• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP STIKER BAHAYA AROL BAGI IBU HAMIL PADA PENGGUNA FASILITAS UMUM DENGAN PERILAKU MEROKOK DITEMPAT UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP STIKER BAHAYA AROL BAGI IBU HAMIL PADA PENGGUNA FASILITAS UMUM DENGAN PERILAKU MEROKOK DITEMPAT UMUM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

179 1)

Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten

Abstract : Education Of Arol Exposure Prevention For Pregnant Women Through The Sticker. Indonesia is the third country with the highest number of active smokers 61.4 million smokers in the world after China and India. About 60 percent of men and 4.5 percent of women in Indonesia are smokers. Various efforts to raise public awareness and willingness not to smokein public places especially around pregnant women become ineffective if not done correctly. Therefore,this study aims to determine the factors related in education of arol exposure prevention for pregnant women through the sticker with smoking behavior in a public place in Lebak district, Banten. By knowing the factors that affect the expected promotion efforts more effective. The study was analytic with cross sectional approach. Its population in the community whouse the facility Lebak district or public places in the district of Lebak. Large number of samples with α 0,05 were 352 people. Data were analyzed by univariate, bivariate (chi-square) and multivariate(logistic regression). The results showed that 59.1% of respondents behave smoking inpublic places, and 40.9% do not behave smoking in public places. Variables that affect the education with p=0.007 and OR 2,676, and sex with p=0.000 and OR 0.033. This suggests that the most significant influence on smoking behaviorin public places is education. Also in line with the theory of Green, that education is included in predisposing a person's behavior. To protect pregnant women in particular and society in general, it is recommended to there levant health authorities to make propaganda that contains information about the dangers of cigarette smoke for pregnant women at public facilities in Lebak regency.

Keywords: education, AROL, pregnant women.

Abstrak. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap stiker bahaya arol bagi ibu hamil pada pengguna fasilitas umum dengan perilaku merokok ditempat umum. Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India. Sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di Indonesia adalah perokok. Berbagai upaya menumbuhkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk tidak merokok di tempat umum terutama disekitar ibu hamil menjadi tidak efektif jika tidak dilakukan secara tepat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dalam edukasi pencegahan paparan bahaya AROL bagi ibu hamil melalui penyebaran stiker dengan perilaku merokok di tempat umum di Kabupaten Lebak, Banten. Dengan diketahuinya faktor yang berpengaruh tersebut diharapkan upaya promosi lebih efektif. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya masyarakat di Kabupaten Lebak yang menggunakan fasilitas atau tempat-tempat umum di Kabupaten

Lebak. Besar sampel dengan α 0.05 sejumlah 352 orang. Data dianalisis secara univariat, bivariat (chi

square), dan multivariat (regresi logistic).Hasil penelitian menunjukkan 59.1% responden berperilaku merokok di tempat umum, dan 40.9% berperilaku tidak merokok di tempat umum. Variabel yang berpengaruh yaitu pendidikan dengan nilai p=0.007 dan OR 2.676, serta jenis kelamin dengan nilai p=0.000 dan OR 0.033. Hal ini menunjukkan bahwa yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku merokok di tempat umum adalah pendidikan. Sejalan juga dengan teori Green, bahwa pendidikan termasuk dalam faktor predisposisi perilaku seseorang. Untuk melindungi ibu hamil khususnya dan masyarakat pada umumnya, disarankan kepada dinas kesehatan terkait agar membuat propaganda yang berisikan informasi-informasi tentang bahaya asap rokok bagi ibu hamil di fasilitas-fasilitas publik di Kabupaten Lebak.

Kata Kunci: edukasi, AROL, ibu hamil. Kata kunci : Pengetahuan, AROL, ibu hamil

Saat ini Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah

(2)

survey menunjukkan bahwa jumlah perokok pasif perempuan di Indonesia 62 juta dan laki-laki 30 juta. Perokok pasif ini mempunyai risiko terkena penyakit kanker 30% lebih besar dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok, juga terkena penyakit jantung iskemik yang disebabkan oleh asap rokok (Puskom Setjend

Kemenkes 2013). Berbagai upaya

menumbuhkan kesa-daran dan kemauan masyarakat untuk tidak merokok di tempat umum terutama disekitar ibu hamil merupakan bentuk promosi kesehatan.

