• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Hidraulis Bangunan Kantong Lumpur (Settling Basin) pada Daerah Irigasi Sungai Ular

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Hidraulis Bangunan Kantong Lumpur (Settling Basin) pada Daerah Irigasi Sungai Ular"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA HID

(SETTLING BASI

Diaju

BIDANG

UN

HIDRAULIS BANGUNAN KANTONG

BASIN) PADA DAERAH IRIGASI SU

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh:

DHANI APRISAL RITONGA

07 0404 091

NG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011

TONG LUMPUR

SUNGAI ULAR

YA AIR

(2)

ABSTRAK

Untuk menjaga kualitas air irigasi di Sungai Ular dikonstruksikan bangunan kantong lumpur (settling basin) tepat setelah bangunan pengambilan. Penelitian bertujuan untuk menganalisa secara hidraulis bangunan kantong lumpur. Sistem pembilasan sedimen dilakukan secara hidraulik yang dilakukan dengan cara membuka pintu saluran pembilas sehingga sedimen terbilas dengan aliran air. Oleh karena itu untuk mengetahui proses jalannya aliran air di dalam kantong lumpur perlu dilakukan analisis untuk mengetahui fraksi sedimen, menghitung estimasi sedimen masuk,,kecepatan aliran dan kehilangan tinggi energi air pada saluran.

Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini disusun tahapan penelitian berupa pengumpulan data primer berupa dokumentasi lokasi penelitian, pengambilan sampel sedimen kemudian data sekunder berupa gambar, data dan laporan teknis, melakukan studi pustaka yang berasal dari textbook, jurnal dan catatan kuliah, menganalisa secara hidraulis data teknis eksisting yang berkaitan dengan bangunan settling basin Daerah Irigasi Sungai Ular yang meliputi analisa angkutan sedimen dan volume tampungan, analisa elevasi muka air dan kehilangan tinggi energi dan mengetahui efisiensi pengendapan dan frekuensi pembilasan.

Untuk mengetahui dan memperkirakan jumlah angkutan sedimen digunakan tiga metode estimasi yaitu Lane and Kalinske, Einstein dan Seksi Hidrometri. Besar angkutan sedimen yang mendekati hasil analisa angkutan sedimen pada Main Report adalah metode Seksi Hidrometri yaitu angkutan sedimen per hari yang masuk ke intake adalah sebesar 1,825 Ton/hari dan memiliki volume sedimen 0,687 m3/hari. Volume tampungan sedimen yang dihitung adalah 333,572 m3. Kemudian hasil perhitungan elevasi muka air menunjukkan terjadi kehilangan tinggi energi total sebesar 0,11425 m yang dianalisa mulai aliran masuk ke inlet, intake hingga melewati kantong lumpur dan akhirnya menuju saluran primer. Efisiensi pengendapan diperiksa dengan menggunakan diagram Camp dan menunjukkan hasil 100% pengendapan partikel dengan diameter 0,2 mm yaitu fraksi pasir sedang.

Terjadi kehilangan tinggi energi sebesar 0,11425 selama pengaliran normal air untuk saluran irigasi. Frekuensi pembilasan dapat dilakukan pada saat 11 sampai 14 hari sekali. Kecepatan pembilasan untuk debit bilas 4,425 m3/detik adalah 3,24 m/detik. Dalam operasi kantong lumpur, untuk menghindari fraksi pasir masuk ke jaringan irigasi, dilakukan pembilasan hidraulis. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penggerusan kembali partikel angkutan sedimen yang telah terendap dalam kantong lumpur terutama fraksi pasir, yang dapat menyebabkan terangkutnya kembali sedimen dan dapat masuk ke saluran irigasi.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan kuasa-Nya, serta dukungan berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam ujian sarjana Teknik Sipil bidang studi Teknik Sumber Daya Air pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumater Utara.

Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “ Analisa Hidraulis Bangunan Kantong Lumpur (Settling Basin) pada Daerah Irigasi Sungai Ular”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas ini belumlah sempurna, baik dari segi isi maupun bahasa dan cara penyusunannya serta dari segi teori dan perhitungannya oleh karena itu penulis bersedia menerima kritikan dan saran yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas bimbingan dan bantuan yang diberikan untuk terselesaikannya tugas akhir ini kepada:

1. Teristimewa untuk kedua orang tua Ayahanda Ir. Subahri Ritonga,M.M dan ibunda Dina Fadila Nst, yang telah membesarkan, mendidik, memberikan dorongan baik material, spiritual serta semangat dengan sabar dan penuh kasih sayang yang tidak dapat dibalas jasa dan pengorbanannya.

(4)

3. Bapak Ir. Alferido Malik selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

4. Bapak Ivan Indrawan, ST, MT. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan daan masukan kepada penulis.

5. Para penguji, Ir. Boas Hutagalung, M.Sc, Ir. Terunajaya, M.Sc, dan Ir. Makmur Ginting,M.Sc. yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Prof. Dr. Ing. Johanes Tarigan sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Ir. Syahrizal, MT sebagai sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera utara.

8. Bapak/ibu Dosen di lingkungan Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Ir.Saiful Mujahidin yang turut membantu menjelaskan konsep perhitungan hidraulis

10. Bapak Kuswandi ST, MT sebagai dosen yang telah memberikan ilmu dan berbagai pustaka inspiratif mengenai ilmu keairan dan teknik pantai

11. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan-bantuannya.

(5)

13. Terima kasih buat teman-teman penulis yang sudah banyak memberikan semangat dan bantuan, buat teman-teman sejawat 07 di teknik sipil Ari usman, Saki, Ari galang, Juangga, Didi, Harli, Jay, Fadli, Alfi, Falah, Yowa, Afrianti, Iwan, Gorbi, Arsyad Hadomuan, Herry, Aulia, Rilly. Iqbal Bob, Ghuffran, Gina, Tesa, Bundo, Ade dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

14. Terima kasih buat adik-adik junior Syafi’i, Riza, Mantha, Frengky, Danny, Lia, Iqbalsyah, Yudha, Reby, Afrisa,dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Medan, November 2011

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR NOTASI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Umum ... 1

I.2 Latar Belakang ... 2

I.3 Permasalahan ... 3

I.4 Tujuan ... 4

I.5 Pembatasan Masalah ... 4

I.6 Metodologi Penelitian ... 5

I.7 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

II.1 Umum ... 7

II.2 Teori Hidrolika dan Aliran Air ... 9

II.2.1 Klasifikasi Aliran Saluran Terbuka ... 11

II.2.1.1 Klasifikasi Aliran berdasarkan Fungsi Ruang dan Waktu . 11 II.2.1.2 Klasifikasi Aliran berdasarkan Perilaku Aliran ... 14

II.2.1.3 Klasifikasi Aliran berdasarkan Asalnya ... 16

II.2.1.4 Klasifikasi Aliran berdasarkan Konsistensi Penampang .. 17

II.2.2 Geometri Penampang Saluran Terbuka ... 17

(7)

II.2.3 Distribusi Kecepatan pada Penampang Saluran ... 21

II.2.4 Kecepatan Aliran pada Aliran Seragam ... 23

II.2.4.1 Formula Manning ... 24

II.2.4.2 Penentuan Koefisien Kekasaran Manning ... 24

II.2.4.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kekasaran ... 25

II.3 Irigasi dan Bangunan Air ... 26

II.3.1 Bangunan Utama (Headworks) ... 27

II.3.2 Dimensi Kantong Lumpur II.3.2.1 Panjang dan Lebar Kantong Lumpur ... 29

II.3.2.2 Kecepatan Endap Kantong Lumpur ... 33

II.3.2.3 Volume Tampungan ... 34

II.3.3 Pembersihan Kantong Lumpur ... 37

II.3.3.1 Pembersihan Secara Hidrolis ... 37

II.3.3.2 Pembersihan Secara Manual/Mekanis ... 39

II.3.4 Pemeriksaan Fungsi Kantong Lumpur ... 41

II.3.4.1 Efisiensi Pengendapan ... 41

II.3.4.2 Efisiensi Pembilasan ... 44

II.4 Erosi dan Angkutan Sedimen ... 44

II.4.1 Formula Angkutan Sedimen Muatan Melayang ... 47

II.4.1.1 Metode Lane and Kalinske (1941) ... 47

II.4.1.2 Metode Einstein ... 48

II.4.1.2 Metode Seksi Hidrometri (1985) ... 50

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 51

III.1 Gambaran Umum Daerah Irigasi Sungai Ular ... 51

III.2 Bangunan Utama ... 54

III.2.1 Bendung Sungai Ular ... 54

III.2.2 Bangunan Pengambilan ... 58

III.2.2.1 Komposisi dari Bangunan Pengambilan ... 58

III.3 Operasi dan Pemeliharaan ... 64

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 66

IV.1 Umum... 66

IV.2 Tujuan Penelitian ... 67

IV.3 Pengumpulan Data ... 67

IV.4 Tahapan Pengerjaan Analisa Data ... 68

(8)

