3.1. Aktivitas Penambangan
Kegiatan penambangan batuan andesit di lokasi tambangBravo 10PT. SumberGunung Maju meliputi berbagai aktivitas sebagai berikut: pembersihan lahan (land clearing), pengeboran (drilling), peledakan (blasting), pemuatan(loading),dan pengangkutan (hauling) kemudian ditimbun (dumping)ke hopper untuk kemudian kecrushing plant dan sand plant untuk diolah.
3.1.1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Kegiatan penambangan batuan andesit di PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10 dimulai dari aktivitas pembersihan lahan (land clearing). Kegiatan ini bertujuan sebagai penyiapan area penambangan atau area pengeboran untuk kemudian di ledakkan. Proses ini dilakukan dengan menyingkirkan material yang menghalangi kegiatan penambangan, seperti pepohonan. Dalam proses land clearing ini dilakukan dengan menggunakan alat BackhoeKobelco SK330. Aktivitas ini dilakukan terus menerus untuk development area penambangan.
3.1.2. Pengeboran (Drilling)
Aktivitas pengeboran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membuat lubang ledak dengan kedalaman, posisi dan pola tertentu sesuai dengan desain geometri peledakan yang telah direncanakan pada area pengeboran. Adapun tahapan aktivitas pengeboran yang dilakukan di PT. Sumber Gunung Majuadalah sebagai berikut:
1. Marking
Marking bertujuan untuk menentukan atau menandai lokasi lubang ledak yang akan di bor sesuai dengan keadaan area pengeboran. Marking pada PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10 dilakukan olehhelper pada lokasi-lokasi yang akan dilakukan pemboran. Aktivitas marking dilakukan dengan menggunakan bambu berukuran 3 meter dan bantuan beberapa batu untuk menandai lokasi pengeborannya.
Gambar 3.2. Proses marking
2. Pengeboran
Lubang ledak yang dibuat memiliki jarak burdendan spacing 3 meter, diameter lubang bor sebesar 3 inch dengan kedalaman 8 meter.
Pembuatan lubang ledak pada PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10 menggunakan pola zig-zag. Lubang ledak yang dibuat ini didasarkan atas pertimbangan fragmentasi batuan yang dihasilkan dan biayanya. Pertimbangan lainnya adalah free face, efektivitas peledakan, dan arah lemparan batuan.
Gambar 3.3. Proses pengeboran dengan Junjin JD-800
3.1.3. Peledakan (Blasting)
1. Inspeksi Lubang Ledak
Inspeksi dilakukan sebelum dilakukannya kegiatan peledakanuntuk meninjau lubang ledak.Lubang ledak dinilai baik apabila tidak adanya hambatan di dalam lubang ledak tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan bambu berukuran 3 meter kedalam lubang ledak.
Gambar 3.4. Kegiaan inspeksi lubang ledak
2. Merancang Pola Peledakan
dilakukan 2 kali untuk menjaga getaran yang ditimbulkan, dan apabila terdapat 45 lubang ledak dalam satu area maka dilakukan 4 kali peledakan.
PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10 menggunakan in hole delay 1-10 ms dan penggunaan delay pada peledakan tergantung pada stok yang diberikan oleh gudang untuk mendukung proses peledakan. PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10 menggunakan pola peledakan zig-zag (staggered pattern) untuk mencapai boulder yang dibutuhkan dalam proses pengolahan. Geometri peledakan yang digunakan pada setiap peledakan yaitu:
a. Burden dengan jarak 3 m b. Spacing dengan jarak 3 m
c. Stemming dengan kedalaman 2,7 m
d. Isian lubang ledak dengan kedalaman 5,3 m e. Kedalaman lubang ledak 8 m
f. Diameter lubang ledak 3 inch
Gambar 3.6. Desain pola peledakan dengan iShotplus
3. Persiapan Peralatan dan Perlengkapan Peledakan a. Peralatan Peledakan
Peralatan peledakan merupakan semua bahan atau alat-alat yang dapat digunakan lebih dari satu kali pemakaian dalam operasional peledakan.Peralatan peledakan antara lain:
1). Blasting Machine
Gambar 3.7.Blasting machine Kobla BM100D
2). Blaster Ohmmeter
Gambar 3.8. Blaster ohmmeter Kobla XR III
3). Lead Wire
Lead Wire termasuk pada peralatan peledakan, karena dapat dipakai berulang kali. Lead Wire berfungsi sebagai penghubung rangkaian peledakan listrik dengan alat pemicu ledak listrik atau blasting machine.
