SNI 03 1726 2002
Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Bangunan Gedung
2
1. RUANG LINGKUP
SNI ini tidak berlaku untuk:
Gedung dengan sistem struktur
tidak
umum
atau yang masih memerlukan
pembuktian kelayakan
Dengan
base isolation
Bangunan air, pelabuhan, jembatan,
anjungan lepas pantai dan gedung non
teknis lainnya.
3.3. Analisa Beban Gempa Statik Ekuivalen
pada Struktur Gedung
Beraturan
Analisa 3D linier dengan beban gempa statik.
Gedung berperilaku 2D
Respons dinamik hanya ditentukan ragam
pertama
3.4. Analisa Beban Gempa Statik Ekuivalen
pada Struktur Gedung
Tidak Beraturan
Analisa 3D linier dengan beban gempa statik.
Beban gempa statik ditentukan dari gaya geser
dinamik maksimum di sepanjang tinggi struktur
yang diperoleh dari respons dinamik elastik
4
a.
H < 10 tingkat atau 40 meter.
b.
Denah persegi panjang tanpa tonjolan, atau
dengan tonjolan ≤ 25% ukuran denah pada arah
tonjolan.
c.
Denah tidak memiliki coakan sudut, atau memiliki
coakan sudut ≤ 15% ukuran denah dalam arah
coakan.
d.
Sistem penahan beban lateral saling sejajar &
tegak lurus terhadap sumbu ortogonal denah
bangunan.
e.
Tidak punya loncatan bidang muka, kalau pun
ada, ukuran denah tonjolan pada masing4masing
arah ≥ 75% ukuran denah di bawahnya.
→ Struktur rumah atap ≤ 2 tingkat bukan
merupakan tonjolan.
4.2. Struktur Gedung
Beraturan
dan
Tidak
Beraturan
5
f.
Kekakuan lateral beraturan, tanpa
.
suatu tingkat, yang kekakuan
lateralnya < 70% kekakuan lateral di atasnya;
atau < 80% kekakuan lateral rata4rata 3 tingkat di
atasnya.
g.
Memiliki berat lantai tingkat beraturan → setiap
lantai memiliki berat tidak lebih dari 150% berat
lantai di atas atau di bawahnya.
→ ketentuan ini tidak perlu dipenuhi untuk atap
atau rumah atap.
h.
Unsur vertikal dari sistem penahan beban lateral
harus menerus, tanpa perpindahan titik beratnya,
kecuali perpindahan tersebut tidak lebih dari ½
ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut.
i.
Memiliki lantai tingkat menerus tanpa lubang atau
bukaan yang luasnya > 50% luas seluruh lantai
tingkat.
6
6. Perencanaan Struktur Gedung
Beraturan
6.1. Beban Gempa Nominal Statik Ekuivalen
=
Dimana:
C1 = Faktor Respons Gempa dari Spektrum Respons Gempa Rencana (Gambar 2)
I = Faktor Keutamaan (Tabel 1)
R = Faktor Reduksi Gempa (Tabel 2) =
= daktilitas
7
Hitung Tn (rumus empiris)
Untuk portal baja : Tn = 0.085 H¾
Untuk portal beton : Tn = 0.06 H¾
dimana H = tinggi total gedung (m) Pilih wilayah gempa yang sesuai (Gambar 1)
Pilih jenis tanah yang sesuai (Tabel 4)
8
Taraf kinerja gedung
Elastik penuh
:
= 1
Daktail parsial
:
1 < < 5.3
Daktail penuh
:
= 5.3
Taraf kinerja yang dipilih, terserah pada
perencana/owner, tetapi harus memenuhi
persyaratan sbb:
dimana R
m= faktor reduksi gempa maksimum
dari suatu jenis gedung (Tabel 3)
Daktilitas Struktur
(tabel 2)
≤
=
i = 1 i = n
Wi = total WD dan WL yang direduksi untuk lantai ke i
∑
=
=
x
y
Fix Fiy
Fi = beban gempa nominal statik ekuivalen
= =
V = gaya geser dasar nominal statik ekuivalen
10
V didistribusikan ke setiap lantai sepanjang tinggi gedung menurut rumus:
∑
=
=
Dimana:Fi = beban gempa lantai ke4i Wi = berat lantai ke4izi = elevasi lantai ke4i
Σ
Eksentrisitas Rencana e