IV.4.1.1. Formula Angkutan Sedimen (Suspended load) ... 74

IV.4.2 Analisa Hidraulis Kantong Lumpur ... 74

IV.4.2.a Analisa Elevasi Muka Air dan Kehilangan Energi ... 77

IV.4.2.b Analisa Kecepatan Aliran ... 80

IV.4.2.c Analisa Efisiensi Pengendapan ... 80

IV.4.2.d Analisa Pembilasan Partikel Sedimen ... 80

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 66

V.1 Analisa Angkutan Sedimen dan Volume Tampungan ... 81

V.1.1 Perhitungan Angkutan Sedimen ... 81

V.1.2 Perhitungan Volume Tampungan ... 85

V.2 Analisa Hidraulis ... 86

V.2.1 Perhitungan Elevasi Muka Air ... 86

V.2.2 Analisa Kecepatan Aliran Penampang ... 93

V.3 Analisa Efisiensi Pengendapan ... 94

V.4 Analisa Pembilasan Partikel Sedimen ... 96

BAB VI KESIMPULAN ... 100

VI.1 Kesimpulan ... 100

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Unsur Geometris Penampang Saluran 21

Tabel 2.2 Nilai Koefisien Kekasaran Manning (Triatmodjo,1993) 25

Tabel 3.1 Sistem Irigasi Sungai Ular 54

Tabel 3.2 Komponen dan Data Teknis Bangunan Bagian Bendung 57 Tabel 3.3 Komponen dan Data Teknis Bangunan Bagian Pengambilan 61

Tabel 4.1 Hasil Uji Konsentrasi Sedimen 72

Tabel 4.2 Hasil Uji Spesific Gravity 73

Tabel 4.3 Hasil Analisa Saringan 74

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Energi Aliran Saluran Terbuka dan Sketsa Tekanan Udara (Chow,1997)

Gambar 2.2 Diagram Klasifikasi Aliran Saluran Terbuka (Kuswandi,2009)

Gambar 2.3 Pola Penjalaran Gelombang di Saluran Terbuka (Triatmodjo,1993)

Gambar 2.4 Geometri Penampang Saluran Terbuka

Gambar 2.5 Kurva kecepatan sama yang khas pada berbagai penampang saluran

Gambar 2.6 Skematisasi Ruang Kantong Lumpur (PUSAIR,2004)

Gambar 2.7 Hubungan antara diameter saringan dan kecepatan endap untuk air tenang

Gambar 2.9 Potongan Melintang dan Potongan Memanjang Kantong Lumpur yang Menunjukkan Metode Pembuatan Tampungan (KP-02)

Gambar 2.10 Tegangan Geser Kritis dan Kecepatan Geser Kritis sebagai Fungsi Besarnya Butir untuk ρs = 2650 kg/m3

Gambar 2.11 Gaya Tarik (traksi) pada bahan kohesif

Gambar 2.12 Grafik Pembuangan Sedimen Camp untuk Aliran Turbulensi (Camp,1945)

Gambar 2.13 Hubungan antara PL dan ω/U* (Lane dan Kalinske,1941)

Gambar 2.14 Faktor koreksi pada distribusi kecepatan logaritmik (Einstein,1950)

Gambar 2.15 Fungsi I1 pada A untuk harga Z yang berbeda (Einstein,1950)

Gambar 2.16 Fungsi I2 pada A untuk harga Z yang berbeda (Einstein,1950)

Gambar 3.1 Letak lokasi Settling Basin sungai Ular

(11)

Gambar 3.3 Pintu penguras (scouring sluice)

Gambar 3.4 Tangga ikan (Fish ladder)

Gambar 3.4 Bangunan pengambilan

Gambar 3.6 Tampak atas settling basin dari maket

Gambar 3.7 Saluran pengantar menuju kantong lumpur

Gambar 3.8 Kantong Lumpur sungai Ular

Gambar 3.9 Flushing control gate untuk mengatur pintu pembilas

Gambar 4.1 Diagram alir pengerjaan Tugas Akhir

Gambar 4.2 Sketsa aliran yang membawa sedimen

Gambar 4.3 Sedimen pada pintu pengambilan

Gambar 4.4 Tampak melintang pintu pengambilan

Gambar 4.5 Pegujian konsentrasi sedimen dengan saringan What no.1

Gambar 4.6 Sketsa Situasi Kantong Lumpur Sungai Ular

Gambar 4.7 Konsep Menghitung Kehilangan Energi

Gambar 5.1 Grafik perbandingan hasil perhitungan angkutan sedimen

Gambar 5.2 Sketsa melintang kantong lumpur

Gambar 5.3 Sketsa tampak atas kantong lumpur

Gambar 5.4 Sketsa situasi kantong lumpur

Gambar 5.5 Aliran pada Pintu Pengambilan

Gambar 5.6 Penjelasan titik – titik kontrol penampang

Gambar 5.7 Sketsa penampang memanjang kantong lumpur

(12)

DAFTAR NOTASI

g = Percepatan gravitasi (m/detik2)

hf = Kehilangan energi akibat gesekan (m)

he = Kehilangan energi akibat perubahan penampang (m)

α = Koefisien distribusi kecepatan

z = Tinggi energi dari datum (m)

hf = Kehilangan energi akibat gesekan (m)

L = Jarak antar sub bagian (m)

Sf = Kemiringan garis energi (friction slope)

K = Pengangkutan aliran tiap sub bagian

Q = Debit air (m3/detik)

A = Luas Penampang melintang saluran (m2)

V = Kecepatan aliran (m/detik)

Fr = Bilangan Froude

v = Kecepatan aliran (m/detik)

g = Percepatan gravitasi (m/detik2)

y = Kedalaman aliran (m)

µ = kekentalan dinamik dengan satuan kg/m.d

ρ = kerapatan air dengan satuan kg/m3

P = Keliling basah (m)

(13)

Z = Faktor penampang

n = Koefisien Kekasarang Manning

R = Jari-jari hidraulis (m)

I = Kemiringan dasar saluran

qsw = Besar Muatan melayang/suspended load {(kg/s)/m}

q = Debit aliran per satuan lebar {(m3/s)/m}

ω = Kecepatan jatuh (m/s)

PL = Koefisien yang bergantung pada kecepatan relatif dan /

a = Ketebalan muatan dasar (m)

Df = Kedalaman Aliran (m)

U* =Kecepatan geser (m/s)

K = konstanta (0,0864) konversi dari satuan berat, volume dan waktu

̅

= Konsentrasi sedimen (mg/L)

hse = Kehilangan energi akibat membesarnya penampang secara tiba – tiba (m)

hsc = Kehilangan energi akibat mengecilnya penampang secara tiba – tiba (m)

hge = Kehilangan energi akibat membesarnya penampang secara perlahan (m)

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Dokumentasi dan Hasil Uji Laboratorium

(15)

ABSTRAK

Untuk menjaga kualitas air irigasi di Sungai Ular dikonstruksikan bangunan kantong lumpur (settling basin) tepat setelah bangunan pengambilan. Penelitian bertujuan untuk menganalisa secara hidraulis bangunan kantong lumpur. Sistem pembilasan sedimen dilakukan secara hidraulik yang dilakukan dengan cara membuka pintu saluran pembilas sehingga sedimen terbilas dengan aliran air. Oleh karena itu untuk mengetahui proses jalannya aliran air di dalam kantong lumpur perlu dilakukan analisis untuk mengetahui fraksi sedimen, menghitung estimasi sedimen masuk,,kecepatan aliran dan kehilangan tinggi energi air pada saluran.

Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini disusun tahapan penelitian berupa pengumpulan data primer berupa dokumentasi lokasi penelitian, pengambilan sampel sedimen kemudian data sekunder berupa gambar, data dan laporan teknis, melakukan studi pustaka yang berasal dari textbook, jurnal dan catatan kuliah, menganalisa secara hidraulis data teknis eksisting yang berkaitan dengan bangunan settling basin Daerah Irigasi Sungai Ular yang meliputi analisa angkutan sedimen dan volume tampungan, analisa elevasi muka air dan kehilangan tinggi energi dan mengetahui efisiensi pengendapan dan frekuensi pembilasan.

Untuk mengetahui dan memperkirakan jumlah angkutan sedimen digunakan tiga metode estimasi yaitu Lane and Kalinske, Einstein dan Seksi Hidrometri. Besar angkutan sedimen yang mendekati hasil analisa angkutan sedimen pada Main Report adalah metode Seksi Hidrometri yaitu angkutan sedimen per hari yang masuk ke intake adalah sebesar 1,825 Ton/hari dan memiliki volume sedimen 0,687 m3/hari. Volume tampungan sedimen yang dihitung adalah 333,572 m3. Kemudian hasil perhitungan elevasi muka air menunjukkan terjadi kehilangan tinggi energi total sebesar 0,11425 m yang dianalisa mulai aliran masuk ke inlet, intake hingga melewati kantong lumpur dan akhirnya menuju saluran primer. Efisiensi pengendapan diperiksa dengan menggunakan diagram Camp dan menunjukkan hasil 100% pengendapan partikel dengan diameter 0,2 mm yaitu fraksi pasir sedang.

