lingkungan orang- orang yang berada… Ingatlah, bahwa masih banyak orang- orang yang hidupnya jauh di bawah kita. Orang- orang yang selalu berpikir “Besok apa yang bisa dimakan..?” Orang- orang yang memiliki beberapa keterbatasan, mulai dari tidak adanya orang tua, minimnya dana untuk bersekolah, dan sedikitnya pakaian yang bisa mereka kenakan.
Apa yang bisa Kita bantu…??
Kami berharap, ebook ini tidak di copy paste tanpa izin dari Penulis, karena ebook ini dijual dan lebih dari 10% dana yang terkumpul akan disedekahkan dan digunakan untuk menyantuni anak- anak yatim piatu tersebut. Anda bisa berpartisipasi untuk mempromosikan ebook ini ke teman- teman dan rekan kerja, melalui pembelian online di website Kami di : www.engineerwork.blogspot.com, Kami memang bukan orang yang sempurna, Kami juga bukan orang yang suci, tapi kami memiliki niatan yang tulus untuk peduli dan membantu orang- orang seperti mereka.
Best Regard,
AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Muhammad Miftakhur Riza
KATA PENGANTAR
Ilmu teknik sipil pada dasarnya adalah ilmu yang kuno. Orang- orang terdahulu pun telah mampu menciptakan berbagai macam konstruksi yang kokoh, hal tersebut dibuktikan dengan berbagai macam penemuan bangunan- bangunan prasejarah. Namun ilmu teknik sipil tersebut terus berkembang karena 3 hal yaitu : adanya inovasi material- material baru, teknik atau metode pelaksanaan yang semakin canggih, dan adanya teknologi yang membantu dalam hal perencanaan, pengawasan, dll.
Perkembangan ilmu teknik sipil dirasakan begitu cepat karena adanya keinginan dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat, seperti banyaknya gedung- gedung tinggi, jembatan, bangunan air, dan sarana prasarana lainnya. Sekarang untuk merencanakan semua itu tidak menjadi masalah dan bisa dilakukan dengan cepat karena kecanggihan teknologi untuk mendesain bangunan sipil.
ETABS (Extended Three dimension Analysis of Building Systems) adalah salah satu progam computer yang digunakan khusus untuk perencanaan gedung dengan konstruksi beton, baja, dan komposit. Software tersebut mempunyai tampilan yang hampir sama dengan SAP karena dikembangkan oleh perusahaan yang sama (Computers and Structures Inc, CSI) yaitu salah satu perusahaan pembuat piranti lunak (software) untuk perencanaan- perencanaan struktur. Software- software dari CSI tersebut sudah digunakan di lebih dari 160 negara.
Buku ini membahas dengan detail cara- cara untuk mendesain struktur gedung dengan ETABS yang meliputi : pemodelan struktur, input pembebaban, analisis gempa, dan perhitungan struktur balok, kolom, plat, serta pondasi. Buku ini sangat cocok sebagai referensi para pelajar yang sedang mendalami ilmu struktur dan para praktisi di dunia teknik sipil.
1. Sistem Struktur 1
2. Asumsi yang Digunakan 2
3. Peraturan dan Standar Perencanaan 2
8.2.4. Beban pada Tangga 39
8.4.4. Analisis Gempa Dinamik Time History 76
9. Kontrol dan Analisis 80
10. Perhitungan Struktur dengan ETABS 92
10.4.6. Gambar Detail Penulangan Balok 104
10.5. Penulangan Kolom 104
10.5.1. Desain Tulangan Utama Kolom 107
10.5.2. Desain Tulangan Geser Kolom 107
10.5.3. Kontrol Pesyaratan Kolom pada SRPMK 107
10.5.4. Gambar Detail Penulangan Kolom 111
10.6. Penulangan Plat Lantai 112
10.7. Desain Pondasi 113
10.7.1. Data Tanah 113
10.7.2. Daya Dukung Pondasi Tiang Bor 114
11. Perhitungan Estimasi Biaya Pekerjaan Struktur 118
DAFTAR PUSTAKA 120
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 1
1.
Sistem Struktur
KASUS
Sebuah gedung perkantoran 8 lantai akan direncanakan dengan struktur beton. Sistem perencanaan dengan SRPMK (Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus). Gedung tersebut
terletak di lokasi zona gempa 3 dengan kondisi tanah sedang.
Pemodelan struktur dilakukan dengan Program ETABS v9.7.2 (Extended Three- dimensional Analysis of Building Systems. Perencanaan dengan Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Pemodelan struktur gedung 8 lantai untuk gedung perkantoran yang akan didesain ditunjukkan pada Gambar berikut.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 2
2.
Asumsi yang Digunakan
a. Efek P-delta diabaikan.
b. Plat lantai dianggap sebagai elemen shell yang bersifat menerima beban tegak lurus bidang (vertikal) dan beban lateral (horizontal) akibat gempa.
c. Pondasi dianggap jepit, karena desain pondasi menggunakan bore pile (pondasi dalam), sehingga kedudukan pondasi diasumsikan tidak mengalami rotasi dan translasi.
3. Peraturan dan Standard Perencanaan
a. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI 03-1726-2000. b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Gedung SNI 03-2847-2002.
c. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002. d. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung PPPURG 1987.
Untuk memulai pembuatan model struktur pada ETABS, dapat dilakukan dengan cara File – New Model – No.
Gambar 3.1. Tampilan Awal Program ETABS
Setelah itu akan muncul kolom yang berisi data teknis bangunan. Kolom tersebut diisi sesuai dengan model struktur gedung yang akan di desain yang meliputi :
a. Jumlah lantai (Number of Stories),
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 3
Gambar 3.2. Input Data Jumlah Lantai, Ketinggiannya, dan Satuan
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 4
Jarak antar As untuk penggambaran kolom dan balok dapat diinput dengan cara Edit – Edit Grid Data – Modify/ Show System sebagai berikut.
Gambar 3.4. Coordinate System
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 5
Tampilan grid yang telah diinput ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gambar 3.6. Grid atau Sumbu As untuk Penggambaran Balok dan Kolom
4.
Material Struktur
Struktur gedung didesain menggunakan bahan beton bertulang dengan mutu dan persyaratan sesuai dengan standard peraturan yang ada sebagai berikut :
4.1. Beton
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 6
4.3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan BJ 40 dengan tegangan leleh fy = 400 MPa.
Bahan struktur beton yang digunakan adalah dengan spesifikasi berikut :
Mass per unit volume = 2,4
F’c (mutu kuat tekan beton) = 20 MPa = 20000 kNm Fy (tegangan leleh tulangan utama), BJ 40 = 400 Mpa = 400000 kNm Fys (tegangan leleh tulangan geser/ sengkang), BJ 24 = 240 Mpa = 240000 kNm
Data bahan tersebut dapat diinput ke dalam ETABS dengan cara Define – Material Properties – Conc – Modify seperti ditunjukkan pada Gambar berikut ini.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 7
5.