4). Alat Pengaman Peledakan
Peralatan pengamanan yang biasa digunakan dalam operasi peledakan adalah sebagai berikut :
a) Radio komunikasi portable atau handy-talky (HT) b) Sirine tanda peledakan dengan tenaga listrik.
(a) (b)
Gambar 3.10. (a) Sirine tanda peledakan, (b) Tombol sirine
b. Perlengkapan Peledakan
Perlengkapan peledakan merupakan semua bahan atau alat-alat yang hanya dapat digunakan untuk satu kali peledakan.
1) Detonator
memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka detonator atau primer. Adapun detonator yang digunakan adalah detonator listrik.
Gambar 3.11. Detonator
2) Booster
(a) (b)
Gambar 3.12. Gel ledak(a) PT. Dahana, (b) PT.BME Indonesia
3) Primer
Primer merupakan suatu istilah yang diberikan pada bahan peledak peka detonator, yaitu bahan peledak (booster) berbentuk cartridge yang sudah dipasang detonator/delay yang kemudian akan diletakkan ke dalam lubang ledak.
4) Bahan Peledak
Gambar 3.13. Amonium Nitrat produksi PT. MNK
5) Leg Wire
Gambar 3.14.Leg Wire
4. Pelaksanaan Aktivitas Peledakan
1) Pengisian Primer (Gel Ledakdan Detonator).
Pengisian primer pada aktivitas peledakan di PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10 didasarkan pada kedalaman lubang ledak.Kedalaman lubang ledaknya adalah 8 meter. Maka jenis pengisian yang digunakan yaitu bottom priming.
Beberapa hal penting yang harus diketahui pada saat mengisi primer ke dalam lubang ledak antara lain pada saat memasukkan primer ke dalam lubang ledak harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga detonator atau sumbu tidak terlepas dari cartridge. Setelah primer terletak pada posisinya, ikatkan sumbu ledak dengan batu atau kayu di bagian luar agar tidak merosot masuk kembali ke dalam lubang ledak.Ketika memasukkan primer mengalami kesulitan, maka dapat dibantu dengan cara mendorongnya dengan tongkat kayu secara perlahan-lahan.
2) Pengisian Bahan Peledak
Pengisian bahan peledak pada PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10 dilakukan dengan menumpahkan Amonium Nitrat yang ditambahkan sedikit solar langsung ke dalam lubang ledak.
Gambar 3.16. Pengisian bahan peledak
c. Pengisian Stemming
Gambar 3.17. Pengisian stemming
d. Pemasangan Rangkaian Peledakan
Penyambungan sumbu inhole delay harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak terbalik, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1) Memperhatikan arah gelombang inisiasi awal yang akan ke arah rangkaian.
2) Blok pengikat (bunch block) yang dilengkapi detonator tunda harus diletakkan dekat dengan lubang ledak.
3) Surface delay dan inhole delay yang disambungkan harus benar-benar tersambung dengan kuat.
Gambar 3.18. Perangkaian leg wire
e. Pemasangan Lead Wire ke Blasting Machine
Pada aktivitas peledakan PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10, pemicu atau inisiasi awal menggunakan Blasting Machine yang dihubungkan ke rangkaian peledakan dengan menggunakan Lead Wire.
f. Pengamanan Sebelum Peledakan
Pengamanan lebih ditujukan kepada orang atau karyawan yang mendekati atau melewati area peledakan. Adapun hal-hal yang diperhatikan antara lain :
1) Tempat berlindung tim peledakan
a) Arah dan jarak lemparan batu harus dipertimbangkan sehingga dapat mengambil posisi yang berlawanan.
c) Pemegang blasting machine merupakan orang yang berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
2) Tanda peringatan sebelum peledakan
a) Sebelum dilakukan peledakan orang-orang disekitar daerah pengaruh gas dan lemparan batu harus diberi aba-aba peringatan agar berlindung atau menyingkir. Demikian juga dengan peralatan, sebelumnya harus sudah diamankan.
b) Aba-aba dapat berupa sirine. Sementara itu pada batas jalan masuk ke area peledakan harus diblokir oleh petugas pengamanan.