Terjadi kehilangan tinggi energi sebesar 0,11425 selama pengaliran normal air untuk saluran irigasi. Frekuensi pembilasan dapat dilakukan pada saat 11 sampai 14 hari sekali. Kecepatan pembilasan untuk debit bilas 4,425 m3/detik adalah 3,24 m/detik. Dalam operasi kantong lumpur, untuk menghindari fraksi pasir masuk ke jaringan irigasi, dilakukan pembilasan hidraulis. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penggerusan kembali partikel angkutan sedimen yang telah terendap dalam kantong lumpur terutama fraksi pasir, yang dapat menyebabkan terangkutnya kembali sedimen dan dapat masuk ke saluran irigasi.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Umum

Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah dalam usaha pertanian. Di samping sebagai alat transportasi zat makanan untuk pertumbuhan, air memegang peranan penting dalam proses penguapan. Karena dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga.

Aliran air pada sungai atau rawa adalah sumber air yang dapat digunakan untuk keperluan Irigasi untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman. Salah satu Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

Pada bagian hulu Daerah Irigasi ini terdapat Bendung Sungai Ular yang terletak pada Kabupaten Serdang Bedagai, dikonstruksikan sebagai pengendali banjir tahunan dan untuk meninggikan elevasi muka air yang akan dialirkan untuk kegiatan irigasi. Konfigurasi daerah ditentukan menjadi daerah total dari 18.500 ha akan dibagi daerah irigasinya menjadi sistem irigasi dari 8 intake dari sungai ular. Bendung sungai Ular akan menaikkan elevasi muka air sehingga air dapat disadap dan mengalir masuk ke dalam saluran pengambilan (intake).

(17)

kantong lumpur pada umumnya dibangun di hilir bangunan pengambil (intake) sebelum masuk ke saluran induk.

Operasi dan pemeliharaan bangunan yang kurang tepat di lapangan akan mengakibatkan efisiensi kantong lumpur menurun sehingga beberapa bangunan tidak dapat membersihkan untuk kerja yang maksimal. Pada beberapa kasus juga ditemukan bahwa akibat konsep desain yang kurang baik telah mengakibatkan bangunan sukar dioperasikan dan memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.

I.2. Latar Belakang

Dasar sungai biasanya tersusun oleh endapan dari material angkutan sedimen yang terbawa oleh aliran sungai, material tersebut dapat terangkut kembali apabila terjadi kenaikan kecepatan aliran yang cukup tinggi. Jika ada aliran air yang disadap untuk keperluan irigasi maka sedimen akan masuk ke dalam jaringan irigasi, untuk itu perlu dikonstruksikan bangunan kantong lumpur.

Penelitian dilakukan pada Daerah Irigasi Sungai Ular yang dahulunya memiliki sistem pengambilan air berupa free intake (pengambilan bebas). Dahulu beberapa perbaikan tertentu untuk struktur intake lama telah direncanakan dalam rangka untuk mengurangi masuknya sedimen. Sebagai permisalan, setiap struktur

intake telah disediakan dengan kolam endap/kantong lumpur setelah pintu intake.

(18)

Sebelum ada bangunan bendung, sebagian besar dari kantong lumpur pada

free intake eksisting selesai sebelum tahun 1986. Semuanya berfungsi dengan baik,

akan tetapi pekerjaan pemeliharaan seperti pengerukan jarang dan bahkan tidak pernah diimplementasikan setelah struktur diselesaikan karena kantor proyek tidak memiliki biaya Operasi dan Pemeliharaan sehingga seluruh kantong lumpur yang dikonstruksikan pada tahun 1980 telah penuh dengan pasir dan sebagian besar pasir masuk ke dalam saluran primer dan sekunder dan bahkan saluran tersier pada sistem irigasi Sungai Ular.

Untuk mengatasi hal tersebut dan menjaga keseimbangan air pada saluran irigasi sungai ular didirikan bendung baru yang terletak secara melintang pada arah aliran Sungai Ular sebagai pengembangan daerah irigasi tersebut. Dikonstruksikan struktur intake pada sebelah kanan bendung yang terdiri dari pintu pengambilan, kantong lumpur dan saluran pembilas. Struktur intake terdiri dari delapan jalur dari pintu masuk sampai akhir dari kantong lumpur dimana kantong lumpur bertemu dengan saluran pembilas sedimen. Pada inlet, setiap jalur dipisah oleh dinding, maka pengerjaan pembilasan pasir dapar diselesaikan satu persatu oleh jalur selama air irigasi masuk oleh karena itu kualitas air pada saluran irigasi tetap terjaga.

I.3 Permasalahan

Sedikitnya pada awal tahun, kedalaman sedimen harus diukur sekali seminggu. Karena pada saat volume sedimen mendekati 333 m3 pada setiap jalur

settling basin, pekerjaan pembilasan sedimen harus dilakukan dimana angka tersebut

(19)

diperhatikan dalam mengoperasikan settling basin pada irigasi sungai Ular ini adalah sebelum dimulainya pengalihan air irigasi untuk tanam pertama dan kedua, kantong lumpur harus selesai dibersihkan.

Sistem pembilasan sedimen dilakukan secara hidraulik yang dilakukan dengan cara membuka pintu saluran pembilas sehingga sedimen terbilas dengan aliran air.

Untuk mengetahui proses jalannya aliran air di dalam kantong lumpur perlu dilakukan analisis untuk menghitung aliran yang meliputi kecepatan aliran dan kehilangan energi air pada saluran.

I.4 Tujuan

Penelitian pada Tugas Akhir ini bertujuan untuk:

a) Mengetahui proses pengaliran air pada kantong lumpur, kemampuan tampungan pada settling basin/kantong lumpur, jumlah angkutan sedimen dan volume tampungan sedimen, elevasi muka air dan kehilangan energi

b) Mengetahui proses pembilasan sedimen setelah aliran melewati intake dan

settling basin

I.5 Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah yang diambil untuk mempermudah pengerjaan Tugas Akhir ini adalah;

a) Analisa perhitungan hidraulis hanya pada lokasi intake, kantong lumpur dan saluran pembilas

(20)

I.6 Metodologi Penelitian

Tugas akhir ini disusun dalam ruang lingkup pekerjaan sebagai berikut: a) Pengumpulan data primer berupa dokumentasi lokasi penelitian, pengambilan

sampel sedimen dan data sekunder berupa gambar dan laporan teknis

b) Melakukan studi pustaka yang berasal dari textbook, jurnal dan catatan kuliah c) Menganalisa secara hidraulis data teknis eksisting yang berkaitan dengan

bangunan settling basin Daerah Irigasi Sungai Ular meliputi analisa angkutan sedimen dan volume tampungan, analisa elevasi muka air dan kehilangan tinggi energi serta mengetahui efisiensi pengendapan dan frekuensi pembilasan.

I.7. Sistematika Penulisan

Secara garis besar. Sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari: Bab I. Pendahuluan

Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan meliputi tinjauan umum, latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika penulisan.

Bab II. Tinjauan Kepustakaan

(21)

Bab III. Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran informasi lokasi penelitian Tugas Akhir dan bagian-bagian ataupun daerah yang akan dianalisa.

Bab IV. Metodologi Penelitian

Merupakan penyajian diagram alir proses pengerjaan analisis perhitungan dan metode untuk menyelesaikan perhitungan hidraulik kantong lumpur (settling basin) Bab V. Analisa dan Pembahasan

Merupakan analisa perhitungan yang meliputi analisa dimensi, kehilangan energi dan karakteristik aliran dalam kantong lumpur

Bab VI. Kesimpulan dan Saran

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Umum

Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai. Bagian yang senantiasa tersentuh aliran air ini disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai.

Definisi tersebut merupakan definisi sungai yang ilmiah alami. Suatu daerah yang tertimpa hujan dan kemudian air hujan ini menuju sungai, sehingga berperan sebagai sumber air sungai tersebut dinamakan daerah pengaliran sungai dan batas antara dua daerah pengaliran sungai yang berdampingan disebut batas daerah pengaliran.

Mulai dari mata airnya di bagian yang paling hulu di daerah pegunungan dalam perjalanannya ke hilir di daerah dataran, aliran sungai secara berangsur-angsur berpadu dengan banyak sungai lainnya, sehingga lambat laun tubuh sungai menjadi semakin besar.

(23)

Berdasarkan salah satu dari 3 (pilar) utama dalam visi Undang - Undang No. 7 Tahun 2004 tentang pengelolaan sumber daya air adalah pendayagunaan sumber daya air. Visi ini direncanakan guna terwujudnya pengelolaan sumber daya yang efisien, efektif dan berkesinambungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya air pada Visi ini antara lain adalah perencanaan, pengembangan, pengoperasian, pemeliharaan, perlindungan, pelestarian, pembinaan dan pengawasan sumber daya air dan atau prasarana dan sarana sumber daya air.

Pendayagunaan sumber daya air ini bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat secara adil dengan menjalankan beberapa aspek yaitu;

- Mengutamakan pendayagunaan air permukaan, yang berada diluar kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam

- Diselenggarakan secara terpadu dan adil dengan mendorong pola kerjasama antar sektor, antar kelompok dan antar wilayah serta melibatkan peran masyarakat.

