• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah teori belajar bermakna menurut d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah teori belajar bermakna menurut d"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan berkenan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya.

Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan itu sendiri adalah belajar. Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang dapat kita lakukan adalah dengan memahami bagaimana seseorang itu belajar sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien bagi siswa.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana teori belajar menurut David Ausubel? 1.2.2 Apa saja tipe-tipe belajar menurut David Ausubel?

1.2.3 Variabel apa saja yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna? 1.2.4 Bagaimana penerapan teori Ausubel dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui teori belajar menurut David Ausubel. 1.3.2 Untuk mengetahui tipe-tipe belajar menurut David Ausubel.

1.3.3 Untuk mengetahui variable yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna.

(3)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teori Belajar Bermakna Ausubel

Menurut Ausubel dalam Budiningsih (2004, 44) bahwa teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan referensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintregasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual.

Menurut Ausubel dalam Andriyani (2008, 3.20) menyatakan bahwa pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep – konsep, prinsip dan ide-ide yang disajikan pada pelajar akan diterima oleh pelajar. Dapat juga konsep ini ditemukan sendiri oleh pelajar (Gagne dalam Andriyani, 2008, 3.20). Menurut Ausubel dalam Dahar (2006, 94), belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu :

1. Dimensi Pertama

Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada pelajar melalui penerimaan atau penemuan. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan pelajar untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.

2. Dimensi Kedua

(4)

menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.

Inti dari teori belajar Ausubel adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang (Dahar, 2006, 95). Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima pelajar mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada / diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitifnya (Andriyani, 2008, 3.20-3.21). Lebih lanjut Andriyani menyatakan bahwa informasi baru ini juga dapat diterima atau dipelajari pelajar tanpa menghubungkannya dengan konsep atau pengetahuan yang sudah ada. Cara belajar ini disebut belajar menghapal.

Kedua dimensi di atas dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

(5)

Kedua dimensi, yaitu penerimaan/penemuan dan hafalan/bermakna tidak menunujukkan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu kontinum. Kedua kontinum itu dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini.

BELAJAR menemukan sendiri pengetahuan. Namun, bila memperhatikan gambar di atas, dapat dilihat bahwa belajar penerimaan pun dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. Sementara itu, belajar penemuan rendah kebermaknaanya dan merupakan belajar hafalan bila memecahkan suatu masalah dilakukan hanya dengan coba-coba, seperti menebak teka-teki. Belajar penemuan yang bermakna sekali hanyalah terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah.

(6)

Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada empat macam tipe belajar :

a. Belajar menerima bermakna (Meaningful Reception Learning)

Belajar menerima bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki. b. Belajar menerima yang tidak bermakna (Reception learning)

Belajar menerima yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.

c. Belajar penemuan bermakna (Meaningful discovery learning)

Belajar dengan penemuan bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada. d. Belajar penemuan yang tidak bermakna (Discovery learning)

Belajar dengan penemuan tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

2.3 Variabel Yang Mempengaruhi Belajar Penerimaan Bermakna

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel dalam Dahar (2006, 98) ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul saat informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, jelas, dan diatur dengan baik, arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan.

(7)

a. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial

b. Anak yang akan melaksanakan belajar bermakna sebaiknya mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar belajar.

Dahar melanjutkan kebermaknaan materi pelajaran secara potensial bergantung pada dua faktor yaitu sebagai berikut:

a. Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis

b. Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif pelajar.

Oleh karena itu, agar terjadi belajar bermakna materi pelajaran harus bermakna secara logis. Pelajar harus memasukkan materi itu ke dalam struktur kognitifnya dan dalam struktur kognitif pelajar harus terdapat unsur-unsur yang cocok untuk mengaitkan materi baru secara non arbitrer dan substantif (Dahar, 2006, 100). Selanjutnya Rosser dalam Dahar (2006, 100) menyatakan bahwa jika salah satu komponen itu tidak ada, maka materi tersebut dipelajari secara hapalan.

2.4 Penerapan Teori Ausubel dalam Pembelajaran

Dahar (2006, 100) mengatakan bahwa untuk dapat menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, sebaiknya kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Ausubel dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology: A Cognitive View, pernyataan itu berbunyi : “The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly." Ausubel mengatakan faktor terpenting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui pelajar. Yakinilah hal ini dan ajarlah ia demikian."

Untuk menerapkan konsep belajar Ausubel dalam mengajar, selain konsep-konsep yang telah dibahas terdahulu ada beberapa konsep lain yang perlu diperhatikan yaitu konsep pengaturan awal, diferensiasi progresif, penyesuaian integratif, dan belajar superordinat (Dahar, 2006, 100)

Menurut Dahar (2006, 100-104) Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori Ausubel :

(8)

Ausubel (2006, 11) mengatakan bahwa Pengaturan Awal adalah perangkat pedagogik yang membantu menerapkan prinsip-prinsip dengan menghubungkan kesenjangan antara apa yang pelajar sudah ketahui dan apa yang perlu ia ketahui. Pengaturan awal mengarahkan para pelajar ke materi yang akan merekapelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan dengan materi itu, sehingga dapat digunakan dalam menanamkan pengetahuan baru. Pengaturanan awal ini berisi konsep-konsep atau ide-ide yang diberikan kepada pelajar jauh sebelum materi pelajaran yang sesungguhnya diberikan (Andriyani, 2008, 3.23).

