• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK PEMBERIAN SEDUHAN SERBUK KELOPAK ROSELLA MERAH TERHADAP KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA SERUM TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG DIBERI MINYAK JELANTAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEK PEMBERIAN SEDUHAN SERBUK KELOPAK ROSELLA MERAH TERHADAP KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA SERUM TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG DIBERI MINYAK JELANTAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PEMBERIAN SEDUHAN SERBUK KELOPAK ROSELLA MERAH

TERHADAP KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA SERUM TIKUS SPRAGUE

DAWLEY YANG DIBERI MINYAK JELANTAH

Cucuk Suprihartini1), Arya Ulilalbab2) 1,2Akademi Gizi Karya Husada Kediri

cucuksuprihartini@gmail.com

Abstrak

Minyak jelantah mempunyai ikatan asam lemak jenuh. Ikatan asam lemak ini sulit diurai oleh tubuh dan terbawa dalam aliran darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol total, low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) dalam darah. (Kimia ITB, 2011). Antioksidan effervescent rosella ungu terbukti efektif menangkal radikal bebas yang bersumber dari minyak jelantah dengan biomarkernya MDA serum (Ulilalbab, dkk., 2012), sehingga perlu pengkajian lebih lanjut apakah seduhan serbuk kelopak rosella merah dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serum tikus Sprague Dawley yang diberi minyak jelantah. Rancangan perlakuan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Kelompok I : kontrol (pakan standar dan aquades). Kelompok II : kontrol positif (kelompok paparan), diberi pakan standar, aquadest. Kelompok III : perlakuan yang diberi pakan standar, seduhan serbuk rosella merah 540 mg/kg bb p.o pada pagi hari dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 ml/ kg bb pada siang hari. Kelompok IV : perlakuan yang diberi pakan standar, seduhan serbuk rosella merah 810 mg/kg bb p.o pada pagi hari dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 ml/ kg bb pada siang hari. Perlakuan selama tiga minggu. Berdasarkan uji One Way Anova didapatkan nilai sig 0,00 baik pengaruh kolesterol maupun trigliserida serum tikus pada (α=0.01). Berdasarkan uji lanjut Tukey HSD didapatkan hasil perbedaan yang signifikan dari masing-masing perlakuan. Perlu dilakukan dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh metode pengolahan untuk mengurangi efek rosela terhadap iritasi lambung dan hipotensi.

Kata Kunci: minyak jelantah, kelopak rosela, kolesterol, trigliserida, serum tikus

1. PENDAHULUAN

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Perekonomian masyarakat Indonesia yang belum merata, terutama masyarakat ekonomi menengah kebawah memiliki kecenderungan menggunakan minyak goreng curah dan jarang membuang minyak habis pakai atau yang disebut jelantah. Penggunaan minyak yang berulang kali melebihi 3-4 kali akan membahayakan kesehatan (Chalid, 2010)

Minyak yang telah rusak mempunyai angka peroksida serta asam lemak bebas yang tinggi. Apabila dicampurkan dengan minyak baru maka dapat meningkatkan angka peroksida dan asam lemak dari minyak tersebut. Angka peroksida yang meningkat dapat menurunkan mutu minyak goreng, sehingga kualitas makanan jajanan yang digoreng menggunakan minyak tersebut juga rendah bahkan dapat membahayakan kesehatan (Tarigan dkk, 2007).

Dari beberapa penelitian sebelumnya bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) merupakan salah satu bahan alami yang memiliki potensi sebagai pangan fungsional dalam mencegah dislipidemia dan hipertensi. Hal ini karena kandungan asamnya dan warna merah yang merupakan flavonoid.

(2)

Penelitian tahun 2008 menunjukkan mekanisme β-sitosterol dalam menurunkan kadar kolesterol LDL yang diduga melalui perubahan proses influx dan efluks kolesterol pada sel dengan mengubah aktivitas hormon nukleus. Suatu penelitian pada tahun 2009 menjabarkan bahwa anthosianin dapat menurunkan kadar kolesterol LDL melalui efek inhibisinya pada enzim CETP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek seduhan serbuk kelopak rosella merah terhadap kolesterol dan trigliserida serum tikus sprague dawley yang diberi minyak jelantah.

