STUDI PERENCANAAN RETARDING BASIN DI KALI GUNUNG MADDAH SEBAGAI USAHA UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KOTA SAMPANG, MADURA
Andri Puji Wahyudi1, Very Dermawan2, Dian Sisinggih2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Indonesia
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Email: [email protected]
ABSTRAK
Kali Gunung Maddah merupakan salah satu anak sungai Kamoning yang mempunyai peran besar dalam menyumbang debit banjir ke Kali Kamoning. Pada saat hujan dengan intensitas tinggi bersamaan dengan datangnya air laut pasang, terjadilah luapan air Kali Kamoning di daerah Kabupaten Sampang. Berbagai studi yang bertujuan untuk mencari solusi penanggulangan banjir di Kota Sampang telah banyak dilakukan dan menghasilkan alternatif penanggulangan banjir, di mana salah satunya adalah dengan retarding basin.
Debit banjir yang akan direduksi adalah debit banjir Subdas Gunung Maddah. Studi ini mencoba meninjau seberapa besar tampungan sementara mereduksi ketinggian muka air banjir di Desa Gunung Maddah. Desa gunung Maddah adalah salah satu desa yang mempunyai ketinggian muka air banjir nomor dua di kota sampang. Simulasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi program HEC-RAS 4.1.0. Simulasi dilakukan terhadap kondisi alur sungai saat ini (eksisting) dan kondisi dengan adanya retarding basin. Sungai dan retarding basin dihubungkan dengan sebuah bendung samping.
Hasil analisa menunjukkan pengendalian banjir dengan retarding basin dengan kala ulang 2 (dua) tahun menghasilkan penurunan muka air rata-rata sebesar 1,48 m diatas tanggul Kali Gunung Maddah atau turun rata-rata 52,24% Tampungan efektif retarding basin berdasarkan hasil simulasi adalah 1.060.362 m3. Ketinggian air di tampungan sementara adalah 6,40 m. Selanjutnya, air akan dikeluarkan menggunakan pintu sorong setelah banjir surut.
Kata Kunci : banjir, tampungan sementara ,bendung samping, dan tampungan
ABSTRACK
Gunung Maddah river is a one of the Kamoning river branches which gives high flood discharge. At the time of high intensity rainfall with the arrival of tides, there was a overflowing of Kamoning river in Sampang city. Various studies aimed to find a solution for flood control in sampang city have already done and resulted many alternatives for
flood control, one of it’s is design retarding basin.
Flood discharge will be reduced is the flood discharge from Gunung Maddah Sub-Watershed. This study conducted to review amount of the storage will reduce the flood water level in the Gunung Maddah Village. Gunung Maddah village is second highest village of flood water level in Samapng city.. Simulations is using HEC-RAS 4.1.0 software on the condition current river channel (without retarding basin) and condition with a retarding basin. The Gunung Maddah river and retarding basin connected with a side weir.
The analysis showed that the flood control with retarding basin using two years period of resulted a decrease the average water level of 1,48 m above Gunung Maddah river leeve or 52,24% in average. The effective storage of
retarding basin based on result of simulation is 1.060.362 m3. The water level in retarding basin is 6,40 m.
Furthermore, discharge will be released using the sluice gate after flood decreased.
1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Sungai mempunyai fungsi yang sangat besar dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber daya air, maupun sebagai pembuangan alami yang membawa air buangan dari lahan pertanian, perumahan maupun air hujan yang melimpas diper-mukaan tanah. Karena sungai berfungsi sebagai saluran pembuang, sungai harus mampu membawa sejumlah air yang besarnya dipengaruhi oleh faktor hujan, buangan dari pertanian, buangan dari rumah tangga dan faktor pengaliran maupun hilir sungai yang berupa danau atau laut.
Kota Sampang terletak di bagian timur Pulau Madura dengan elevasi rata-rata hampir sama dengan muka air laut pasang (+0,3 m). Pada saat hujan dengan inten-sitas tinggi bersamaan dengan datangnya air laut pasang, terjadilah luapan air Kali Kamoning di daerah Kabupaten Sampang. Hal ini salah satunya disebabkan karena terbatasnya kapasitas pengaliran Kali Ka-moning. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kamoning mempunyai luas 345,5 km2 dan
panjang alur sungai utama ±58.10 km, yaitu Kecamatan Sampang, Kedungdung Omben dan Robatal.