c) Jeda waktu antara aba-aba peringatan dengan saat peledakan harus cukup untuk memberi kesempatan kepada orang-orang untuk berlindung. Aba-aba dilakukan dalam beberapa tahapan dan tiap tahap mempunyai arti tersendiri serta dimengerti oleh tim
Peledakan dilakukan dengan hitungan mundur dan aba-aba (3, 2, 1, dan Tembak). Tombol atau tangkai pemicu ditekan sesuai prosedur pemakaian alat dan peledakan terjadi.Sampai tahap ini jalur komunikasi masih dikuasai tim peledakan sebelum dilakukan pemeriksaan hasil peledakan dan dinyatakan bahwa peledakan aman dan terkendali.
h. Pemeriksaan setelah Peledakan
Setelah aktivitas peledakan selesai dilakukan, maka area tempat peledakan dan sekitarnya masih menjadi tanggung jawab tim peledakan sebelum dilakukan pemeriksaan. Beberapa pekerjaan yang perlu dilakukan setelah aktivitas peledakan antara lain:
2) Apabila seluruh lubang meledak dengan baik dan konsentrasi gas sudah cukup aman, juru ledak akan menginformasikan ke seluruh karyawan dan kegiatan lain bisa dilanjutkan.
5. Hasil Peledakan
Berikut hal-hal yang diperhatikan setelah proses peledakan dilakukan : a. Fragmentasi Peledakan
Fragmentasi merupakan batuan hasil peledakan. Fragmentasi batuan dipengaruhi dari pola dan geometri peledakan yang dirancang. Fragmentasi yang dikatakan efisien yaitu boulderdengan berat 10-500 kilogram sehingga tidak diperlukan breaker untuk memecah kembali fragmentasi hasil peledakan.
(a) (b)
Gambar 3.19. Lokasi peledakan (a) sebelum, (b) setelah peledakan
b. Treatment pada Boulder
dimasukkan ke dalam vessel alat angkut, melainkan dikumpulkan pada lokasi tertentu dekat dengan backhoe, kemudian dilakukan proses pemecahan batuan dengan menggunakan alat breakerKobelco SK200.
Gambar 3.20. Breaker Kobelco SK200
3.1.4. Pemuatan (Loading)
Penggalian dan pemuatan dilakukan dengan menggunakanbackhoe Kobelco SK330. Adapun batuan andesit yang digali merupakan bongkahan batuan andesit hasil peledakan sebelumnya, bukan batu andesit kompak yang masih menyatu di alam, hal ini dikarenakan ketidakmampuan alat gali untuk mengupas batu andesit tersebut.
Setelah batuan telah digali dari front kerja, batuan hasil galian tersebut kemudian dipindahkan ke dalam dump truckHino 500 Ranger,yang selanjutnya dibawa ke hopperA1 atauB1 yang terletak sekitar 200 - 900 m dari masing masing front loading. Untuk memenuhi satubucket Hino 500 Ranger yang berkapasitas 10-12 m3, maka backhoeKobelco SK-330 harus melakukan loading pada dump
Gambar 3.21. Proses loading ke dump truck Hino 500 Ranger
3.1.5. Pengangkutan (Hauling)
Setelah proses pemuatan dilakukan, batu andesit dipindahkan dari front penambangan menuju hopper dengan menggunakan alat angkut dump truckHino 500 Ranger dengan kapasitas 10-12 m3. Waktu pengangkutan rata – rata dari
menuju hopper A1 atau B1 dengan jarak terjauh 900m adalah sekitar 480 detik. Sedangkan waktu kembali kosong dump truck rata-rata dari hopper A1 atau B1kembali ke front adalah sekitar 360 detik.
3.1.6. Penimbunan (Dumping)
Dumping merupakan kegiatan yang mengeluarkan/menurunkan batuan dari vessel dump truck ke hopper yang telah disediakan. Hopper yang disediakan ada 2 yaitu A1 dan B1,dimana dump truck melakukan dumping tergantung pada hopper yang kosong pada saat itu.
Gambar 3.23. HopperA1 dan B1
3.2. Aktivitas Pengolahan
Kegiatan pengolahan batuan andesit di lokasi tambang Bravo 10 oleh PT. Sumber Gunung Majudilakukan setelah melewati tahap penambangandari pembersihan lahan (land clearing) hingga dumping ke hopper A1 atau B1. Dari hopper kemudian akan diolah di Crushing Plant dan Sand Plant hingga menjadi produk siap jual.
3.2.1. Crushing Plant
1. Primary Plant
ada dua buah primary plant sesuai dengan jumlah hopper yang ada, dengan namaplant A1 dan B1. Bagian dari primary plant pada PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10 ini adalah hopper, pusher, grizzly, jaw crusherdan belt conveyor. Stockpile yang dihasilkan dari primary plant ini ada dua, yaitu gudang batu dan stockpile sirdam (pasir makadam).
a. Hopper
Hopper merupakan tempat penimbunan (dumping) batu produksi yang diangkut dari quarry.