Detail Elemen Struktur
Elemen- elemen struktur yang digunakan dalam perencanaan gedung ditunjukkan sebagai berikut :
Input elemen struktur balok dilakukan dengan cara Define – Frame Section –
AddRectangular.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 8
Detail penampang balok yang digunakan ditunjukkan sebagai berikut.
Gambar 5.2. Input Profil Balok B1-40x70
(satuan : meter)
Gambar 5.3. Input Profil Balok BA-40x60 (satuan : meter)
Gambar 5.4. Input Profil Balok B4-20x50 (satuan : meter)
Gambar 5.5. Input Profil Balok TB1-40x80 (satuan : meter)
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 9
5.2. Kolom
Input elemen struktur kolom dilakukan dengan cara Define – Frame Section – Add Rectangular.
Detail penulangan kolom bisa klik Reinforcement sebagai berikut :
Gambar 5.7. Input Profil Kolom K1-70x70
(satuan : meter)
Gambar 5.8. Input Profil Kolom K3-70x70 (satuan : meter)
Gambar 5.9. Desain Penulangan Kolom K1-70x70 (satuan : meter)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 10
Keterangan :
▪Cover to rebar center : tebal selimut beton berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 9.7.
▪Number of bar in 3 dir : jumlah tulangan arah sumbu 3.
▪Number of bar in 2 dir : jumlah tulangan arah sumbu 2.
▪Bar size : dimensi tulangan tepi.
▪Corner Bar size : dimensi tulangan ujung atau tepi sudut.
Karena ada perbedaan ukuran atau dimensi tulangan yang digunakan di Amerika dengan di Indonesia, maka untuk membuat ukuran tulangan yang kita inginkan bisa dilakukan dengan cara Option – Preferences – Reinforcement Bar Sizes.
Gambar 5.11. Input Dimensi Tulangan Baru - Diameter 22 (satuan : mm)
Keterangan :
▪ Bar ID : identitas nama tulangan,
▪ Bar Area : luas tulangan, dapat dihitung dengan cara A = ¼ x π x d2,
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 11
Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 9.7 tebal selimut beton minimum yang diizinkan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1. Persyaratan Tebal Selimut Minimum
Tebal selimut tersebut dapat diinput ke ETABS dengan cara Define – Frame Section –
Rectangular – Reinforcement – Concrete cover to Rebar Center. Tebal selimut untuk balok dan kalom 40 mm, serta untuk Tie Biem 60 mm.
Gambar 5.12.Tebal Selimut untuk
Balok (satuan : meter)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 12
5.3.Plat Lantai
Input elemen plat dilakukan dengan cara Define – Wall/ Slab – Deck Section – Add New Slab. Ada 3 asumsi dalam pemodelan plat lantai yaitu :
▪ Shell : plat diasumsikan menerima gaya vertikal akibat beban mati dan hidup, juga menerima gaya horizontal/ lateral akibat gempa.
▪ Membrane : plat diasumsikan menerima gaya horizontal saja.
▪ Plate : plat diasumsikan hanya menerima gaya vertikal saja, akibat beban mati dan hidup.
▪ Thick Plate : plat diasumsikan mempunyai ketebalan lebih, biasanya digunakan untuk jalan beton, tempat parkir dan plat yang berfungsi sebagai pondasi.
Dalam perencanaan ini, plat dimodelkan sebagai Shell, sehingga selain menerima gaya vertikal akibat beban mati dan hidup, plat juga diasumsikan menerima gaya horizontal/ lateral akibat gempa. Input data plat ditunjukkan pada Gambar berikut.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 13
Pada plat lantai basement (S1) diasumsikan sebagai Thick Plate, karena dimensi plat yang digunakan relatif tebal dan plat tersebut juga menumpu di tanah sebagai pondasi.
5.4.Shear Wall
Adanya gerakan lift menyebatkan getaran yang berakibat retaknya dinding, maka digunakan shear wall untuk meredam getaran tersebut dan untuk memperbesar kekakuan gedung akibat pengaruh gempa. Karena shear wall tersebut dimodelkan berbentuk tube
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 14
Gambar 5.18. Input Elemen Wall
Shear wall tersebut dapat diasumsikan sebagai Thick Plate, karena dimensi dinding yang digunakan relatif tebal dan karena plat tersebut juga menumpu di tanah sebagai pondasi.
5.5.Momen Inersia Penampang
Besarnya waktu getar alami struktur (T) dapat diketahui dengan menganggap bahwa momen inersia penampang untuk arah 2 axis atau 3 axis adalah utuh tanpa mengalami keretakan, sehingga nilai faktor pengali diisi 1 dengan cara Define – Frame Sections –
Pilih Elemen Balok atau Kolom – Modify/ Show Property – Set Modifiers.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 15
Gambar 5.20. Nilai Faktor Pengali 1 untuk Penampang Utuh Kolom
6.
Pemodelan Struktur
Pemodelan struktur gedung dilakukan secara 3D dengan menggambar semua elemen balok, kolom, plat, dan shear wall. Cara penggambaran masing- masing elemen ditunjukkan sebagai berikut.
6.1. Penggambaran Elemen Balok
Penggambaran elemen balok dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 16
Gambar 6.1. Denah Rencana Balok Tie Beam (elevasi +1 meter)
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 17
Gambar 6.3. Denah Rencana Balok Lantai 5 sampai Lantai 6 (Similar Stories)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 18
Gambar 6.5. Denah Rencana Balok Lantai Atap (elevasi +28,7 meter)
6.2. Penggambaran Elemen Kolom
Penggambaran elemen kolom dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 19
Gambar 6.6. Denah Rencana Kolom Lantai 1 sampai Lantai 4 (Similar Story)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 20
6.3. Penggambaran Elemen Plat
Penggambaran elemen plat dapat dilakukan dengan cara Draw – Draw Area Objects – Create Areas at Click. Karena ada lantai yang mempunyai jenis plat yang sama (typical), maka penggambaran plat dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story, sedangkan untuk kasus dimana lantai yang di desain berbeda dengan lantai yang lain, maka dapat digunakan pilihan One Story. Plat lantai yang diinput ditunjukkan sebagai berikut.