1.2.Identifikasi Masalah
Kali Kamoning mengalir membelah Kota Sampang dan setiap tahun memberi-kan kontribusi debit banjir yang meng-akibatkan kerugian jiwa dan harta benda masyarakat yang berada di Kota Sampang. Kali Gunung Maddah adalah anak sungai Kali Kamoning yang memberikan debit banjir yang lumayan besar. Bencana banjir terjadi sebagai akibat tingginya curah hujan yang turun, kondisi penampang anak sungai kamoning yaitu Kali Gunung
Maddah yang tidak mampu menampung debit banjir yang ada.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BNPB yang terkena dampak banjir akibat luapan Kali Gunung Maddah dan Kali Kamoning pada Desember 2013 adalah Kelurahan Dalpenang, Kelurahan Rong-tengah, Desa Gunung Sekar, Desa Gunung Maddah, Desa Tanggumong, Desa Ka-moning, Desa Pangelan, Desa Banyumas, Desa Panggung, Desa Paseyan, Kecamatan Kota Sampang, Kabupaten Sampang. Tinggi muka air di daerah yang terkena dampak banjir adalah sebagai berikut:
1. Paseyan = ±1,20 m
Kerugian yang ditimbulkan akibat dari bencana banjir ini berupa 712 unit rumah rusak, sawah 30,4 Ha di 4 Desa dan 3 Kelurahan terendam banjir. Diperkirakan kerugian total akibat banjir mencapai 8,7 milyar(www.republika.co.id).
Untuk mengatasi permasalahan ter-sebut, diperlukan suatu perencanaan sistem pengendalian banjir di Kota Sampang, Madura. Sistem pengendalian banjir bisa direncanakan menggunakan tampungan
se-mentara.
1.3.Tujuan
mengurangi ketinggian muka air di Desa Gunung Maddah, Kota Sampang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Umum
Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar pe-rencanaan, agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pe-laksanaan pekerjaan di lapangan. Pada bab ini menyajikan teori dari berbagai sumber yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan.
2.2.Analisis Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai kapan terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya, dan hubungan dengan ling-kungannya terutama dengan makhluk hidup.
Hidrologi dianalisis untuk membuat keputusan dan menarik kesimpulan pada fenomena hidrologi berdasarkan sebagian data hidrologi yang dikumpulkan. Dalam studi ini, untuk merencanakan retarding basin, analisis hidrologi yang terpenting adalah menentukan debit banjir rencana. Beberapa tahapan analisis hidrologi adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Proses Hidrologi
2.3.HEC-RAS
HEC-RAS merupakan program
aplikasi untuk memodelkan aliran di
sungai, River Analysis System (RAS), yang
dibuat oleh Hydrologic Engineering
Center (HEC) yang merupakan satu divisi
di dalam Institute for Water Resources
(IWR), di bawah US Army Corps of
Engineers (USACE). HEC-RAS
merupakan model satu dimensi aliran
permanen maupun tak permanen (steady
Gambar 2 Diagram Alir HEC-RAS
Dalam studi perencanaan ini, analisa profil aliran menggunakan aliran tidak permanen karena akan menghitung pe-nelusuran banjir di sungai sebelum adanya tampungan dan setalah adanya tampungan. Sedangkan untuk syarat batas menggu-nakan hidrograf aliran dari Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu,
sedang-kan kondisi batas hilir menggunasedang-kan stage
hydrograph, karena pemodelan diasumsi-kan terjadi banjir pada daerah hilir.
2.4.Bendung Samping (Side Weir)
Bendung dan pelimpah yang mem-punyai pucuk sejajar dengan aliran utama ada kalanya digunakan dalam teknik dan sesuai dengan hal itu, bangunan ini
di-namakan bendung samping (side weirs)
atau pelimpah luapan samping (side
channel spillway). Bendung samping ialah suatu cara yang umum dalam penuangan kelebihan aliran dalam sistem penyaluran kotoran dan digunakan secara luas untuk pengelak hujan deras (Raju, 1986:258). Untuk suatu bendung samping yang dipasang pada saluran trapesium (Gambar 2).