Ada tiga hal yang dapat dicapai dengan menggunakan pengaturan awal (Andrayani, 2008, 3.23) :

a. Pengaturanan awal memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang bakal terjadi berikutnya

b. Dapat menjadi penghubung antara informasi yang sudah dimiliki pelajar saat ini dengan informasi baru yang akan diterima/ dipelajari c. Berfungsi sebagai jembatan penghubung sehingga memperlancar

proses pengkodean pada pelajar 2) Diferensiasi Progresif

Diferensiasi progresif artinya proses penyusunan konsep yang akan diajarkan. Menurut Ausubel dalam Dahar (2011, 101), pengembangan konsep berlangsung paling baik jika unsur-unsur yang paling umum atau paling inklusif diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian baru diberikan hal-hal yang lebih mendetail dan lebih khusus dari konsep itu. Dengan perkataan lain, model belajar menurut Ausubel pada umumnya berlangsung dari umum ke khusus.

3) Belajar Superordinat

(9)

konsep dilakukan untuk menemukan kemudian menghubungkan konsep-konsep utama dari suatu mata pelajaran sehingga dapat diketahui mana konsep yang paling utama dan superordinat dan mana konsep yang lebih khusus dan subordinat.

4) Penyesuaian Integratif

Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa hingga kita menggerakkan hierarki konseptual dari atas hingga ke bawah selama informasi disajikan. Menurut Ausubel dalam Dahar (2006, 103), dalam mengajar bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superordinat. Andriyani (2008, 3.24) tahap ini guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai pelajar. Dengan demikian pelajar akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.

Dalam perkembangannya, belajar bermakna dapat diterapkan melalui berbagai cara pengajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta konsep (Andriyani, 2008, 3.24).

Adapun cara pembelajarannya menurut Andriyani (2008, 3.24) adalah sebagai berikut:

1. Pilih suatu bacaan atau salah satu bab dari sebuah buku pelajaran. 2. Tentukan konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau

sudah diajarkan.

3. Urutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif berikut contoh-contohnya.

4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas dari konsep yang paling inklusif ke konsep yang tidak inklusif secara berurutan dari atas ke bawah.

(10)

Menurut Ausubel dan Novak (Dahar, 2006, 98) ada tiga kebaikan belajar bermakna, yaitu :

1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat

2. Informasi baru tyang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.

3. Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya, meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.

(11)

Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada pelajar melalui penerimaan (reception learning) atau penemuan (discovery learning) dan menyangkut cara bagaimana pelajar dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada, yaitu belajar bermakna (meaningful learning) atau hafalan (rote meaningful). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel dalam Dahar (2006, 98) ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Ausubel mengemukakan bahwa belajar menerima dan belajar menemukan adalah dua hal yang berbeda. Pada belajar menerima, isi pokok yang akan dipelajari diberikan kepada pelajar dalam bentuk catatan. Sedangkan dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring. Ausubel juga menjelaskan bahwa perbedaan antara belajar hafalan dan belajar bermakna sering dicampuradukkan dengan perbedaan antara belajar menerima dan belajar menemukan.

Menurut Dahar (2006, 100-104) Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori Ausubel : 1) pengaturan awal, 2) Diferensiasi progresif , (3) belajar superordinat, 4) penyesuaian integratif.

3.2 SARAN

3.2.1 Bagi mahasiswa calon guru sebaiknya memahami teori belajar bermakna untuk dijadikan sebagai bekal agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik nantinya.

Referensi

Dokumen terkait

Ireeuw (2019) tentang “Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Organisasi

Berdasarkan latarbelakang masalah yang ada mengenai masih rendahnya efektivitas kerja guru menjadi salah satu hal yang menarik untuk diteliti, dimana

A bejegyzés szerint a kötet e harmadik tulajdonostól, aki feltehetően tudta, hogy Otrokocsi könyveinek jelentős részét a nagyszombati jezsuita egyetem könyvtárába olvasztották

Analisis BI pada Fasilkom Unsri menggunakan business intelligence roadmap meliputi fase justification , planning , dan business analysis mengusulkan solusi BI

Model kinetika adsorpsi Lagergren orde satu-semu fenol oleh karbon aktif dari sekam padi pada konsentrasi 100 ppm dengan nilai parameter-parameter yang digunakan

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah yang menjelaskan tentang aktifitas perusahaan dan pekerja manual material handling yang mengangkut beban secara berlebih jika

Dari keseluruhan responden yakni sebanyak 18 (delapan belas) orang, seluruhnya menyatakan bahwa Notaris tidak perlu diberikan kewenangan melakukan pengesahan foto

Berdasarkan surat dari Majelis Sinode tanggal 5 April 2021 nomor surat 11442/IV-21/MS. XX perihal bantuan bencana alam di wilayah NTT, NTB dan Timor Leste. Maka terhitung tanggal