Gambar 6.8. Denah Rencana Plat Lantai Basement (S1)
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUPEbook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 21
Gambar 6.10. Denah Rencana Plat Lantai Atap (S3)
6.4. Penggambaran Elemen Shear Wall
Penggambaran elemen wall dapat dilakukan dengan cara Draw – Draw Area Objects – Create Areas at Click. Tampilan harus diubah terlebih dahulu menjadi XZ (tampak samping). Elemen wall yang diinput ditunjukkan sebagai berikut.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 22
Gambar 6.12. Elemen Shear Wall Melintang pada As 2-3
Elemen shear wall didesain mempunyai sifat yang hampir sama dengan kolom yaitu menerima beban aksial dan lentur, maka shear wall tersebut harus dimodelkan sebagai elemen Pilar (Pier) . Pemodelan elemen Pier tersebut dilakukan dengan cara memilih elemen shear wall terlebih dahulu, kemudian Assign – Shell/ Area – Pier Label - Add New Pier.
Gambar 6.13. Pembuatan Pieruntuk Elemen Wall
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 23
Gambar 6.14. Pemodelan Elemen Wall sebagai Pier
Gambar 6.15. Tampak Elemen Wall 1 (kiri) dan Wall 2 (kanan)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 24
Gambar 6.16. Pembuatan Detail Elemen Wall 1 (sebelah kiri) dengan Section Designer
Gambar 6.17. Detail Penulangan dan Dimensi Elemen Wall 1 dengan Section Designer
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 25
Gambar 6.19. Detail Penulangan dan Dimensi Elemen Wall 2 dengan Section Designer
Pemodelan elemen wall sebagai pilar (Pier) dilakukan dengan memberikan tulangan langsung, sehingga elemen Pier tersebut harus dimodelkan dengan General Reinforcement. Bentuk dan desain wall dari lantai atas sampai bawah bentuknya sama, maka Section at Bottom dan at Top juga sama.
Pemodelan General Reinforcement tersebut dilakukan dengan cara memilih/ menyeleksi
wall terlebih dahulu, kemudian Design – Shear Wall Design – Assign Pier Sections for Checking – General Reinforcing Pier Sections.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 26
6.5. Pemodelan Pondasi
Pemodelan pondasi diasumsikan sebagai jepit, karena desain pondasi yang menggunakan
bore pile (pondasi dalam), sehingga kedudukan pondasi dianggap tidak mengalami rotasi dan translasi. Pemodelan tumpuan tersebut dapat dilakukan dengan klik semua kolom pada lantai dasar, kemudian Assign – Joint/ Point – Restrains.
Gambar 6.21. Penentuan Tipe Tumpuan Pondasi sebagai Jepit
6.6. Kekakuan Sambungan (joint) Balok- Kolom
Tingkat kekakuan balok- kolom dapat dimodelkan sebagai Rigid Zone Offset atau daerah yang kaku, karena pada struktur beton hubungan balok dan kolom adalah monolite. Nilai
Rigid Zone Factor atau faktor kekakuan berkisar dari 0 sampai 1. Angka 0 untuk tanpa kekakuan dan 1 untuk sangat kaku (full rigid). Tidak ada ketentuan khusus untuk nilai tersebut, sepenuhnya adalah Engineering Judgement. Namun manual program
menyarankan nilai Rigid Zone Factor adalah ≤ 0,5.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 27
Gambar 6.22. Pemilihan Seluruh Elemen Balok dan Kolom
Setelah semua elemen balok- kolom dipilih, nilai kekakuan (rigid factor) dapat dimasukkan dengan cara Assign – Frame/ Line – End (Length) Offsets.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 28
7.
Denah Struktur
Pemodelan dan denah struktur rencana balok, kolom, plat, serta shear wall pada ETABS ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gambar 7.1. Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran secara 3D dengan ETABS
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 29
Gambar 7.3. Denah Rencana Balok, Kolom, Plat Lantai 1 – Lantai 4 (Similar Story)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 30
Gambar 7.5. Denah Rencana Balok, Kolom, Plat Lantai 7
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 31
Tampak struktur shear wall pada As 3 dan As D ditunjukkan pada Gambar berikut :
Gambar 7.7. Penampang Shear Wall pada As 3
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 32
8.
Pembebanan
Jenis beban yang bekerja pada gedung meliputi :
a. Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight) Meliputi : berat balok, kolom, shear wall, dan plat.
b.Beban mati elemen tambahan (SuperimposedDead Load)
Meliputi :dinding, keramik, plesteran, plumbing, mechanical electrical, dll.
c. Beban hidup (Live Load) : berupa beban luasan yang ditinjau berdasarkan fungsi
bangunan.
d.Beban Gempa (Earthquake Load): ditinjau terhadap beban gempa statik dan
dinamik.
Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight) yang terdiri dari kolom, balok dan plat sudah dihitung secara otomatis dalam ETABS dengan memberikan faktor pengali berat sendiri (self weight multiplier) sama dengan 1, sedangkan beban mati elemen tambahan yang terdiri dari dinding, keramik, plesteran, plumbing, dlldiberikan faktor pengali sama dengan 0, karena beban tersebut diinput secara manual.
Beban mati elemen tambahan sebaiknya dibuatkan Load Case tersendiri, misal Dead
untuk beban mati tambahan dan SW untuk beban mati sendiri (Self Weight). Hal ini untuk menghindari kerancuan antara beban mati tambahan dengan berat sendiri, dan untuk memisahkan massa bangunan tambahan dengan massa bangunan itu sendiri. Jenis beban yang bekerja pada struktur gedung dapat diinput dengan cara Define – Static Load Case.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 33
8.1. Kombinasi Pembebanan
Struktur bangunan dirancang mampu menahan beban mati, hidup dan gempa sesuai peraturan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.1.1 dimana gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun. Kombinasi pembebanan yang digunakan mengacu pada SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 11.2 sebagai berikut :
Kombinasi = 1,4 D beban mati tambahan (superimposed dead load, D),
L : beban hidup (live load), tergantung fungsi gedung,
Lr : beban hidup yang boleh direduksi dengan faktor pengali 0,5
E : beban gempa (earthquake load), ditinjau terhadap gempa statik (EQX, EQY), gempa dinamik respons spektrum (RSPX, RSPY), dan gempa dinamik time history (THX, THY).
