• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUCUS CELL DISTRIBUTION AT GASTRIC AND INTESTINE OF BAUNG FISH (Mystus nemurus CV) FROM SIAK RIVER Yusfiati, Roza Elvyra, Reykha Megawati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MUCUS CELL DISTRIBUTION AT GASTRIC AND INTESTINE OF BAUNG FISH (Mystus nemurus CV) FROM SIAK RIVER Yusfiati, Roza Elvyra, Reykha Megawati"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Semirata 2013 FMIPA Unila |499

MUCUS CELL DISTRIBUTION AT GASTRIC AND

INTESTINE OF BAUNG FISH (

Mystus nemurus

CV) FROM

SIAK RIVER

Yusfiati, Roza Elvyra, Reykha Megawati*

Lecturer and Student* Department of Biology, FMIPA University of Riau, Pekanbaru Email.yusfiati@yahoo.com.au

Abstract.The purpose of research to determine the spread and area of mucous cells in the epithelial cell layers of the cardiac, fundus and pylorus gastric, and in epithelial cells layer the intestine of baung fish (Mystus nemurus C.V) from Siak river, Riau. The sample were prepared for histological observation by used paraffin method with slices of 6 µm, Hematoxylin-Eosin and PAS Stain.The result calculation of the mucus cell amount at the fundus of gastric more is 1865 cell/mm, gastric cardiac 1270 cells/mm and gastric pylorus 1373 cells/mm. Amount goblet cells in the middle intestine and the back intestine is 46 cells/mm, the amount of goblet cell intestine fewer to 34 cells/mm. The area of mucous cells in the gastric cardiac wider is 6.20%/mm, the area of mucus cell at gastric pylorus reduced. Gastric fundus area of 5.42%/mm and gastric pylorus of 2.24 %/mm. Goblet cell area towards the back intestine is increasing. The front intestine is 0.40%/mm, the middle intestine 0.625%/mm and hindgut intestine 0.585 %/mm.

Keyword: Mucus cell, Baung Fish, Gastric, Intestine

PENDAHULUAN

Lapisan mukosa pada saluran pencernaan hewan memiliki peran penting pada proses pencernaan, reabsopsi dan proses metobolik. Sel-sel mukosa lambung terdiri dari sel mukus, sel pariental, sel chief dan sel gastrik. Sedang, mukosa usus ikan terdiri dari sel enterosit dan sel mukus. Sel mukus di lambung terdapat di permukaan villi lambung dan sel mukus usus terdapat di antara sel-sel enterosit. Hasil penelitian sel-sel mukus pada 2 jenis ikan air tawar menunjukkan sel mukus banyak terdapat di bagian fundus daripada di bagian kardiak lambung, sedang di pilorus lebih sedikit dibandingkan dengan bagian yang lain. Sel mukus yang melapisi permukaan sel epitel lambung mengandung mukopolisakarida netral dan asam. Juga, ditemukan struktur epitel usus pada spesies ikan yang memiliki perbedaan makanan, yaitu adanya perbedaan keadaan sel-sel epitel. Sel-sel mukus pada struktur epitel ini jumlahnya semakin meningkat ke arah usus

belakang. Diduga, peningkatan mukus pada permukaan epitel lambung dan usus ikan berkaitan dengan peran penting sel mukus dalam mengefektifkan proses pencernaan dan penyerapan nutrisi pada permukana epitel.

Ikan baung di Propinsi Riau dijumpai di empat sungai yaitu Sungai Rokan, Sungai Indragiri, Sungai Kampar dan Sungai Siak. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan Sungai Siak, sejak tahun 2002 ikan Baung di perairan Sungai Siak populasinya mulai menurun disebabkan perairan Sungai Siak telah tercemar, dimana parameter-parameter kualitas air penting seperti suhu, kecerahan, pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat, logam berat dan lain-lainnya telah menunjukkan nilai yang kurang mendukung untuk kehidupan biota aquatik di Sungai Siak.