(24)

II.2. Teori Hidrolika dan Aliran Air

Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran saluran terbuka (open

channel flow) maupun aliran pipa (pipe flow). Kedua jenis aliran tersebut sama dalam

banyak hal, namun berbeda dalam satu hal yang penting. Aliran saluran terbuka harus memiliki permukaan bebas (free surface) sehingga dipengaruhi oleh tekanan udara bebas (atmospheric pressure), sedangkan aliran pipa tidak demikian, karena iair harus mengisi seluruh saluran. Aliran pipa, yang terkurung dalam saluran tertutup, tidak terpengaruh langsung oleh tekanan udara, kecuali oleh tekanan hidrolik.

Gambar 2.1 Energi Aliran Saluran Terbuka dan Sketsa Tekanan Udara (Chow,1997)

Jumlah energi dalam aliran di penampang berdasarkan suatu garis persamaan adalah jumlah tinggi tempat z diukur dari garis dasar saluran, tinggi tekan y dan

tinggi kecepatan , dengan v adalah kecepatan rata-rata aliran. Terlihat bahwa

energi yang hilang dari penampang 1 ke penampang 2 dinyatakan dengan hf. hf

z1

z2

Garis Persamaan

2

2

y1

y2

Garis Energi

1 2

(25)

Dalam saluran terbuka, perhitungan untuk aliran steady (mantap) dapat dinyatakan berdasarkan persamaan energi berikut ini (Chow,1997)

Z1 + α1 = Z2 + α2 + hf + he ... (2-1)

dimana: g = Percepatan gravitasi (m/detik2)

hf = Kehilangan energi akibat gesekan (m)

he = Kehilangan energi akibat perubahan penampang (m) v = Kecepatan rerata (m/detik)

α = Koefisien distribusi kecepatan

z = Tinggi energi dari datum (m)

Gesekan dan perubahan penampang sungai dapat mengakibatkan kehilangan tinggi energi. Kehilangan akibat gesekan merupakan hasil dari kemiringan garis energi (Sf) dan panjang (L), seperti persamaan berikut:

hf = L ... (2-2)

Sf = ... (2-3)

S = ... (2-4)

Dimana: hf = Kehilangan energi akibat gesekan (m) L = Jarak antar sub bagian (m)

(26)

Pada umumnya perhitungan pada aliran-saluran terbuka hanya digunakan pada aliran tetap dengan debit Q dinyatakan sebagai.

Q = A.v ... (2-5)

Dengan: Q = Debit aliran (m3/detik)

A = Luas Penampang melintang saluran (m2)

v = Kecepatan aliran (m/detik)

II.2.1.Klasifikasi Aliran Saluran Terbuka

II.2.1.1.Klasifikasi Aliran berdasarkan Fungsi Ruang dan Waktu

Aliran saluran terbuka dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelas diantaranya berdasarkan pada perubahan kedalaman aliran mengikuti fungsi waktu dan ruang sebagaimana yang dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 2.2 Diagram Klasifikasi Aliran Saluran Terbuka

Aliran mantap adalah aliran yang terjadi apabila kedalaman aliran tidak berubah atau konstan sepanjang waktu tertentu, sedangkan aliran tidak mantap

Aliran Saluran Terbuka

Fungsi Waktu Fungsi Ruang

Aliran Mantap (Steady Flow)

Aliran tidak Mantap (Unsteady flow)

Aliran Seragam (Uniform Flow)

(27)

adalah aliran yang terjadi apabila kedalaman aliran berubah sepanjang waktu tertentu.

Aliran Seragam adalah aliran yang terjadi apabila kedalaman aliran sama pada setiap penampang saluran, suatu aliran seragan dapat bersifat tunak atau tidak tunak, tergantung apakah kedalamannya berubah sesuai dengan perubahan waktu. Aliran seragam yang mantap (steady uniform flow) adalah jenis pokok aliran yang digunakan dalam analisis hidrolika saluran terbuka. Kedalaman aliran tidak berubah selama suatu waktu tertentu yang telah diperhitungkan. Penetapan bahwa suatu aliran bersifat seragam yang tidak mantap (unsteady uniform flow) harus dengan syarat bahwa permukaan air berfluktuasi sepanjang waktu dan tetap sejajar dasar saluran. Aliran berubah (varied flow) adalah aliran yang terjadi bila kedalaman aliran berubah disepanjang saluran.

Ciri-ciri pokok aliran seragam adalah sebagai berikut:

1. Kedalaman, luas basah, kecepatan, dan debit pada setiap penampang pada saluran yang lurus adalah konstan.

2. Garis energi, muka air dan dasar saluran saling sejajar, berarti kemiringanya sama.

(28)

menjalar ke hulu maka aliran disebut super kritis. Dalam hal ini kondisi di hulu akan mempengaruhi aliran di sebelah hilir. Apabila kecepatan aliran cukup besar sehingga gangguan yang terjadi tidak menjalar ke hulu maka aliran adalah super kritis.Penentuan tipe aliran dapat didasarkan pada nilai bilangan Froude Fr, yang mempunyai bentuk:

=

√ " ... (2-6)

dengan: Fr = Bilangan Froude

v = Kecepatan aliran (m/detik) g = Percepatan gravitasi (m/detik2)

y = Kedalaman aliran (m)

(29)

Gambar 2.3 Pola Penjalaran Gelombang di Saluran Terbuka (Triatmodjo,1993)

II.2.1.2.Klasifikasi Aliran berdasarkan Perilaku Aliran

Keadaan atau perilaku aliran saluran terbuka pada dasarnya ditentukan oleh pengaruh kekentalan dan grabitasi sehubungan dengan gaya-gaya inersia aliran. Tegangan permukaan air dalam keadaan tertentu dapat pula mempengaruhi perilaku aliran, tetapi pengaruh ini tidak terlalu besar dalam masalah saluran terbuka pada umumnya yang ditemui dalam dunia perekayasaan.

(30)

gaya-gaya akibat kekentalannnya (viscous forces) menjadi tiga bagian yaitu: aliran laminer, aliran transisi dan aliran turbulen. Variabel yang dipakai untuk klasifikasi ini adalah bilangan Reynolds yang didefinisikan sebagai

Re = #$% ... (2-7)

Dimana: v = Karakteristik kecepatan aliran (m/detik)

L = Panjang karakteristik (m)

ν = kekentalan kinematik (m2/detik) Kekentalan kinematik didefinisikan sebagai

ν = &

' ... (2-8)

dimana: µ = kekentalan dinamik dengan satuan kg/m.d

ρ = kerapatan air dengan satuan kg/m3

Untuk air, perubahan kekentalan kinematik terhadap temperatur dapat diperkirakan dengan persamaan berikut ini.

ν = &

' = (1,14 − 0,031 /01− 153 + 0,00068/01− 153 71089 ... (2-9)

Kerapatan air juga mengalami perubahan dengan perubahan temperatur. Dari suhu 0oC sampai 10oC, besarnya ρair = 1000 kg/m3. Kenaikan temperatur menyebabkan turunnya harga kerapatan air. Untuk temperatur 15oC naik menjadi 100oC, kerapatan air turun dari 999 kg/m3 menjadi 958 kg/m3.

(31)

- Re < 500 aliran laminer

- 500 < Re<12.500 aliran transisi

- Re > 12.500 aliran turbulen

Umumnya aliran pada saluran terbuka mempunyai Re > 12.500 sehingga

alirannya termasuk dalam kategori aliran turbulen.

II.2.1.3. Klasifikasi Saluran Saluran Terbuka Berdasarkan Asalnya

Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut saluran terbuka. Menurut asalnya, saluran dapat digolongkan menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial). Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di bumi, mulai dari anak selokan kecil di pegunungan, selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai ke muara sungai. Aliran air di bawah tanah dengan permukaan bebas juga dianggap sebagai saluran terbuka alamiah.

Saluran buatan adalah saluran yang dibentuk oleh manusia seperti saluran pelayaran, saluran pembangkit listrik, saluran irigasi, saluran banjir, termasuk model saluran yang dibuat di laboratorium untuk keperluan penelitian. Sifat-sifat hidrolik saluran semacam ini dapat diatur menurut keinginan atau dirancang untuk memenuhi persyaratan tertentu. Oleh karena itu, penerapan teori hidrolika untuk saluran buatan dapat membuahkan hasil yang cukup sesuai dengan kondisi sesungguhnya, dan dengan demikian cukup teliti untuk keperluan perancangan praktis.

Pada berbagai keadaan praktek teknik saluran terbuka buatan diberi istilah yang berbeda-beda seperti “saluran” (canal), “talang”(flume), “got miring”(chute), “terjunan”(drop), “gorong-gorong”(culvert), “terowongan air terbuka”(open flow

tunnel) dan sebagainya. Namun istilah-istilah ini tidak diterapkan secara ketat dan

(32)

landai yang dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan batu maupun tidak, atau beton, semen, kayu maupun aspal. Talang, merupakan selokan dari kayu logam, beton atau pasangan batu, biasanya disangga atau terletak di atas permukaan tanah, untuk mengalirkan air berdasarkan perbedaan tinggi tekan. Got miring, adalah selokan yang curam. Terjunan sama dengan got miring namun perubahan tinggi air terjadi dalam jarak pendek. Gorong-gorong, merupakan selokan tertutup yang pendek, dipakai untuk mengalirkan air melalui tanggul jalan kereta api maupun jalan raya. Terowongan air terbuka, adalah selokan tertutup yang cukup panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus bukit atau setiap gundukan tanah.