dPasal 5.4.4 → eksentrisitas harus ditinjau
: Pusat massa (titik tangkap teoritis Fi) : Pusat rotasi/kekakuan : Eksentrisitas teoritis
: Titik tangkap eksentrisitas rencana
e
Bila: 0 < e ≤ 0.3b, maka: ed1 = 1.5e + 0.05b atau ed2 = e – 0.05b
Bila: e > 0.3b, maka:
ed = 1.33e + 0.1b atau ed = 1.17e – 0.1b
pilih yang bahaya b
e ed2 ed1
12
Distribusi Fi pada suatu lantai ke masing4masing portal (untuk Analisis 2 Dimensi)
Fi teoritis Fi
Pusat massa teoritis Pusat massa rencana Pusat kekakuan
→ F1A, F1B, F1C berbanding lurus terhadap pusat kekakuan
c b a
ed2
F1 F2
Akibat ed1
F2C F
2B
Akibat ed2
F2A
A B
Waktu Getar Alami Fundamental
Fi d
i
d3 d2 d1
di = simpangan pada lantai ke4i, akibat beban gempa horizontal statik
ekuivalen Fi
Waktu getar alami mula4mula (yang diperoleh dengan cara empiris untuk mendapatkan nilai C1 yang dipakai hingga mendapatkan Fi) harus
diperiksa dengan rumus yang lebih teliti yaitu Rumusan Rayleigh
(
)
(
)
∑
∑
=
π
Dimana:g = percepatan gravitasi = 9810 mm/dt2Lihat pasal 6.2.2
>
14
Pembatasan T
n– ps. 5.6
Untuk mencegah struktur yang terlalu fleksibel maka:
ζ
<
→ Tabel 8Kinerja Struktur Gedung – ps. 8
• Kinerja batas layan
• Akibat beban gempa nominal
≤
−
−di 1 d1
di+1
di hi+1
hi
SNI 03 2847 2002
Tata Cara Perencanaan Struktur
Beton Bertulang untuk Bangunan
Gedung
16
SNI pasal 23 : Ketentuan Khusus untuk Perencanaan Gempa
SNI pasal 23.3 : Komponen struktur lentur pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
Elemen Lentur → BALOK
Syarat umum:
≥
≥
≥
≤
Dimana:
Nub : beban aksial tekan terfaktor (faktor kombinasi
pembebanan sesuai SNI ps. 11.2)
Ag : luas gross penampang balok
fc’ : kuat tekan beton (benda uji silinder)
ln : bentang bersih balok
d : tinggi efektif penampang
b : lebar penampang
17
Tulangan longitudinal
Momen terfaktor (Mub), diambil dari kombinasi yang paling
menentukan dari beban Mati (D), hidup (L) dan Gempa (E), sebagai berikut: (ps. 11.2)
Mub1 = 1.4 MD
Desain tulangan tumpuan
Tulangan tumpuan positif:
≤
Tulangan tumpuan negatif:
≤ A (tul. bawah)
Tul. tumpuan terpa4 sang:
18
Syarat Tulangan Minimum
=
Syarat Tulangan Maximum
=
ρ
Syarat Rasio Tulangan Tekan terhadap Tulangan Tarik
≥
ρ ρ
Syarat kekuatan lentur sepanjang bentang (baik positif/negatif)
ρ
ρ
≥
Syarat spasi bersih minimum SNI ps 9.6
Tulangan Transversal Balok
Gaya geser rencana/ terfaktor/ ultimit Ve, diambil dari superposisi
gaya geser akibat beban gravitasi terfaktor dengan gaya geser akibat momen yang mungkin terjadi pada ujung4ujung balok karena pelelehan tulangan longitudinal terpasang, sbb:
wu grav = 1.2D + 1.0L
Diagram Ve, diinterpolasi linier untuk mendapatkan harga4harga Ve pada posisi d dan 2h dari muka tumpuan berturut4turut untuk mendesain
sengkang pada daerah sendi plastis (dari tumpuan sampai sejarak 2h dari tumpuan, merupakan daerah yang berpotesi terjadi sendi plastis) dan daerah di luar sendi plastis (setelah 2h dari tumpuan).
Ve = ±Mpr1 + ML pr2 WuL
20
Mpr1 dan Mpr2 berturut4turut adalah kuat momen lentur negatif dan positif dari tulangan longitudinal terpasang saat terjadi sendi plastis (asumsi tegangan leleh yang terjadi adalah =
1.25fy). Untuk Mpr4, pengaruh tulangan pada pelat juga diperhi4 tungkan.
