• Tidak ada hasil yang ditemukan

Achmad Setya Roswendi 1, Wandi Suhandi 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Achmad Setya Roswendi 1, Wandi Suhandi 2"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERNIKAHAN DINI DI DESA

LANGENSARI KECAMATAN BLANAKAN KABUPATEN SUBANG PERIODE OKTOBER 2013-MARET 2014

Achmad Setya Roswendi1, Wandi Suhandi 2

ABSTRAK

Jumlah wanita yang melakukan pernikahan di Desa Langensari sebanyak 67 perempuan periode Oktober 2013 - Maret 2014. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013 - Maret 2014. Rancangan peneltian menggunakan analisis dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampel menggunakan total sampling dengan sampel sebanyak 67 perempuan yang menikah pada periode Oktober 2013 - Maret 2014 yang tercatat di KUA Desa Langensari Kecamatan Blanakan. Pengumpulan data menggunakan angket dengan dataprimer yang diolah menggunakan analisis univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat (Chi Square). Hasil penelitian diketahui responden yang melakukan pernikahan dini (<20 tahun) sebanyak 21 (31,3%) responden dan sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 46 (68,7%) responden. Hasil analisis diketahui terdapat hubungan pengetahuan kesehatan reproduks idengan pernikahan dini dengan pvalue0,001≤ α 0,05. Disarankan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan penyuluhan dan pendekatan kepada perempuan khususnya remaja putri tentang resiko perkawinan dini, sehingga perempuan dapat meningkatkan pengetahuan dari tenaga kesehatan atau dari penyuluhan khususnya tentang pengetahuan kesehatan reproduksi sebagai dampak dari resiko perkawinan dini.

(2)

THE RELATIONS OF REPRODUCTIVE HEALTH KNOWLEDGE WITH YOUTH MARRIAGE IN

LANGENSARI VILLAGE BLANAKAN SUB-DISTRICT SUBANG ON PERIOD OCTOBER 2013 – MARCH 2014

Achmad Setya Roswendi1, Wandi Suhandi2

ABSTRACT

The number of women who did youth marriage in Blanakan Village are 67 women on period October 2013 - march 2014. So researcher interested for conducting research about the relations of reproductive health knowledge with youth marriage in Langensari village Blanakan sub-distric Subang on period October 2013 – March 2014. The design on this study used correlation study with phenomenological cross sectional. Technique sample used total sampling with sample of 67 women who had marriaged on period October 2013 – March 2014 that inscriptioned at KUA Langensari village Blanakan sub-district. Aggregitation of data used questionarre with primer data that processed using univariate and bivariate analysis (Chi Square). The result revealed respondent who did youth marriage (<20 years) sebanyak 21 (31,1%) respondent and the majority had less knowlegde about reproduction health as much as 46 (68,7%) respondent. The result of anilysis known had relations reproduction health knowlegde with youth marriage with p value 0,001 ≤ α 0,05. It is recommended for health workers have in order to further increased the quallity of service with provide information and approacher to women especially young women about risk of youth marriage, so that women can increased the knowledge from health worker or from information especially about reproduction health knowledge as impact from youth marriage risk.

(3)

A. PENDAHULUAN

Berdasarkan data SDKI tahun 2007 diketahui dari 6.341 perempuan usia 15-19 tahun, sebesar 12,8% dari mereka sudah menikah. Sementara itu menurut data Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa kasus pernikahan dini masih tinggi, terlihat pada usia 10-14 tahun sebanyak 4,8% dan pada usia 15-19 sebanyak 41,9%. Menurut survey SDKI tahun 2012, secara nasional pernikahan dini usia 16-20 tahun sebanyak 26,95%, selain itu diketahui 5% penduduk di Indonesia melakukan pernikahan di bawah umur 15 tahun, dimana sebesar 24,4% adalah wanita di pedesaan dan 16,1% diantaranya adalah wanita di perkotaan (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan data BKKBN tahun 2012, persentase terbesar pernikahan dini terdapat di Provinsi Jawa Timur 90,3%, Jawa Barat pada posisi kedua yaitu sebesar 39,6% dan ketiga adalah Kalimantan Selatan sebesar 37,5%. Kasus pernikahan dini di Jawa Barat hingga kini masih tergolong tinggi, diketahui jumlah pasangan usia pernikahan (PUP) di bawah usia 19 tahun pada tahun 2012 mencapai 50% dari total pasangan usia subur (PUS) yakni sekitar 9 juta pasangan. Sebagian besar diantaranya terdapat di daerah pantai utara (pantura) yaitu di Subang, Karawang, Indramayu, dan daerah pantura lainnya. Bahkan di daerah lainnya masih banyak yang menikah pada usia 14-15 tahun.

Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang ditandai dengan pendapatan yang rendah, rendahnya pendidikan, kurangnya kesehatan, dan kurangnya pengetahuan masyarakat. Menikah dini di negara berkembang termasuk Indonesia berkaitan dengan aspek ekonomi, pendidikan, kependudukan dan sosio kultural. Sedangkan Pernikahan dini di pedesaan dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan fisik, ekonomi dan sosial budaya masyarakat (Luthfiyah, 2008).

Banyak dampak yang dapat disebabkan oleh pernikahan dini khususnya pada kesehatan, hal tersebut dapat dikarenakan hamil di luar nikah akibat pergaulan bebas, faktor ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan khususnya pengetahuan remaja yang kurang mengenai kesehatan reproduksi (Puspitasari, 2006). Menurut BKKBN (2005) pengetahuan dasar yang perlu diberikan agar mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik adalah mengenal tentang sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi serta mendewasakan usia kawin bagi remaja serta merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan pasangannya.

Berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 menunjukkan sebanyak 13 % remaja perempuan tidak tahu tentang perubahan fisik dan hampir separuhnya tidak mengetahui kapan masa subur perempuan. Minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi terutama terkait dengan dampak seks pranikah yang membuat angka pernikahan dini terus meningkat. Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, maka remaja perlu mendapat

(4)

informasi yang cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindari. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, remaja dapat menghindari hal-hal negatif yang akan dialami oleh remaja yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja (Wardah, 2007).

Berdasarkan data Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian Pernikahan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang, diketahui bahwa pada periode 2011-2014 masih terdapat banyak perempuan atau remaja yang melakukan pernikahan dini di Kecamatan Blanakan, tercatat bahwa terdapat dari 2.780 perempuan yang menikah, 1590 diantaranya adalah perempuan usia <20 tahun (BP4 Kec. Blanakan Kab.Subang, 2014).

Tabel 1.1 Jumlah Perempuan Yang Melakukan Pernikahan Di Bawah Usia 20 Tahun Di Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Tahun 2011-2014

No Desa 2011 2012 2013 2014* Total N F N F N F N F N F 1 Blanakan 46 32 46 30 40 23 6 3 138 88 2 Jaya Mukti 80 54 98 65 104 56 25 14 307 189 3 Langensari 140 82 158 93 166 85 25 13 489 273 4 Muara 86 57 99 58 95 51 16 10 296 176 5 Tanjung Tiga 110 62 108 67 107 59 19 10 344 198 6 Rawa Mekar 63 43 77 46 93 55 3 2 236 146 7 Rawameneng 124 73 124 72 134 74 21 12 403 231 8 Cilamaya Girang 131 65 157 92 122 54 23 13 433 224 9 Cilamaya Hilir 38 24 45 33 45 25 6 2 134 84 Jumlah 818 484 912 532 906 495 144 79 2780 1590

Sumber : BP4 Kecamatan Blanakan Kab.Subang 2014 Keterangan :

N : Jumlah wanita yang menikah

F : Jumlah wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun * : Data Januari - Maret 2014

Berdasarkan data tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa desa Langensari merupakan salah satu desa dengan jumlah pernikahan terbanyak dan perempuan yang menikah dibawah 20 tahun terbanyak yaitu dari 489 perempuan yang menikah, 273 (55,83%) diantaranya berusia <20 tahun. sedangkan pada tahun 2014 menjadi yang tertinggi dengan jumlah pernikahan sebanyak 25 pernikahan dimana 13 perempuan diantaranya menikah pada usia <20 tahun. Rata-rata perempuan menikah pertahunnya adalah 122 perempuan dan yang berusia <20 tahun adalah 68 perempuan. Sementara itu pada periode 6 bulan

(5)

terakhir yaitu periode Oktober 2013 – Maret 2014, tercatat bahwa perempuan yang menikah sebanyak 67 perempuan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Pernikahan Dini Di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014”.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014.

B. METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Hipotesis Alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014. Variabel bebas (Independent Variable), yaitu variabel sebab atau yang mempengaruhi variabel lainnya (variabel terikat/dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan kesehatan reproduksi. Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang terpengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas atau tergantung pada variabel lain (variabel bebas). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pernikahan dini.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Dependen

Definisi Konseptual

Definisi

Operasional Alat ukur Kategori

Skala Ukur Pernikahan Dini Pernikahan telah terjadi pada seorang wanita dengan status umur dibawah 20 tahun (manuaba, 2009). Pernikahan yang dilakukan seorang wanita pada usia < 20 tahun pada Periode Oktober 2013-Maret 2014

Kuesioner 1. Ya, jika menikah dibawah usia <20 tahun 2. Tidak, jika menikah diatas usia ≥20 tahun Ordinal

(6)