II.2.1.4. Klasifikasi Saluran Saluran Terbuka Berdasarkan Konsistensi Bentuk Penampang dan Kemiringan Dasar

Suatu saluran yang penampang melintangnya dibuat tidak berubah-ubah dan kemiringan dasarnya tetap, disebut saluran prismatik (prismatic channel). Bila sebaliknya, disebut saluran tak prismatik (nonprismatic channel). Contohnya adalah pelimpah tekanan yang memiliki lebar berubah-ubah dengan trase melengkung. Saluran yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah prismatik.

II.2.2. Geometri Penampang Saluran Terbuka

Istilah penampang saluran (channel section) yang dipakai dalam tugas akhir ini tegak lurus terhadap arah aliran. Sedangkan penampang vertikal saluran (vertical

channel section) adalah penampang melintang vertikal melalui titik terbawah atau

(33)

Penampang saluran alam umumnya sangat tidak beraturan, biasanya bervariasi dari bentuk seperti parabola sampai trapesium. Penampang saluran buatan biasanya dirancang berdasarkan bentuk geometris yang umum. Gambar 2.4 merupakan contoh bentuk geometris yang biasa dipakai. Bentuk paling umum dipakai untuk saluran berdinding tanah yang tidak dilapisi adalah bentuk trapesium, sebab stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan. Bentuk persegi panjang dan segitiga merupakan bentuk khusus selain trapesium. Berhubung bentuk persegi panjang mempunyai sisi tegak, biasanya dipakai untuk saluran yang dibangun dengan bahan yang stabil, seperti pasangan batu, padas, logam atau kayu. Penampang segitiga hanya dipakai untuk saluran kecil, selokan, dan penyelidikan di laboratorium. Penampang lingkaran banyak dipakai untuk saluran pembuangan air kotor dan gorong-gorong berukuran sedang maupun kecil. Penampang parabola dipakai sebagai penampang pendekatan untuk saluran alam berukuran sedang maupun kecil.

II.2.2.1. Unsur-Unsur Geometrik Penampang Saluran Terbuka

Unsur-unsur Geometrik adalah sifat-sifat suatu penampang saluran yang dapat diuraikan seluruhnya berdasarkan geometri penampang dan kedalaman aliran. Unsur-unsur ini sangat penting dan banyak sekali dipakai dalam perhitungan aliran.

(34)
[image:34.595.128.537.157.489.2]

perhitungan hidrolik. Definisi beberapa unsur geometrik dasar yang penting diberikan dibawah ini.

Gambar 2.4 Geometri Penampang Saluran Terbuka

Kedalaman aliran y (depth of flow) adalah jarak vertikal titik terendah pada suatu penampang saluran sampai ke permukaan bebas. Kedalaman penampang aliran

d (depth of flow section) adalah tinggi penampang saluran yang diliputi air.

Taraf (stage) adalah elevasi atau jarak vertikal dari permukaan bebas di atas suatu bidang persamaan. Bila titik terendah dari penampang saluran dipilih sebagai bidang persamaan, taraf ini sama dengan kedalaman aliran.

Lebar puncak (top width) T adalah lebar penampang saluran pada permukaan bebas.

T T T

y y y

b b

T T

y y

Persegi Trapesium Segitiga

Parabola Lingkaran

d d

(35)

Luas basah (water area) A adalah luas penampang melintang aliran yang tegak lurus aliran.

Keliling basah (wetted perimeter) P adalah panjang garis perpotongan dari permukaan basah saluran dengan bidang penampang melintang yang tegak lurus arah aliran.

Jari-jari hidrolik (hydraulic radius) R adalah rasio luas basah dengan keliling basah, atau

: =

;<

...

(2-10)

Kedalaman hidrolik (hydraulic depth) D adalah rasio luas basah dengan lebar puncak atau

= =

;> ... (2-11)

Faktor penampang (section factor) untuk perhitungan aliran kritis Z adalah hasil perkalian luas basah dan akar kedalaman hidrolik, atau

? = @√= = @A;> ... (2-12)

(36)
[image:36.595.76.560.175.602.2]

Untuk beberapa unsur tipe penampang saluran yang lazim digunakan dapat dilihat pada tabel 2.1. dibawah ini.

Tabel 2.1 Unsur Geometris Penampang Saluran

Sumber: Open Channel Hydraulics,Chow,1997

II.2.3. Distribusi Kecepatan pada Penampang Saluran

Dengan adanya suatu permukaan bebas dan gesekan di sepanjang dinding saluran, maka kecepatan dalam saluran tidak terbagi merata dalam penampang saluran. Kecepatan maksimum dalam saluran biasa umumnya terjadi di bawah

Penampang Luas A Keliling Basah P Jari-Jari Hidrolik R Lebar Puncak T Kedalaman Hidrolik D

by b+2y B"

B " b y

(b+zy)y b+2y√1 + C /B D"3"

B "√ D b+2zy

/B D"3" B D"

zy2 2E√1 + C D"

√ D 2zy 1/2y

z 1

(37)
[image:37.595.124.513.182.460.2]

permukaan bebas sedalam 0,05 sampai 0,25 kali kedalamannya; makin dekat ke tepi berarti makin dalam dan mencapai maksimum. Gambar 2.5 menggambarkan pola umum distribusi kecepatan untuk beberapa bentuk penampang saluran.

Gambar 2.5 Kurva kecepatan sama yang khas pada berbagai penampang saluran

(38)

II.2.4. Kecepatan Aliran pada Aliran Seragam

Di dalam aliran seragam, dianggap bahwa aliran adalah mantap dan satu dimensi. Aliran tidak mantap yang seragam hampir tidak ada di alam. Dengan anggapan satu dimensi berarti kecepatan aliran di setiap titik pada penampang melintang adalah sama. Contoh aliran seragam adalah aliran melalui saluran irigasi yang sangat panjang dan tidak ada perubahan penampang. Aliran di saluran irigasi yang dekat bangunan irigasi tidak lagi seragam karena adanya pembendungan atau terjunan, yang menyebabkan aliran menjadi tidak seragam (non uniform). Pada umumnya aliran seragam di saluran terbuka adalah turbulen, sedang laminer jarang terjadi.

Kecepatan aliran pada saluran terbuka dapat ditentukan dengan rumus Chezy, dan rumus Manning atau rumus Strickler. Kedua rumus tersebut hanya dibedakan pada nilai koefisien kekasarannya. Rumus Chezy menggunakan nilai koefisien kekasaran kekasaran C yang ditentukan oleh Ganguillet dan Kutter, H. Bazin, atau Powell (Chow dkk., 1989). Sedangkan rumus Manning yang memiliki nilai koefisien kekasaran n yang dipengaruhi oleh kekasaran permukaan, tetumbuhan, ketidakteraturan saluran, trase saluran, pengendapan dan penggerusan, hambatan, ukuran dan bentuk saluran, serta taraf dan debit air (Chow dkk.,1989).

(39)

II.2.4.1. Formula Manning

Pada tahun 1889 seorang insinyur asal Irlandia, Robert Manning mengemukakan sebuah rumus yang akhirnya menjadi rumus yang sangat dikenal dengan

= : /FG / ... (2.13)

dengan: v = Kecepatan aliran (m/detik)

n = Koefisien Kekasarang Manning R = Jari-jari hidraulis (m)

I = Kemiringan dasar saluran

Akibat sederhananya rumus ini dan hasilnya sangat memuaskan dalam pemakaian praktis, rumus Manning menjadi sangat banyak dipakai dibandingkan dengan rumus aliran seragam lainnya.

II.2.4.2. Penentuan Koefisien Kekasaran Manning

Kesulitan terbesar dalam pemakaian rumus Manning adalah menentukan koefisien kekasaran n, sebab tidak ada cara tertentu untuk pemilihan nilai n. Pada tingkat pengetahuan saat ini. Memilih suatu nilai n sebenarnya berarti memperkirakan hambatan aliran pada saluran tertentu, yang benar-benar tidak dapat diperhitungkan.

(40)
[image:40.595.106.528.256.506.2]

nilai-nilai n untuk berbagai tipe saluran; (3) memeriksa dan memahami sifat beberapa saluran yang koefisien kekasarannya telah diketahui; (4) menentukan nilai n dengan cara analitis berdasarkan distribusi kecepatan teoritis pada penampang saluran dan data pengukuran kecepatan maupun pengukuran kekasaran. Berikut ini adalah tabel nilai koefisien kekasaran Manning yang lazim digunakan.