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini yaitu eksperimen. 2.1 Rancangan Penelitian

Rancangan perlakuan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel terdiri atas 24 ekor tikus berkelamin jantan dipilih dengan cara random sampling untuk dibagi dalam satu kelompok kontrol negatif (normal), satu kelompok kontrol positif, dan dua kelompok perlakuan. Setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus dengan tahapan minggu pertama tahap adaptasi dan tiga minggu selanjutnya perlakuan. Dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Kelompok I : kontrol negatif (kelompok normal), diberi pakan standar, diberi aquadest pada pagi hari (sebagai plasebo), tidak diberi minyak jelantah dan tidak diberi seduhan serbuk kelopak rosella. 2. Kelompok II : kontrol positif (kelompok

paparan), diberi pakan standar, aquadest pada pagi hari (sebagai plasebo) dan selanjutnya diberi minyak jelantah sebanyak 2,1 ml/ kg bb tikus Sprague Dawley pada siang hari.

3. Kelompok III : perlakuan yang diberi pakan standar, seduhan serbuk rosella merah 540 mg/kg bb p.o pada pagi hari dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 ml/ kg bb pada siang hari

4. Kelompok IV : perlakuan yang diberi pakan standar, seduhan serbuk rosella merah 810 mg/kg bb p.o pada pagi hari dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 ml/ kg bb pada siang hari

Variabel bebas : seduhan serbuk kelopak rosella merah

Variabel tergantung : Kadar Kolesterol dan Trigliserida serum

Variabel intervening : Minyak jelantah Variabel terkendali :Tikus strain Sprague Dawley jantan usia -+ 3 bulan dengan berat antara -+200 gr.

2.2 Metode Analisis Data

Pada tahap awal akan dilakukan analisis normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas dengan Levene’s Test. Apabila didapaatkan data normal dan homogen, maka selanjutnya dilakukan analisis perbandingan antar kelompok dengan uji One Way Anova. Apabila ada perbedaan yang signifikan, maka pengujian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD untuk melihat lebih jelas seberapa besar perbedaan tiap kelompok perlakuan .

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Kolesterol Serum Tikus

Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Kadar Kolesterol Serum Tikus

Repli kasi

Kadar Kolesterol Serum Tiap Perlakuan mg/dl (a,b,c) menunjukkan beda nyata (p<0,01)

Berdasarkan tabel 3.1 bahwa kelompok tikus dengan ransum jelantah memiliki kecenderungan memiliki kadar kolesterol lebih tinggi dibanding yang kontrol. Pada kelompok perlakuan tikus yang diberi ransum makanan standart yang ditambahkan jelantah ada kecenderungan terjadi penurunan kadar kolesterol serum dengan semakin meningkatnya dosis pemberian serbuk rosela.

(3)

dengan nilai signifikan 0,00 (α=0.01) terhadap kadar kolesterol serum tikus.

Kolesterol merupakan kelompok sterol , salah satu bentuk lemak . Kolesterol disintesis dalam tubuh , terutama oleh sel-sel hati, usus, dan kelenjar adrenal. Dengan melalui suatu rangkaian reaksi rumit, dua karbon fragmen sederhana, yaitu asetil Co A, diubah menjadi 1 atau 2 gram kolesterol per hari (Djojosoebagio, 1996)

Pada kelompok tikus yang diberikan ransum minyak jelantah memiliki kadar kolesterol lebih tinggi secara signifikan dibandingkan yang diberikan ransum pakan standar selama 3 minggu, hal ini disebabkan jelantah telah mengalami kerusakan, diantaranya perubahan bentuk menjadi asam lemak jenuh dan terbentuknya peroksida dan malonaldehide yang bersifat karsinogenik.

Minyak jelantah adalah minyak goreng yang sudah digunakan berkali-kali dengan suhu tinggi pada proses penggorengannya (Wahab, et. al., 2011). Analisis kadar asam lemak minyak goreng yang digunakan penjual makanan jajanan gorengan di Padang menyebutkan bahwa terdapat rata-rata perbedaan jumlah asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada minyak goreng yang belum digunakan hingga 3 kali pemakaian. Semakin sering minyak goreng digunakan, maka semakin tinggi kandungan asam lemak jenuhnya yaitu pada minyak yang belum dipakai (45,96%), 1 kali pakai (46,09%), 2 kali pakai (46,18%), dan 3 kali pakai (46,32%) (Jonarson, 2004).

Minyak jelantah mempunyai ikatan asam lemak jenuh. Ikatan asam lemak ini sulit diurai oleh tubuh dan terbawa dalam aliran darah. Perlahan lemak ini akan mengendap pada pembuluh darah di jantung dan menyumbat aliran darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol total, low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) dalam darah (Kimia ITB, 2011).

Pada kelompok perlakuan tikus yang diberikan ransum makanan dengan jelantah menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol secara signifikan dengan meningkatnya dosis pemberian seduhan serbuk rosella. Bagian rosella yang dapat diproses untuk makanan adalah kelopak bunga yang disebut kaliks (Som, 2003). Kaliks mengandung vitamin

C,D,B1,dan B2. Kaliks juga mengandung 13% campuran asam malat dan asam sitratserta antosinin dan 0,004-0,0055 mg asam askorbat.

Som (2003) menyatakan bunga kering rosella mengandung 13% campuran dari asam sitrat dan asam malat serta asam – asam buah yang lain. Hasil analisa mendapati kandungan pewarna antosianin sebanyak 1,48 g/100 gram bunga kering. Kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak Rosella terdiri atas senyawa gossipetin, anthosianin, dan glukosida hibiscin. Anthosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada seduhan bunga Rosella dan bersifat antioksidan. Kadar antioksidan yang tinggi pada kelopak bunga Rosella dapat menghambat radikal bebas dan menurunkan kadar kolesterol. Efek hipokolesterolemik pada Hibiscus sabdariffa disebabkan karena

kandungan pektin, β-sitosterol, dan

anthosianin yang dimilikinya tetapi efek penurunan kolesterol total terutama dipengaruhi oleh pektin dan anthosianin. Pektin merupakan suatu serat larut yang mengikat asam empedu serta mempercepat katabolisme kolesterol. Kemudian asam empedu yang berada di saluran cerna dicegah untuk diabsorpsi usus dan tidak kembali ke dalam hepar melalui siklus enterohepatik. Sehingga hepar akan memproduksi kembali asam empedu, produksi asam empedu memerlukan kolesterol sebagai bahan bakunya sehingga kadar kolesterol total dalam darah akan menurun (Okasha MAM , dalam Kartika Yuana Fitri, 2015)

Kadar Trigliserida Serum Tikus

(4)

Berdasarkan tabel 3.2 bahwa kelompok tikus dengan ransum jelantah memiliki kecenderungan memiliki kadar trigliserida lebih tinggi dibanding yang kontrol. Pada kelompok perlakuan tikus yang diberi ransum makanan standart yang ditambahkan jelantah ada kecenderungan terjadi penurunan kadar trigliserida serum dengan semakin meningkatnya dosis pemberian serbuk rosela.

Berdasarkan nilai hasil uji beda One Way Anova, perlakuan dengan pemberian seduhan kelopak rosella pada tikus yang telah diberi ransum jelantah memberikan pengaruh nyata dengan nilai signifikan 0,00 (α=0.01) terhadap kadar trigliserida serum tikus.

Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling utama, yang disimpan dalam tubuh untuk energi. Sintesa trigliserida dalam jaringan lemak tergantung pada pembentukan α-gliserol fosfat dari glukosa dan dalam kondisi dimana lemak dibutuhkan untuk energi dalam glukosa tidak tersedia untuk proses fosforilasi (Linder, 2010)

Pada kelompok tikus yang diberikan ransum minyak jelantah memiliki kadar trigliserida lebih tinggi secara signifikan dibandingkan yang diberikan ransum pakan standar selama 3 minggu. Minyak jelantah mempunyai ikatan asam lemak jenuh. Ikatan asam lemak ini sulit diurai oleh tubuh dan terbawa dalam aliran darah. Perlahan lemak ini akan mengendap pada pembuluh darah di jantung dan menyumbat aliran darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol total, low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) dalam darah (Kimia ITB, 2010).

Pada kelompok perlakuan tikus yang diberikan ransum makanan dengan jelantah menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol secara signifikan dengan meningkatnya dosis pemberian seduhan serbuk rosella. Rosella (Hibiscus Sabdariffa) merupakan salah satu bahan alami yang memiliki potensi sebagai pangan fungsional dalam mencegah dislipidemia dan hipertensi. Hal ini karena kandungan asamnya dan warna merah yang merupakan flavonoid.

Penggunaan bunga Rosella umumnya dengan menyeduh kelopak bunga yang telah kering sebagai teh yang menghasilkan teh rasa

asam dan warna merah. Ekstrak air Hibiscus sabdariffa telah dilaporkan memiliki berbagai aktivitas antihipertensif, inflamasi, kanker, hiperkolestrolemia dan memiliki efek diuretik. Kandungan kimia dalam Hibiscus sabdariffa termasuk anthosianin, flavonoid, polifenol asam askorbat, beta karoten dan quercetin memiliki efek kardioprotektif, mengurangi oksidasi LDL secara in vitro dan mengurangi kadar kolesterol serum darah (Gosain et al,dalam Kartika Yuana Fitri,2015)

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian tentang efek pemberian seduhan serbuk kelopak rosella merah terhadap kolesterol dan trigliserida serum tikus sprague dawley yang diberi minyak jelantah, dapat disimpulkan bahwa: a. Ada pengaruh pemberian ransum

makanan jelantah terhadap kadar kolesterol serum tikus sprague dawley b. Ada pengaruh dosis seduhan serbuk

rosella terhadap penurunan kadar kolesterol serum tikus sprague dawley c. Ada pengaruh pemberian ransum

makanan jelantah terhadap kadar trigliserida serum tikus sprague dawley d. Ada pengaruh dosis seduhan serbuk

rosella terhadap penurunan kadar trigliserida serum tikus sprague dawley Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh metode pengolahan untuk mengurangi efek rosela terhadap iritasi lambung dan hipotensi.

REFERENSI

1. Adepenikun, I.T., (1998) Extraction and Colours of Roselle (Hibiscus sabdariffa) Juice. M.Sc Thesis, University of Ibadan. Nigeria Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Jurnal Kimia 3 (1) Januari 2009: 1-6.

(5)

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/96 Yee, C.L. (2010) Antioxidant Activity in Different Parts of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) Extracts and Potential Exploitation of the Seeds. Food Chemistry 122 (2010) 1055-1060

7. Gordon, M.H. 1990. The Mechanism of Antioxidants Action In Vitro. In B.J.F. Hudson, editor. Food Antioxidants. Elvesier Applied Science. London 8. Halliwel. 1991. Reactive Oxygen Species

in Living Systems: Source, Biochemistry, and Role in Human Disease. Cahners Publishing Company. The American Jornal Medicine

9. Hamilton, R.J. 1983. The Chemistry of Rancidity in Foods. In J.C. Allen and R.J. Hamilton, editor. Rancidity in Foods. Applied Science Publisher. London 10. Jadhav, S.J., S.S. Nimbalkar, A.B.

Kulkarni, and D.L. Madhavi., (1996) Lipid Oxidation in Biological and Food System. In D.L. Madhavi, S.S. Deshpande, and D.K. Salunkhe (eds). Food Antioxidants : Technological

11. Jonarson, S., (2004) Analisa Kadar Asam Lemak Minyak Goreng Yang Digunakan Penjual Makanan Jajanan Gorengan Di Padang Bulan Medan Tahun 2004. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. 12. Kementerian Pertanian., (2012) Statistik

Konsumsi Pangan 2012. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian

13. Kartika Yuana Ftri, (2015).Dried roselle (hibiscus sabdariffa) petals influenceon serum cholesterol level.Fakultas Kedokteran. UNILA

14. Kimia ITB., (2011) Di Balik Jajanan Anda. Jurusan Kimia : Institut Teknologi Bandung. Detection Estimation and Evaluation of Antioxidants in Food System. In B.J.F.