Dihitung sebagai tulangan tunggal:
As
Perhitungan Mpr :
Kuat geser nominal yang disumbangkan beton (Vc) untuk
daerah di dalam sendi plastis, harus dianggap sebesar nol (Vc = 0), bila:
[
#]
!" "
$ ≥ <
+
Syarat jarak sengkang maximum
Pada daerah sendi plastis, diambil yang terkecil di antara nilai4 nilai berikut ini:
(a) d/4 (d adalah tinggi efektif balok)
(b) 8db (db = diameter terkecil tulangan longitudinal) (c) 24 ds (ds adalah diameter tulangan sengkang) (d) 300 mm
22
KOMBINASI LENTUR + AKSIAL
SNI pasal 23.4
Syarat umum
(a) Nuk ≥ Agfc’/10 (b) b ≥ 300 mm (c) b/h ≥ 0.4
Tulangan Longitudinal
Momen terfaktor (Muk), diambil dari kombinasi yang paling menentukan
dari beban4beban Mati (D), Hidup (L), dan Gempa (E), sebagai berikut: Muk1 = 1.4 MD
Muk2 = 1.2 MD + 1.6 ML
Muk3 = 1.2 MD + 1.0 ML + 1.0 ME Muk4 = 1.2 MD + 1.0 ML – 1.0 ME Muk5 = 0.9 MD + 1.0 ME
Muk6 = 0.9 MD – 1.0 ME
Karena kolom merupakan elemen , maka bila beban
gempa dihitung berdasarkan analisis beban statik ekivalen yang
Muk harus dilakukan pada ke42 arah, dengan mengambil
pengaruh 30% dari gempa tegak lurusnya untuk mensimulasikan gempa yang arahnya sebarang.
Mkx
1.2(MDx+MDy) + 1.6(MLx+MLy) 1.2(MDx+MDy) + 1.6(MLx+MLy)
Muk2
24
Gaya Normal Terfaktor, Nuk
Diambil dari kombinasi paling menentukan dari beban4beban Mati (D), Hidup (L), dan Gempa (E) dengan memperhatikan efek gempa tegak lurusnya sebesar 30%, sebagai berikut:
Nuk1 = 1.4ND
Nuk2 = 1.2ND + 1.6NL
Nuk3x = 1.2ND + 1.0NL + 1.0NEx + 0.3NEy Nuk4x = 1.2ND + 1.0NL + 1.0NEx 4 0.3NEy Nuk5y = 1.2ND + 1.0NL 4 1.0NEy + 0.3NEx Nuk6y = 1.2ND + 1.0NL 4 1.0NEy 4 0.3NEx Nuk7x = 0.9ND + 1.0NEx + 0.3NEy
Nuk8x = 0.9ND + 1.0NEy 4 0.3NEy Nuk9y = 0.9ND 4 1.0NEy + 0.3NEx Nuk10y = 0.9ND 4 1.0NEy 4 0.3NEx
Tulangan longitudinal kolom, didesain berdasarkan kombinasi Muk dan
Nuk yang paling menentukan.
Syarat kuat lentur kolom berdasarkan tulangan terpasang
25
∑
∑
≥
Dimana:Mc = momen nominal kolom Mg = momen nominal balokBila ketentuan tersebut tidak dipenuhi, maka kolom harus direncanakan ulang dengan kuat nominal minimal sebesar Mc menurut rumus di atas.
Menentukan distribusi momen nominal kolom (Mc) yang merangka pada suatu join, berdasarkan momen nominal balok (Mg):
[
]
Dimana αb(i+1) dan αa(i) adalah koefisien distribusi total momen dari balok
menjadi momen lentur pada kolom, sesuai kesetimbangan momen pada join tersebut akibat gempa pada arah yang ditinjau.
26
Syarat tulangan minimum & maksimum
≤ ≤ ρ
Syarat spasi bersih tulangan longitudinal
Spasi bersih tulangan harus lebih besar dari ke42 nilai berikut ini: (a) 1.25 db (db = diameter tulangan longitudinal)
(b) 40 mm
Tulangan Transversal
Gaya geser rencana (Ve), diambil dari gaya geser akibat momen yang
mungkin terjadi pada ujung4ujung kolom karena tulangan longitudinal terpasang, sbb:
Ve Ve
Mpr3 Mpr4
λλλλ
Nilai Mpr (3atau4) kolom tidak
perlu lebih besar dari M
Note:
Mpr kolom = Mbalance tulangan terpasang dengan fs = 1.25fy
Nilai Ve tidak boleh lebih kecil dari kombinasi gaya geser kolom dari
hasil analisis struktur (SNI pasal 9.2).