Tabel 2.2 Nilai Koefisien Kekasaran Manning (Triatmodjo,1993)

Bahan Koefisien Manning

n

Besi tuang dilapis 0,014

Kaca 0,010

Saluran Beton 0,013

Bata dilapisi mortar 0,015

Pasangan batu disemen 0,025

Saluran tanah bersih 0,022

Saluran tanah 0,030

Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput 0,040

Saluran pada galiran batu padas 0,040

Sumber: Hidraulika II, Triatmodjo,1993

II.2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Kekasaran Manning

(41)

- Kekasaran Permukaan, yang ditandai dengan ukuran dan bentuk butiran bahan yang membentuk luas basah dan menimbulkan efek hambatan terhadap aliran. Hal ini sering dianggap sebagai satu-satunya faktor dalam memilih koefisien kekasaran, tetapi sebenarnya hanyalah satu dari beberapa faktor utama lainnya. Secara umum dikatakan bahwa butiran halus mengakibatkan nilai n yang relatif rendah dan butiran kasar memiliki nilai n yang tinggi. - Tetumbuhan, digolongkan sebagai jenis kekasaran permukaan, tetapi hal ini

juga memperkecil kapasitas saluran dan menghambat aliran.

- Ketidakteraturan saluran, mencakup pula ketidakteraturan keliling basah dan variasi penampang, ukuran dan bentuk di sepanjang saluran.

- Trase saluran, kelengkungan yang landai dengan garis tengah yang besar akan mengakibatkan nilai n yang relatif rendah, seadngkan kelengkungan yang tajam dengan belokan-belokan yang patah akan memperbesar nilai n. - Hambatan, adanya balok sekat, pilar jembatan dan sejenisnya cenderung

memperbesar n. Besarnya kenaikan ini tergantung pada sifat alamiah hambatan, ukuran, bentuk, banyaknya dan penyebarannya.

- Taraf air dan debit, nilai n pada saluran umumnya erkurang bila taraf dan debitnya bertambah. Bila air rendah, ketidakteraturan dasar saluran akan menonjol dan efeknya kelihatan. Namun nilai n dapat pula besar pada taraf air yang tinggi bila dinding saluran kasar dan berumput.

II.3. Irigasi dan Bangunan Air

(42)

membagikan air secara teratur dan setelah digunakan dapat dibuang kembali. Sistem irigasi di Indonesia yang bergantung pada bantuan pemerintah salah satunya adalah sistem irigasi teknis. Sistem ini mempunyai jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur dan terkontrol pada beberapa titik tertentu.

Sistem irigasi teknis mengalirkan air dengan beberapa cara, antara lain dengan membendung air kemudian menyadapnya menuju saluran utama ataupun mengambil air secara bebas (free intake) dengan mengandalkan gravitasi, beda tinggi antara air sungai yang akan dialirkan dan saluran utama yang akan dialiri. Dalam penelitian Tugas Akhir ini lokasi irigasi yang ditinjau merupakan sistem irigasi teknis dengan sistem bendung sebagai bangunan utama (Headworks).

II.3.1 Bangunan Utama (Headworks)

Bangunan utama adalah kompleks bangunan yang direncanakan melintang pada sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk berbagai keperluan, umumnya terdiri dari bangunan bendung (weir), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan pembilas (scouring

sluice), kantong lumpur (settling basin atau sediment trap) dan saluran pembilas

(flushing out channel), tanggul banjir dan bangunan-bangunan pelengkap lainnya.

II.3.1.1 Pengambilan (Intake)

(43)

kebutuhan pengambilan dengan kecepatan masuk 0,8 sampai 2,0 m/s bergantung pada ukuran butir-butir yang diangkut.

Untuk menghitung debit yang mengalir pada intake dapat digunakan rumus sebagai formula sebagai berikut:

Q = µ x b x a x (2 x g x z)1/2 ... (2.14)

Atau

v = µ x (2 x g x z)1/2 ... (2.15) dimana : Q : debit rencana saluran (m3/det)

v : kecepatan aliran (m/det) µ : koefisien debit = 0.80 m b : lebar bukaan (m)

a : tinggi bukaan (m)

g : percepatan gravitasi (9.81 m/det2)

z : kehilangan tinggi energi pada bukaan (antara 0.10 – 0.30 m)

II.3.1.2 Kantong Lumpur

Bangunan kantong lumpur merupakan bangunan pelengkap atau bagian dari bangunan utama yang berfungsi untuk mengelakkan angkutan sedimen dasar dan layang terutama fraksi pasir dan yang lebih besar agar tidak masuk ke jaringan pengairan. Bangunan kantong lumpur pada umumnya dibangun di hilir bangunan pengambil (intake) sebelum masuk ke saluran induk.

(44)

langkah perencanaan untuk membangun sebuah penegambilan yang dapat berfungsi dengan baik.

Partikel-partikel yang lebih halus di sungai diangkut dalam bentuk sedimen layang dan tersebar merata di seluruh kedalaman aliran. Semakin besar dan berat partikel yang terangkut, semakin partikel-partikel itu terkonsentrasi ke dasar sungai; bahan-bahan yang terbesar diangkur sebagai sedimen dasar.

Jaringan saluran direncana untuk membuat kapasitas angkutan sedimen konstan atau makin bertambah di arah hilir. Dengan kata lain, sedimen yang memasuki jaringan saluran akan diangkut lewat jaringan tersebut ke sawah-sawah. Dalam kaitan dengan perencanaan kantong lumpur, ini berarti bahwa kapasitas angkutan sedimen pada bagian awal dari saluran primerpenting artinya untuk ukuran partikel yang akan diendapkan. Biasanya ukutan partikel ini diambil 0,06 – 0,07 mm guna memperkecil kemiringan saluran primer.

Bila kemiringan saluran primer serta kapastias angkutan jaringan selebihnya dapat direncana lebih besar, maka tidak perlu menambah ukuran minimum partikel yang akan diendapkan. Umumnya hal ini akan menghasilkan kantong lumpur yang lebih murah, karena dapat dibuat lebih pendek.

II.3.2. Dimensi Kantong Lumpur

II.3.2.1. Panjang dan Lebar Kantong Lumpur

(45)

Gambar 2.6 Skematisasi Ruang Kantong Lumpur (PUSAIR,2004)

Partikel yang masuk ke kolam pada titik 1, dengan kecepatan endap pertikel

w dan kecepatan air v harus mencapai dasar pada titik 2. Ini berakibat bahwa,

partikel, selama waktu (h/w) yang diperlukan untuk mencapai dasar, akan berjalan (berpindah) secara horizontal sepanjang jarak L dalam waktu L/v.

Agar butir sedimen di titik 1 dapat mengendap di kantong lumpur diperlukan estimasi awal kebutuhan luas bidang pengendap berikut.

H I

=

$

...

(2-16)

Karena = JKLMNO

H.Q maka didapat hubungan:

R. S = JKLMNO

I ... (2-17)

Karena sangat sederhana, rumus ini dapat dipakai untuk membuat perkiraan awal dimensi-dimensi tersebut. Untuk perencanaan yang lebih detail, harus dipakai faktor koreksi guna menyelaraskan faktor-faktor yang menganggu seperti:

− Turbulensi air

(46)

Velikanov menganjurkan faktor-faktor koreksi dalam rumus berikut:

LB =

T U

V,W T T

X√Y8 Z, [

Y

... (2-18)

Dimana: L : Panjang kantong lumpur (m)

Q : Debit rencana (m3/s)

W : Kecepatan jatuh rencana (0,027 m/s sampai

0,2 m/s)

λ : Fungsi dari D/T, D adalah jumlah sedimen yang terkumpul dan T adalah jumlah angkutan sedimen. ( λ =1,55 untuk D/T = 0,98)

v : Kecepatan aliran rata-rata (m/s)

H : Kedalaman aliran pada saluran (m)

Dimensi kantong sebaiknya juga sesuai dengan kaidah bahwa L/B > 8, untuk mencegah agar aliran tidak meander di dalam kantong. Apabila topografi tidak memungkinkan diturutinya kaidah ini, maka kantong harus dibagi-bagi ke arah memanjang dengan dinding-dinding pemisah (divider wall) untuk mencapai perbandingan antara L dan B ini.