Gambar 3 Bangunan Bendung Samping
Sumber : Anonim 2 (1986:170)
Debit melalui lebar awal dx dari bendung
samping adalah Sumber : Anonim 2
(1986:172).
qx = ƞ. Δx √ (h-w)3/2. Δx (2-1)
Bentuk dari bendung samping menggu-nakan ambang lebar.
dengan:
qx = debit dengan lebar dx (m3/dt)
ƞ = koefisien debit
A = luas penampang sungai (m2)
W = tinggi bendung samping (m)
h = kedalaman muka air diatas
bendung samping (m)
2.4.1.Ambang Lebar (Broad Crested Weir)
Bangunan ambang lebar dianjurkan karena bangunan ini kokoh dan mudah dibuat. Karena bisa mempunyai berbagai bentuk mercu, bangunan ini mudah disesuaikan dengan tipe saluran apa saja. Persamaan debit yang melewati ambang lebar adalah sebagai berikut (Telford, 2003:53).
Untuk ambang lebar, faktor profil
pada bendung bisa diestimasi dari
persamaan berikut ini (Telford, 2003:52).
ƞ = 1 – 0,064 (L/ho) (2-2)
untuk 0 < L/ho < 2,5
Gambar 4 Bendung ambang lebar
Sumber : Tracy (1957:3)
2.5.Tampungan Sementara (retarding basin)
Kolam tampungan sementara adalah suatu bangunan/konstruksi yang berfungsi untuk menampung sementara air yang berasal dari sungai, dan selanjutnya akan dilepas kembali. Tampungan sementara harus bisa menampung debit banjir yang akan lewat.
Dimensi kolam penampungan didasar-kan pada perhitungan volume yang adidasar-kan masuk ke dalam tampungan sementara. Untuk mencari volume tampungan yang akan ditampung dapat menggunakan
rumus di bawah ini (Triatmodjo,
2010:191).
V =(Qt+Qt+1)(Tt + Tt+1)x0,5x3600 (2-4) dengan:
Qt = debit (m3/dt)
Tt = waktu (jam)
2.6.Pintu Keluaran
Perhitungan besarnya debit pelepasan pada tampungan sementara menggunakan pintu sorong, karena debit banjir yang lewat akan ditampung terlebih dahulu dan dilepas setelah banjir mengalami pe-nurunan (surut). Berikut persamaan untuk
menghitung debit keluaran (Anonim 2, 1986:55).
Q = k. µ.a.b.√ (2-5)
dengan:
Q = debit pelepasan (m3/dt)
K = faktor aliran tenggelam (0,7) h1 = tinggi muka air di hulu pintu diatas
ambang (m) a = bukaan pintu (m) b = lebar pintu (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
μ = koefisien debit (Gambar 4)
Gambar 5 Koefisien µ
Sumber : Anonim 3 (1986:55)
3. METODOLOGI STUDI
3.1.Kondisi Daerah Studi
Kabupaten Sampang terletak pada
113008’ – 113039’ Bujur Timur dan
06005’–07013’ Lintang Selatan, dengan
luas wilayah 1.233,33 Km2. Batas wilayah
Kabupaten Sampang adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa;
Sebelah Timur : Kabupaten
Pamekasan;
Sebelah Selatan : Selat
Madura;
Sebelah Barat : Kabupaten
tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering.
3.1.1.Lokasi Daerah Studi
Lokasi studi berada pada subdas Gunung Maddah. Lokasi tampungan terletak pada Kali Gunung Maddah, Desa Gunung Maddah, Sampang, Madura. Adapun batas-batas dari Desa Gunung Maddah adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Panggung
Sebelah Selatan : Desa Taddan
Sebelah Barat : Kelurahan
Rongtengah dan Banyuanyar
Sebelah Timur : Desa Banjartalela
Gambar 6 Rencana Retarding Basin
Sumber : Bakosurtanal, 2015
3.2.Pengumpulan Data
Dalam menganalisa suatu masalah diperlukan adanya berbagai data untuk menunjang analisa. Data-data yang di-butuhkan digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari
sumber asli (tidak melalui media
perantara). Sedangkan, Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (instansi terkait).
