• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINAT BELI KONSUMEN HELM BMC TIPE OPEN FACE DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MINAT BELI KONSUMEN HELM BMC TIPE OPEN FACE DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

MINAT BELI KONSUMEN HELM BMC TIPE OPEN FACE DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh: RIO NOVAN DINATA

0912010087/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

0912010087/FE/EM telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 20 Juni 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

DR. Prasetyohadi, MM. DR. Prasetyohadi, MM

Sekretaris

Dra. Ec. Luky Susilowati Anggota

Rizky Dermawan, SE.MM.

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

USULAN PENELITIAN

MINAT BELI KONSUMEN HELM BMC TIPE OPEN FACE DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA

yang diajukan RIO NOVAN DINATA

0912010087/FE/EM

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Prasetyohadi, MM. Tanggal : ... NIP. 196008041999031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

(4)

DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA

yang diajukan RIO NOVAN DINATA

0912010087/FE/EM

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dr. Prasetyohadi, MM. Tanggal : ... NIP. 196008041999031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

(5)

SKRIPSI

MINAT BELI KONSUMEN HELM BMC TIPE OPEN FACE DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA

yang diajukan RIO NOVAN DINATA

0912010087/FE/EM

telah disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Prasetyohadi, MM. Tanggal : ... NIP. 196008041999031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

(6)

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, hidayah dan ridho-Nya sehingga langkah demi langkah yang diselingi berbagai kesulitan dan hambatan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Minat Beli Beli Konsumen Helm BMC Tipe Open Face di Galeri Helm Bratang Surabaya”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung serta doa yang diberikan oleh berbagai pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE. MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(7)

ii

pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis demi terseleseikannya penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik, mengajar, membimbing serta mendoakan penulis sehingga penulis dapat memperoleh bekal ilmu dan banyak pencapaian.

6. Bapak Muhammad Hafidz selaku pemilik Galeri Helm Bratang Surabaya yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini baik dengan memberikan data, pengumpulan data, serta berbagai informasi yang bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini.

7. Orang tuaku tercinta ibu dan bapak yang telah meberikan kasih sayang, doa, semangat, serta dukungan baik moril maupun materiil yang tidak terhingga. 8. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan, doa, serta semangat:

Eyang, adik-adikku Edo dan Tery, serta sanak saudara.

9. Seluruh sahabat-sahabat terbaikku yang telah memberikan dukungan, doa, serta semangat baik dari Capoeira yang manjadi penyemangat serta penghibur saat mengalami berbagai kesusahan, serta teman-teman seangkatan di jurusan Manajemen yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

10.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan segala bentuk dukungan selama menyusun skripsi ini.

(8)

Surabaya, Juni 2013

(9)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAKSI ... BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Landasan Teori ... 14

2.2.1 Pengertian Pemasaran... 14

2.2.2. Konsep Pemasaran ... 14

2.2.3. Perilaku Konsumen ... 17

2.2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 18

(10)

2.2.5.1. Tujuan Penetapan Harga ... 30

2.2.5.2. Harga yang Dirasakan ... 30

2.2.6. Minat Beli .. ... 33

2.2.6.1. Pengertian Minat Beli ... 33

2.2.7. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli... ... 35

2.2.8. Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli ... 36

2.3. Kerangka Konseptual... 38

2.4. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

3.1.1. Definisi Operasional ... 40

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 42

3.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 43

3.2.1. Populasi ... 43

3.2.2. Sampel ... 43

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.1. Jenis Data ... 44

3.3.2 . Sumber Data ... 43

(11)

vi

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 45

3.4.1. Teknik analisis ... 45

3.4.2 . Uji Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 51

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 51

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 52

3.2.2. Frekuensi Jawaban Responden ... 55

4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis ... 61

4.3.1. Uji Validitas dan Reabilitas Konstruk ... 61

4.3.2. Uji Inner Model ... 65

4.4. Pembahasan ... 67

4.4.1. Pengaruh Variabel Kualitas Produk (X1) Terhadap Variabel Minat Beli (Y) ... 67

4.4.1. Pengaruh Variabel Harga (X2) Terhadap Variabel Minat Beli (Y) ... 69

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

(12)

Tabel 1.2 Top Brand Index Helm 2011 ... 5

Tabel 1.3 Penjualan Helm Tipe Open Face Tahun 2012 Galeri Helm Surabaya .... 6

Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen ... 19

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 53

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

Tabel 4.3 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Produk ... 55

Tabel 4.4 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Harga ... 58

Tabel 4.5 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Minat Beli ... 60

Tabel 4.6 Outer Loading (Model Pengukuran dan Validitas Indikator) ... 61

Tabel 4.7 Hasil Uji Average Variance Extracted (AVE) ... 63

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliability ... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji Outer Weight ... 64

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Inner Model ... 65

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

(14)

ABSTRAK

Helm merupakan salah satu kebutuhan primer bagi pengendara sepeda motor, artinya pengadaannya mutlak dibutuhkan oleh pengendara sepeda motor sebagai alat keselamatan, mengingat saat angka kecelakaan didominasi oleh sepeda motor. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga keselamatan pada saat berkendara dengan helm yang memiki kualitas tinggi dan memenuhi standar SNI. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu apakah kualitas produk dan harga berpengaruh terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Bratang Surabaya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris dan membuktikan adanya pengaruh faktor kualitas produk dan harga terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitas Produk (X1) dan Harga (X2) yang merupakan variabel independen, serta Minat Beli (Y) sebagai variabel dependen. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan menggunakan lima poin skala likert (likert scale). Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 105 responden yang merupakan konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Bratang Surabaya. Sedangkan teknik analisis yang digunakan yaitu Partial Least Square (PLS).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan model Partial Least Square (PLS) dapat disimpulkan bahwa semakin baik kualitas produk (X1) akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan minat beli konsumen helm BMC tipe open face. Sedangkan variabel harga (X2) tidak mampu memberikan kontribusi terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha tidak pernah lepas dari persaingan. Perusahaan dituntut untuk selalu kreatif dan berinovasi untuk dapat bertahan, sehingga dalam mengembangkan sebuah produk produsen harus menentukan mutu yang dapat menentukan posisi produk tersebut di pasar. Mutu yang ditawarkan diharapkan lebih unggul atau memiliki value yang lebih dari produk pesaing. Dengan demikian, produk tersebut tetap selalu memiliki daya tarik bagi konsumen.

