibat dari bencana banjir ini berupa 712 unit rumah rusak, sawah 30,4 Ha di 4 Desa dan 3 Kelurahan terendam banjir. Diperkirakan kerugian total akibat banjir mencapai 8,7 milyar(www.republika.co.id).

Untuk mengatasi permasalahan ter-sebut, diperlukan suatu perencanaan sistem pengendalian banjir di Kota Sampang, Madura. Sistem pengendalian banjir bisa direncanakan menggunakan tampungan

se-mentara.

1.3.Tujuan

(3)

mengurangi ketinggian muka air di Desa Gunung Maddah, Kota Sampang.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Umum

Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar pe-rencanaan, agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pe-laksanaan pekerjaan di lapangan. Pada bab ini menyajikan teori dari berbagai sumber yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan.

2.2.Analisis Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai kapan terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya, dan hubungan dengan ling-kungannya terutama dengan makhluk hidup.

Hidrologi dianalisis untuk membuat keputusan dan menarik kesimpulan pada fenomena hidrologi berdasarkan sebagian data hidrologi yang dikumpulkan. Dalam studi ini, untuk merencanakan retarding basin, analisis hidrologi yang terpenting adalah menentukan debit banjir rencana. Beberapa tahapan analisis hidrologi adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Proses Hidrologi

2.3.HEC-RAS

HEC-RAS merupakan program

aplikasi untuk memodelkan aliran di

sungai, River Analysis System (RAS), yang

dibuat oleh Hydrologic Engineering

Center (HEC) yang merupakan satu divisi

di dalam Institute for Water Resources

(IWR), di bawah US Army Corps of

Engineers (USACE). HEC-RAS

merupakan model satu dimensi aliran

permanen maupun tak permanen (steady

(4)

Gambar 2 Diagram Alir HEC-RAS

Dalam studi perencanaan ini, analisa profil aliran menggunakan aliran tidak permanen karena akan menghitung pe-nelusuran banjir di sungai sebelum adanya tampungan dan setalah adanya tampungan. Sedangkan untuk syarat batas menggu-nakan hidrograf aliran dari Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu,

sedang-kan kondisi batas hilir menggunasedang-kan stage

hydrograph, karena pemodelan diasumsi-kan terjadi banjir pada daerah hilir.

2.4.Bendung Samping (Side Weir)

Bendung dan pelimpah yang mem-punyai pucuk sejajar dengan aliran utama ada kalanya digunakan dalam teknik dan sesuai dengan hal itu, bangunan ini

di-namakan bendung samping (side weirs)

atau pelimpah luapan samping (side

channel spillway). Bendung samping ialah suatu cara yang umum dalam penuangan kelebihan aliran dalam sistem penyaluran kotoran dan digunakan secara luas untuk pengelak hujan deras (Raju, 1986:258). Untuk suatu bendung samping yang dipasang pada saluran trapesium (Gambar 2).

Gambar 3 Bangunan Bendung Samping

Sumber : Anonim 2 (1986:170)

Debit melalui lebar awal dx dari bendung

samping adalah Sumber : Anonim 2

(1986:172).

qx = ƞ. Δx √ (h-w)3/2. Δx (2-1)

Bentuk dari bendung samping menggu-nakan ambang lebar.

dengan:

qx = debit dengan lebar dx (m3/dt)

ƞ = koefisien debit

A = luas penampang sungai (m2)

W = tinggi bendung samping (m)

h = kedalaman muka air diatas

bendung samping (m)

2.4.1.Ambang Lebar (Broad Crested Weir)

Bangunan ambang lebar dianjurkan karena bangunan ini kokoh dan mudah dibuat. Karena bisa mempunyai berbagai bentuk mercu, bangunan ini mudah disesuaikan dengan tipe saluran apa saja. Persamaan debit yang melewati ambang lebar adalah sebagai berikut (Telford, 2003:53).

Untuk ambang lebar, faktor profil

pada bendung bisa diestimasi dari

persamaan berikut ini (Telford, 2003:52).