(2)

kualitas mutu lingkungan perairan sungai yang buruk. Pada perairan Jembatan Siak I memiliki kandungan logam berat yaitu timbal (Pb) sebesar 4,4 mg/l. Pada perairan Jembatan Siak I memiliki kandungan logam berat yaitu timbal (Pb) sebesar 4,4 mg/l. Juga, pada penelitian kondisi otolith pada ikan Cyprinidae di Sungai Siak memiliki jumlah lingkaran yang tebal dan gelap. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tersebut terganggu dengan kondisi perairan Sungai Siak yang tercemar. Keberadaan ikan baung di perairan Sungai Siak mulai sedikit, kemungkinan dapat disebabkan oleh kondisi dari ikan tersebut kurang baik untuk melangsungkan kehidupannya. Penting kiranya dilakukan penelitian tentang distribusi sel mukus pada organ lambung dan usus ikan baung di perairan Sungai Siak. Mengingat, organ lambung dan usus adalah organ-organ yang sangat rentan terkena efek dari perairan yang telah tercemar oleh logam-logam berat. Melalui kajian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai sistem mekanisme dan regulasi proses pencernaan dalam lambung dan usus ikan tersebut.

Tujuan penelitian adalah untuk melihat kondisi jaringan pada organ lambung dan usus ikan baung yang hidup di perairan Sungai Siak, terutama pada jaringan lapisan epitel lambung dan usus, juga mengkaji lebih dalam mengenai distribusi sel mukus di lapisan sel epitel lambung dan usus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk pengetahuan tentang struktur lambung dan usus ikan di perairan air tawar dan penelitian lanjutan, misalnya penelitian fisiologi pada ikan baung.

METODE PENELITIAN

Diwakili 10 ekor ikan baung dari perairan Sungai Siak daerah Jembatan Siak I Desa Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir dan Siak II Kelurahan Tampan, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru. Ikan

adalah hasil tangkapan nelayan daerah setempat. Ikan yang diperoleh dipilih yang sekiranya sudah terlihat kurang sehat, misalnya dengan melihat warna insang berwarna merah pucat.Pengamatan makroskopis lambung dan usus adalah masing-masing 2 ekor ikan baung segar dari 10 ekor ikan baung dibedah berdasarkan tahap-tahapan anatomis dan kemudian difoto topografik saluran pencernaan dan bagian-bagian lambung dan usus ikan baung dengan kamera mikrodigital Merek SANYO 3,5 megapixel. Pembuatan preparat histologis adalah masing-masing 8 ekor ikan baung di masukkan ke dalam larutan garam fisiologis (NaCl 0,89 %) selama 15 menit, selanjutnya ikan-ikan tersebut dimatikan dan dibedah. Bagian saluran pencernaan dari bagian lambung dan usus dibersihkan dengan merendam dalam larutan garam fisiologis 0,8 %. Bagian kardiak , fundus dan pilorus lambung, usus depan, usus tengah, usus belakang dan anus, masing-masing dipotong kira-kira 0,3 cm. Bagian-bagian tersebut difiksasi dengan paraformaldehid 10 % selama 3 hari. Setelah itu direndam dengan alkohol 70 %, yang selanjutnya sampel lambung dan usus ikan diproses pembuatan preparat histologis. Pembuatan preparat histologis ikan baung dengan metode parafin dan disayat dengan ketebalan sebesar 6 μm dengan sayatan melintang. Perwarnaan

preparat menggunakan perwarna

Hematoxylin-Eosin (HE) untuk melihat semua komponen yang terdapat di jaringan lambung dan usus, Periodic Acid Schiff (PAS) dengan PH 2,5 untuk melihat kandungan karbohidrat yang ada di dalam sel-sel epitel lambung dan usus ikan.

(3)

Semirata 2013 FMIPA Unila |501 mukus di lapisan epitel lambung dan usus

dengan menghitung jumlah sel mukus yang tampak per lapang pandang dengan

menggunakan mikroskop cahaya.

Pengamatn pengukuran area sel mukus di lapisan epitel lambung dan usus ikan baung dengan menggunkan mikrometer okuler di mikroskop cahaya pada pembesaran 100 X dan 400 X. Sebanyak 30 sel mukus di ukur area sel mukusnya pada bagian kardiak, fundus dan pilorus lambung, usus depan, usus tengah dan usus belakang ikan baung.