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 34
Tabel 8.1. Kombinasi Pembebanan
Nama Kombinasi Kombinasi Pembebanan Jenis Kombinasi
Kombinasi 1
(akibat beban mati, hidup, dan gempa statik)
Kombinasi 7
(akibat beban mati, hidup, dan gempa dinamik respons spektrum)
(akibat beban mati, hidup, dan gempa dinamik time history)
Berbagai kombinasi pembebanan tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define – Load Combination – Add New Combo.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 35
Gambar 8.3. Berbagai Macam Kombinasi Pembebanan yang telah Diinput
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 36
Kombinasi pembebanan yang telah diinput ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gambar 8.4. Output Kombinasi Pembebanan ETABS
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 37
8.2. Perhitungan Beban Mati (Dead Load)
Beban mati adalah beban dari semua elemen gedung yang bersifat permanen termasuk peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung. Jenis- jenis beban mati pada gedung ditunjukkan pada Tabel berikut :
Tabel 8.2. Jenis Beban Mati pada Gedung
No. Jenis Beban Mati Berat Satuan
11 Langit- langit dan penggantung 0,2 kN/m2
12 Cladding metal sheet + rangka 0,2 kN/m2
13 Finishing lantai (tegel atau keramik) 22 kN/m3
14 Marmer, granit per cm tebal 0,24 kN/m2
15 Instalasi plumbing (ME) 0,25 kN/m2
16 Penutup atap genteng 0,5 kN/m2
8.2.1. Beban Mati pada Plat Lantai
Beban mati yang bekerja pada plat lantai gedung meliputi :
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 38
8.2.2.Beban Mati pada Plat Atap
Beban mati yang bekerja pada plat atap gedung meliputi :
Berat waterproofing dengan aspal tebal 2 cm = 0,02 x 14 = 0,28 kN/m2
Berat plafon dan penggantung = 0,2 kN/m2
Berat Instalasi ME = 0,25 kN/m2
Gambar 8.5. Distribusi Beban Mati pada Plat Lantai
Total beban mati pada plat atap = 0,73 kN/m2
Beban mati didistribusikan pada plat secara merata dengan cara Assign – Shell/ Area Loads – Uniform – Load Case Name – Dead. Distribusi beban mati yang bekerja pada plat ditunjukkan pada Gambar berikut.
8.2.3.Beban Mati pada Balok
Beban mati yang bekerja pada balok meliput i :
Beban dinding pasangan bata ½ batu = 3,6 x 2,50 = 9 kN/m Beban dinding partisi (cladding) = 2 x 0,20 = 0,40 kN/m
Beban reaksi pada balok akibat tangga = 13,65 kN/m
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 39
Beban mati pada balok yang berupa beban garis seperti beban dinding dan partisi diinput dengan cara Assign – Frame/ Line Loads – Distributed. Sedangkan beban mati yang berupa titik seperti beban lift dan reaksi tumpuan kuda- kuda diinput dengan cara Assign – Frame/ Line Loads – Point. Distribusi beban mati yang bekerja pada balok ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gambar 8.6. Distribusi Beban Mati pada Balok
8.2.4. Beban pada Tangga
Beban pada tangga meliputi beban mati yang berupa antrede, optrede, dan finishing
berupa pasangan keramik. Data teknis tangga dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 40
Keterangan :
Langkah datar (antrede) = 30 cm Langkah naik (optrede) = 20 cm
Jumlah total = 18
Pemodelan struktur tangga dengan SAP v. 14 ditunjukkan pada Gambar berikut :
Gambar 8.8. Pemodelan Struktur Tangga dengan SAP 2000
Plat tangga dimodelkan sebagai elemen Shell dimana plat tersebut menerima beban vertikal (akibat beban mati dan hidup) dan menerima beban horizontal (akibat gempa). Agar tegangan yang bekerja pada pelat tangga dapat merata, maka plat dibagi dengan pias- pias kecil dengan cara Edit- Devide Areas.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 41
8.2.4.1. Beban pada Plat Tangga
Beban mati yang bekerja pada plat tangga meliputi :
Berat finishing lantai (spesi dan tegel) tebal 5 cm = 0,05 x 22 = 1,1 kN Beban mati total trap beton = ½ x 0,3 x 0,2 x 9 x 1,25 = 0,34 kN
Berat besi pegangan (handrill) = 0,1 kN
Beban hidup = 3 kN/m2
8.2.4.2. Beban pada Bordes
Beban mati yang bekerja pada bordes meliputi :
Berat finishing lantai (spesi dan tegel) tebal 5 cm = 0,05 x 22 = 1,1 kN
Beban hidup = 3 kN/m2
Distribusi beban mati pada tangga dengan SAP ditunjukkan pada Gambar berikut.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 42
Distribusi beban mati dan hidup pada tangga adalah beban terbagi merata pada plat, sehingga dapat diinput dengan cara Assign – Shell/ Area Loads – Uniform ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gambar 8.11. Distribusi Beban Mati pada Tangga
Tulangan plat lantai tangga dapat didesain langsung pada SAP dengan cara mengganti elemen plat menjadi shell, dengan cara Define– Area Section – Modify – Shell Layered – Modify/ Show Layer Defintion – Quick Start.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 43
Tegangan yang terjadi pada tangga akibat beban mati dan hidup (kombinasi 2) ditunjukkan pada Gambar berikut :
Gambar 8.13. Tegangan yang Terjadi Akibat Beban Mati dan Hidup (Mumax = 7,89 kNm)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 44
8.3.Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup adalah beban yang bekerja pada lantai bangunan tergantung dari fungsi ruang yang digunakan. Besarnya beban hidup lantai bangunan menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung PPPURG 1987 ditunjukkan pada Tabel berikut :
Tabel 8.3. Beban Hidup untuk Gedung
No. Jenis Beban Hidup Beban Satuan
1 Dak atap bangunan 1 kN/m2
2 Rumah tinggal 2 kN/m2
3 Kantor, sekolah, hotel, pasar, rumah sakit 2,5 kN/m2
4 Hall, tangga, coridor, balcony 3 kN/m2
5 Ruang olahraga, pabrik, bioskop, bengkel, 4 kN/m2
perpustakaan, tempat ibadah, parkir, aula kN/m2
6 Panggung penonton 5 kN/m2
Reduksi beban dapat dilakukan dengan cara mengalikan beban hidup dengan koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan bangunan. Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal dan gempa ditentukan sebagai berikut :
Tabel 8.4. Faktor Reduksi Beban Hidup untuk Gedung
No. Fungsi Bangunan Faktor Reduksi
untuk Portal
Faktor Reduksi untuk Gempa
1 Perumahan : rumah tinggal, asrama hotel, rumah
sakit
0,75 0,30
2 Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah 0,90 0,50
3 Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop,
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran 0,90 0,50
4 Gedung perkantoran : kantor, bank 0,60 0,30
5 Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan :
toko, toserba, pasar, gudang, ruang arsip,
perpustakaan
0,80 0,80
6 Tempat kendaraan: garasi, gedung parkir 0,90 0,50
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 45
Dari Tabel 8.3, beban hidup yang bekerja untuk perkantoran adalah sebagai berikut : Beban hidup ruang kerja = 2,5 kN/m²
Beban hidup lantai atap = 1 kN/m²
Distribusi beban hidup pada lantai dilakukan dengan cara Assign – Shell/ Area Loads – Uniform – Load Case Name – Life.