Perubahan kondisi ekonomi dan sosial yang dinamis telah dengan cepat merubah perilaku dan sikap konsumen. Dengan susunan pilihan produk yang memusingkan yang ada di pasar, konsumen yang sudah pasti menempati posisi tertinggi mengharapkan suatu produk yang berkualitas tinggi, karena kualitas produk sudah merupakan suatu norma dan persyaratan. Generasi selanjutnya merupakan konsumen yang menginginkan produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang sesuai dan terjangkau bagi mereka.

(16)

menentukan harga, mempromosikan, hingga mendistribusikan produknya secara efektif.

Helm merupakan salah satu kebutuhan primer bagi pengendara sepeda motor, artinya pengadaannya mutlak dibutuhkan oleh pengendara sepeda motor sebagai alat keselamatan. Masyarakat khususnya pengendara sepeda motor semakin sadar akan pentingnya menjaga keselamatan pada saat berkendara dengan helm yang memiki kualitas tinggi dan memenuhi standar SNI. Di samping itu, helm juga berfungsi sebagai aksesoris bagi pengendara motor yang senantiasa ingin tampil menarik pada saat berkendara. Hal ini membuat para pelaku industri helm terus melakukan inovasi agar dapat bersaing dengan para pesaing-pesaingnya.

(17)

3

masyarakat akan keselamatan dan kenyamanan dalam berkendara membawa dampak positif terhadap permintaan akan produk helm.

Kotler (2002), menjelaskan bahwa dalam meningkatkan daya saing, suatu perusahaan dapat memenangkan persaingan dengan cara menampilkan produk terbaik yang dapat memenuhi selera konsumen. Pada dasarnya semakin tinggi tingkat persaingan yang terjadi, maka semakin akan banyak pula pilihan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang sesuai dengan harapannya, dan sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut pelanggan menjadi lebih cermat dan pintar menghadapi setiap produk yang ditawarkan.

(18)

sendiri (objective price), akan tetapi harga subyektif, yaitu harga yang dipersepsikan oleh konsumen.

Di Indonesia, Helm BMC telah dikenal sebagai merek produk helm yang berkualitas selama bertahun-tahun. Sebagai produk helm yang sudah berstandar SNI, kualitas helm BMC sudah tidak diragukan lagi oleh konsumen. Helm BMC memiliki banyak varian tipe yang cocok untuk berbagai segmen atau kalangan masyarakat baik yang muda maupun yang tua, baik yang menginginkan tampilan racing maupun tampilan standar atau elegan. Selain itu, helm BMC juga menawarkan harga yang terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat. Kuatnya persepsi merek yang sedemikian itulah yang membuat BMC mampu bersaing dan bertahan dengan banyaknya produk helm yang bermunculan di pasar. Adapun market share yang diperoleh BMC pada tahun 2011 dan 2012 jika dibandingkan dengan produk helm merek lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Top Brand Index Helm 2012

Merek TBI

KYT 19,4% TOP

INK 12,6% TOP

BMC 10,3% TOP

GM 8,1%

(19)

5

Tabel 1.2

Top Brand Index Helm 2011

Merek TBI

KYT 16,3% TOP

INK 11,4% TOP

BMC 10,5% TOP

LTD 7%

Sumber: www.topbrand-award.com

Berdasarkan data pada tabel 1.1 dan 1.2 diatas, BMC menduduki peringkat market share ketiga pada tahun 2011 dan 2012. Namun BMC mengalami

penurunan market share sebesar 0,2% dari tahun 2011 ke tahun 2012, yakni dari 10,5% menjadi 10,3%. BMC sebagai salah satu produk andalan masih tertinggal dari pesaing-pesaing terberatnya yaitu KYT yang mengalami kenaikan market share dari 16,3% di tahun 2011 menjadi 19,4% di tahun 2012 dan INK yang

mengalami kenaikan market share dari 11,4% ditahun 2011 menjadi 12,6% di tahun 2012.

(20)

Tabel 1.3

Penjualan Helm Tipe “Open Face” Tahun 2012 Galeri Helm Surabaya Jl. Manyar 57C Surabaya

Bulan BMC Hiu Maz VOG

Januari 100 100 43 85

Februari 110 120 60 96

Maret 103 87 65 100

April 128 110 68 124

Mei 110 95 70 140

Juni 75 81 76 132

Juli 109 90 81 146

Agustus 180 130 115 197

September 150 125 102 164

Oktober 100 90 88 157

November 94 99 90 169

Desember 171 130 135 178

1.430 1.257 993 1.688

Sumber: Galeri Helm Bratang Surabaya

(21)

7

yaitu VOG. Dilihat dari segi harga, helm BMC menawarkan harga yang bersaing untuk helm open face yang rata-rata dibanderol Rp 135.000,-. Harga tersebut lebih murah dari VOG yang rata-rata dibanderol Rp 145.000,-. Dari data tersebut dapat diketahui permasalahan yang dihadapi oleh helm BMC yakni bagaimana meningkatkan kembali minat beli konsumen terhadap helm BMC. Turunnya minat beli konsumen terhadap helm BMC haruslah dievaluasi oleh pihak produsen atau perusahaan agar berhasil bersaing dengan merek lainnya dengan meningkatkan kualitas produk dan mempertahankan harga yang bersaing sehingga nantinya calon konsumen menunjukkan minat belinya terhadap helm BMC.

(22)

mengenai produk yang hendak dibeli atas dasar merek maupun minat (Kotler; 2002).

Menurut Basu Swastha dan Irawan (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat. Minat beli yang ada dalam diri konsumen merupakan fenomena yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran, minat membeli merupakan suatu perilaku konsumen yang melandasi suatu keputusan pembelian yang hendak dilakukan. Keputusan konsumen dalam menentukan atau memilih merek sepeda motor tertentu bukanlah hal yang begitu saja terjadi. Banyak pertimbangan yang dilakukan konsumen sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk misalnya, kualitas produk, harga, dan iklan (Engel,1994).