ƞ = 1 – 0,064 (L/ho) (2-2)

untuk 0 < L/ho < 2,5

(5)

Gambar 4 Bendung ambang lebar

Sumber : Tracy (1957:3)

2.5.Tampungan Sementara (retarding basin)

Kolam tampungan sementara adalah suatu bangunan/konstruksi yang berfungsi untuk menampung sementara air yang berasal dari sungai, dan selanjutnya akan dilepas kembali. Tampungan sementara harus bisa menampung debit banjir yang akan lewat.

Dimensi kolam penampungan didasar-kan pada perhitungan volume yang adidasar-kan masuk ke dalam tampungan sementara. Untuk mencari volume tampungan yang akan ditampung dapat menggunakan

rumus di bawah ini (Triatmodjo,

2010:191).

V =(Qt+Qt+1)(Tt + Tt+1)x0,5x3600 (2-4) dengan:

Qt = debit (m3/dt)

Tt = waktu (jam)

2.6.Pintu Keluaran

Perhitungan besarnya debit pelepasan pada tampungan sementara menggunakan pintu sorong, karena debit banjir yang lewat akan ditampung terlebih dahulu dan dilepas setelah banjir mengalami pe-nurunan (surut). Berikut persamaan untuk

menghitung debit keluaran (Anonim 2, 1986:55).

Q = k. µ.a.b.√ (2-5)

dengan:

Q = debit pelepasan (m3/dt)

K = faktor aliran tenggelam (0,7) h1 = tinggi muka air di hulu pintu diatas

ambang (m) a = bukaan pintu (m) b = lebar pintu (m)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

μ = koefisien debit (Gambar 4)

Gambar 5 Koefisien µ

Sumber : Anonim 3 (1986:55)

3. METODOLOGI STUDI

3.1.Kondisi Daerah Studi

Kabupaten Sampang terletak pada

113008’ – 113039’ Bujur Timur dan

06005’–07013’ Lintang Selatan, dengan

luas wilayah 1.233,33 Km2. Batas wilayah

Kabupaten Sampang adalah sebagai

berikut :

 Sebelah Utara : Laut Jawa;

 Sebelah Timur : Kabupaten

Pamekasan;

 Sebelah Selatan : Selat

Madura;

 Sebelah Barat : Kabupaten

(6)

tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering.

3.1.1.Lokasi Daerah Studi

Lokasi studi berada pada subdas Gunung Maddah. Lokasi tampungan terletak pada Kali Gunung Maddah, Desa Gunung Maddah, Sampang, Madura. Adapun batas-batas dari Desa Gunung Maddah adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Desa Panggung

 Sebelah Selatan : Desa Taddan

 Sebelah Barat : Kelurahan

Rongtengah dan Banyuanyar

 Sebelah Timur : Desa Banjartalela

Gambar 6 Rencana Retarding Basin

Sumber : Bakosurtanal, 2015

3.2.Pengumpulan Data

Dalam menganalisa suatu masalah diperlukan adanya berbagai data untuk menunjang analisa. Data-data yang di-butuhkan digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli (tidak melalui media

perantara). Sedangkan, Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (instansi terkait).

Pada studi ini, pengumpulan data pada

perencanaan retarding basin ini terdiri dari

2 bentuk data yaitu data primer dan data sekunder. Berikut adalah data-data studi ini.

- Kondisi lingkungan sekitar

- Peta topografi

- Peta tata guna lahan

- Geometri sungai

- Curah hujan harian dari 2 pos

hujan selama 13 tahun (2001-2013)

- Peta lokasi adminstratif

3.3.Langkah Penyelesaian Studi

Hasil dari data yang diperoleh digabungkan dan dianalisa dengan baik. Langkah-langkah analisis disusun secara sistematis sehingga mempermudah dalam penyelesaiannya. Berikut langkah-langkah

dalam perencanaan retarding basin.

1. Analisa Peta Topografi : Data

topografi digunakan untuk

pe-rencanaan/desain bangunan bendung samping samping menuju tampungan sementara.

2. Analisa Geometri Sungai : Data

geometri sungai digunakan untuk

mengetahui kemampuan kapasitas

eksisting sungai dalam menampung

debit banjir.