Gambar 8.14. Distribusi Beban Hidup pada Lantai Gedung Perkantoran (2,5 kN/m2)
Semua elemen plat dapat dibagi menjadi pias- pias kecil agar disribusi beban dari plat ke balok bisa lebih halus dan merata dengan cara pilih elemen plat, kemudian Edit – Mesh Areas. Elemen plat lantai yang telah dibagi menjadi pias- pias kecil dengan Meshing Areas
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 46
Gambar 8.15. Pembagian Plat Menjadi Pias- pias Kecil (Meshing Areas)
Elemen shear wall yang telah dibagi menjadi pias- pias kecil dengan Meshing Areas dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 8.16. Detail Elemen Shear Wall yang telah Dihaluskan dengan Meshing Areas
Pembagaian elemen plat menjadi pias- pias kecil cukup dilakukan setiap jarak 0,5 m – 1,5 m, karena pembagian pias yang terlalu rapat/ banyak akan membuat proses Run Analysis
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 47
8.4. Beban Gempa
Analisis beban gempa dilakukan dengan 2 cara yaitu statik ekuivalen dan dinamik respons spektrum. Untuk perhitungan gempa statik ekuivalen dapat dilakukan secara otomatis dengan Auto Lateral Loads dan secara manual dengan cara menginput besarmya beban gempa ke pusat massa struktur tiap lantai.
8.4.1. Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen secara Otomatis
Beban gempa statik ekuivalen adalah penyederhanaan dari perhitungan beban gempa yang sebenarnya dengan asumsi tanah dasar dianggap tetap (tidak bergetar), sehingga beban gempa diekuivalensikan menjadi beban lateral statik yang bekerja pada pusat massa struktur tiap lantai bangunan.
Besarnya beban gempa yang bekerja pada struktur dapat dilakukan secara otomatis dengan cara Define - Static Load Cases – Pilih gempa Eqx dan Eqy – Auto Lateral Load – User Coefficient.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 48
Setelah Auto Lateral Load dipilih, kemudian klik Modify Lateral Load - User Coefficient
dan tetapkan arah untuk masing- masing gempa untuk arah X dan Y sebagai berikut.
Gambar 8.18. Pendefinisian Beban Gempa Statik EQX Arah X
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 49
8.4.1.1. Lantai Tingkat sebagai Diafragma
Pada SNI Gempa 1726-2002 Pasal 5.3.1 disebutkan bahwa lantai tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku (rigid) dalam bidangnya dan dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horisontal. Maka, masing- masing lantai tingkat didefinisikan sebagai diafragma kaku dengan cara Assign – Joint/ point – Diafragms – Add New Diafragms seperti pada Gambar berikut.
Gambar 8.20. Input Diafragma pada Masing – masing Lantai
Elemen lantai yang didefinisikan sebagai diafragma ditunjukkan pada Gambar berikut :
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 50
8.4.1.2. Waktu Getar Alami (T)
Berdasarkan UBC (Uniform Building Code) 1997 section 1630.2.2, estimasi atau perkiraan waktu getar alami gedung dengan struktur beton dapat dihitung dengan rumus : T = 0,0731 x H0,75
= 0,0731 x 26,20,75 = 0,846 detik
Berdasarkan SNI Gempa 1226- 2002 waktu getar struktur dapat didekati dengan Rumus Rayleigh.
Wi : berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai (direduksi), z i : ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral,
Fi : beban gempa statik ekuivalen pada lantai tingkat ke-i,
di : simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm, g : percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9,81 m/det2, n : nomor lantai tingkat paling atas.
Pada ETABS waktu getar alami dapat diketahui secara otomatis dari hasil ragam getar atau
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 51
Gambar 8.22. Waktu Getar StrukturMode 1 (arah X) dengan T1 = 0,7877 detik
Waktu getar struktur Mode 1 (T1) pada arah X adalah sebesar 0,7877 detik, berarti struktur gedung kemungkinan akan mengalami gerakan dengan tipe pada Gambar 8.22 setiap 0,7877 detik.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 52
Waktu getar gedung pada Mode 2 ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 8.23. Waktu Getar StrukturMode2 (arah Y) dengan T2 = 0,7366 detik
Waktu getar struktur pada Mode 2 (T2) pada arah Y adalah sebesar 0,7366 detik, berarti struktur gedung kemungkinan akan mengalami gerakan dengan tipe pada Gambar 8.23 setiap 0,7366 detik.
Dalam SNI Gempa Pasal 5.6 disebutkan bahwa waktu getar alami fundamental harus dibatasi untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel dengan persayaratan T1 < ζ n , dimana n adalah jumlah lantai dan koefisien ζ tergantung dari zona gempa seperti pada Tabel berikut.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 53
Lokasi gedung berada pada zona 3, maka ζ = 0,18 Maka T1 < ζ x n
0,7877 < 0,18 x 8
0,7877 < 1,44 → OK, waktu getar struktur gedung memenuhi persyaratan. Gedung mempunyai kekakuan yang cukup.
8.4.1.3. Faktor Keutamaan Gedung (I)
Pada SNI Gempa 1736-2002 Pasal 4.1.2 disebutkan bahwa untuk berbagai kategori gedung, bergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung selama umur gedung dan umur gedung tersebut yang diharapkan, pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan (Important Factor, I) menurut persamaan I = I1 xI2 . Faktor- faktor keutamaan I1, I2 dan I ditetapkan pada Tabel berikut.
Tabel 8.6. Faktor Keutamaan (Important Factor, I) untuk Berbagai Kategori Gedung
.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 54
8.4.1.4. Penentuan Jenis Tanah
Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas ( ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pembagian zona gempa di Indonesia dapat dilihat pada Peta Gempa berikut.
Gambar 8.24. Zona Gempa di Indonesia
Berdasarkan SNI Gempa 1726-2002 Pasal 4.6.3 jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah sedang, dan tanah lunak. Jika lapisan setebal maksimum 30 m paling atas dipenuhi syarat- syarat yang tercantum dalam Tabel berikut :
Tabel 8.7. Jenis- jenis Tanah
Atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m dengan PI > 20, wn≥ 40% dan Su< 25 kPa
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 55
Hasil data tanah berdasarkan nilai SPT (Soil Penetration Test) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
N : nilai hasil test penetrasi standar rata- rata, ti : tebal lapisan tanah ke-i,
Ni : hasil test penetrasi standar lapisan tanah ke-i.
Getaran yang disebabkan oleh gempa cenderung membesar pada tanah lunak dibandingkan pada tanah keras atau batuan. Proses penentuan klasifikasi tanah tersebut berdasarkan data tanah pada kedalaman hingga 30 m, karena menurut penelitian hanya lapisan- lapisan tanah sampai kedalaman 30 m saja yang menentukan pembesaran gelombang gempa (Wangsadinata, 2006). Data tanah tersebut adalah shear wave velocity
(kecepatan rambat gelombang geser), standard penetration resistance (uji penetrasi standard SPT) dan undrained shear strength (kuat geser undrained).