Atas dasar uraian latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Minat Beli Konsumen Helm BMC Tipe

Open Face di Galeri Helm Bratang Surabaya”.

1.2 Perumusan Masalah

(23)

9

Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui minat beli terhadap helm BMC tipe open face. Adapun rumusan masalah yang akan di ajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Surabaya?

2. Apakah harga berpengaruh terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

(24)

2. Bagi Universitas

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau peneliti-peniliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut. Serta sebagai wujud dharma bakti kepada perguruan tinggi UPN “Veteran” Jawa Timur pada umumnya dan fakultas ekonomi pada khususnya.

(25)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini dilakukan oleh Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Daya Tarik Iklan Terhadap Minat Beli Sepeda Motor Yamaha (Studi kasus pada konsumen Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang)”. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1) kualitas produk berpengaruh positif terhadap minat beli, 2) harga berpengaruh positif terhadap minat beli, 3) daya tarik iklan berpengaruh positif terhadap minat beli. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan sampel 100 orang responden yang merupakan calon konsumen Yamaha SS cabang Kedungmundu Semarang. Pengelompokan responden yang menjadi sampel dijabarkan berdasarkan lima kategori, yaitu gender, usia, pekerjaan, pengeluaran perbulan.

(26)

Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo menggunakan variabel daya tarik iklan dan menggunakan analisis regresi berganda, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel daya tarik iklan dan menggunakan analisis PLS.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yohana F. Cahya Palupi Meilani dan Sahat Simanjuntak (2012) dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Produk Makanan dan Minuman Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang”. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1) kualitas produk berpengaruh pada minat beli, 2) harga berpengaruh pada minat beli, 3) daya tarik iklan berpengaruh pada minat beli. Penelitian ini menggunakan analisis multiple regression/ analisis regresi berganda dengan jumlah sampel 200 orang responden.

(27)

13

datang kembali. Perbedaan penelitian yang yang dilakukan oleh Yohana F. Cahya Palupi Meilani dan Sahat Simanjuntak dengan penelitian ini adalah pada obyek penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli,dan metode penelitian. Jika penelitian yang dilakukan Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo menggunakan variabel kualitas pelayanan dan menggunakan analisis regresi berganda, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel kualitas pelayanan dan menggunakan analisis PLS.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nuruni Ika Kusuma Wardhani (2012) dengan judul “Analisis Kualitas Produk dan Harga Dalam Meningkatkan Loyalitas Melalui Kepuasan Pelanggan pada Minuman Sari Buah Frutang”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan sampel 112 responden.

(28)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1997:8), Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (1983:5), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut Pride dan Farrel (1995:4), pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Dari beberapa pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan seluruh kegiatan usaha yang berkaitan perencanaan, penentuan harga, promosi, dan distribusi barang dan jasa dalam menciptakan hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen dan mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

2.2.2 Konsep Pemasaran

(29)

15

memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran .

Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan keputusan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen. Definisi konsep pemasaran ini menurut menurut Swastha dan Irawan (1983:10) adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler (1992:30), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif dibanding para pesaing.

Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai dengan usaha mengenali dan merumuskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga elemen pokok, yaitu:

a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.

(30)

Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang akan

dilayani dan dipenuhi.

 Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

 Menentukan produk dan program permasalahannya.

 Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, dan

menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.

 Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik

beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.

b. Volume penjualan yang menguntungkan

Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.

Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan pada konsumen.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.

(31)

17

Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18) adalah sebagai berikut:

a) Konsep penjualan

1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.

2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai.

b) Konsep pemasaran

1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli.

2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penciptaan, pengiriman, dan akhirnya pengkonsumsian produk tersebut.

2.2.3 Perilaku Konsumen

Terdapat beberapa definisi untuk memberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen. Engel at. Al. (1994), menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan individu yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

Loudon dan Bitta (1993) menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi proses pengambilan keputusan dan kegiatan individu secara fisik pada saat mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mendapatkan barang dan jasa. Dari pendapat tersebut diperoleh dua hal penting yaitu:

(32)

b. Kegiatam fisik dalam upaya menilai, memperoleh, dan menggunakan barang dan jasa.

Definisi perilaku konsumen yang dikemukakan Swastha dan Handoko (1987:9) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Dari defiisi tersebut terdapat dua elemen terpenting yaitu:

a. Proses pengambilan keputusan. b. Kegiatan fisik.

Kedua elemen ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan menggunakan barang atau jasa ekonomi. Dari beberapa pengertian perilaku konsumen tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan pada saat mendapatkan, menggunakan, dan mengevaluasi barang dan jasa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan demikian, kegiatan pembelian hanyalah merupakan salah satu tahap dari proses untuk mendapatkan barang dan jasa. Bagi pemasar, memahami proses pembelian sangatlah penting karena proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada tindakan konsumen untuk membeli suatu produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

2.2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

(33)

19

2. Perbedaan dan pengaruh individu. 3. Proses psikologis (Engel, et. al.,1994)

Dalam tujuan pemasaran, pihak pemasar berusaha keras untuk memenuhi dan melayani kebutuhan dan belanja sasaran dengan maksimal sesuai dengan keinginan dan harapan konsumennya sehingga memperoleh kepuasan. Perusahaan harus mampu mengembangkan bauran pemasaran untuk mempengaruhi konsumen agar mau mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atasa produk atau jasa yang ditawarkan. Berikut adalah tabel faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen.

Tabel 2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Budaya

Budaya

Sub budaya

Kelas Sosial

Sosial

 Kelompok acuan

 Keluarga

 Peran & status

Kepribadian

Umur dan tahap daur hidup

Situasi ekonomi

Gaya hidup

Kepribadian dan konsep diri

Psikologis

Motivasi

Persepsi

Pengetahuan

Keyakinan dan sikap

Sumber: Kotler and Amstrong, (1992), Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit: Intermedia Jakarta.