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur makroanatomi lambung ikan baung terletak di posteroir esofagus, posterior lobus sinester hati dan anterior usus depan. Bentuk lambung ikan baung seperti huruf J, yang terdiri dari bagian kardiak, fundus dan pilorus. Bentuk seperti ini serupa dengan bentuk ikan Cottus yaitu berbentuk huruf J dan lambung terdiri dari bagian kardiak, fundus dan pilorus. Struktur usus ikan Baung terletak antara bagian posterior lambung, media-posterior hati dan ventral ginjal. Usus ikan Baung terdiri dari tiga bagian yaitu usus depan, usus tengah dan usus belakang. Usus ikan Baung memiliki satu lipatan dan berwarna keputihan. Hal ini berbeda dengan struktur usus pada ikan Mystus tengara (Ham) dan ikan Hypophthalmichthys nobilis yang memiliki dua bagian usus yaitu usus depan dan usus belakang.

Lambung baung terdiri dari bagian kardiak, fundus dan pilorus lambung. Semua bagian lambung tersebut terdiri dari empat lapisan yaitu tunika mukosa,tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa. Bagian kardiak lambung pada tunika mukosa terdiri dari epitel kolumnar selapis, memiliki villi yang panjang dan kelenjar gastrik terdapat dilekukan vili, kelenjar gastrik memiliki sel berbentuk piramidal, inti ditengah, sitoplasmanya granular. Lamina proria terdapat venula, jaringan ikat longgar. Tunika submukosa

terdapat kelenjar gastrik dengan sel bentuk piramidal selapis, terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf. Tunika muskularis teridiri dari lapisan dalam otot polos sirkular dan lapisan luar otot polos longitudinal. Tunika serosa dilapisi sel epitel pipih selapis dan jaringan ikat longgar.

Bagian fundus lambung terdiri dari tunika mukosa dilapisi epitel kolumar selapis, lamina propria terdiri terdapat kelenjar gastrik dibawah lekukan vili dan terlihat lebih banyak daripada di bagaian lamina propria kardiak lambuing, jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf. Tunika submukosa terdiri dari kelenjar gastrik di tunika ini terlihat lebih banyak daripada dengan tunika submukosa bagian kardiak lambung. Tunika muskularis terdiri dari di bagian dalam otot polos sirkular dan di bagian luar otot polos longitudinal. Tunika serosa terdiri dari jaringan ikat, epitel pipih selapis. Bagian pilorus lambung terdiri dari tunika mukosa dilapisi epitel kolumar selapis, lamina propria terdapat kelenjar gastrik di bawah lekukan vili. Tunika submukosa tidak terdapat kelenjar gastrik, jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf. Tunika muskularis terdiri dari di dalam otot polos sirkular terlihat lebih tebal daripada bagian kardiak dan fundus lambung dan demikian juga pada bagian luar otot polos longitudinal terlihat lebih tebal. Tunika serosa terdiri dari jaringan ikat, epitel pipih selapis.

(4)

Tabel 1. Nilai rata-rata jumlah sel goblet, luas areanya proses dalam mencerna makanannya berbeda, yaitu bagian fundus adalah area yang menghasilkan asam lambung, enzim pepsin, dan gastrin lebih banyak dari kedua area lambung yang lain. Mukus yang dihasilkan di lambung berfungsi untuk melindungi sel epitel dari kadar asam lambung.

Bagian usus depan terdiri dari tunika mukosa dilapisi epitel kolumnar selapis, vili terlihat panjang, lamina propria tidak terdapat kelenjar, Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf. Tunika muskularis terdiri otot polos sirkular di dalam dan otot polos longitudinal di luar. Bagian usus tengah terdiri dari tunika mukosa dilapisi epitel kolumnar selapis, vili terlihat panjang, lamina propria tidak terdapat kelenjar. Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar, kapiler dan saraf. Tunika muskularis terdiri dari otot polos sirkular di dalam yang terlihat lebih tebal dari bagian otot polos sirkular usus depan. Otot polos longitudinal terletak di luar. Sedang, usus belakang terdiri dari tunika mukosa dilapisi epitel kolumnar selapis, vili

bercabang-cabang, lamina propria tidak terdapat kelenjar. Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar, kapiler dan saraf. Tunika muskularis terdiri dari otot polor sirkurar di dalam dan otot polos longitudinal di luar. Lapisan otot sirkularisya terlihat tebalnya sama dengan otot sirkular usus tengah. Hal ini berbeda strukturnya dengan otot sirkularis usus belakang ikan Teleostei pada umumnya lapisanya lebih tipis dari otot polos usus depan (Hossain dan Dutta 1996). Pada lapisan epiel usus depan, tengah dan belakang terdapat sel goblet.