Pada studi ini, pengumpulan data pada
perencanaan retarding basin ini terdiri dari
2 bentuk data yaitu data primer dan data sekunder. Berikut adalah data-data studi ini.
- Kondisi lingkungan sekitar
- Peta topografi
- Peta tata guna lahan
- Geometri sungai
- Curah hujan harian dari 2 pos
hujan selama 13 tahun (2001-2013)
- Peta lokasi adminstratif
3.3.Langkah Penyelesaian Studi
Hasil dari data yang diperoleh digabungkan dan dianalisa dengan baik. Langkah-langkah analisis disusun secara sistematis sehingga mempermudah dalam penyelesaiannya. Berikut langkah-langkah
dalam perencanaan retarding basin.
1. Analisa Peta Topografi : Data
topografi digunakan untuk
pe-rencanaan/desain bangunan bendung samping samping menuju tampungan sementara.
2. Analisa Geometri Sungai : Data
geometri sungai digunakan untuk
mengetahui kemampuan kapasitas
eksisting sungai dalam menampung
debit banjir.
3. Perencanaan tampungan dan bendung
samping:
1. Melakukan uji konsistensi dari
hasil data curah hujan
2. Didapatkan curah hujan rerata
daerah menggunakan poligon
thiessen
3. Analisa frekuensi dengan metode
Log Person III, dan Gumbel
4. Dilakukan uji distribusi yaitu uji
smirnov-kolmogorof dan uji chi-square
5. Debit rancangan metode HSS
Nakayasu
6. Melalakukan analisis penelusuran
7. Desain bendung samping dan tampungan semnetara
8. Melakukan analisis penelusuran
banjir dengan adanya tampungan
9. Mendesain pintu keluaran
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Analisis Hidrologi
Dasar perencanaan bangunan air adalah debit banjir rencana. Debit banjir rencana di sungai atau saluran alamiah dihitung dengan beberapa kala ulang tertentu misalnya 2, 5, 10, 25, 50 dan 100
tahun yang dapat dialirkan tanpa
membahayakan lingkungan sekitar dan komponen bangunan air yang terdapat di sepanjang sungai. Dalam studi ini terdapat 2 stasiun hujan yang dianalisis dari tahun
2001-2013. Gambar 6 merupakan
pengaruh 2 stasiun hujan di lokasi studi.
Gambar 7 Pengaruh 2 stasiun hujan
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Gambar 8 Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Berdasarkan gambar 8 tersebut diuji distribusi dengan metode log person III, dan Gumbel. Dari 2 metode tersebut di-gunakan distribusi yang cocok mengguna-kan uji chi-square dan uji smirnov-kolmogorof. Berikut adalah data curah hujan rancangan terbaik dari 2 metode.
Gambar 9 Hujan dan Debit Rancangan
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Gambar 10 HSS Nakayasu
4.2.Analisa Profil Aliran Eksisting Sungai
Untuk mengetahui kapasitas eksisting sungai, maka digunakan bantuan paket program Hec-RAS. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ketinggian muka air pada saat terjadi debit banjir. Untuk mengetahui muka air banjir perlu di-lakukan analisa kapasitas eksisting dari Kali Gunung Maddah. Kapasitas eksisting
sungai menggunakan aliran tidak
permanen.
4.2.1. Peniruan Hidaraulika (Syarat Batas)
Data aliran yang diperlukan dalam
hitungan aliran tidak permanen (unsteady
flow) dalam studi ini adalah hidrograf debit
di batas hulu serta rating curve pada batas
hilir. Berikut adalah hasil dari analisa profil aliran tanpa retarding basin.