1. Faktor Budaya

(34)

a. Budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain. Anak-anak yang dibesarkan di Amerika Serikat mendapatkan nilai-nilai berikut: prestasi dan keberhasilan, aktifitas, efisiensi dan kepraktisan, kemajuan, kenikmatan, materi, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, humanisme, dan berjiwa muda.

b. Sub-Budaya

Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi yang khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

c. Kelas Sosial

(35)

21

2. Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.

a. Kelompok Acuan

Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan.

Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan informal. Orang yang menjadi kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak rutin.

Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka sekurang-kurangnya oleh tiga jalur. Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. Kelompok acuan juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang serta menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek aktual seseorang.

(36)

aprirasional. Kelompok dissosiatif adalah kelompok yang nilai atau

perilakunya ditolak oleh seseorang. b. Keluarga

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan telah menjadi obyek penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi, serta ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Bahkan jika pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga terhadap perilaku membeli dapat tetap signifikan. Di negara-negara dimana orang tua tinggal dengan anak-anak mereka yang sudah dewasa, pengaruh mereka dapat menjadi sangat besar. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga prokreasi, yaitu pasangan dan anak-anak seseorang. c. Peran dan Status

(37)

23

yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat. Pemasar menyadari potensi simbol status dari produk dan merek.

3. Faktor Pribadi

Kepribadian pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep didik pembeli.

a. Usia dan Tahap Siklus Hidup

Orang yang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Mereka makan makanan bayi selama bertahun-tahun awal hidupnya, banyak ragam makanan selama tahun-tahun pertumbuhan dan kedewasaan, serta diet khusus selama tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap perabot, pakaian, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. b. Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi

(38)

c. Gaya Hidup

Orang-orang yang berasal dari su-budaya, kelas sosial, dan pekerja yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.

d. Kepribadian dan Konsep Diri

Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya.

4. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.

a. Motivasi

(39)

25

memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong sesorang untuk bertindak.

b. Persepsi

Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu memilih, mengorganisasi, dan mengintepretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

c. Keyakinan dan Sikap

(40)

2.2.4 Kualitas Produk

Produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2006). Di dalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus menentukan mutu yang akan mendukung posisi produk itu di pasaran. Mutu dapat didefinisikan sebagai memberikan yang lebih besar atau lebih unggul dalam suatu produk sebagai pembanding dengan alternatif bersaing dari pandangan pasar.

Mutu juga merupakan konsep sentral dalam strategi pemasaran karena dapat membangun kepuasan konsumen (Sethi, 2001). Beberapa beranggapan bahwa mutu merupakan faktor penting yang merupakan mempengaruhi kinerja jangka panjang suatu unit bisnis (Buzzel dan Gale, 1987 dalam Budiyono & Bernard 2004). Menurut Chang dan Widt (1996) dalam Perlusz Gattiker dan Pedersen (2000), mutu merupakan konsep multidimensi yang kompleks dan dapat berupa elemen material dan non material yang tidak dapat secara mudah dievaluasi oleh konsumen.

(41)

27

produsen mengingat suatu produk berkaitan erat dengan masalah kepuasan konsumen yang merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan untuk mencapai posisi produk. Mutu menyatakan tingkat kemampuan atau fungsi yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka kualitas produk tidak hanya ditentukan oleh spesifikasi yang tampak pada produk tersebut, melainkan ditentukan oleh persepsi konsumen. Jadi kualitas produk tidak hanya berdasarkan dari sudut pandang produsen saja, tetapi juga dari sudut pandang konsumen, sebab suatu produk dikatakan berkualitas menurut konsumen apabila memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, seperti pengertian kualitas produk menurut Keegen, Moriaty dan Duncan (1993,p 352) yaitu: “From producer’s perspective, the degree to which finished product meet specifications,

from customer’s perspective, the degree to which product match needs and wants

including price”.

(42)

1. Performance 2. Reability 3. Feature 4. Aesthetic 5. Conformance 6. Serviceability 7. Durability

8. Perceived Quality

Harapan konsumen diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan konsumennya. Pada dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan kepuasan konsumen.

2.2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk

Ada tiga faktor yang menentukan tingkatan kualitas produk menurut Assauri, (1993:269), antara lain:

1. Fungsi Produk

Dalam menghasilkan produknya, perusahaan harus memperhatikan fungsi apa yang akan dipenuhi oleh produk tersebut, karena fungsi ini akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Fungsi produk akan tercermin pada spesifikasinya seperti: tahan lamanya, kegunaannya, beratnya, mudah atau tidaknya perawatan, dan kepercayaannya.

2. Wujud Luar

(43)

29

tetapi bila wujud luarnya kuno, maka konsumen cenderung beranggapan produk tersebut kurang berkualitas. Wujud luar ini tidak hanya dilihat dari bentuknya saja, tetapi dari komposisi warna, pengemasan, dan lainnya.

3. Biaya Produk

Umumnya biaya dan harga suatu produk ikut menentukan kualitasnya. Jika harga atau biaya suatu produk mahal, maka konsumen akan beranggapan bahwa kualitas produk tersebut baik, dan begitu juga sebaliknya. Perlu disadari bahwa biaya produk tidak selamanya dapat digunakan untuk menentukan kualitas produk karena biaya yang diperkirakan tidak selalu biaya yang sebenarnya. Biaya atau harga suatu produk lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya karena ketidakefisienan atau tingginya keuntungan yang diambil.

2.2.5 Harga

Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Swastha, 1998:241). Harga merupakan sejumlah uang (kemungkinan ditambah barang yang dibutuhkan) untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk (Stanton, 1997:308).

(44)

Palupi Meilani dan Sahat Simanjuntak, 2012). Sedangkan menurut Pepadri (2002), harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu, harga adalah faktor terpenting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar yang tersedia oleh pembeli dan bersedia diterima oleh penjual untuk mendapatkan suatu barang atau jasa beserta peranannya.

2.2.5.1 Tujuan Penetapan Harga

Menurut Kotler (1996:122) perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor dalam membuat kebijakan atas penetapan harga jual, dimana strategi penetapan harga sangat ditentukan oleh keputusan sebelumnya mengenai penempatan pasar (market positioning). Adapun tujuan penetapan harga yaitu:

a. Mendapatkan laba maksimum.

b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih.

c. Mencegah atau mengurangi pesaing.

d. Mempertahankan atau memperbaiki market share (Swasta & Irawan 1998:241-242).