Strategi pencegahan yang dilakukan menjadi tidak efektif jika tidak dilakukan secara tepat. Dalam hal ini, upaya promotif kesehatan dikatakan efektif jika memiliki pengaruh dan berdampak pada pola perilaku, yaitu gaya hidup sehat dengan tidak merokok atau paling tidak berperilaku tidak merokok di tempat umum dan di sekitar ibu hamil.

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap stiker bahaya AROL bagi ibu hamil dengan perilaku merokok di tempat umum di Kabupaten Lebak, Banten, dengan diketahuinya faktor yang berpengaruh tersebut diharapakan upaya promosi lebih efektif.

METODE

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian, masyarakat umum di Kabupaten Lebak mulai dari remaja dan dewasa yang menggunakan fasilitas atau tempat-tempat umum yang ada di Kabupaten Lebak.

Kriteria pemilihan sampel adalah: kriteria inklusi sampel menggunakan atau berada di tempat umum pada saat pengambilan data penelitian dilakukan. Tempat pengambilan data penelitian tersebut yaitu alun-alun kota, pasar, terminal, stasiun, dan jalan ibukota. Responden telah menerima stiker bahaya AROL bagi ibu hamil sebelumnya, dan mau mengisi kuesioner. Kriteria ekslusi adalah sampel yang tidak menerima stiker bahaya AROL bagi ibu hamil.

Besar sampel ditentukan menggunakan perhitungan besar sampel untuk jenis penelitian masyarakat. Karena besar populasi (N) tidak

diketahui atau (N-n)/(N-1) = 1 maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut15):

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan α = derajat kepercayaan

p = proporsi orang yang merokok

q = 1-p (proporsi orang yang tidak merokok) d = limit dari error atau presisi absolut

Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2 1- /2 = 1,962 .

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh besar sampel 352 orang. Selanjutnya data dianalisis secara univariat, bivariat (chi square), dan multivariat (regresi logistic).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Perilaku Merokok di Tempat Umum

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok di Tempat Umum

Perilaku Responden F %

Merokok 208 59.1

Tidak merokok 144 40.9

Jumlah 352 100

(3)

pada kenyataannya masih terjadi di tempat-tempat umum di Kabupaten Lebak.

Sejalan dengan Notoatmodjo (2007) yang mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok seolah-olah merupakan bagian dari

budaya masyarakat Indonesia. Hamper 50% penduduk Indonesia usia dewasa adalah perokok, dan sekitar 15% remaja di Indonesia sudah merokok.

Tabel 2. Pemodelan Akhir Hasil Analisis Regresi Logistik

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

a. Variable(s) entered on step 1: Jenis_kelamin, Pendidikan, Kat_tahu.

Berdasarkan uji statistik yang dilakukan untuk melihat pengaruhnya secara bersama-sama antara 3 variabel bebas yang mempunyai nilai p≤0.25 yaitu variabel jenis kelamin, pendidikan, dan pengetahuan. Diperoleh hasil 2 variabel yang berpengaruh yaitu jenis kelamin dengan nilai p=0.000, dan pendidikan dengan nilai p=0.007. Dari tabel 2 juga diketahui bahwa secara berturut-turut variabel yang mempunyai nilai OR paling besar yaitu pendidikan yaitu 2.676, dan jenis kelamin yaitu 0.033. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku merokok di tempat umum adalah variabel pendidikan. Sejalan juga dengan teori perilaku yang dikembangkan oleh Green, bahwa pendidikan termasuk dalam faktor predisposisi yaitu hal-hal yang ada pada diri seseorang yang mendasari perilakunya.16 Variabel selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap perilaku merokok ditempat umum adalah jenis kelamin.

Hasil tersebut juga sesuai dengan teori Green yang menjelaskan bahwa ciri demografis seseorang seperti jenis kelamin dan umur merupakan faktor predisposisi terhadap suatu perilaku. Perempuan pada umumnya tidak merokok sedangkan laki-laki menjadikan perilaku merokok sebagai bagian dari gaya hidup sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi perilaku merokok. Akan tetapi

jenis kelamin bukanlah variabel yang dapat dirubah, sehingga fokus perhatian pada variabel ini bukan pada jenis kelaminnya akan tetapi pada perubahan perilaku merokok sebagai gaya hidup bagi laki-laki.16

2. Karakteristik Responden

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Responden F %

Umur

(4)

Tabel 4. Hubungan Antara Umur dengan Perilaku Merokok di Tempat Umum

Umur

Perilaku Responden

Total

Merokok Tidak Merokok

n % n % N %

16-35 tahun 108 56.5 83 43.7 191 100

36-55 tahun 85 60.3 56 39.7 141 100

56-75 tahun 15 75 5 25 20 100

Total 208 59.1 144 40.9 352 100

P=0,261

Hasil uji bivariat menunjukkan di semua kelompok umur responden sebagian besar berperilaku kurang baik yaitu 56.3% pada kelompok umur 16-35 tahun, 60.3% pada kelompok umur 36-55 tahun, dan 75% pada kelompok umur 56-75 tahun. Sedangkan nilai p= 0.261 dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku merokok di tempat umum.

Meskipun secara statistik tidak berhubungan, akan tetapi umur dapat mempengaruhi cara berfikir dan berperilaku seseorang. Dengan bertambahnya umur seseorang bertambah pula pengetahuan-pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan ataupun pengalaman tentang gangguan kesehatan akibat merokok.

Tabel 5. Hubungan Antara Pendidikan dengan Perilaku Merokok di Tempat Umum

Pendidikan

Perilaku Responden

Total

Merokok Tidak Merokok

n % n % N %

SD 40 72.7 15 27.3 55 100

SMP 56 68.3 26 31.7 82 100

SMU 89 60.5 58 39.5 147 100

Diploma/sarjana 23 33.8 45 66.2 68 100

Total 208 59.1 144 40.9 352 100

P = 0,000

Karakteristik pendidikan responden sebagian besar (41.8%) berpendidikan SMU dan sebanyak 19.3% berpendidikan diploma/sarjana. Secara teori pendidikan berpengaruh pada cara berfikir, kemampuan menerima informasi, dan mengambil keputusan, hal ini dikemukakan oleh Green bahwa struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku dan ras merupakan faktor predisposisi terhadap suatu perilaku. Keragaman latar belakang pendidikan tersebut memerlukan strategi yang beragam pula dalam pemberian informasi-informasi kesehatan

karena penerimaan dan pemahaman mereka terhadap materi juga cenderung beragam. Dalam konteks promosi kesehatan tentang bahaya asap rokok bagi ibu hamil, melalui media yang sama seperti halnya stiker pun diperlukan isi dan gaya bahasa yang berbeda agar pesan-pesan perubahan perilaku dapat diterima dan dipahami dengan mudah. 16

(5)

dan SMU 60.5%. Perilaku merokok yang cenderung baik ditunjukkan pada kelompok tingkat pendidikan diploma/sarjana yaitu sebesar 33.8%. Dengan nilai p pada analisis bivariat adalah 0.000 dapat diartikan bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok di tempat umum.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan semakin tinggi pendidikan seseorang kecenderungan melakukan perilaku yang semakin baik. Sebagaimana dijelaskan oleh Green bahwa tingkat pendidikan merupakan struktur sosial seseorang sebagai faktor predisposisi dilakukannya suatu perilaku.16

3. Pengetahuan Responden Tentang Isi Pesan Dalam Stiker

Tabel 6. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Merokok di Tempat Umum