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 56
Tabel 8.8. Perhitungan Nilai SPT Rata- rata
Lapis N SPT Kedalaman (m) Tebal (m) N'= Tebal/ N SPT ∑ N' N'= 30/ ∑N'
Dari hasil perhitungan didapat nilai Test Penetrasi Standar rata- rata, N= 16,36 maka berdasarkan Tabel 8.7 termasuk katagori Tanah Sedang.
8.4.1.5. Perhitungan Beban Gempa Nominal (V)
Beban gempa nominal statik ekuivalen yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung berdasarkan zona gempa, faktor reduksi untuk jenis struktur yang digunakan, fungsi gedung, dan berat total gedung dengan persamaan :
V = C x I R Wt Dimana :
C : nilai faktor respons gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa, kondisi tanah dan waktu getar alami (T),
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 57
Nilai faktor respon gempa berdasarkan wilayah gempa dan jenis tanah ditentukan sebagai berikut :
Karena waktu getar struktur untuk arah X dan Y berbeda, maka nilai faktor respon gempa juga berbeda. Nilai spektrum gempa rencana dihitung sebagai berikut berikut :
▪ Gempa statik arah X (Mode 1), T1 = 0,7877 detik → C1 = 0,33/ 0,7877 = 0,4189.
▪ Gempa statik arah Y (Mode 2), T2 = 0,7366 detik → C2 = 0,33/ 0,7366 = 0,4480.
Beban geser nominal untuk perhitungan gempa statik dapat dihitung sebagai berikut :
▪ Vx = C1 x I
Karena struktur gedung didesain dengan daktilitas penuh, diambil faktor daktilitas μ = 5,3
dan ditetapkan kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur gedung f1 = 1,6 sesuai SNI Gempa 1726- 2002 Pasal 4.3.3. Maka R = μ x f1 = 5,3 x 1,6 = 8,5. Besarnya nilai faktor daktalitas (μ) dan reduksi gempa (R) ditunjukkan pada Tabel berikut.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 58
Tabel 8.9. Parameter Daktilitas Struktur Gedung
Besarnya koefisien gaya geser gempa untuk arah X dan Y dapat dihitung sebagai berikut :
▪ Koefisien gaya geser dasar gempa arah X = C1 x I / R = 0,4189 x 1/ 8,5 = 0,0492.
▪ Koefisien gaya geser dasar gempa arah Y = C2 x I / R = 0,4480 x 1/ 8,5 = 0,0527.
Besarnya nilai koefisien gaya geser gempa untuk arah X dan Y tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define – Static Load Cases – Pilih Load EQX dan EQY – Modify lateral Load –
Base Shear Coefficient.
Gambar 8.25. Koefisien Gaya Geser Dasar Gempa Arah X
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 59
8.4.1.6. Eksentrisitas Rencana (ed)
SNI Gempa 1726- 2002 pasal 5.4.3 menyebutkan bahwa : Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed. Apabila ukuran horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu, diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa dinyatakan dengan ‘b’, maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan sebagai berikut :
untuk 0 < e ≤ 0,3 b , maka ed = 1,5 e + 0,05 atau ed = e – 0,05 b
Nilai dari keduanya dipilih yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau, dimana eksentrisitas (e) adalah pengurangan antara pusat massa dengan pusat rotasi. Nilai pusat massa dan rotasi bangunan dapat dicari pada ETABS dengan cara Run – Display – Show Tables Draw Point Objects – Analysis Results – Building Output – Center Mass Rigidity.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 60
Besarnya eksentrisitas rencana (ed) tiap lantai dihitung pada Tabel berikut :
Tabel 8.10. Perhitungan Eksentrisitas Rencana (ed) Tiap Lantai
Lantai Pusat Massa Pusat Rotasi Eksentrisitas (e) ed = 1,5e + 0,05b ed = e - 0,05b
Dari hasil perhitungan eksentrisitas rencana (ed), digunakan nilai ed yang paling berpengaruh = 1,5 e + 0,05 b. Besarnya eksentrisitas tersebut dapat diinput ke ETABS dengan cara Define – Static Load Case – Pilih Gempa EQx atau EQy – Modify Lateral Load – Override.
Gambar 8.28. Input Besarnya Eksentrisitas Rencana (ed) arah X
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 61
8.4.2. Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen secara Manual
Perhitungan beban gempa statik ekuivalen scara manual dilakukan dengan cara menginput beban gempa nominal statik ekuivalen Fi pada pusat massa tiap lantai gedung. Besarnya
beban gempa tersebut dihitung dengan persamaan :
Fi = V
Wi : berat lantai tingkat ke-i, berupa beban sendiri gedung, beban mati tambahan dan beban hidup yang telah direduksi 30% (untuk gedung perkantoran),
Zi : ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral struktur bangunan,
n : lantai tingkat paling atas, V : beban geser dasar nominal.
Agar gempa statik dapat diinput secara manual, maka definisi dari beban gempa harus diubah dulu dengan cara Define – Static Load Cases – Pilih Load Eqx dan Eqy – None.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 62
8.4.2.1. Perhitungan Berat Gedung (Wt)
Berat total gedung (Wt) akibat berat sendiri secara otomatis dapat dihitung dengan ETABS
dengan cara menyeleksi luasan masing- masing lantai, kemudian Assign – Group Names.
Gambar 8.31. Pembuatan Group pada Tiap Lantai untuk Mengetahui Berat Gedung
Setelah masing- masing lantai dibuat Group, berat gedung tiap lantai dapat diketahui dengan cara Display – Show Tables – Building Data – Groups – Groups Masses and Weights.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 63
Berat gedung tambahan seperti plesteran, dinding, keramik, dll harus dihitung secara manual ditambah dengan 30% beban hidup.
a.Beban Mati Tambahan
▪ Beban mati tambahan pada plat Lantai Base
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 64
b.Beban Hidup Tambahan
▪ Beban hidup tambahan pada plat lantai base (Luas = 1327,42 m2)
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 65
Beban mati tambahan dan beban hidup tambahan dihitung, kemudian ditambah dengan berat sendiri gedung (self weight) menjadi beban total seperti perhitungan berikut :
Tabel 8.11. Perhitungan Beban Mati dan Beban Hidup Tambahan
Tingkat Lantai
Beban Mati Beban Hidup Berat Sendiri Beban Total
Tambahan (kN) Tambahan (kN) (kN) (kN)
Besarnya perhitungan gaya lateral ekuivalen (Fi) setiap lantai dihitung sebagai berikut.
Tabel 8.12. Perhitungan Gaya Lateral Gempa Statik Ekuivalen (Fi)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 66
SNI Gempa 1726- 2002 Pasal 5.8.2 menyebutkan bahwa : “Untuk mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh gempa dalam arah utama harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi dengan efektifitas hanya 30%”.