Bagian usus ikan baung pada tunika mukosa di lapisan epitelnya terdapat sel goblet yang di usus depan, usus tengah dan belakang terwarnai positif dengan perwarnaan PAS. Sel goblet tersebut mengandung polisakarida netral. Hal ini berbeda dengan penelitian Murray et al. pada 3 jenis ikan pleuronectida di epitel usus pada sel gobletnya tidak terwarnai positif dengan PAS, tetapi terwarnai positif dengan AB-PAS, karena mukus sel goblet mengandung polisakarida asam. Perbedaan subtansi mukus di usus ini berhubungan dengan fungsi penyerapan pada makanan ikan. Hasil perhitungan jumlah sel goblet di usus depan, usus tengah dan usus belakang menunjukkan jumlah sel goblet di usus tengah dan usus belakang sama yaitu 46 sel/mm, usus depan jumlah sel gobletnya lebih sedikit yaitu 34 sel/mm. Luas area sel goblet semakin ke arah usus belakang semakin meningkat yaitu usus depan 0,40%/mm, usus tengah 0,625%/mm dan usus belakang 0,585%/mm (Tabel 2).

(5)

Semirata 2013 FMIPA Unila |503

Tabel 2. Nilai rata-rata jumlah sel goblet, luas area sel goblet pada usus ikan baung (M. Numerus C.V) Jumlah 41.67 0.00013

405 banyak untuk membantu proses pencernaan terhadap jenis makanan yang dimakan ikan-ikan tersebut, jadi pada ikan-ikan ini terjadinya penyerapan semakin meningkat ke arah usus bagian belakang. Hal yang berbeda pada sel goblet pada usus ikan buntal (Tetraodon lunaris), usus depan terlihat lebih banyak sel goblet daripada bagian usus tengah dan usus belakang. Sel goblet banyak di usus depan, karena usus depan adalah bagian yang menerima makanan dari lambung yang tentunya masih ada pengaruh dari asam lambunga (HCl) yang akan menuju kebagian jaringan usus depan (19). Dengan sel goblet yang banyak adalah salah satu perlindungan usus terhadap jaringan epitelnya dari pengaruh asam lambung yang dibawa makanan dari lambung, karena asam lambung akan merusak jaringan epitel usus. Pada ikan buntal lambung tidak hanya berfungsi sebagai mencerna makanan, tetapi berfungsi untuk menampung sejumlah udara dan air untuk mengelembungkan badannya jika ikan ini dalam keadaan terancam bahaya.

KESIMPULAN

Distribusi sel mukus pada bagian kardiak, fundus dan pilorus lambung ikan baung seperti distribusi sel mukus ikan

pada umumnya. Sedang distribusi sel mucus di usus ikan yang semakin ke arah usus belakang meningkat diduga distribusi sel mukus ini membantu terjadinya proses pencernaan untuk lebih efektif.Pencemaran yang terjadi di Sungai Siak kemungkinan tidak mengangu kehidupan dari ikan baung tersebut.

.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan FMIPA Universitas Riau, Pekanbaru yang telah memberi dana dalam penelitian ini. Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan Pencernaan dan penyerapan makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Amri TA. 2009. Inventarisasi dan Dokumentasi Rona Lingkungan di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Siak. Pekanbaru. Laporan Penelitian. Pusat Kajian Rona Lingkungan dan Sumber Daya Alam Universitas Riau.

Alawi H, Ahmad, Pulungan, Rusliadi. 1990. Beberapa aspek Biologi Ikan baung (Macrones nemurus) Yang Tertangkap Di Sekitar Perairan Teratak Buluh Sungai Kampar. Pekanbaru. Pusat Penelitian universitas Riau (tidak dipublikasikan).

Caceci T. 1984. Scanning Electron Microskopy of Goldfish Carassius auratus, intestinal mucosa. J. Fish Biol.25: 117-122.