# !
≥
Syarat spasi sengkang maximum sepanjang λ λ λ λo dari muka kolom
Diambil dari nilai terkecil dari:
(a) ¼ min (bk atau hk)
(b) 6 db (db adalah diameter tulangan longitudinal)
(c) 100+(3504hx)/3 (hx adalah jarak antar kaki sengkang yang terbesar)
(d) 150 mm
Besar λλλλo tidak boleh kurang dari:
(a) hk (tinggi penampang kolom)
(b) 1/6 hn (bentang bersih kolom)
28
sh/s = luas sengkang per jarak sengkang
fyh = tegangan leleh baja sengkang
Ach = luas beton terkekang sengkang
Ag = Agross kolom
hc = tinggi penampang kolom
Check untuk 2 arah Note: syarat ini tidak perlu dipenuhi bila kuat rencana
pada bagian inti kolom telah memenuhi ketentuan kombinasi pembebanan termasuk pengaruh gempa.
Dalam segala hal sengkang kolom harus memenuhi persyaratan:
Pada daerah di luar λλλλo:
• Jika Nuk > 0.1fc’ Agr maka harus dipasang tulangan sengkang yang sama seperti di dalam daerah λo sepanjang tinggi kolom.
HUBUNGAN BALOK KOLOM
SNI pasal 23.5
30
Gaya geser Vj, harus dapat dilawan dengan kekuatan yang tersedia pada join.
&
≤
φ
Dimana:
φ = 0.75 (faktor reduksti geser pada hubungan balok4kolom Vn = 1.7 Aj √fc’ → bila ada 4 balok merangka ke join
= 1.25 Aj √fc’ → bila ada 3 balok merangka ke join atau
→ bila ada 2 balok merangka ke join pada sisi berlawanan = 1.0 Aj √fc’ → kondisi lainnya
Aj = luas efektif join = bj x hj
bj = lebar efektif join hj = tinggi efektif join
hj:tinggi efektif join = dimensi kolom dalam arah geser = h
bj:lebar efektif join = min (b+h) atau b+2x) Aj: luas efektif join
Arah geser yang ditinjau
b
h
Tulangan geser join
(a) Bila terdapat balok yang merangka pada ke44 sisi dengan lebar minimum ¾ kali lebar kolom, tulangan geser join dapat diambil
sebesar ½ tulangan geser kolom pada daerah λo (maksimum 150 mm) (b) Selain kasus (a), tulangan geser harus dipasang sesuai dengan
32
SNI pasal 23 : Ketentuan Khusus untuk Perencanaan Gempa
SNI pasal 23.10 : Komponen struktur lentur pada Sistem
Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)
SRPMM → Daktail Parsial, koefisien reduksi gempa dapat diambil di antara = 1.0 dan m seperti yang ditetapkan pada Tabel 3 SNI 034 172642002 ( m= 3.3 untuk SRPMM Beton Bertulang).
→ Beban gempa nominal yang harus dikerjakan pada sistem akan
lebih besar daripada SRPMK.
UMUM:
• Tulangan lentur balok serta tulangan lentur+aksial kolom didesain
berdasarkan kombinasi permbebanan sesuai SNI 024284742002 pasal 11.2
Kuat geser rencana pada poin di atas (Vu) tidak boleh kurang dari gaya geser akibat kombinasi pembebanan (pasal 11.2) dengan VE diambil sebesar 2 kali lipat.
wu grav = 1.2D + 1.0L
Mnl Mnr
λλλλn
Vu
Vu Vu
Vu
Vu
Pu Pu
Mnt
Mnb hn
Vu
Vu = +Mnlλλλλ+ Mnr
n
Wu λλλλn 2
34
Ketentuan tambahan untuk BALOK:
• Pada tumpuannya, ρ’/ρ>1/3.
• Pada setiap potongan sepanjang balok, tulangan atas maupun bawah > 1/5 tulangan atas maupun bawah pada daerah tumpuan.
• Pada daerah sepanjang 2h dari tumpuan ke arah lapangan harus dipasang tulangan sengkang dengan jarak tidak boleh lebih dari:
• d/4
• 24dsengkang • 300 mm
Ketentuan tambahan untuk KOLOM:
• Pada daerah λo (lihat SRPMK), spasi sengkang harus lebih kecil dari so (terkecil diantara berikut ini):
• 8db
• 24dsengkang
• (min bk atau hk) /2 • 300 mm
Note: sengkang pertama harus < dari 0.5 so. • Di luar daerah λo, spasi sengkang maximum 2 so.
Hubungan BALOK KOLOM: