1 HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERNIKAHAN DINI DI DESA
LANGENSARI KECAMATAN BLANAKAN KABUPATEN SUBANG PERIODE OKTOBER 2013-MARET 2014
Achmad Setya Roswendi1, Wandi Suhandi 2
ABSTRAK
Jumlah wanita yang melakukan pernikahan di Desa Langensari sebanyak 67 perempuan periode Oktober 2013 - Maret 2014. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013 - Maret 2014. Rancangan peneltian menggunakan analisis dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampel menggunakan total sampling dengan sampel sebanyak 67 perempuan yang menikah pada periode Oktober 2013 - Maret 2014 yang tercatat di KUA Desa Langensari Kecamatan Blanakan. Pengumpulan data menggunakan angket dengan dataprimer yang diolah menggunakan analisis univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat (Chi Square). Hasil penelitian diketahui responden yang melakukan pernikahan dini (<20 tahun) sebanyak 21 (31,3%) responden dan sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 46 (68,7%) responden. Hasil analisis diketahui terdapat hubungan pengetahuan kesehatan reproduks idengan pernikahan dini dengan pvalue0,001≤ α 0,05. Disarankan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan penyuluhan dan pendekatan kepada perempuan khususnya remaja putri tentang resiko perkawinan dini, sehingga perempuan dapat meningkatkan pengetahuan dari tenaga kesehatan atau dari penyuluhan khususnya tentang pengetahuan kesehatan reproduksi sebagai dampak dari resiko perkawinan dini.
THE RELATIONS OF REPRODUCTIVE HEALTH KNOWLEDGE WITH YOUTH MARRIAGE IN
LANGENSARI VILLAGE BLANAKAN SUB-DISTRICT SUBANG ON PERIOD OCTOBER 2013 – MARCH 2014
Achmad Setya Roswendi1, Wandi Suhandi2
ABSTRACT
The number of women who did youth marriage in Blanakan Village are 67 women on period October 2013 - march 2014. So researcher interested for conducting research about the relations of reproductive health knowledge with youth marriage in Langensari village Blanakan sub-distric Subang on period October 2013 – March 2014. The design on this study used correlation study with phenomenological cross sectional. Technique sample used total sampling with sample of 67 women who had marriaged on period October 2013 – March 2014 that inscriptioned at KUA Langensari village Blanakan sub-district. Aggregitation of data used questionarre with primer data that processed using univariate and bivariate analysis (Chi Square). The result revealed respondent who did youth marriage (<20 years) sebanyak 21 (31,1%) respondent and the majority had less knowlegde about reproduction health as much as 46 (68,7%) respondent. The result of anilysis known had relations reproduction health knowlegde with youth marriage with p value 0,001 ≤ α 0,05. It is recommended for health workers have in order to further increased the quallity of service with provide information and approacher to women especially young women about risk of youth marriage, so that women can increased the knowledge from health worker or from information especially about reproduction health knowledge as impact from youth marriage risk.
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan data SDKI tahun 2007 diketahui dari 6.341 perempuan usia 15-19 tahun, sebesar
12,8% dari mereka sudah menikah. Sementara itu menurut data Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa
kasus pernikahan dini masih tinggi, terlihat pada usia 10-14 tahun sebanyak 4,8% dan pada usia 15-19
sebanyak 41,9%. Menurut survey SDKI tahun 2012, secara nasional pernikahan dini usia 16-20 tahun
sebanyak 26,95%, selain itu diketahui 5% penduduk di Indonesia melakukan pernikahan di bawah
umur 15 tahun, dimana sebesar 24,4% adalah wanita di pedesaan dan 16,1% diantaranya adalah wanita
di perkotaan (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan data BKKBN tahun 2012, persentase terbesar pernikahan dini terdapat di Provinsi
Jawa Timur 90,3%, Jawa Barat pada posisi kedua yaitu sebesar 39,6% dan ketiga adalah Kalimantan
Selatan sebesar 37,5%. Kasus pernikahan dini di Jawa Barat hingga kini masih tergolong tinggi,
diketahui jumlah pasangan usia pernikahan (PUP) di bawah usia 19 tahun pada tahun 2012 mencapai
50% dari total pasangan usia subur (PUS) yakni sekitar 9 juta pasangan. Sebagian besar diantaranya
terdapat di daerah pantai utara (pantura) yaitu di Subang, Karawang, Indramayu, dan daerah pantura
lainnya. Bahkan di daerah lainnya masih banyak yang menikah pada usia 14-15 tahun.
Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang ditandai dengan
pendapatan yang rendah, rendahnya pendidikan, kurangnya kesehatan, dan kurangnya pengetahuan
masyarakat. Menikah dini di negara berkembang termasuk Indonesia berkaitan dengan aspek ekonomi,
pendidikan, kependudukan dan sosio kultural. Sedangkan Pernikahan dini di pedesaan dipengaruhi oleh
karakteristik lingkungan fisik, ekonomi dan sosial budaya masyarakat (Luthfiyah, 2008).
Banyak dampak yang dapat disebabkan oleh pernikahan dini khususnya pada kesehatan, hal
tersebut dapat dikarenakan hamil di luar nikah akibat pergaulan bebas, faktor ekonomi keluarga,
pendidikan orang tua, dan khususnya pengetahuan remaja yang kurang mengenai kesehatan reproduksi
(Puspitasari, 2006). Menurut BKKBN (2005) pengetahuan dasar yang perlu diberikan agar mempunyai
pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik adalah mengenal tentang sistem, proses, dan fungsi alat
reproduksi serta mendewasakan usia kawin bagi remaja serta merencanakan kehamilan agar sesuai
dengan keinginan pasangannya.
Berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 menunjukkan
sebanyak 13 % remaja perempuan tidak tahu tentang perubahan fisik dan hampir separuhnya tidak
mengetahui kapan masa subur perempuan. Minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi terutama terkait dengan dampak seks pranikah yang membuat angka pernikahan dini terus
informasi yang cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya
dihindari. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, remaja dapat
menghindari hal-hal negatif yang akan dialami oleh remaja yang tidak mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang kesehatan reproduksi remaja (Wardah, 2007).
Berdasarkan data Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian Pernikahan Kecamatan Blanakan
Kabupaten Subang, diketahui bahwa pada periode 2011-2014 masih terdapat banyak perempuan atau
remaja yang melakukan pernikahan dini di Kecamatan Blanakan, tercatat bahwa terdapat dari 2.780
perempuan yang menikah, 1590 diantaranya adalah perempuan usia <20 tahun (BP4 Kec. Blanakan
Kab.Subang, 2014).
Tabel 1.1 Jumlah Perempuan Yang Melakukan Pernikahan Di Bawah Usia 20 Tahun Di
Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Tahun 2011-2014
No Desa 2011 2012 2013 2014* Total
N F N F N F N F N F
1 Blanakan 46 32 46 30 40 23 6 3 138 88
2 Jaya Mukti 80 54 98 65 104 56 25 14 307 189
3 Langensari 140 82 158 93 166 85 25 13 489 273
4 Muara 86 57 99 58 95 51 16 10 296 176
5 Tanjung Tiga 110 62 108 67 107 59 19 10 344 198
6 Rawa Mekar 63 43 77 46 93 55 3 2 236 146
7 Rawameneng 124 73 124 72 134 74 21 12 403 231 8 Cilamaya Girang 131 65 157 92 122 54 23 13 433 224 9 Cilamaya Hilir 38 24 45 33 45 25 6 2 134 84
Jumlah 818 484 912 532 906 495 144 79 2780 1590
Sumber : BP4 Kecamatan Blanakan Kab.Subang 2014 Keterangan :
N : Jumlah wanita yang menikah
F : Jumlah wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun * : Data Januari - Maret 2014
Berdasarkan data tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa desa Langensari merupakan salah satu desa
dengan jumlah pernikahan terbanyak dan perempuan yang menikah dibawah 20 tahun terbanyak yaitu
dari 489 perempuan yang menikah, 273 (55,83%) diantaranya berusia <20 tahun. sedangkan pada tahun
2014 menjadi yang tertinggi dengan jumlah pernikahan sebanyak 25 pernikahan dimana 13 perempuan
diantaranya menikah pada usia <20 tahun. Rata-rata perempuan menikah pertahunnya adalah 122
terakhir yaitu periode Oktober 2013 – Maret 2014, tercatat bahwa perempuan yang menikah sebanyak 67 perempuan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Pernikahan Dini Di Desa Langensari
Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014”.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode
Oktober 2013-Maret 2014.
B. METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Hipotesis Alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode
Oktober 2013-Maret 2014. Variabel bebas (Independent Variable), yaitu variabel sebab atau yang
mempengaruhi variabel lainnya (variabel terikat/dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pengetahuan kesehatan reproduksi. Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang
terpengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas atau tergantung pada variabel lain (variabel bebas).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pernikahan dini.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Operasional Alat ukur Kategori
Variabel Independen
Definisi Konseptual
Definisi
Operasional Alat ukur Kategori
Skala
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu sebanyak 67 sampel.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengetahuan menggunakan kuesioner berbentuk
multiple choice (pilihan berganda) yaitu pertanyaan yang menyediakan beberapa alternatif jawaban, dan
responden hanya memilih salah satu diantara yang sesuai dengan pendapatnya. Instrument dibuat sendiri
oleh peneliti berdasarkan teori-teori dari berbagai sumber, dan disajikan dengan sejumlah pertanyaan
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Notoatmodjo, 2010).
Sedangkan pada pernikahan dini menggunakan check list adalah suatu daftar untuk men”cek”,
yang berisi nama subjek dan beberapa gejala serta identitas dari sasaran pengamatan, yaitu apakah
Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi. Analisis Bivariat yang digunakan adalah
analisis Chi Square. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 14-17 Mei 2014 di Desa Langensari
Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Di Desa Langensari
Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang 46 68,7
Cukup 18 26,9
Baik 3 4,5
Total 67 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang
kurang mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 46 responden (68,7%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pernikhanan Dini Di Desa Langensari Kecamatan Blanakan
Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014
Pernikaahn Dini Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya (<20 tahun) 21 31,3
Tidak (≥20 tahun) 46 68,7
Total 67 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil responden yang melakukan
Tabel 4.3 Distribusi Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Pernikahan
Dini Di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode
Oktober 2013-Maret 2014
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian responden yang berpengetahuan kurang
mengenai kesehatan reproduksi melakukan pernikahan dini sebanyak 21 (45,7%) responden dan seluruh
responden yang berpengetahuan baik tidak melakukan pernikahan dini sebanyak 3 responden (100%).
Hasil uji statistik diperoleh p value (0,001) ≤ nilai α (0,05), hal ini berarti Ho ditolak dan Ha
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten
Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014.
Pembahasan
Hasil uji statistik berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa p value (0,001) ≤ nilai α
(0,05), dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode
Oktober 2013-Maret 2014.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hampir sebagian responden yang berpengetahuan
kurang mengenai kesehatan reproduksi melakukan pernikahan dini sebanyak 21 (45,7%) responden dan
seluruh responden yang berpengetahuan baik tidak melakukan pernikahan dini sebanyak 3 responden
(100%).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan yang cukup
dan baik mengenai kesehatan reproduksi tidak melakukan pernikahan dini, sebaliknya responden dengan
pengetahuan kurang cenderung melakukan pernikahan dini. Pengetahuan yang kurang baik serta cukup
yang dimiliki responden ini dapat disebabkan karena kurangnya pemberian informasi atau penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi dan dapat juga diperoleh dari berbagai sumber lain yang kurang tepat
Pengetahuan responden yang semakin tinggi tentang kesehatan reproduksi dan bahayanya
pernikahan dini pada kesehatan reproduksi remaja puteri juga dapat membentuk tindakan responden
menjadi semakin baik dalam pendewasaan usia pernikahan.
Berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 menunjukkan
sebanyak 13 % remaja perempuan tidak tahu tentang perubahan fisik dan hampir separuhnya tidak
mengetahui kapan masa subur perempuan. Minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi terutama terkait dengan dampak seks pranikah yang membuat angka pernikahan dini terus
meningkat. Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, maka remaja perlu mendapat
informasi yang cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya
dihindari. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, remaja dapat
menghindari hal-hal negatif yang akan dialami oleh remaja yang tidak mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang kesehatan reproduksi remaja (Wardah, 2007)
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Oleh sebab
itu, pengetahuan responden yang semakin tinggi tentang kesehatan reproduksi dan bahayanya
pernikahan dini pada kesehatan reproduksi remaja puteri diharapkan dapat membentuk perilaku yang
semakin baik pula dalam pendewasaan usia pernikahan dan menjadi perilaku yang langgeng atau
berlangsung dalam waktu yang lama.
Pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan faktor penting dalam menumbuhkan perilaku
positif tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual pada remaja itu sendiri yang berdampak pada
adanya keputusuan melakukan pernikahan dini. Memang faktor yang lainnya, seperti halnya dukungan
dari orang tuanya sangat bagus tidak akan menjamin mereka akan memiliki sikap yang positif tentang
pernikahan dini. Hal ini dikarenakan kurang mengertinya mereka tentang hal tersebut dan bagaimana
bersikap yang positif itu sendiri. Sehingga dikhawatirkan pada akhirnya nanti mereka akan salah
langkah dalam berperilaku dan bertindak (Sarwono, 2011).
Handoko (2010) memaparkan bahwa dengan terbatasnya pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi seringkali mengarah pada tindakan seks bebas pada remaja yang dapat memicu terjadinya
pernikahan dini. Selain itu, menurut Sarwono (2011) dalam survei penelitiannya menyatakan bahwa
pengetahuan remaja tentang kesehatan seks dan reproduksi masih sangat rendah, hal tersebut dibuktikan
dengan 83,7% remaja kurang memahami kesehatan reproduksi dan hanya 3,6% remaja saja yang tahu
Hasil penelitian Wibowo (2010) mengenai hubungan pengetahuan remaja putri tentang
kesehatan reproduksi dengan sikap menikah di usia dini di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten
Boyolali diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan Pernikahan dini di Desa Blagung
Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali (pvalue 0,01).
D. SIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode
Oktober 2013-Maret 2014 pada 67 responden, maka kesimpulan yang dapat peneliti ambil diantaranya
adalah terdapat hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari
Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014 (pvalue 0,001 ≤ α 0,05).
Disarankan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dengan
memberikan penyuluhan dan pendekatan kepada perempuan dan khususnya remaja putri tentang
resiko pernikahan dini dalam kehamilan guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Pernikahan (BP4) Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Tahun 2014.
BKKBN. (2005). Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN
--- (2012). Ketahanan Keluarga Bisa Cegah Pernikahan Dini. Diakses dalam www.antarajawabarat.com. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.
Balai Pusat Statistik (BPS). (2012). Kependudukan dan Demografi Indonesia. Diakses dalam http://www.balaipusatstatistik.go.or. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.
Depkes RI. (2007). Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta. Salemba Medika
Dharmayanti M. (2009). Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses dalam http://www.idai.or.id. Diperoleh tanggal 14 Aprill 2014.
Handoko. (2010). Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jogyakarta : Andi Offset.
Hidayat, A.A. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan-Paradigma Kuantitatif. Cetakan Pertama Health Books Publishing. Surabaya
Kemenkes. (2012). Profil kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Departemen Kesehatan republik Indoensia Jakarta, 2012. Diperoleh dari http/www.depkes.go.id.
Luthfiyah, D. (2008). Pernikahan Dini Pada Kalangan Remaja (15-19) Tahun. Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
_____________. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
____________. ( 2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Puspitasari, F. (2006). Reproduksi Sehat. Jakarta. EGC
Riset Kesehatan Dasar. (2010). Presentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10-59 tahun menurut Umur Perkawinan Pertama. Jakarta: Riskesdas
Sarwono, W.S. (2011). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Cet-14. Jakarta : Rahawali Pers.
SDKI. (2007). Survey Demorafi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007. BPS, BKKBN, dan Kemenkes RI 2007. Diakses dalam http://www.depkes.go.or. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.
Wardah, A., Ismail. (2007). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses dalam http://www.slideshare.net/ismail_hamim/kesehatan-reproduksi-remaja-presentation. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.