(6)

Oreochomis niloticus has three regions. J. Fish Biol. 50: 939-952.

Delashoub D, Pousty I, Banan Khojasteh SM. 2010. Histology of Bighead Carp (Hypopthalmichthys nobilis) intestine. Gobal veterinaria 5 (6) : 302-206.

Handari SS. 1980. Metode perwarnaan. PT. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Hossain AM, Dutta HM. 1996. Phylogeny,

ontogeny, structure and function of digestive tract appendages (caeca) ini teleost fish. In Munshi JSD, Dutta HM, eds. Fish morphology horizon of new research. Rotterdam. USA. p. 59-73. Kothari S, Bhaskar RP, Rathore HS. 1990.

Protective Role of Liv.52 Against Histological Damage due to CdCl2

toxicity in Intestine of Teleost fish. Probe.3:220-228.

Kuperman, B.I., Kuz‘mina, V.V. 1994. The ultrastructure of the intestinal epithelium in fishes with different types of feeding. J. Fish Biol. 41:181-193.

Murray, H.M., Wright, G.M., Goff, G.P. 1996. A comparative histological and histochemical study of the post-gastric alimentary canal from three species of pleuronectid, the atlantic halibut, the yellowtail flounder and the winter flounder. J. Fish Biol. 48: 187-206.

Normawati L. 2010. Pola Lingkaran Pertumbuhan Pada Otolith Ikan Paweh

(Osteochilus hasselti) Dari Perairan Sungai Siak Dan Waduk PLTA Koto Panjang Provinsi Riau. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Riau. Pekanbaru.

Osman AH, Caceci T. 1991. Histology of stomach of Tilapia nilotica (Linnaeus, 1758) from the river Nile. J. Fish Biol. 38 : 211-223.

Rust MB. 2000. Nutritional physiology. In Halver JE, Hardy, RW, eds. Fish nutrition. 3th ed. Academic press. Amsterdam. p.368-414.

Unal G, Osman C, Ertugrul K, Mahmut ELP. 2001. Histology of The Organogenesis of The Digestive System and Swim Bladder of the Chalcalburnus tarichi Pallas, 1811 (Cyprinidae). Journal of Zoo.Turki.25 : 217-228.

Sarbaini. 2004. Analisis Kandungan Logam Berat Pb, Cd, dan Cr di Sepanjang Aliran Sungai Siak Antara Sungai Tapung Dan Sungai Apit. [skripsi]. Pekanbaru. Universitas Riau.

Saladin KS. 2001. Anatomy and Physiology the Unity of Form and Function. Ed.II. university of Wiscon Sin Mikwaukee.

Yusfiati, Sigit K, Affandi R, Nurhidayat. 2006. Anatomi Saluran Pencernaan Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris).

Referensi

Dokumen terkait

Industri : Hasil kajian ini dapat membantu industri yang lain dalam melaksanakan program untuk meningkatkan kemahiran generik dikalangan pekerjanyai. Ia juga boleh dijadikan

26 Pada kawasan dimana kemanan maritim menjadi kepentingan keamanan regional, perompakan yang terjadi di selat Malaka merupakan sebuah ancaman yang berkembang

bagian ini, akan membahas mengenai ketentuan tindak pidana yang telah diatur dalam berbagai undang-undang sektoral kelautan dan kemaritiman diluar KUHP dalam

an lebih dewasa perlu diwaspadai karena Gambaran fluktuasi kasus per bulan selama ini penelitian lain menunjukkan tidak menunjukkan karakteristik musim bahwa anak

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mendengarkan keterangan dari saksi-saksi Penggugat dan Tergugat yang mana masing-masing memberikan keterangan atas pengetahuannya sendiri

Penataan Letak bangunan-bangunan yang ada di komplek pesantren Miftahul Huda mencerminkan suatu upaya Kyai dalam menata lingkungan fisik yang sangat memungkinkan terjadinya

Jika diperhatikan pada ketiga hari survei durasi parkir kendaraan untuk mobil dan motor terjadi didominasi oleh kendaraan yang parir pada rentang waktu 0-30 menit,

Seperti halnya pada harian Jawa Pos dan Kompas, dimana kedua harian ini memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyeleksi suatu isu dan menulis berita mengenai Muktamar