Menurut Nippon Koei dalam Design Report of Modification Design Work for Rehabilitation for Ular River Flood Control and Improvement of Irrigation Project (TOR-3) Volume VI Main Report, untuk menghitung dimensi lebar dan panjang

settling basin adalah sebagai berikut:

a) Panjang settling basin

(47)

b) Panjang settling basin

B = ℎ +

_H Z,W

− ℎ ... (2.20)

Dimana : L: Panjang settling basin rencana (m) B : Lebar settling basin rencana (m) Q : Debit rencana (m3/s)

h : Kedalaman air pada settling basin (m)

k : Faktor keamanan dari kecepatan geser butir sedimen (m2/s2) ` = a∗c

Berikut ini Formula Iwagaki mengetahui kecepatan geser sedimen untuk mengetahui nilai k

u*c2 = (gRI)c ... (2.21)

d ≥ 0,303 cm u*c2 = 80,9d

0,303 ≥ d ≥ 0,118 u*c2 = 134,6d31/32

0,118 ≥ d ≥ 0,0565 u*c2 = 55,0d

0,0565 ≥ d ≥ 0,00065 u*c2 = 8,41d11/32

0,0065 ≥ d u*c2 = 226d

Dimana, u*c2 : Kecepatan geser kritis (m2/s)

g : Percepatan gravitasi (m/s2)

R : Jari-jari hidraulis (m)

I : Gradien hidraulis

(48)

II.3.2.2. Kecepatan Endap pada Kantong Lumpur

Dalam rumus-rumus ini, penentuan kecepatan endap amat penting karena sangat berpengaruh terhadap dimensi kantong lumpur. Ada dua metode yang bisa digunakan untuk menentukan kecepatan endap yakni:

1. Pengukuran di tempat, yaitu pengukuran kecepatan endap terhadap contoh-contoh yang diambil dari sungai adalah metode yang paling akurat jika dilaksanakan oleh tenaga berpengalaman. Metode ini dijelaskan dalam “ Konstruksi Cara-Cara untuk Mengurangi Angkuran Sedimen yang akan Masuk ke Intake dan Saluran Irigasi” (DPMA,1981). Dalam metode ini dilakukan analisis tabung pengendap (settling tube) terhadap contoh air yang diambil dari lapangan.

2. Dalam metode kedua, digunakan grafik Shields untuk kecepatan endap bagi partikel-partikel individual (discrete particles) dalam air yang tenang. Rumus Velikanov menggunakan faktor koreksi guna mengkompensasi penggunaan harga-harga kecepatan endap ini. Faktor-faktor lain yang dipertimbangkan dalam pemilihan dimensi kantong lumpur adalah:

1. Kecepatan aliran dalam kantong lumpur hendaknya cukup rendah, sehingga partikel yang telah mengandap tidak menghambur lagi

2. Turbulensi yang mengganggu proses pengendapan harus dicegah

(49)

4. Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,30 m/detik, guna mencegah tumbuhnya vegetasi

[image:49.595.131.508.201.605.2]

5. Peralihan/transisi dari pengambilan ke kantong dan dari kantong ke saluran primer harus mulus, tidak menimbulkan turbulensi atau pusaran

Gambar 2.7 Hubungan antara diameter saringan dan kecepatan endap untuk air tenang II.3.2.3. Volume Tampungan

(50)

sedimen (sedimen dasar maupun sedimen melayang) yang akan diendapkan hingga tiba saat pembilasan.

- Banyaknya sedimen yang terbawa masuk dapat ditentukan dari: - Pengukuran langsung di lapangan

- Rumus angkutan sedimen yang cocok (Einstein-Brown, Meyer-Peter Muller), atau kalau tidak ada data yang andal

- Kantong lumpur yang ada di lokasi lain yang sejenis.

Sebagai perkiraan kasar yang masih harus dicek ketepatannya, jumlah bahan dalam aliran masuk yang akan diendapkan adalah 0,5 0/00. Kedalaman tampungan di ujung kantong lumpur (ds pada gambar 2.8) biasanya sekitar 1,0 m untuk jaringan

kecil (sampai 10 m3/dt), hingga 2,50 m untuk saluran yang sangat besar (100 m3/dt). Menurut Nippon Koei dalam Design Report of Modification Design Work for Rehabilitation for Ular River Flood Control and Improvement of Irrigation Project (TOR-3) Volume VI Main Report, untuk menghitungan estimasi volume tampungan dan volume yang tersedia pada settling basin untuk mengendapkan sedimen adalah sebagai berikut:

a) Volume Tampungan yang dibutuhkan

Qr = 86.400 x Q/n x Rs x Rc x Fi ... (2.22)

Dimana : Qr : Volume yang dibutuhkan untuk kantong lumpur

(m3)

Q : Debit rencana (m3/s) n : Jumlah jalur

Rs : Rasio material melayang/suspended (0,01%)

(51)

Partikel 0,2 mm (95%) Fi : Interval pembilasan (11 hari)

b) Volume kantong lumpur yang tersedia

Qv = b x { W’ x L1 + D x (L-L1)} ... (2.23)

Dimana : Qv : Volume kantong lumpur dalam kolam endap

(m3)

b : Lebar settling basin (m)

W’: Ketinggian beranda sedimen hilir (m) L : panjang settling basin (L1+ L2 + L3, m) L1 : Panjang beranda sedimen (m)

L2 : Jarak antara beranda hilir dan titik dimana Partikel minimum dapat terendapkan Sepenuhnya (m)

L3 : Panjang tambahan dari saluran (terletak di akhir saluran sedimen, m)

(52)
[image:52.595.136.511.96.528.2]

Gambar 2.9 Potongan Melintang dan Potongan Memanjang Kantong Lumpur yang Menunjukkan Metode Pembuatan Tampungan (KP-02)

II.3.3. Pembersihan Kantong Lumpur

II.3.3.1. Pembersihan Secara Hidrolis

(53)

terendap kembali ke sungai. Frekuensi dan lamanya pembilasan bergantung pada banyaknya bahan yang akan dibilas, tipe bahan kohesif atau nonkohesif dan tegangan geser yang tersedia oleh air. Kemiringan dasar kantong serta debit pembilasan hendaknya di dasarkan pada besarnya tegangan geser yang diperlukan yang akan dipakai untuk menggerus sedimen yang terendap. Dianjurkan untuk mengambil debit pembilasan sebesar yang dapat diberikan oleh pintu pengambilan dan beda tinggi muka air. Untuk keperluan-keperluan perencanaan, debit pembilasan diambil 20% lebih besar dari debit normal pengambilan. Tegangan geser yang diperlukan tergantung pada tipe sedimen yang bisa berupa:

- Pasir lepas, dalam hal ini parameter yang terpenting adalah ukuran butirnya atau,

- Partikel-partikel pasir, lanau dan lempung dengan kohesi tertentu. Jika bahan yang mengendap terdiri dari pasir lepas, maka untuk menentukan besarnya tegangan geser dapat dipakai grafik Shield. Lihat gambar 2.8. Besarnya tegangan geser dan kecepatan geser untuk diameter pasir terbesar yang akan dibilas sebaiknya dipilih di atas harga kritis. Dalam grafik ini ditunjukkan dengan kata bergerak (“movement”). Untuk keperluan perhitungan pendahuluan, kecepatan rata-rata yang diperlukan selama pembilasan dapat diandaikan sebagai berikut:

- 1,0 m/dt untuk pasir halus - 1,5 m/dt untuk pasir kasar

- 2,0 m/dt untuk kerikil dan pasir kasar

(54)

semakin cepat. Namun demikian, besarnya kecepatan hendaknya selalu di bawah kecepatan kritis, karena kecepatan super kritis akan mengurangi efektifitas proses pembilasan.

II.3.3.2. Pembersihan secara manual/mekanis

(55)
[image:55.595.157.529.103.647.2]
(56)
[image:56.595.152.524.103.463.2]

Gambar 2.11 Gaya Tarik (traksi) pada bahan kohesif

II.3.4 Pemeriksaan Terhadap Berfungsinya Kantong Lumpur

Perencanaan kantong lumpur hendaknya mencakup cek terhadap efisiensi pengendapan dan efisiensi pembilasan.

II.3.4.1. Efisiensi Pengendapan

(57)

Dimana: w = Kecepatan endap partikel-partikel yang ukurannya diluar ukurannya

Diluar partikel yang direncana (m/detik)

wo = Kecepatan endap rencana (m/detik)

vo = Kecepatan rata-rata aliran dalam kantong lumpur (m/detik)

Dengan menggunakan grafik Camp, efisiensi proses pengendapan untuk partikelpartikel dengan kocepatan endap yang berbeda-beda dari kecepatan endap partikel rencana, dapat dicek. Suspensi sedimen dapat dicek dengan menggunakan kriteria Shinohara Tsubaki. Bahan akan tetap berada dalam suspensi penuh jika:

I > W

F ... (2-24)

Dimana: v* = Kecepatan geser (ghI)0,5 dalam m/detik g = Percepatan gravitasi (m/detik2)

h = Kedalaman air (m) I = Kemiringan garis energi

w = Kecepatan endap sedimen (m/detik)

Efisiensi pengendapan sebaiknya dicek untuk dua keadaan yang berbeda:

- untuk kantong kosong - untuk kantong penuh

(58)

Menurut Vlugter, untuk:

> I,9e ... (2-25)

Dimana: v = Kecepatan rata-rata (m/detik) w = Kecepatan endap sedimen (m/detik) I = Kemiringan garis energi

[image:58.595.175.459.393.683.2]

semua bahan dengan kecepatan endap w akan berada dalam suspensi pada sembarang konsentrasi. Apabila kantong penuh, maka sebaiknya dicek apakah pengendapan masih efektif dan apakah bahan yang sudah mengendap tidak akan menghambur lagi. Yang pertama dapat dicek dengan menggunakan grafik Camp (gambar 2.12) dan yang kedua dengan grafik Shields (gambar 2.8).