Variabel Independen

Definisi Konseptual

Definisi

Operasional Alat ukur Kategori

Skala Ukur Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi

Hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindera terhadap suatu obyek tertentu melalui panca indra manusia mengenai kesehatan reproduksi yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki (Wawan, 2010 & BKKBN, 2005) Kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan dengan benar mengenai kesehatan reproduksi meliputi 1. Pengertian organ dan kesehatan reproduksi 2. Ciri-ciri kematangan reproduksi 3. Dampak dan resiko pernikahan dini pada remaja terhadap kesehatan reproduksi

Kueioner 1. Kurang bila skor jawaban benar < 56 % 2. Cukup bila skor jawaban benar 56 - 75 % 3. Baik bila skor jawaban benar 76-100% Ordinal

Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan yang menikah pada periode Oktober 2013 - Maret 2014 yang tercatat di KUA Desa Langensari Kecamatan Blanakan sebanyak 67 perempuan. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu sebanyak 67 sampel.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengetahuan menggunakan kuesioner berbentuk multiple choice (pilihan berganda) yaitu pertanyaan yang menyediakan beberapa alternatif jawaban, dan responden hanya memilih salah satu diantara yang sesuai dengan pendapatnya. Instrument dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori-teori dari berbagai sumber, dan disajikan dengan sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Notoatmodjo, 2010).

Sedangkan pada pernikahan dini menggunakan check list adalah suatu daftar untuk men”cek”, yang berisi nama subjek dan beberapa gejala serta identitas dari sasaran pengamatan, yaitu apakah pasangan tersebut menikah pada usia <20 tahun atau ≥20 tahun.

(7)

Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi. Analisis Bivariat yang digunakan adalah analisis Chi Square. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 14-17 Mei 2014 di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Di Desa Langensari

Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 46 68,7

Cukup 18 26,9

Baik 3 4,5

Total 67 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 46 responden (68,7%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pernikhanan Dini Di Desa Langensari Kecamatan Blanakan

Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014

Pernikaahn Dini Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya (<20 tahun) 21 31,3

Tidak (≥20 tahun) 46 68,7

Total 67 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil responden yang melakukan pernikahan dini yaitu sebanyak 21 responden (31,3%).

(8)

Tabel 4.3 Distribusi Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Pernikahan Dini Di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pernikahan Dini Total p-value Ya Tidak N % n % n % Kurang 21 45,7 25 54,3 46 100 0,001 Cukup 0 0 18 100 18 100 Baik 0 0 3 100 3 100 Total 21 31,3 46 68,7 67 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian responden yang berpengetahuan kurang mengenai kesehatan reproduksi melakukan pernikahan dini sebanyak 21 (45,7%) responden dan seluruh responden yang berpengetahuan baik tidak melakukan pernikahan dini sebanyak 3 responden (100%).

Hasil uji statistik diperoleh p value (0,001) ≤ nilai α (0,05), hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014.

Pembahasan

Hasil uji statistik berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa p value (0,001) ≤ nilai α (0,05), dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hampir sebagian responden yang berpengetahuan kurang mengenai kesehatan reproduksi melakukan pernikahan dini sebanyak 21 (45,7%) responden dan seluruh responden yang berpengetahuan baik tidak melakukan pernikahan dini sebanyak 3 responden (100%).

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan yang cukup dan baik mengenai kesehatan reproduksi tidak melakukan pernikahan dini, sebaliknya responden dengan pengetahuan kurang cenderung melakukan pernikahan dini. Pengetahuan yang kurang baik serta cukup yang dimiliki responden ini dapat disebabkan karena kurangnya pemberian informasi atau penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan dapat juga diperoleh dari berbagai sumber lain yang kurang tepat seperti dari televisi, koran dan radio.

(9)

Pengetahuan responden yang semakin tinggi tentang kesehatan reproduksi dan bahayanya pernikahan dini pada kesehatan reproduksi remaja puteri juga dapat membentuk tindakan responden menjadi semakin baik dalam pendewasaan usia pernikahan.

Berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 menunjukkan sebanyak 13 % remaja perempuan tidak tahu tentang perubahan fisik dan hampir separuhnya tidak mengetahui kapan masa subur perempuan. Minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi terutama terkait dengan dampak seks pranikah yang membuat angka pernikahan dini terus meningkat. Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, maka remaja perlu mendapat informasi yang cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindari. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, remaja dapat menghindari hal-hal negatif yang akan dialami oleh remaja yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja (Wardah, 2007)

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Oleh sebab itu, pengetahuan responden yang semakin tinggi tentang kesehatan reproduksi dan bahayanya pernikahan dini pada kesehatan reproduksi remaja puteri diharapkan dapat membentuk perilaku yang semakin baik pula dalam pendewasaan usia pernikahan dan menjadi perilaku yang langgeng atau berlangsung dalam waktu yang lama.

Pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan faktor penting dalam menumbuhkan perilaku positif tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual pada remaja itu sendiri yang berdampak pada adanya keputusuan melakukan pernikahan dini. Memang faktor yang lainnya, seperti halnya dukungan dari orang tuanya sangat bagus tidak akan menjamin mereka akan memiliki sikap yang positif tentang pernikahan dini. Hal ini dikarenakan kurang mengertinya mereka tentang hal tersebut dan bagaimana bersikap yang positif itu sendiri. Sehingga dikhawatirkan pada akhirnya nanti mereka akan salah langkah dalam berperilaku dan bertindak (Sarwono, 2011).

Handoko (2010) memaparkan bahwa dengan terbatasnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi seringkali mengarah pada tindakan seks bebas pada remaja yang dapat memicu terjadinya pernikahan dini. Selain itu, menurut Sarwono (2011) dalam survei penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan seks dan reproduksi masih sangat rendah, hal tersebut dibuktikan dengan 83,7% remaja kurang memahami kesehatan reproduksi dan hanya 3,6% remaja saja yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi.

(10)

Hasil penelitian Wibowo (2010) mengenai hubungan pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan sikap menikah di usia dini di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan Pernikahan dini di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali (pvalue 0,01).

D. SIMPULAN dan SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014 pada 67 responden, maka kesimpulan yang dapat peneliti ambil diantaranya adalah terdapat hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di Desa Langensari Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Periode Oktober 2013-Maret 2014 (pvalue 0,001 ≤ α 0,05).

Disarankan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan penyuluhan dan pendekatan kepada perempuan dan khususnya remaja putri tentang resiko pernikahan dini dalam kehamilan guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat pernikahan dini.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Pernikahan (BP4) Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Tahun 2014.

BKKBN. (2005). Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN

--- (2012). Ketahanan Keluarga Bisa Cegah Pernikahan Dini. Diakses dalam www.antarajawabarat.com. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.

Balai Pusat Statistik (BPS). (2012). Kependudukan dan Demografi Indonesia. Diakses dalam http://www.balaipusatstatistik.go.or. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.

Depkes RI. (2007). Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta. Salemba Medika

Dharmayanti M. (2009). Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses dalam http://www.idai.or.id. Diperoleh tanggal 14 Aprill 2014.

Handoko. (2010). Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jogyakarta : Andi Offset.

Hidayat, A.A. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan-Paradigma Kuantitatif. Cetakan Pertama Health Books Publishing. Surabaya

Kemenkes. (2012). Profil kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Departemen Kesehatan republik Indoensia Jakarta, 2012. Diperoleh dari http/www.depkes.go.id.

Luthfiyah, D. (2008). Pernikahan Dini Pada Kalangan Remaja (15-19) Tahun. Jakarta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. _____________. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

____________. ( 2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Puspitasari, F. (2006). Reproduksi Sehat. Jakarta. EGC

Riset Kesehatan Dasar. (2010). Presentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10-59 tahun menurut Umur Perkawinan Pertama. Jakarta: Riskesdas

Sarwono, W.S. (2011). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Cet-14. Jakarta : Rahawali Pers.

SDKI. (2007). Survey Demorafi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007. BPS, BKKBN, dan Kemenkes RI 2007. Diakses dalam http://www.depkes.go.or. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.

Suryono. (2005). Hukum Pernikahan Dini. Diakses dalam http://www.suryono.org/pubs/new- world-indo.html. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.

(12)

Wardah, A., Ismail. (2007). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses dalam http://www.slideshare.net/ismail_hamim/kesehatan-reproduksi-remaja-presentation. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.

Wibowo, S.D.P. (2010). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Menikah Di Usia Dini Di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014.

Referensi

Dokumen terkait

selaku Koordinator Skripsi Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara, serta selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu dan memberi banyak masukan yang sangat berharga..

The thing to note about config servers is that no configuration can change while a config server is down—you can’t add mongos servers, you can’t migrate data, you can’t add or

Dalam satu bulan keuntungan atau laba setiap produsen variatif karena setiap produsen memiliki sales dan pemasaran yang besar kecil cakupannya berbeda-beda. Ada sebagian

a) Pemenang lomba ditentukan berdasarkan nilai tertinggi yang diberikan oleh Ketua Juri. b) Lomba dilaksanakan dengan menerapkan 1 (satu) kali tampil untuk setiap peserta

Tahap perencanaan dalam menyusun bahan ajar berbasis TIK bertujuan untuk menentukan karakteristik SK-KD suatu mata pelajaran apakah pembelajarannya dapat

[r]

Berasal dari bebatuan yang proses pelapukannya mengalami pengikisan oleh air sehingga bahan lapisan itu mengendap karena kandungan airnya banyak maka tanah dilapisan tengah ini

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan antara Home Visit, Peran Pemantau Minum