Beban gempa untuk masing- masing arah harus dianggap penuh (100%) untuk arah
yang ditinjau dan 30% untuk arah tegak lurusnya. Beban gempa yang diinput pada 2
arah tersebut sebagai antisipasi datangnya gempa dari arah yang tidak terduga, misalnya dari arah 15°, 30°, 45°, dll. Beban gempa yang diinput ke pusat massa tersebut ditunjukkan pada Tabel berikut.
Tabel 8.13. Perhitungan Gaya Lateral Gempa Statik Ekuivalen (Fi) untuk Setiap Arah
Lantai Perhitungan gempa 100% arah yang ditinjau dan 30% arah tegak lurus
Fx (kN) 30% Fx (kN) Fy (kN) 30% Fy (kN)
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 67
Tabel 8.14. Koordinat Pusat Massa pada Tiap Lantai
Story Pusat Massa Pusat Rotasi ed = 1,5e + 0,05b Koordinat pusat
Adanya perbedaan letak dinding yang tidak beraturan, perbedaan dimensi struktur antar lantai yang berbeda, dll menyebabkan letak titik pusat massa setiap lantai pun berbeda- beda. Koordinat pusat massa yang telah diketahui tersebut, kemudian diinput ke ETABS untuk memasukkan gaya gempa statik dengan cara Draw – Draw Point Objects.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 68
Gambar 8.34. Koordinat Pusat Massa pada Lantai 2
Input koordinat pusat massa pada lantai berikutnya (lantai 3 sampai lantai atap)
juga dilakukan dengan cara yang sama.
8.4.2.2. Input Beban Gempa Statik Ekuivalen
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 69
Gambar 8.35. Input Beban Gempa arah X (EQX) pada Lantai 1
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 70
Gambar 8.37. Input Beban Gempa arah X (EQX) pada Lantai 2
Gambar 8.38. Input Beban Gempa arah Y (EQY) pada Lantai 2
Catatan :
▪ Input beban gempa lantai berikutnya dapat diinput dengan cara yang sama.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 71
8.4.3. Analisis Gempa Dinamik Respons Spektrum
Analisis beban gempa dinamik respons spektrum ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Dalam analisis struktur terhadap beban gempa, massa bangunan sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. Maka massa tambahan yang diinput pada ETABS meliputi massa akibat beban mati tambahan dan beban hidup yang direduksi dengan faktor reduksi 0,3 (sesuai fungsi gedung).
Massa akibat berat sendiri (self weight) elemen struktur sudah dihitung secara otomatis oleh program. Jadi hanya perlu input massa tambahan (berupa plesteran, dinding, keramik, dll) yang dilakukan dengan cara Define – Mass Source.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 72
8.4.3.1. Respons Spektrum Gempa Rencana
Dalam analisis beban gempa dinamik, respons spektrum disusun berdasarkan respons terhadap percepatan tanah (ground acceleration) hasil rekaman gempa. Desain spektrum merupakan representasi gerakan tanah (ground motion) akibat getaran gempa yang pernah terjadi pada suatu lokasi. Hal- hal yang dipertimbangkan adalah zona gempa dan jenis tanah. Desain kurva respons spektrum untuk zona gempa 3 dengan kondisi tanah lunak adalah sebagai berikut :
Input data kurva spektrum gempa rencana kedalam ETABS dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan input manual ke program ETABS dan input otomatis dengan cara mencopy data spektrum dari Excel ke notepad kemudian dimasukkan ke ETABS.
a. Input Manual
Input manual nilai spektrum gempa ke dalam ETABS dapat dilakukan dengan cara
Define – Response Spectrum Functions – User Spectrum – Add New Spectrum.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 73
Gambar 8.40. Input Manual Kurva Response Spectrum dengan User Spectrum
b. Input Otomatis
Input otomatis nilai spektrum gempa dapat dilakukan dengan cara mencopy data spektrum dari Excel ke notepad kemudian dimasukkan ke ETABS dengan cara
Define – Response Spectrum Functions – Spectrum From File – Add New Spectrum.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 74
Gambar 8.42. Input Otomatis Kurva Response Spectrum dengan Spectrum From File
Setelah kurva respon spektrum dibuat, kemudian harus didefinisikan spectrum case
dengan cara Define – Response Spectrum Case – Add New Spectrum. Data yang harus diinput adalah sebagai berikut :
a. Redaman struktur beton (damping) = 0,05
Merupakan perbandingan redaman struktur beton dengan redaman kritis = 0,05.
b. Modal Combination :
▪ CQC (Complete Quadratic Combination)
Penjumlahan respons ragam getar untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu- waktu getar alami yang berdekatan, apabila selisih nilai waktu gerarnya kurang dari 15%.
▪ SRSS (Square Root of the Sum of Squares)
Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan.
c. Input Response Spectra
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 75
Response Spectrum Case Data dengan ETABS ditunjukkan pada Gambar berikut :
Gambar 8.43. Response Spectrum
CaseGempa Arah X (RSPX)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 76
8.4.4.Analisis Gempa Dinamik Time History
Berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.3.1. Perhitungan respons dinamik struktur gedung terhadap pengaruh gempa rencana, dapat dilakukan dengan metode analisis dinamik 3 dimensi berupa analisis respons dinamik linier dan non linier time history
(riwayat waktu) dengan suatu akselerogram gempa yang diangkakan sebagai gerakan tanah masukan. Percepatan muka tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan ke taraf
pembebanan gempa nominal tersebut, sehingga nilai percepatan puncak A = Ao x I R . Dimana :
A = percepatan puncak gempa rencana pada taraf pembebanan nominal sebagai gempa masukan untuk analisis respons dinamik linier riwayat waktu struktur gedung.
Ao = percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh gempa rencana berdasarkan wilayah gempa dan jenis tanah tempat struktur gedung
I = faktor keutamaan gedung ( I =1, untuk gedung perkantoran).
R = faktor reduksi gempa berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.3.6
Besarnya nilai percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh gempa rencana (Ao) ditunjukkan pada Tabel berikut.
Tabel 8.15. Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan Puncak Muka Tanah Zona Gempa Indonesia
Maka besarnya nilai A = Ao x I R =
0,23 x 1
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 77
Instalasi program ETABS yang standard biasanya belum bisa digunakan untuk analisis gempa dinamik dengan Time History, maka program harus dimodifikasi dulu dengan cara klik instalasi program/ install ulang, kemudian Modify – Time History Function – This Feature will be installed on local hard drive.
Gambar 8.45. Modifikasi Program ETABS untuk Analisis Gempa Time History
Setelah program mempunyai fitur yang lengkap untuk analisis gempa dinamik, data akselerogram Gempa El Centro dapat diinput otomatis dari ETABS dengan cara Define - Time History Functions- Function From File – Add New Function – Browse.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 78
Nilai percepatan puncaknya gempa El Centro sebesar 0,3194 g dapat diketahui dengan
View File. (Keterangan : T adalah periode dan a adalah percepatan gempa).