(59)

II.3.4.2 Efisiensi Pembilasan

Efisiensi pembilasan bergantung kepada terbentuknya gaya geser yang memadai pada permukaan sedimen yang telah mengendap dan pada kecepatan yang cukup untuk menjaga agar bahan tetap dalam keadaan suspensi sesudah itu. Gaya geser dapat dicek dengan grafik Shields (gambar 2.8); dan kriteria suspensi dari Shinohara/Tsubaki (Persamaan 2-24)

II.4 Erosi dan Angkutan Sedimen

Erosi adalah pemindahan dan transportasi material permukaan bumi yang kebanyakan berupa tanah dan debris batuan (regolith), bahan-bahan yang tererosi secara alami.( HR. Mulyanto)

Proses dari erosi yaitu tanah dapat tererosi yakni terlepas dari lokasinya, oleh aksi angin, air, gaya gravitasi (tanah longsor), dan aktivitas manusia. Erosi oleh air dapat dianggap dimulai oleh pelepasan partikel-partikel tanah oleh hempasan percikan air hujan. Proses-proses percikan dan aliran permukaan itulah yang menyebabkan erosi lapisan (sheet erosion), yakni degradasi permukaan tanah yang relatif merata (Ray K. Linsley, JR 1982).

(60)

1. Muatan dasar (bed load)

Pergerakan partikel di dalam aliran air sungai dengan cara menggelinding, meluncur dan meloncat-loncat di atas permukaan dasar sungai.

2. Muatan melayang (suspended load)

Terdiri dari butiran halus yang senantiasa melayang di dalam aliran sungai. Kecenderungan partikel untuk mengendap selalu terkompensasi oleh aksi difusif dari aliran turbulen air sungai.

Pembedaan yang tajam antara keduanya cukup sulit. Kriteria umum untuk menentukan muatan layang ialah perbandingan antara kecepatan gesek (u*) dan kecepatan jatuh (w), yaitu apabila u*/w > 1,5 maka termasuk sebagai muatan melayang. Sedangkan untuk muatan dasar dibatasi bahwa elevasi partikel pada saat pergerakannya di dalam air maksimum 2 sampai 3 kali dari ukuran diameter butirnya, jika lebih dari itu maka termasuk muatan melayang.(Fadlun, 2009)

(61)

Fraksi sedimen batuan dan bed load biasanya sudah teratasi dengan konstruksi pembilas bawah (under sluice) sehingga tidak masuk ke intake. dalam kondisi debit normal. Tetapi fraksi pasir, lanau, dan lempung akan terbawa melewati pintu intake dan dapat mencapai saluran irigasi dan petak sawah. Fraksi lanau dan lempung (< 70µm) diperbolehkan masuk ke sawah, karena dapat meningkatkan kesuburan tanah (Puslitbang Pengairan, 1986). Fraksi pasir (> 0.063 mm), disisi lain, harus ditahan jangan sampai masuk ke sawah. Fraksi pasir ini diusahakan untuk mengendap di penangkap sedimen (sediment trap/settling basin), yang berada di hilir pintu pengambilan (intake).

Pada kenyataannya pada tiap satu satuan waktu pergerakan angkutan sedimen yang dapat diamati adalah bed load dan suspended load, sehingga penjumlahan keduanya dapat didefinisikan sebagai total load transport. Beban total inilah yang disebut dengan angkutan sedimen.

Menurut Mulyanto faktor-faktor yang terpenting yang menentukan kuantitas produksi sedimen (sediment yield) suatu DAS antara lain sebagai berikut:

1. Tinggi curah hujan dan intensitasnya. 2. Jenis tanah dan formasi geologi. 3. Tetumbuhan penutup.

4. Tata guna lahan. 5. Topografi DAS.

6. Erosi lahan tinggi, kemiringan lereng lahan, berat jenis dan trase alur patusan alam, bentuk dsn luas DAS.

(62)

II.4.1 Formula Angkutan Sedimen untuk Muatan Melayang

Sedimen yang masuk ke intake sebagian besar adalah golongan muatan melayang karena muatan dasar tertahan di bawah ambang intake dan dibilas melalui

undersluice/scouring sluice. Metode-metode yang dipakai dalam perhitungan

angkutan sedimen adalah persamaan-persamaan sebagai berikut:

1. Metode Lane and Kalinske (1941) 2. Metode Einstein (1950)

3. Metode Seksi Hidrometri (1985)

II.4.1.1 Metode Lane and Kalinske (1941)

Analisis perhitungan:

fgI = fhij$klm oWni ... (2-26)

p∗ = / =q 3 / ... (2-27)

Dimana: qsw = Besar Muatan melayang/suspended load {(kg/s)/m} q = Debit aliran per satuan lebar {(m3/s)/m}

ω = Kecepatan jatuh (m/s)

PL = Koefisien yang bergantung pada kecepatan relatif dan / n = Koefisien Manning

a = Ketebalan muatan dasar (m) Df = Kedalaman Aliran (m)

(63)
[image:63.595.146.494.85.348.2]

Gambar 2.13 Hubungan antara PL dan ω/U* (Lane dan Kalinske,1941)

II.4.1.2 Metode Einstein

fgI = 11,6p∗hir s 2,303tu FZ, G + G w ... (2-28)

r = 2x9W ... (2-29)

_L

yz

=

oz∗{ |

,9% ... (2-30)

Δ = _L

~ =

{ |

~ ... (2-31)

@′ =

{ ... (2-32)
(64)
[image:64.595.203.438.367.713.2]

Parameter x:

Gambar 2.14 Faktor koreksi pada distribusi kecepatan logaritmik (Einstein,1950) Parameter I1:

(65)

Parameter I2:

Gambar 2.16 Fungsi I2 pada A untuk harga Z yang berbeda (Einstein,1950)

II.4.1.3 Metode Seksi Hidrometri (1985)

fgI = ` l ̅ l ]I ... (2-34)

Dimana : fgI = Debit sedimen (Ton/hari)

k = konstanta (0,0864) konversi dari satuan berat, volume dan waktu

̅ = Konsentrasi sedimen (mg/L)

(66)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum Daerah Irigasi Sungai Ular

Daerah Irigasi Sungai Ular terletak pada KM 34,8, sekitar 2 km di hilir dari jembatan Serbajadi. Lokasi ini terletak antara lintang (3o10’) dan bujur (98o47’) Daerah Irigasi Sungai Ular mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan kota Lubuk Pakam

• Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Dolok Masihul • Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Sei Rampah • Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Tanjung Morawa

(67)

selesai pada tahun 1990 yang sama oleh biaya pe

Gam

hun 1990. Pada sistem pertanian juga dikembang ya pemerintah dan selesai pada tahun 1991.

ambar 3.1 Letak lokasi Settling Basin sungai U

bangkan pada periode

(68)

Fasilitas proyek yang dikerjakan sejauh ini memberikan efek yang sangat baik dan membawa keuntungan lokal untuk penduduk lokal. Sebagai contoh, tidak adanya kerusakan akibar banjir untuk tanaman atau properti setelah tanggul banjir didirikan. Hal yang juga harus dianggap sebagai salah satu manfaat irigasi ini adalah hasil padi meningkat dari level 3,0 ton/ha pada tahuan 1970-an menjadi 5,0 ton/ha beberapa waktu setelah pengembangan fasilitas irigasi selesai dilakukan pada lahan tersebut. Daerah tanaman dari sawah irigasi mencapai 31.280 ha per tahun pada tahun 1990 dari 9000 ha per tahun sebelum proyek diimplementasikan.

Sebelum proyek irigasi sungai Ular dimulai pada 1982, di sana ada 13 intake (pengambilan) irigasi yang mengambil air dari sungai ular untuk 1000 ha sawah padi. Intake ini kemudian disebut dengan free intake (pengambilan bebas) yang mana mengalihkan air sungai dengan sistem gravitasi tanpa bendung untuk mengatur tinggi muka air. Untuk mengatasi tingkat air rendah selama musim kering, ambang pengambilan dari pengambilan bebas diletakkan pada tingkat paling rendah yang tak terhindarkan disebabkan intrusi sedimen. Oleh karena itu, seluruh intake dapat bertahan dari

Gambar

Gambar 2.4 Geometri Penampang Saluran Terbuka
Tabel 2.1 Unsur Geometris Penampang Saluran
Gambar 2.5 Kurva kecepatan sama yang khas pada berbagai penampang saluran
Tabel 2.2 Nilai Koefisien Kekasaran Manning (Triatmodjo,1993)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan Alokasi dan Distribusi Air Irigasi dengan Menggunakan Model Cropwat pada daerah irigasi Karya Mandiri Sungai Janiah Kabupaten Agam.. Dibimbing oleh ERI

Analisa Debit Banjir yang terjadi Evaluasi Kapasitas Eksisting Sungai A A Pembuatan skenario tampungan berdasarkan lokasi Simulasi Skenario Kesimpulan... * Das

Sampai sejauh mana sistem drainase pada daerah irigasi ular di kawasan Singosari Kabupaten Serdang Bedagai saat ini dapat berfungsi dengan baik, untuk itu perlu dilakuksn

Pada penelitian ini untuk memperoleh nilai debit puncak (Q) nilai A yang digunakan bukan luas DAS melainkan luas daerah tangkapan saluran drainase pada daerah Irigasi Ular