Pengetahuan

Perilaku Responden

Total

Merokok Tidak Merokok

n % n % n %

Tahu 93 50.8 90 49.2 183 100

Tidak tahu 115 68 54 32 169 100

Total 208 59.1 144 40.9 352 100

P=0,001 Diketahui bahwa sebagian besar

responden tahu dengan isi pesan yang disampaikan dalam stiker bahaya asap rokok bagi ibu hamil yaitu sebesar 52% dan 48% berkategori tidak tahu. Sebagian besar media massa pada promosi kesehatan digunakan untuk edukasi dan mengubah perilaku. Dalam penelitian ini edukasi yang dilakukan menggunakan media stiker tentang efek buruk rokok bagi kesehatan dan perokok pasif yaitu ibu hamil dan janinnya. Stiker dapat membantu seseorang merasa mendukung suatu pesan. Pesan yang ditulis dapat menarik perhatian dan mudah diingat. Media ini juga sangat menguntungkan untuk mendukung suatu

kampanye kesehatan karena cukup murah selain lebih menarik dan dapat menjangkau semua kalangan baik remaja maupun dewasa.

Hasil uji bivariat diketahui nilai p=0.001 maka dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku merokok di tempat umum. Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari penelitian terbukti bahwa bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

4. Sikap Responden Terhadap Isi Pesan Dalam Stiker

Tabel 7. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Merokok di Tempat Umum

Sikap

Perilaku Responden

Total

Merokok Tidak Merokok

N % n % n %

Setuju 201 58.6 142 41.4 343 100

Tidak setuju 4 80 1 20 5 100

Tidak tahu 3 75 1 25 4 100

Total 208 59.1 144 40.9 352 100

(6)

Diketahui bahwa sebesar (97.4%) responden mempunyai sikap setuju terhadap isi pesan yang disampaikan dalam stiker bahaya asap rokok bagi ibu hamil dan hanya 1.4% dan 1.1% yang bersikap tidak setuju dan tidak tahu. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi suatu perilaku. Sebagaian besar responden mempunyai sikap yang baik, hal tersebut perlu mendapat dukungan dan penguatan dari berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, ataupun lembaga-lembaga di masyarakat agar sikap tersebut diwujudkan kedalam perilaku.

Sikap merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, bila sikap itu sudah terbentuk dalam diri seseorang selanjutnya akan ikut menentukan tingkah lakunya terhadap sesuatu. Sikap yang utuh dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan dan emosi seseorang. Sebagai contoh seseorang yang mengetahui informasi mengenai bahaya asap rokok bagi ibu hamil, maka pengetahuan ini akan membawa orang tersebut untuk bersikap kearah perilaku menghindari asap rokok ataupun berperilaku tidak merokok.4

Hasil uji statistik menunjukkan p=0.507 artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan perilaku merokok di tempat umum. Sikap didasarkan pada kenyataan bahwa orang mencari konsistensi internal antara kepercayaan, sikap, dan perilakunya karena secara psikologis akan dirasakan nyaman. Menurut Festinger, kepercayaan atau kognisi dapat tidak berhubungan, konsisten, atau inkonsisten. Sebagai contoh, kepercayaan bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan dan kehamilan tetapi yang bersangkutan tetap berperilaku merokok adalah kepercayaan yang inkonsisten.3

Hasil uji bivariat diketahui dari 5 variabel bebas terdapat 3 variabel yang mempunyai hubungan dengan perilaku merokok di tempat umum yaitu variabel jenis kelamin, pendidikan, dan pengetahuan. Sedangkan variabel lain yaitu umur, dan sikap secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.

Berdasarkan hasil tersebut, dalam pelaksanaan program-program yang bertujuan perubahan perilaku merokok di tempat umum sebaiknya memperhatikan variabel yang berhubungan dengan perilaku sebagaimana dijelaskan pada hasil penelitian. Selanjutnya, variabel lain yang secara statistik tidak menunjukkan hubungan signifikan bukan berarti dapat diabaikan begitu saja. Seharusnya tetap menjadi perhatian karena secara umum, berdasarkan teori semua variabel tersebut dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Green bahwa perilaku ditentukan atau dibentuk oleh faktor-faktor yang dikelompokkan dalam 3 kategori. Pertama predisposing factors/faktor prediposisi adalah hal-hal yang ada sebelum perilaku terbentuk yang memberikan dasar rasional atau motivasi untuk berperilaku. Termasuk dalam faktor predisposisi adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi yang berhubungan dengan motivasi seseorang atau komunitas terhadap suatu perilaku. Kedua enabling factors/faktor pemungkin adalah faktor yang mendahului perilaku yang memungkinkan sebuah perilaku terjadi. Termasuk dalam faktor ini adalah ketersediaan dan keterjangkauan sumberdaya serta kemampuan tenaga kesehatan. Dalam konteks layanan IMS untuk WPS maka sumberdaya yang dimaksud dapat berupa sarana kesehatan, rumah sakit, klinik, dll yang tersedia murah dan mudah dijangkau.16

Ketiga reinforcing factors/faktor penguat adalah faktor-faktor yang mengikuti perilaku yang memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap suatu perilaku dan mempunyai kontribusi dalam menguatkan perilaku sehingga menjadi persisten dan berulang. Dalam konteks perilaku pencarian layanan IMS pada WPS, termasuk dalam faktor ini adalah pengaruh dari teman, keluarga, mucikari, dan orang-orang yang berhubungan dengan WPS. 16

(7)

meskipun secara uji statistik tidak signifikan. Besar kemungkinan pada kondisi yang berbeda dan pada penelitian yang lain akan menunjukkan hasil yang berbeda pula. 16

Keterbatasan penelitian ini adalah biaya penelitian yang terbatas karena penelitian ini swadana dari peneliti sendiri. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama ataupun sejenis, dengan dukungan dana yang cukup dapat melakukan penelitian dengan variabel yang lebih banyak dan tidak hanya di fasilitas-fasilitas publik di Kabupaten Lebak akan tetapi juga di institusi-intsitusi pemerintah maupun swasta terutama institusi kesehatan.

SIMPULAN

1. Sebesar (59.1%) responden berperilaku merokok di tempat umum,.

2. Responden 54.3% berusia 16-35 tahun, jenis kelamin laki-laki 72.2%, dan tingkat pendidikan 41.8% SMU.

3. Pengetahuan responden tentang isi pesan yang disampaikan dalam stiker 52% kategori tahu isi pesan.

4. Sikap responden terhadap isi pesan yang disampaikan dalam stiker 97.4% setuju, 1.4% tidak setuju, dan 1.1% yang tidak tahu. 5. Ada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, dan pengetahuan dengan perilaku merokok di tempat umum.

6. Tidak ada hubungan bermakna antara umur dan sikap dengan perilaku merokok di tempat umum.

7. Variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku merokok di tempat umum adalah pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2013. website:http://www.pppl.depkes.go.id

diakses 01 Oktober 2013.

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.2012. website: www.depkes.go.id. Jakarta: diakses 01 Oktober 2013.

Emillia Ova. 2008. Promosi Kesehatan Dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi. Yokjakarta: Pustaka Cendekia.

Gambar

Tabel 2. Pemodelan Akhir Hasil Analisis Regresi Logistik
Tabel 4. Hubungan Antara Umur dengan Perilaku Merokok di Tempat Umum
Tabel 6. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Merokok di Tempat Umum

Referensi

Dokumen terkait

Flowchart dari metode HMOPSO ini dapat dilihat pada gambar 1. HMOPSO mengintegrasikan beberapa metode,.. antara lain: 1) MOPSO, yang mencari posisi dan kecepatan

Setelah kelima analisis tersebut menunjukkan kelayakan suatu investasi baik dilihat dari sisi perhitungan analisis dan sisi keinginan investor, maka langkah terakhir dari

Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras di atas Formasi Pulubalang. Formasi ini terdiri dari selang seling antara batulempung dan batupasir dengan sisipan batubara dan batugamping

Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi ( on farm ), 3) peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara

Puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala penulis panjatkan karena hanya berkat rahmat, hidayah dan inayahNya skripsi dengan judul “Analisis faktor penyebab anak

Pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian ini ialah: (i) terdapat sepuluh peran – peran teknologi dan komunikasi yang terlaksana dalam pembelajaran di kelas ICT ini, antara lain menyediakan soal –

Dari hasil penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti/penulis diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan yang lebih mendalam bagi mahasiswa-mahasiswa atau