Gambar 8.47. Nilai Percepatan Puncaknya Gempa El centro Sebesar 0,3194 g
Agar percepatan akselerogram tersebut sesuai target, maka diperlukan faktor pengali sebagai berikut :
▪ Faktor skala = (0,027 / 0,3194) x 9,81 = 0,8289.
Dengan 30% arah tegak lurusnya = 0,03 x 0,8289 = 0,284.
Gambar 8.48. Detail Hubungan Antara Periode (T) dengan Akselerasi Gempa
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 79
Berdasarkan Gambar 8.48, waktu rekaman total gempa El Centro adalah 12,113 detik dengan interval waktu rata- rata (Output Time Step Size) 0,05 detik. Maka besarnya Number of Output Time Steps adalah waktu total dibagi interval waktu rata- rata = 12,113 / 0,05 = 242,26 → 242. Nilai tersebut diinput ke ETA BS dengan cara Define- Time History Cases-Add New History untuk arah X dan Y dengan redaman struktur beton (damping) sebesar 5% sesuai SNI Gempa 03-1726- 2002 Pasal 7.2.3.
Gambar 8.49. Input Case Time History Arah X (ThX)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 80
9.
Kontrol dan Analisis
Setelah pemodelan struktur dan pembebanan selesai dilakukan, maka struktur perlu dicek terhadap standard dan persyaratan yang berlaku sebagai berikut.
9.1. Analisis Ragam Respons Spektrum
Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.2 disebutkan bahwa untuk struktur gedung yang memiliki waktu getar alami yang berdekatan atau selisih nilainya kurang dari 15%, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Jika waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS).
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 81
Gambar 9.1. Data Waktu Getar Struktur untuk 12 Mode
Untuk menentukan tipe analisis ragam respons spektrum yang sesuai, maka selisih dari periode dihitung sebagai berikut :
Tabel 9.1. Perhitungan Selisih Periode (ΔT) setiap Mode
Mode Period (T) Δ T (%)
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 82
Modifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara Define – Response Spectrum Cases – Modify – Show Spectrum – Modal Combination.
Gambar 9.2. Modifikasi Kombinasi Ragam Spektrum menjadi Tipe SRSS
9.2. Partisipasi Massa
Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.1 disebutkan bahwa jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons harus menghasilkan partisipasi massa minimum 90%. Dalam ETABS besarnya partisipasi massa tersebut dapat diketahui dengan Run – Display – Show Table – Analysis Result – Modal Information – Table : Modal
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 83
Gambar 9.3. Jumlah Partisipasi Massa pada 12 Mode (kurang dari 90%)
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, jumlah partisipasi massa pada Mode ke 12 masih belum mencapai 90%. Maka jumlah mode harus ditambah dengan cara Analyze – Set Analysis Option – Set Dynamic Parameters – Number of Modes.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 84
Berdasarkan hasil modifikasi peningkatan jumlah Mode, telah didapatkan jumlah partisipasi massa minimum lebih dari 90%. Hal ini telah sesuai dengan Pasal SNI Gempa 03- 1726-2002 Pasal 7.2.1.
Gambar 9.5. Jumlah Partisipasi Massa pada 22 Mode (lebih dari 90%)
9.3. Gaya Geser Dasar Nominal, V (Base Shear)
Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.1.3 disebutkan bahwa : Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut :
Vdinamik > 0,8 Vstatik
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 85
Gambar 9.6. Seleksi Load Case untuk Perhitungan Base Shear
Agar seleksi data dapat dipilih dengan lebih muda, Load Case bisa dipilih satu per satu. Mulai dari EQx, EQy, RSPx, RSPy, THx dan THy. Jumlah base shear untuk masing- masing gempa dijumlahkan seperti ditunjukkan pada Tabel berikut :
Tabel 9.2. Hasil Penjumlahan Base Shear untuk Masing- masing Gempa
Tipe Beban Gempa Fx (kN) Fy (kN) 80% Statik X 80% Statik Y
Statik EQX -11265,51 -1688,17 -9012,408 -1350,536
EQY -1805,27 -12057 -1444,216 -9645,592
Dari Tabel tersebut disimpulkan persyaratan gaya geser gempa dinamik belum terpenuhi (Vdinamik < 0,8 Vstatik), maka besanya Vdinamik harus dikalikan nilainya dengan faktor skala
0,8 V statik V dinamik
a. Faktor Skala Gempa Dinamik Respon Spektrum :
▪ Arah X = 9012,408
4019,28 = 2,24
▪ Arah Y = 9645,592
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 86
Nilai faktor skala yang telah dikoreksi tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define – Response Spectrum Cases – Modify/ Show Spectrum.
Gambar 9.7. Modifikasi Faktor Skala Gempa Dinamik Respon Spektrum X (RSPX)
Gambar 9.8. Modifikasi Faktor Skala Gempa Dinamik Respon Spektrum Y (RSPY) U1 = 1,154 x 2,24 = 2,585 U2 = 0,30 x 2,585 = 0,775
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 87
b. Faktor Skala Gempa Dinamik Time History :
▪ Arah X = 9012,408
3493,41 = 2,58
▪ Arah Y = 9645,592
3787,4 = 2,34
Nilai faktor skala yang telah dikoreksi tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define – Time History Cases – Modify/ Show Spectrum.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 88
9.4.Kinerja Sruktur Gedung
9.4.1. Kinerja Batas Layan
Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 8.1 disebutkan bahwa kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja, peretakan beton yang berlebihan, mencegah kerusakan non struktur dan ketidaknyamanan penghuni.
Simpangan antar tingkat yang diizinkan tidak boleh melampaui 0,03/R x tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm. Diambil yang terkecil. Besarnya simpangan yang terjadi tersebut dapat diketahui pada ETABS dengan cara Run – Display – Show Story Respons Plot. Besarnya simpangan arah X akibat gempa statik ditunjukkan sebagai berikut.
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS AZZA REKA STRUKTUR
RS
RS
GROUP
GROUP
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 89
Besarnya simpangan arah Y akibat gempa statik ditunjukkan sebagai berikut.
Tabel 9.11. Besarnya Simpangan akibat Beban Gempa Statik Arah Y
Perhitungan kinerja batas layan akibat simpangan arah X dan Y dapat dibaca dari grafik dan dihitung sebagai berikut.
▪ Perubahan simpangan, ΔS = simpangan lantai atas - simpangan lantai dibawahnya.
▪ Simpangan yang diizinkan = 0,03/R x tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm
Tabel 9.3. Kinerja Batas Layan Akibat Simpangan Gempa Statik X
No Lantai Tinggi tingkat