Hudson, editor. Food Antioxidants. Elvisier Applied Science. London

16. Levina Berlince Sesa., (2009) Pengaruh Cuka Apel Terhadap Kadar Malondialdehyde (MDA) Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Strain Wistar yang Diberi Diet Aterogenik. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang

17. Linder, Maria C. 2010. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme.UI-Press. Jakarta. 18. Mahdavi, D.L. Deshpande, S.S. and

Salunke, D.K. 1995. Food Antioxidants. Marcel Dekker. New York

19. Maulana, H.I., Ulilalbab, A., Priyanto, A.D., dan Estiasih, T., (2014) Effervescent Rosella Ungu Mencegah Penurunan Nilai SOD dan Mencegah Nekrosis Hepar Tikus Wistar yang Diberi Minyak Jelantah. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, No. 2.

20. Mansyur, Fauzan., (1999) KDI lakukan Operasi Pasar Minyak Goreng. Harian Kompas 1 Mei

21. Marks, D., B., Mark, A., D, and Smith, C., M., (2000) Biokimia Kedokteran Dasar. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta 22. Morton, J. F. 1999. Roselle Hibiscus

sabdariffa L.

http://www.transgenica.com/ database/h/hibiscus.htm.

23. Rifqi, Khaerur, Kadarwati, S., Wahyuni, S., (2012) Preparasi, Karakteristik, dan Uji Aktivitas Ni-Mo/Zeolit Alam dalam Proses Catalytc Cracking Jelantah Menjadi Biogasoline. Indonesian Journal of Chemical Science No. ISSN No 2252-6951. Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.

24. Santi Sri Wulandari., (2002) Pengaruh Pemberian Dekok dan Instant Jahe (Zingiber officinate Rocs.) Terhadap Kadar MDA Serum, Hepar, dan Paru Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapar Asap Rokok Kretek Sub Akut. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.

25. Som. Fandah Mohd. 2003. Roselle Bunga yang Enak Dimakan. Pusat Teknologi Makanan. Mardi Serdang

(6)

Proceedings of The 3rd Surabaya Diabetes

Update. Surabaya.

27. Suryohudoyo, P., (2000) Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Perpustakaan Nasional RI. Jakarta. Penerbit CV Sagung Seto. hal: 31-47. 28. Ulilalbab, A., Priyanto, A. D., Maulana,

H. I., Fitriani, E., Resti, F., dan Estiasih, T., (2012) Pemberian Tablet Effervescent Rosella Ungu Menurunkan Nilai MDA (Malondialdehid) Tikus Wistar yang Dipapar Minyak Jelantah. The Indonesian Journal of Public Health, Volume 9. 29. Widodo, M.A. 1997. Xenobiotik dan

Radikal Bebas pada Patogenesa Penyakit Paru. Di dalam Soeatmaji J.W. et. al. Proceedings Simposium Radikal Bebas dan Patogenesa Penyakit. FK Unibraw. Malang

Gambar

Tabel 3.1  Nilai
Tabel 3.2 Nilai

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dan usia menarche kemungkinan disebabkan karena indikator pengelom- pokkan sosial ekonomi kurang menggambarkan status

Untuk masing-masing program dan kegiatan telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sehingga evaluasi terhadap capaian kinerja

[r]

Tabel 5.12 Penilaian Fasilitas Park and Ride berdasarkan Kemiringannya 60 Tabel 5.13 Penilaian Fasilitas Park and Ride Berdasarkan Pagar Pengaman 61 Tabel 5.14 Penilaian

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK BMTI), pada tahun anggaran 2011 akan menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Berdirinya Pesantren Darunnajah 2 Cipining ini dilatar belakangi karena Pondok Pesantren Darunnajah 1 Ulujami Jakarta Selatan tidak dapat menampung seluruh peminat

MENGOLAH KARET KARET SHEET 2 136 INDUSTRI KARET KP.CIBUNAR 02 02 H.ARDI MENGOLAH KARET KARET SHET 1 137 PABTIK KARET KP.CIBUNAR 02 02 H.ARMANI MENGOLH KARET KARET SHET 1