Gambar 3.24. Hopper
Pusher merupakan alat yang bekerja untuk membantu mendorong batuan yang terdapat pada hopper untuk kemudian bergerak ke jawcrusher dengan teratur.
Gambar 3.25. Pusher
c. Grizzly
Gambar 3.26. Grizzly d. Jaw Crusher
Jawcrusher merupakan alat yang digunakan untuk mereduksi ukuran batuan yang didorong turun dari hopper dengan bantuan pusher, dan menghasilkan batuan dengan ukuran maksimal 22 cm, nilai ini didapat dari jarak terjauh antara fixed jaw denganswing jaw. Pada Plant A1 ukuran jaw crushernya 60x54 inch dan pada Plant B1 ukuran jaw crushernya 60x48 inch.
Gambar 3.27. Jaw crusher pada (a) Plant A1, (b) Plant B1
e. Belt Conveyor
Belt conveyor digunakan sebagai alat transportasi dari jawcrusher ke stockpile sirdam dan gudang batu pada primary plant.
f. Stockpile Sirdam (Pasir Makadam)
Stockpile sirdam berfungsi sebagai tempat penampungan batuan halus dan tanah dari hopper yang lolos melalui grizzly.
Gambar 3.28. Belt conveyor menuju stockpile sirdam .
g. Gudang Batu
Gambar 3.29. Belt conveyor dari plant A1 dan B1 menuju gudang batu 2. Secondary Plant
Secondary plant merupakan kegiatan pengolahan batuan setelah primary plant. Pada secondary plant ini telah menghasilkan produk yang bisa langsung dipasarkan, seperti screening, split ½, dan split 2/
3. Juga
menghasilkan abu batu yang dapat diolah di sand plant menjadi manufactured sand. Seperti pada primary plant, di PT. Sumber Gunung Maju, Bravo 10 ini juga ada dua buah secondary plant. Dengan nama plant A2 dan B2. Bagian-bagian dari secondary plant antara lain :
a. Chute
Gambar 3.30. Chute
b. Vibrator
Vibrator merupakan alat yang berfungsi untuk mengatur banyaknya batuan yang dapat diturunkan melalui chute untuk kemudian ditransportasikan melalui belt conveyor ke cone crusher.
c. Primary Cone Crusher
Gambar 3.31. Cone crusher YCC 1680
d. Ayakan
Ayakan yang terdapat pada secondary plant mempunyai tigadeck, dimana masing-masing deck mempunyai ukuran ayakan yang berbeda. Padaplant A2,deck pertama, ukuran ayakan yaitu 28 mm, pada deck kedua 12 mm, dan pada deck ketiga 6 mm. Sedangkan pada plantB2, deck pertama, ukuran ayakan yaitu 35mm, pada deck kedua 28mm, dan pada deck ketiga 10mm.
Pada plant A2 dan B2, batuan yang tidak mampu melewati deck pertama (>30 mm pada A2, dan >35 mm pada B2) akan dikirim ke corong untuk kemudian di reduksi lagi ukurannya dengan secondary cone crusher. Bila batuan tersebut lolos deckpertama namun tidak lolos pada deck kedua, pada plant A2 (30-12 mm) akan dibawa oleh belt conveyor menuju stockpile split ½, dan pada plant B2 (35-28 mm) akan dibawa menuju stockpile split2/
tidak lolos pada deck ketiga, pada plant A2 (12-6 mm) akan dibawa oleh belt conveyor menuju stockpile screening, dan pada plant B2 (28-12 mm) akan dibawa menuju stockpile split 1/
2. Bila batuan tersebut lolos
deckpertama, kedua, dan ketiga (<6 mm pada A2, dan <12 mm pada B2), maka batuan akan dibawa oleh belt conveyor menuju gudang abu batu.