3. Perencanaan tampungan dan bendung

samping:

1. Melakukan uji konsistensi dari

hasil data curah hujan

2. Didapatkan curah hujan rerata

daerah menggunakan poligon

thiessen

3. Analisa frekuensi dengan metode

Log Person III, dan Gumbel

4. Dilakukan uji distribusi yaitu uji

smirnov-kolmogorof dan uji chi-square

5. Debit rancangan metode HSS

Nakayasu

6. Melalakukan analisis penelusuran

(7)

7. Desain bendung samping dan tampungan semnetara

8. Melakukan analisis penelusuran

banjir dengan adanya tampungan

9. Mendesain pintu keluaran

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Analisis Hidrologi

Dasar perencanaan bangunan air adalah debit banjir rencana. Debit banjir rencana di sungai atau saluran alamiah dihitung dengan beberapa kala ulang tertentu misalnya 2, 5, 10, 25, 50 dan 100

tahun yang dapat dialirkan tanpa

membahayakan lingkungan sekitar dan komponen bangunan air yang terdapat di sepanjang sungai. Dalam studi ini terdapat 2 stasiun hujan yang dianalisis dari tahun

2001-2013. Gambar 6 merupakan

pengaruh 2 stasiun hujan di lokasi studi.

Gambar 7 Pengaruh 2 stasiun hujan

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

Gambar 8 Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

Berdasarkan gambar 8 tersebut diuji distribusi dengan metode log person III, dan Gumbel. Dari 2 metode tersebut di-gunakan distribusi yang cocok mengguna-kan uji chi-square dan uji smirnov-kolmogorof. Berikut adalah data curah hujan rancangan terbaik dari 2 metode.

Gambar 9 Hujan dan Debit Rancangan

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

Gambar 10 HSS Nakayasu

(8)

4.2.Analisa Profil Aliran Eksisting Sungai

Untuk mengetahui kapasitas eksisting sungai, maka digunakan bantuan paket program Hec-RAS. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ketinggian muka air pada saat terjadi debit banjir. Untuk mengetahui muka air banjir perlu di-lakukan analisa kapasitas eksisting dari Kali Gunung Maddah. Kapasitas eksisting

sungai menggunakan aliran tidak

permanen.

4.2.1. Peniruan Hidaraulika (Syarat Batas)

Data aliran yang diperlukan dalam

hitungan aliran tidak permanen (unsteady

flow) dalam studi ini adalah hidrograf debit

di batas hulu serta rating curve pada batas

hilir. Berikut adalah hasil dari analisa profil aliran tanpa retarding basin.

Gambar 11 Analisa Profil Aliran Q2th

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

Hasil wawancara warga pada tanggal 25 Desember 2014, banjir tertinggi di Desa Gunung Maddah ± 1,5 m yang terjadi pada tahun 2013. Selain itu, BNPB menyatakan bahwa pada tahun 2013 Desa Gunung Maddah mengalami banjir sebanyak 3 kali. Banjir tertinggi ±1,8 m. Berdasarkan data tersebut kala ulang yang cocok adalah kala ulang 2 tahun, mengingat seringnya banjir yang terjadi di Desa Gunung Maddah. Selanjutnya kala uang 2 tahun yang akan

direduksi menggunakan tampungan

sementara.

4.3.Tampungan Sementara

Tampungan sementara direncanakan karena debit banjir tidak bisa langsung di-buang dan dialirkan ke sungai/laut. Reduksi banjir tergantung luas lahan dari tampungan. Posisi dari tampungan adalah sebagai berikut.

Gambar 12 Sketsa Pemodelan Tampungan

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

4.3.1.Bendung Samping

Bendung samping (side weir)

digunakan untuk mengalihkan sebagian aliran air dari Kali Gunung Maddah menuju tampungan sementara. Bendung samping ditempatkan di tebing sungai. Berikut adalah hasil dimensi bendung

samping menggunakan deMarchi24. Lebar

adalah 5,00 m, panjang bendung 2,64 m dan tinggi bendung samping adalah 0,80 m.

4.4.Analisa Profil Aliran dengan Tampungan

Penelusuran banjir kembali dilakukan menggunakan paket program HEC-RAS 4.1.0 dengan adanya struktur penghubung bendung samping menuju tampungan semenetara. Hal ini dilakukan

mengguna-0 200 400 600 800 1000 1200 1400 -2

Main Channel Distance (m)

(9)

kan lateral structure agar aliran bisa masuk melalui bendung samping.