2.2.5.2 Harga yang Dirasakan (Perceived Price)

(45)

31

adalah service as a signal of quality (Hawkins, Best dan Coney: 1995); Schiffman & Kanuk: 1994). Hal ini terjadi apabila:

 Konsumen yakin bahwa harga mampu memprediksi kualitas.

 Ketika kualitas yang konsumen ketahui atau rasakan (Real perceived quality)

berbeda-beda diantara para pesaing.

 Ketika konsumen suntuk membuat keputusan tentang kualitas secara

obyektif, atau dengan menggunakan nama merek atau citra toko (Mowen, 1993).

Bagi pelanggan, harga merupakan hal yang paling penting karena mampu membuat pelanggan dari pasar industri memperoleh keuntungan. Stanton (1983) mengutarakan bahwa produk yang mampu memberikan keuntungan, harga jual,yang kompetitif dan skema pembayaran yang lunak akan memungkinkan pengguna memperoleh margin keuntungan yang lebih tinggi. Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Ketika memilih diantara merek-merek yang ada, konsumen akan mengevaluasi harga secara absolut tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai referensi untuk melakukan pembelian.

(46)

harganya tinggi atau mahal, maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap perceived quality dan perceived sacrifice, artinya konsumen mungkin memandang

produk A adalah produk berkualitas, oleh karena itu wajar apabila memerlukan pengorbanan uang yang lebih mahal. Perceived price yaitu sesuatu yang dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk (Zeithmal:1988)

Seringkali beberapa konsumen mengetahui secara tepat harga suatu produk, sedangkan yang lainnya hanya mampu memperkirakan harga berdasarkan pembelian masa lampau. Pada penelitian Dodds (1991) menyatakan bahwa konsumen akan membeli suatu produk bermerek jika harganya dipandang layak oleh mereka. Sementara itu Sweeney, Soutar, dan Johnson (1998) menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti kualitas, tanggapan emosi, harga, dan status sosial merupakan dimensi dari perceived value. Kualitas dilihat dari beberapa aspek produk tersebut dibuat, sedangkan tanggapan emosi lebih berkaitan dengan perasaan konsumen setelah membeli suatu produk. Dalam membeli suatu produk, konsumen tidak hanya mempertimbangkan kualitasnya saja, tetapi juga memikirkan kelayakan harganya.

(47)

33

Adapun indikator terhadap harga menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) sebagai berikut:

1. Keterjangkauan harga

2. Kesesuaian harga dengan kualitas 3. Daya saing harga

4. Kesesuaian harga dengan manfaat

Sedangkan Nuruni Ika (2012) menjelaskan atribut-atribut pembentuk harga sebagai berikut:

1. Perkiraan harga, yaitu gambaran besaran harga yang ditawarkan.

2. Kesesuaian pengorbanan, yaitu kesesuaian harga yang ditawarkan untuk manfaat yang didapat.

3. Kewajaran harga, yaitu pemberian harga yang wajar pada frutang sehingga diterima masyarakat.

2.2.6 Minat Beli

2.2.6.1 Pengertian Minat Beli

Minat beli adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.

(48)

Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada suatu altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan (Sukmawati dan Suyono dalam Annafik dan Raharjo, 2012).

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994:66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah roduk dengan merek tertentu. Hal ini angat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk., baik para pemasar maupun ahli ekonomi yang menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen di masa yang akan datang.

(49)

35

Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasar atau tidak.

Adapun indikator dari minat beli menurut Gunarsih dan Fauzan (2005) adalah sebagai berikut:

1. Ketertarikan pada suatu produk 2. Keinginan segera membeli 3. Pengaruh lingkungan pelanggan

Sedangkan Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) menyebutkan indikator-indikator minat beli sebagai berikut:

1. Frekuensi mencari informasi. 2. Keinginan segera membeli. 3. Minat preferensial

2.2.7 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli

(50)

mempengaruhi minat konsumen untuk membeli (Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyono, Bernard NM (2004) menunjukkan bahwa kualitas produk merupakan antecedent yang berpengaruh terhadap minat beli. Pendapat dari Schiffman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa evaluasi konsumen terhadap kualitas produk akan dapat membantu mereka untuk mempertimbangkan produk mana yang akan mereka beli. Kualitas dapat dinyatakan sebagai harapan dan persepsi para konsumen yang sama baiknya dengan kinerja yang sesungguhnya. Kualitas produk harus sesuai dengan yang dijanjikan oleh semua kegiatan dalam bauran pemasaran. Bagi calon pemakai, kualitas produk ini memang harus dikomunikasikan dengan baik karena dapat membangun minat pelanggan untuk membeli produk yang dimaksud.

Berdasarkan teori dan uraian di atas, kualitas produk yang baik atau tinggi dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan minat beli konsumen terhadap suatu produk dan begitu pula sebaliknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif atau searah antara kualitas produk terhadap minat beli konsumen.

2.2.8 Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli

(51)

37

Dalam membeli suatu produk konsumen tidak hanya mempertimbangkan kualitasnya saja, tetapi juga memikirkan kelayakan harganya (Sweeney,et.al, 2001).

Menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012), harga merupakan salah satu penentu pemilihan produk yang nantinya akan berpengaruh terhadap minat pembelian. Harga seringkali dikaitkan dengan kualitas, konsumen cenderung untuk menggunakan harga sebagai indikator kualitas atau kepuasan potensial dari suatu produk. Banyak hal yang berkaitan dengan harga yang melatar belakangi mengapa konsumen memilih suatu produk untuk dimilikinya. Konsumen memilih suatu produk tersebut karena benar-benar ingin merasakan nilai dan manfaat dari produk tersebut, karena melihat kesempatan memiliki produk tersebut dengan harga yang lebih murah dari biasanya sehingga lebih ekonomis, kerena ada kesempatan untuk mendapatkan hadiah dari pembelian produk tersebut, atau karena ingin dianggap konsumen lain bahwa tahu banyak tentang produk tersebut dan ingin dianggap loyal.

(52)

suatu produk dengan harga yang mahal berarti mempunyai kualitas yang baik, sedangkan apabila harga yang murah mempunyai kualitas yang kurang baik.

Berdasarkan teori dan uraian di atas, selain mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk, harga yang kompetitif juga dapat mendorong minat beli konsumen terhadap suatu produk karena produk tersebut dianggap ekonomis, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif atau searah antara harga terhadap minat beli konsumen.

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kualit as Produk

(X1)

Harga

(X2)

M inat Beli

(53)

39

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang dan kajian teori yang ada, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga kualitas produk yang baik akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya.

3.1.1 Definisi Operasional 1. Kualitas produk (X1)

Kualitas produk atau mutu produk sering diartikan sebagai komposisi teknis dari suatu produk (Kotler, 1997:49). Mutu/ kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan tersirat. Adapun indikator pada kualitas produk menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut:

a. Performance (X1 1)

Kemudahan dan kenyaman pada saat menggunakan helm BMC. b. Reability (X1 2)

Helm BMC jarang mengalami gangguan fungsi seperti pengait kaca atau kancing helm yang macet.

c. Feature (X1 3)

(55)

41

d. Aesthetic (X1 4)

Warna serta motif yang menarik pada helm BMC. e. Conformance (X1 5)

Kualitas helm BMC telah memenuhi standar SNI. f. Serviceability (X1 6)

Kemudahan memperbaiki dan menggati onderdil pada helm BMC apabila terjadi kerusakan pada komponen helm.

g. Durability (X1 7)

Umur ekonomis helm BMC yang tinggi atau awet. h. Perceived quality (X1 8)

Helm BMC merupakan helm berkualitas tinggi. 2. Harga (X2)

Harga adalah faktor terpenting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak (Pepadri, 2002). Adapun indikator pada harga menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut:

a. Keterjangkauan harga (X2 1)

Keterjangkauan harga helm BMC. b. Kesesuaian harga dengan kualitas (X2 2)

Kesesuaian harga helm BMC dengan kualitas yang dimiliki. c. Daya saing harga (X2 3)

(56)

d. Kesesuaian harga dengan manfaat (X2 4)

Kesesuaian harga yang ditawarkan helm BMC dengan manfaat yang didapatkan konsumen.

3. Minat Beli (Y)

Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada suatu altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan (Sukmawati dan Suyono dalam Annafik dan Raharjo, 2012). Adapun indikator minat beli menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi mencari informasi (Y1)

Konsumen sering mencari informasi tentang helm BMC sebelum membeli. b. Keinginan segera membeli (Y2)

Konsumen ingin segera membeli helm BMC. c. Minat preferensial (Y3)

Konsumen lebih berminat membeli helm BMC daripada helm merek lain yang sejenis.

3.1.2 Pengukuran Variabel

(57)

43

pertanyaan atau pernyataan yang berasal dari indikator-indikator variabel penelitian yang berkaitan dengan obyek penelitian dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian ini, setiap pertanyaan masing-masing diukur dalam 5 skala dan ujung-ujung ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai berikut:

Sangat tidak setuju Sangat Setuju

3.2 Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seoran peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang hendak membeli dan menggunakan helm BMC tipe open face Galeri Helm Bratang Surabaya.

3.2.2 Sampel

Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non Probability sampling yaitu dengan Purposive Sampling (Penarikan sampel

berdasarkan kriteria). Ciri-ciri atau kriteria sampel tersebut adalah: 1. Mengetahui produk helm BMC.

2. Berusia 17 – 50 tahun.

Jumlah sampel yang digunakan menurut Ferdinand (2002:48) yaitu : 5

(58)

- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100-200 sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).

- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

- Karena terdapat 15 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah (15 x 7 = 105) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 105 responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian produk helm BMC tipe open face di Galeri Helm Bratang Surabaya diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada pengguna dan calon pembeli produk helm BMC tipe open face.

b. Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari perusahaan atau usaha bisnis yang bersangkutan, dalam hal ini obyek yang diteliti.

3.3.2 Sumber Data

(59)

45

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut:

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti-bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Kuesioner

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada konsumen produk helm BMC tipe open face yang berkunjung ke Galeri Helm Bratang Surabaya untuk diisi agar memperoleh jawaban langsung dari konsumen.

3.4 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS), metode Partial Least Square (PLS) merupakan factor

indeterminacy metode analisis yang powerful oleh karena tidak mengasumsikan

(60)

1. Inner Model

Inner model yang kadang disebut juga dengan (inner relation,

structural model dan substantive theory). Merupakan model yang

menggambarkan hubungan antar variable laten berdasarkan pada substantive theory (Ghozali, 2011:23). Perancangan Model Struktural

hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian.

Persamaan Model Struktural: η1= γ11 ξ1+ γ12 ξ2 + ζ

Keterangan:

 η = Variabel Laten Endogen (Variabel Terikat)

 ξ = Variabel Laten Eksogen (Variabel Bebas)

 γ = Koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen

 ζ = Galat model structural

( Sofyan Yamin, 2011: 38)

2. Outer Model

Outer model sering juga disebut (outer relation atau measurement

model). Merupakan model yang mendefinisikan bagaimana setiap blok

(61)

47

Persamaan Model Pengukuran Variabel Eksogen (Bebas): X1 = X11 + 1

X2 = X21+ 2

X3 = X31 + 3

X4 = X41 + 4

X5 = X51 + 5

X6 = X61 + 6

X7 = X71 + 7

dan seterusnya sampai X12 = X121 + 12

Keterangan:

 X adalah varibel indikator yang dipengaruhi variabel eksogen   adalah variabel laten eksogen

 X adalah loading faktor variabel eksogen   adalah galat pengukuran pada variabel eksogen

(Sofyan Yamin, 2011: 37)

Persamaan Model Pengukuran Variabel Endogen (Terikat) Y1 = Y11 + 1

Y2 = Y21 + 2

Y3 = Y31 + 3

Keterangan:

(62)

 Y adalah loading faktor variabel endogen   adalah galat pengukuran pada variabel endogen

(Sofyan Yamin, 2011:38)

3. Evaluasi Goodness Of Fit Outer Model

Dievaluasi berdasarkan substantive theory-nya yaitu dengan melihat signifikansi dan weight yang meliputi:

a. Convergent Validity

Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif

indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,7 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian pada tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup (Ghozali, 2011:25).

b. Discriminant Validity

Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksif

indicator dinilai berdasarkan crossloading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik. Metode lain yang dapat digunakan adalah membandingkan nilai square roof of average variance extracted (AVE) setiap konstruk

(63)

49

Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Dimana nilai AVE atau Cross Loading

lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2011:25). c. Composite Reliability

Composite reliability blok indicator yang mengukur suatu

konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam yaitu internal concistency dan Cronbach Alpha. Nilai batas yang diterima untuk

tingkat reliabilitas composite adalah lebih besar dari 0,7. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan Cronbach Alpha, nilai yang diharapkan lebih besar dari 0,6 untuk semua konstruk (Ghozali, 2011:25-26).

4. Evaluasi Goodness Of Fit Inner Model

Dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen dan diukur dengan melihat Q-Square predictive relevance untuk mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square lebih besar 0 (nol) menunjukkan bahwa model mempunyai nilai predictive relevance (Ghozali, 2011:26).

3.4.2. Uji Hipotesis

Hipotesis statistik untuk outer model adalah:

Ho : λi = 0 : indikator yang digunakan dapat memprediksi variabel laten. H1 : λi ≠ 0 : Indikator yang digunakan tidak dapat memprediksi variabel laten.

(64)

Hipotesis 1:

Ho: γi=0 : Terdapat pengaruh positif antara kualitas produk terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

H1: γi≠0 : Tidak ada pengaruh positif antara kualitas produk terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

Hipotesis 2:

Ho: γi=0 : Terdapat pengaruh positif antara harga terdapat minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

H1 : γi ≠ 0 : Tidak ada pengaruh positif antara harga terdapat minat beli konsumen

(65)

51

Gambar 3.1 Model Penelitian

Kualitas Produk (X1) Minat Beli (Y) Harga (X2) Frekuensi mencari informasi (Y1) Minat preferensial (Y3) Keinginan segera membeli (Y2) Reability (X1 2)

Performance (X1 1)

Feature (X1 3)

Aesthetic (X1 4)

Conformance (X1 5)

Serviceability (X1 6)

Durability (X1 7)

Perceived Quality

(X1 8)

Keterjangkauan harga (X2 1)

Kesesuaian harga dengan kualitas (X2 2)

Daya saing harga (X2 3)

(66)

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Dalam penelitian ini, obyek penelitian yang dituju adalah Galeri Helm Bratang Surabaya yang merupakan salah satu pusat penjualan helm yamn berada di kawasan Bratang Surabaya. Lokasi obyek penelitian ini sangat strategis, yaitu di Jl. Manyar 57C Bratang Surabaya. Galeri Helm Bratang merupakan salah satu cabang dari Galeri Helm Surabaya yang berada di kawasan Tambaksari Jl. Kapas Krampung 49.

Pemilik Galeri Helm Bratang adalah bapak Hafidz yang telah mendirikan dan memegang lisensi Galeri Helm Surabaya sejak bulan Desember tahun 2010. Galeri Helm Bratang Surabaya menyediakan banyak varian atau jenis helm untuk berbagai segmen antara lain INK, KYT, dan BMC yang merupakan produksi dari DMI 1 serta VOG dan MAZ yang merupakan produksi dari DMI 2. Helm INK dan KYT biasa diminati konsumen menengah keatas, usia muda, dan komunitas bikers, hingga BMC dan VOG yang biasa diminati konsumen menengah kebawah

dan usia dewasa. Sampai sekarang Galeri Helm Bratang Surabaya ini keberadaannya tetap eksis dan berkembang baik dari jumlah customer yang melakukan transaksi pembelian dan omset yang diperoleh.

(67)

53

 Galeri Helm Bratang Surabaya memiliki lokasi yang sangat strategis yaitu

di jalan Manyar 57C (depan Kebun Bibit) dimana lalu lintas sangat ramai sehingga banyak masyarakat dapat dengan mudah mengetahui Galeri Helm Bratang ini. Selain itu lokasi yang sangat dekat dengan kawasan kampus dan sekolah seperti Unitomo, Untag dan Perbanas sehingga sangat memungkinkan untuk menarik minat konsumen dari kalangan mahasiswa.  Galeri Helm Bratang Surabaya menyediakan produk helm yang berkualitas

tinggi dan sebagian besar telah berstandar SNI seperti INK, KYT, BMC dsb. Galeri Helm Bratang surabaya juga menyediakan banyak varian helm yang dapat memenuhi kebutuhan semua konsumen, baik segmen menengah kebawah maupun menengah keatas, baik yang tua maupun muda. Hal tersebut dapat menjadi daya tarik bagi konsumen dari segala segmen untuk membeli helm di Galeri Helm Bratang Surabaya.

 Peneliti lebih mudah dalam melakukan proses penelitian karena lokasi yang

terjangkau dan juga strategis sehingga memungkinkan untuk memperoleh responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner. Selain itu peneliti lebih mudah dalam memperoleh informasi berupa data penjualan dari pemilik Galeri Helm Bratang Surabaya.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Dekripsi Karakteristik Responden

(68)

Bratang Surabaya. Kuesioner disebarkan kepada 105 responden, dimana para responden diminta untuk memberikan tanggapan tentang kualitas roduk dan harga yang mempengaruhi minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Bratang Surabaya. Jawaban kuesioner dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai 5 pada masing-masing indikator, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 5 menunjukkan nilai tertinggi.

Berikut adalah karakteristik responden yang merupakan konsumen helm BMC tipe open face dilihat dari jenis kelamin dan usia responden yang disajikan dalam tabel frekuensi:

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan, dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

1 Pria 64 60,95%

2 Wanita 41 39,05%

Total 105 100%

Sumber: Data diolah

(69)

55

2. Berdasarkan Usia

Dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan, dapat diketahui usia dari responden yakni pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Prosentase

1 17 – 25 tahun 60 57,14%

2 26 – 34 tahun 16 15,24%

3 35 – 42 tahun 14 13,33%

4 43 – 50 tahun 15 14,29%

Total 105 100%

Sumber: Data diolah

(70)

4.2.2 Frekuensi Jawaban Responden I. Deskripsi Kualitas Produk (X1)

Tabel 4.3

Frekuansi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Produk

Item Pertanyaan/ Pernyataan

Jawaban Kuesioner

Total

1 2 3 4 5

∑ resp. ∑ resp. ∑ resp. ∑ resp. ∑ resp.

X1 1

Anda merasa mudah dan nyaman menggunakan helm BMC.

0 0 11 61 33 105

Prosentase 0% 0% 10% 58% 32% 100%

X1 2

Anda jarang menemukan gangguan fungsi pada BMC seperti pengait kaca atau kancing helm yang macet.

0 2 28 59 16 105

Prosentase 0% 2% 27% 56% 15% 100%

X1 3

Helm BMC memiliki fitur tambahan seperti anti maling, kaca double visor, serta aksesoris untuk aerodinamis helm.

1 3 32 40 29 105

Prosentase 1% 3% 30% 38% 28% 100%

X1 4

Menurut anda warna serta

motif helm BMC menarik. 0 2 17 54 32 105 Prosentase 0% 2% 16% 52% 30% 100%

X1 5

Helm BMC memenuhi

(71)

57

Prosentase 0% 0% 5% 36% 59% 100%

X1 6

Menurut anda helm BMC mudah diperbaiki dan diganti onderdilnya apabila terjadi kerusakan pada komponen helm.

0 1 24 58 22 105

Prosentase 0 1% 23% 55% 21% 100%

X1 7

Helm BMC memiliki umur ekonomis yang tinggi atau awet

0 0 19 64 22 105

Prosentase 0% 0% 18% 61% 21% 100%

X1 8

Menurut anda helm BMC merupakan helm

berkualitas tinggi.

0 1 21 56 27 105

Prosentase 0% 1% 20% 53% 26% 100% Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, pada indikator pertama yaitu performance, respon terbanyak terdapat pada poin 4 yaitu sebanyak 61 responden atau sebesar 58%. Respon terbanyak berikutnya adalah pada poin 5 sebanyak 33 responden atau sebesar 32% dan pada poin 3 sebanyak 11 orang atau 10%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pernyataan indikator pertama mayoritas responden berpendapat setuju.

(72)

Pada indikator ketiga yaitu feature, respon terbanyak terdapat pada poin 4 yaitu sebanyak 40 responden atau sebesar 38%. Respon terbanyak berikutnya adalah pada poin 3 sebanyak 32 responden atau sebesar 30% dan pada poin 5 sebanyak 29 orang atau 28%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pernyataan indikator ketiga mayoritas responden berpendapat setuju.

Pada indikator keempat yaituaesthetic, respon terbanyak terdapat pada poin 4 yaitu sebanyak 54 responden atau sebesar 52%. Respon terbanyak berikutnya adalah pada poin 5 sebanyak 32 responden atau sebesar 30% dan pada poin 3 sebanyak 17 orang atau 16%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pernyataan indikator keempat mayoritas responden berpendapat setuju.

Pada indikator kelima yaitu conformance, respon terbanyak terdapat pada poin 4 yaitu sebanyak 38 responden atau sebesar 36%. Respon terbanyak berikutnya adalah pada poin 5 sebanyak 33 responden atau sebesar 32% dan pada poin 3 sebanyak 11 orang atau 10%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pernyataan indikator kelima mayoritas responden berpendapat setuju.

Pada indikator keenam yaitu serviceability, respon terbanyak terdapat pada poin 4 yaitu sebanyak58 responden atau sebesar 55%. Respon terbanyak berikutnya adalah pada poin 3 sebanyak 24 responden atau sebesar 23% dan pada poin 5 sebanyak 22 orang atau 21%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pernyataan indikator keenam mayoritas responden berpendapat setuju.

(73)

59

sebanyak 19 orang atau 18%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pernyataan indikator ketujuh mayoritas responden berpendapat setuju.

Pada indikator kedelapan yaitu perceived quality, respon terbanyak terdapat pada poin 4 yaitu sebanyak 56 responden atau sebesar 53%. Respon terbanyak berikutnya adalah pada poin 5 sebanyak 27 responden atau sebesar 26% dan pada poin 3 sebanyak 21 orang atau 20%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pernyataan indikator kedelapan mayoritas responden berpendapat setuju.

II. Deskripsi Harga (X2)

Tabel 4.4

Frekuansi Jawaban Responden MengenaiHarga

Item Pertanyaan/ Pernyataan

Jawaban Kuesioner

Prosenta se

1 2 3 4 5

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Model Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumah alat potong digunakan untuk menjepit tool holder (alat potong) pada saat proses pengerjaan benda kerja. Sumber putaran rumah alat potong dihasilkan dari motor utama,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya sehingga tesis ini yang berjudul Strategi Pembelajaran Sunan Bonang dalam

Laporan akhir ini berjud ul “ Alat Pengukur Tinggi Lompatan Seseorang Dengan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler Atmega16 ” yang.. merupakan salah satu syarat

Pengertian arus bolak-balik telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu arus yang besar dan arahnya berubah-rubah setiap waktu ( setiap saat ). Berdasarkan

Konsep akuntansi telah banyak berkembang mulai dari kebutuhan praktis hingga beberapa karya teoritis seperti An Introduction to Corporate Accounting Standards oleh Paton

Untuk menghasilkan laporan akhir yang lebih terarah dan sesuai dengan pokok pembahasan terhadap permasalahan yang terjadi pada perusahaan, maka. secara garis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar IPA Terpadu tema Letusan Gunung Berapi kelas VII di SMP Negeri 1 Kamal yang dikembangkan telah layak digunakan dalam proses

Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat dibuktikan bahwa terdapat perbedaan kreativitas fisika antara kelas eksperimen yang diberikan perlakuan berupa penggunaan