Gambar 3.32. Ayakan e. Corong
Gambar 3.33. Corong
f. Secondary Cone Crusher
Gambar 3.34. Secondary cone crusher (YCSH 1680 dan MCH 1370)
g. Gudang Abu Batu
h. Belt Conveyor
Belt conveyor digunakan sebagai alat transportasi dari gudang batuke cone crusher, ayakan, corong, gudang abu batu dan ke stockpile masing-masing produk
Produk pada secondary plantuntuk plant A2 adalah split ½, screening dan abu batu, sedangkan pada plant B2 adalah split 2/
3, split ½,
dan abu batu.Split 2/
3, split1/2, dan screening merupakan produk jadi yang
dapat langsung dipasarkan. Sedangkan abu batu akan diolah menjadi manufactured sand padasand plant.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.36. Produk (a) split 2/
3.2.2. Sand Plant
Sand plant merupakan kegiatan pengolahan yang dilakukan untuk menghasilkan manufactured sand dari abu batu yang di produksi padasecondary plant. Tahapan sand plant sedikit lebih kompleks daripada secondary plant karena akan menghasilkan limbah berupa lumpur sehingga membutuhkan akan membutuhkan tailing treatment. Bagian-bagian pada sand plant antara lain: 1. Chute
Pada prinsipnya chute pada sand plant menyerupai pada secondary plant yaitu sebagai tempat lewatnya abu batu dari gudang abu batu.
Gambar 3.37. Chute pada sand plant
2. Vibrator
Vibrator berfungsi sebagai pengatur banyak sedikitnya abu batu yang dilewatkan melalui chute untuk kemudian diangkut menggunakan belt conveyor menuju vibrating screen.
3. Vibrating Screen
Sebelumnya abu yang masuk ke dalam vibrating screen terlebih dahulu akan disiram dengan air. Abu yang tidak lolos deck pertama dan kedua akan diangkut belt conveyor untuk masuk ke Vertical Shaft Impact (VSI) kemudian direduksi kembali dan diangkut lagimenuju vibrating screen. Untuk abu yang lolos deck kedua (<5 mm) akan masuk ke dewatering screen untuk diolah lebih lanjut.
Gambar 3.38. Vibrating screen
4. Vertical Shaft Impact (VSI)
Gambar 3.38.Vertical Shaft Impact (VSI) MVSI-4400
5. Dewatering Screen
Pada dewatering screen ini hanya terdapat satudeckayakan yang berukuran 1 mm. Sama seperti vibrating screen, abu yang masuk ke dewatering screen juga akan disiram air terlebih dahulu.
Untukabu yang tidak lolos (1-5 mm) akan langsung diangkut belt conveyor ke stockpile manufactured sand untuk siap dipasarkan. Untuk abu yang lolos (<1 mm) akan naik ke hydrocyclonedengan bantuan pompa untuk diproses lebih lanjut.
Gambar 3.40 Manufactured Sand
6. Hydrocyclone
Gambar 3.41. Hydrocyclone
7. Sludge Treatment
Gambar 3.42. Sludge treatment 8. Tangki Dekanter
Tangki dekanter berfungsi untuk menampung sludge yang telah bercampur dengan flocculant. Karena pengaruh flocculant, maka lumpur pada sludge treatment akan lebih cepat mengendap pada tangki decanter. Sehingga lumpur dan air bersih terpisah.Air yang telah terpisah di tangki decanter akan mengalir ke tangki sirkulasi untuk dapat digunakan kembali untuk proses sand plant.
Gambar 3.44. Penghubung dari tangki dekanter ke tangki sirkulasi. 9. Scrapper
Scrapper berfungsi untuk mengumpulkan lumpur yang mengendap pada dasar tangki ke bagian tengah untuk memudahkan proses pengangkutan dengan sludge pump untuk kemudian dibawa kefilter press dan ditreatment.
\
10. Filter Press
Filter press berfungsi untuk memisahkan lumpur yang masih tercampur dengan air. Filter press menggunakan prinsip hydarulicuntuk menekan lumpur dan memaksa air untuk keluar. Air tersebut kemudian akan dialirkan kembali ke tangki sirkulasi dan lumpur keringnya dibuang sebagai tailing.
Gambar 3.46. Filter press
11. Tangki Sirkulasi
Tangki sirkulasi berfungsi sebagai tempat penyimpanan air yang sudah ditreatment dari tangki dekanter, selain itu, sumber air tangki sirkulasi juga berasal dari air hasil filter press. Air pada tangki sirkulasi akan digunakan untuk proses sand plant, contohnya untuk menyiram abu pada proses vibrating screen dan dewatering screen.
12. Tangki Air Bersih
Gambar 3.47. Tangki air bersih
13. Belt Conveyor
Belt conveyor pada sand plant berfungsi untuk mengangkut abu batu dari chute ke vibrating screen, lalu ke dewatering screen, hingga ke stockpile manufacture sand.