4.4.1.Peniruan Geometri

Peniruan geometri yang dilakukan

dalam simulasi ini mengacu pada

penelusuran banjir Kali Gunung Maddah tanpa tampungan. Peniruan geometri diawali dengan area tampungan, dan selanjutnya bendung samping. Data dari tampungan dan bendung samping dapat dilihat di bawah ini.

- Bendung Samping berjarak 30 m ke

arah hilir dari potongan melintang 1+300 (13), mercu bendung berada pada elevasi +3,44 m, sayap kiri dan kanan masing-masing berada pada elevasi +5,2 m dengan lebar 2,64 m dan panjang 5,00 m.

- Bendung samping berada pada tebing

sebelah kanan

- Kawasan area tampungan memiliki

luas sebesar 18 ha dan berada pada elevasi +0,50 m.

4.4.2.Peniruan Hidraulika (Syarat Batas)

Syarat batas simulasi aliran melewati bendung samping mirip dengan syarat batas simulasi aliran analisa profil aliran tanpa tampungan. Hanya saja, pada studi ini diperlukan tambahan syarat awal (initial condition) elevasi muka air di tampungan sementara. Elevasi tambahan sebagai syarat awal berada pada +0,50 m. Gambar 10 adalah hasil dari analisa profil aliran dengan tampungan sementara.

Gambar 13 Analisa Profil Aliran dengan Tampungan Q2th

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

Berdasarkan Gambar 13, dengan ada-nya kolam tampungan banjir mengalami penurunan muka air. Penurunan muka air ±1,48 m dari ketinggian semula dan tampungan sementara dapat mengurangi banjir sebesar 52,24%.

4.4.3.Volume Tampungan Efektif

Perencanaan tampungan sementara didasarkan pada hitungan hidraulika aliran pada paket program HEC-RAS 4.1.0. Volume tampungan efektif dapat dicari dengan cara mengetahui debit yang akan lewat pada bendung samping yang didapat dari HEC-RAS.

Gambar 14 Analisa Profil Aliran dengan Tampungan Q2th

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

Jadi, volume tampungan efektif yang

digunakan adalah sebesar 1060362 m3.

Total tampungan yang tersedia adalah

1152000 m3. Tampungan yang masih

tersedia 91638 m3.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

-1

Main Channel Distance (m)

(10)

Gambar 15 Hubungan Q dan h dalam Tampungan

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

Dari Gambar 15 dapat diketahui ketinggian tampungan berada pada elevasi +6,40 m dengan tampungan mulai terisi pada elevasi +0,50 m. Debit puncak yang tereduksi oleh tampungan sementara

adalah 38,45 m3/dt.

4.5.Pintu Keluaran

Pintu sorong digunakan sebagai pintu

keluaran pada tampungan sementara

(retarding basin) karena kemudahan dalam operasinya. Pintu sorong akan dibuka secara manual setelah banjir surut.

Data:

Lebar Pintu Sorong = 1,00 m

Jumlah Pintu = 1 buah

Elevasi Ambang Pintu = +2,29

Lebar tanggul = 0,20 m

Elevasi Tanggul Outlet = +3,64

Gambar 16 Hubungan debit dan bukaan pintu sorong

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

5. PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari beberapa penjelasan dari bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Debit banjir rancangan Metode

Nakayasu dilakukan dengan beberapa kala ulang. Debit kala ulang ulang 2

tahun sebesar 55,480 m3/dt. Debit kala

ulang ulang 5 tahun sebesar 68,903

m3/dt. Debit kala ulang ulang 10 tahun

sebesar 77,643 m3/dt. Debit kala ulang

ulang 25 tahun sebesar 89,920 m3/dt.

Debit kala ulang ulang 50 tahun

sebesar 96,771 m3/dt. Debit kala ulang

ulang 100 tahun sebesar 104,927

m3/dt. Debit kala ulang ulang 200

tahun sebesar 113,164 m3/dt dan Debit

kala ulang ulang 1000 tahun sebesar

131,975 m3/dt.

2. Dimensi bendung samping (side weir)

yang akan mengalihkan aliran sungai menuju tampungan sementara adalah sebagai berikut. Panjang bendung sebesar 2,64 m, lebar sebesar 5,00 m dan tinggi bendung samping sebesar 0,80 m.