Gambar 11 Analisa Profil Aliran Q2th
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Hasil wawancara warga pada tanggal 25 Desember 2014, banjir tertinggi di Desa Gunung Maddah ± 1,5 m yang terjadi pada tahun 2013. Selain itu, BNPB menyatakan bahwa pada tahun 2013 Desa Gunung Maddah mengalami banjir sebanyak 3 kali. Banjir tertinggi ±1,8 m. Berdasarkan data tersebut kala ulang yang cocok adalah kala ulang 2 tahun, mengingat seringnya banjir yang terjadi di Desa Gunung Maddah. Selanjutnya kala uang 2 tahun yang akan
direduksi menggunakan tampungan
sementara.
4.3.Tampungan Sementara
Tampungan sementara direncanakan karena debit banjir tidak bisa langsung di-buang dan dialirkan ke sungai/laut. Reduksi banjir tergantung luas lahan dari tampungan. Posisi dari tampungan adalah sebagai berikut.
Gambar 12 Sketsa Pemodelan Tampungan
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
4.3.1.Bendung Samping
Bendung samping (side weir)
digunakan untuk mengalihkan sebagian aliran air dari Kali Gunung Maddah menuju tampungan sementara. Bendung samping ditempatkan di tebing sungai. Berikut adalah hasil dimensi bendung
samping menggunakan deMarchi24. Lebar
adalah 5,00 m, panjang bendung 2,64 m dan tinggi bendung samping adalah 0,80 m.
4.4.Analisa Profil Aliran dengan Tampungan
Penelusuran banjir kembali dilakukan menggunakan paket program HEC-RAS 4.1.0 dengan adanya struktur penghubung bendung samping menuju tampungan semenetara. Hal ini dilakukan
mengguna-0 200 400 600 800 1000 1200 1400 -2
Main Channel Distance (m)
kan lateral structure agar aliran bisa masuk melalui bendung samping.
4.4.1.Peniruan Geometri
Peniruan geometri yang dilakukan
dalam simulasi ini mengacu pada
penelusuran banjir Kali Gunung Maddah tanpa tampungan. Peniruan geometri diawali dengan area tampungan, dan selanjutnya bendung samping. Data dari tampungan dan bendung samping dapat dilihat di bawah ini.
- Bendung Samping berjarak 30 m ke
arah hilir dari potongan melintang 1+300 (13), mercu bendung berada pada elevasi +3,44 m, sayap kiri dan kanan masing-masing berada pada elevasi +5,2 m dengan lebar 2,64 m dan panjang 5,00 m.
- Bendung samping berada pada tebing
sebelah kanan
- Kawasan area tampungan memiliki
luas sebesar 18 ha dan berada pada elevasi +0,50 m.
4.4.2.Peniruan Hidraulika (Syarat Batas)
Syarat batas simulasi aliran melewati bendung samping mirip dengan syarat batas simulasi aliran analisa profil aliran tanpa tampungan. Hanya saja, pada studi ini diperlukan tambahan syarat awal (initial condition) elevasi muka air di tampungan sementara. Elevasi tambahan sebagai syarat awal berada pada +0,50 m. Gambar 10 adalah hasil dari analisa profil aliran dengan tampungan sementara.
Gambar 13 Analisa Profil Aliran dengan Tampungan Q2th
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Berdasarkan Gambar 13, dengan ada-nya kolam tampungan banjir mengalami penurunan muka air. Penurunan muka air ±1,48 m dari ketinggian semula dan tampungan sementara dapat mengurangi banjir sebesar 52,24%.
4.4.3.Volume Tampungan Efektif
Perencanaan tampungan sementara didasarkan pada hitungan hidraulika aliran pada paket program HEC-RAS 4.1.0. Volume tampungan efektif dapat dicari dengan cara mengetahui debit yang akan lewat pada bendung samping yang didapat dari HEC-RAS.
Gambar 14 Analisa Profil Aliran dengan Tampungan Q2th
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Jadi, volume tampungan efektif yang
digunakan adalah sebesar 1060362 m3.
Total tampungan yang tersedia adalah
1152000 m3. Tampungan yang masih
tersedia 91638 m3.
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-1
Main Channel Distance (m)
Gambar 15 Hubungan Q dan h dalam Tampungan
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Dari Gambar 15 dapat diketahui ketinggian tampungan berada pada elevasi +6,40 m dengan tampungan mulai terisi pada elevasi +0,50 m. Debit puncak yang tereduksi oleh tampungan sementara
adalah 38,45 m3/dt.
4.5.Pintu Keluaran
Pintu sorong digunakan sebagai pintu
keluaran pada tampungan sementara
(retarding basin) karena kemudahan dalam operasinya. Pintu sorong akan dibuka secara manual setelah banjir surut.
Data:
Lebar Pintu Sorong = 1,00 m
Jumlah Pintu = 1 buah
Elevasi Ambang Pintu = +2,29
Lebar tanggul = 0,20 m
Elevasi Tanggul Outlet = +3,64
Gambar 16 Hubungan debit dan bukaan pintu sorong
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
5. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari beberapa penjelasan dari bab sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Debit banjir rancangan Metode
Nakayasu dilakukan dengan beberapa kala ulang. Debit kala ulang ulang 2
tahun sebesar 55,480 m3/dt. Debit kala
ulang ulang 5 tahun sebesar 68,903
m3/dt. Debit kala ulang ulang 10 tahun
sebesar 77,643 m3/dt. Debit kala ulang
ulang 25 tahun sebesar 89,920 m3/dt.
Debit kala ulang ulang 50 tahun
sebesar 96,771 m3/dt. Debit kala ulang
ulang 100 tahun sebesar 104,927
m3/dt. Debit kala ulang ulang 200
tahun sebesar 113,164 m3/dt dan Debit
kala ulang ulang 1000 tahun sebesar
131,975 m3/dt.
2. Dimensi bendung samping (side weir)
yang akan mengalihkan aliran sungai menuju tampungan sementara adalah sebagai berikut. Panjang bendung sebesar 2,64 m, lebar sebesar 5,00 m dan tinggi bendung samping sebesar 0,80 m.
3. Volume tampungan efektif yang
digunakan sebagai tampungan
sementara (retarding basin) adalah sebagai berikut. Volume total dari tampungan sementara adalah 1152000
m3. Volume tampungan efektif yang
digunakan adalah sebesar 1.060.362
m3. Jadi, masih ada 91638 m3
tampungan yang tersisa.
Tampungan sementara dapat
mengurangi debit banjir yang akan masuk
ke Kali Kamoning sebesar 35,85 m3/dt.
Ketinggian muka air banjir yang berada di Desa Gunung Maddah akan berkurang 52,24% dari ketinggian banjir awal.
2400 0600 1200 1800
22Sep2008 23Sep2008
Plan: 14jun Storage Area: Retarding Basin
5.2.Saran
1. Untuk menanggulangi banjir di
Kecamatan Sampang perlu adanya pembenahan total dari hulu sampai hilir. Hal ini harus dilakukan karena banjir yang terjadi lebih dari 10 kali setiap tahunnya. Upaya non struktur dan struktur dapat dilakukan seiring berjalannya waktu. Upaya struktur lainnya adalah sebagai berikut.
- Perencanaan Floodway
- Perencanaan Embung/waduk
- Normalisasi sungai
2. Tampungan sementara bisa digunakan
sebagai intake sebagai aliran irigasi
atau bahan baku air minum,
mengingat daerah ini merupakan daerah kering ketika musim kemarau datang.
3. Perilaku masyarakat terkait dengan
membuang sampah sembarangan
perlu dilakukan pendekatan sosial agar sungai tidak terhalang oleh sampah.
6. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim 1. 2010. HEC-RAS (River
Analysis System). USA: Hydrologic Engineering System.
2. Anonim 2. 1986. Buku Petunjuk
Perencanaan Irigasi. Bandung: CV Galang Persada.
3. Anonim 3, 1986. Standar
Perencana-an Irigasi. Bandung: CV Galang
Persada.
4.
Ranga Raju .K.G. 1981. FlowThrough Open Channels. Terjemahan
Yan Piter Pangaribuan. Jakarta:
Erlangga
5.
Telford, T. 2003. Hydraulic Design OfSide Weir. Cetakan Pertama London. Thomas Telford LTD.
6.
Tracy, J.H. 1957. DischargeCharacteristic Of Broad-Crested
Weirs. Washington D.C:Geological
Survey Circular 397