3. Volume tampungan efektif yang

digunakan sebagai tampungan

sementara (retarding basin) adalah sebagai berikut. Volume total dari tampungan sementara adalah 1152000

m3. Volume tampungan efektif yang

digunakan adalah sebesar 1.060.362

m3. Jadi, masih ada 91638 m3

tampungan yang tersisa.

Tampungan sementara dapat

mengurangi debit banjir yang akan masuk

ke Kali Kamoning sebesar 35,85 m3/dt.

Ketinggian muka air banjir yang berada di Desa Gunung Maddah akan berkurang 52,24% dari ketinggian banjir awal.

2400 0600 1200 1800

22Sep2008 23Sep2008

Plan: 14jun Storage Area: Retarding Basin

(11)

5.2.Saran

1. Untuk menanggulangi banjir di

Kecamatan Sampang perlu adanya pembenahan total dari hulu sampai hilir. Hal ini harus dilakukan karena banjir yang terjadi lebih dari 10 kali setiap tahunnya. Upaya non struktur dan struktur dapat dilakukan seiring berjalannya waktu. Upaya struktur lainnya adalah sebagai berikut.

- Perencanaan Floodway

- Perencanaan Embung/waduk

- Normalisasi sungai

2. Tampungan sementara bisa digunakan

sebagai intake sebagai aliran irigasi

atau bahan baku air minum,

mengingat daerah ini merupakan daerah kering ketika musim kemarau datang.

3. Perilaku masyarakat terkait dengan

membuang sampah sembarangan

perlu dilakukan pendekatan sosial agar sungai tidak terhalang oleh sampah.

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim 1. 2010. HEC-RAS (River

Analysis System). USA: Hydrologic Engineering System.

2. Anonim 2. 1986. Buku Petunjuk

Perencanaan Irigasi. Bandung: CV Galang Persada.

3. Anonim 3, 1986. Standar

Perencana-an Irigasi. Bandung: CV Galang

Persada.

4.

Ranga Raju .K.G. 1981. Flow

Through Open Channels. Terjemahan

Yan Piter Pangaribuan. Jakarta:

Erlangga

5.

Telford, T. 2003. Hydraulic Design Of

Side Weir. Cetakan Pertama London. Thomas Telford LTD.

6.

Tracy, J.H. 1957. Discharge

Characteristic Of Broad-Crested

Weirs. Washington D.C:Geological

Survey Circular 397

7.

Triatmodjo, Bambang. 2010.

Gambar

Gambar 1 Proses Hidrologi
Gambar 2 Diagram Alir HEC-RAS
Gambar 4 Bendung ambang lebar
Gambar 6 Rencana Retarding Basin
+5

Referensi

Dokumen terkait

Volume tampungan tersebut berasal dari tangkapan area Kawasan Semanggi serta dari kelebihan yang mungkin terjadi pada aliran sungai yang bersebelahan dengan kawasan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini berdasarkan uraian di atas yaitu menghasilkan suatu perencanaan teknis pengadaan Angkutan Sungai yang sesuai untuk aliran Banjir Kanal Barat

Kolam retensi merupakan kolam/waduk penampungan air hujan dalam jangka waktu tertentu, berfungsi untuk memotong puncak banjir yang terjadi dalam badan

Analisa pembahasan masalah debit banjir hanya pada daerah aliran sungai. sei sekambing, kabupaten

Perencanaan pengendalian banjir di sungai petapahan dapat dilakukan apabila debit banjir rencana disungai ini diketahui, sehingga dari debit banjir tersebut dapat

Untuk menghitung atau memperkirakan besarnya debit banjir yang akan terjadi dengan berbagai periode ulang dapat dilakukan menggunakan analisis data aliran dari sungai yang

Perencanaan normalisasi Banjir Barat didasarkan pada hasil analisa kondisi eksisting sungai dengan software HEC RAS dimana pada beberapa titik, penampang yang

Dari hasil running analisa profil aliran dengan menggunakan program HEC-RAS 4.0 maka didapatkan tinggi luapan air sungai kuranji yang menyebabkan banjir setinggi