Laporan Praktikum ke-7 Hari/Tanggal : Jumat, 21 November 2014 m.k. Mikrobiologi Akuakultur Kelompok : IV
Asisten : 1. Rahman, S.Pi., M.Si 2. Asisten Mikro 2013
PENGARUH SUHU DAN SALINITAS TERHADAP
VIABILITAS BAKTERI
Oleh:
Stefanno. M. A. Rijoly C151140401
ILMU AKUAKULTUR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme mikroskopis atau yang sering disebut mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan organisme yang berukuran sangat renik, yaitu makhluk yang berukuran mikron atau lebih kecil lagi, sehingga dapat hidup di berbagai lingkungan (Madigan et al 2012). Bakteri bersifat ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Bakteri biasa digunakan sebagai probiotik bagi ikan dan bakteri yang merugikan besia mengakibatkan penyakit. Penyakit ikan dalam kegiatan budidaya dapat mengakibatkan kerugian ekonomis, semua itu berhubungan dengan lingkungan tempat hidup ikan dikarenakan didalamnya terdapat berbagai jenis mikroorganisme serta polusi.
Bakteri hanya dapat tumbuh baik pada kondisi fisika, kimia yang optimum. Bakteri tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga mununjukkan respon yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkunganya. Untuk menghasilkan kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan suatu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai (Pelczar dan Chan 2010).
Faktor-faktor lingkungan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu faktor abiotik yang meliputi faktor kimia dan fisika dan faktor biotik yang berhubungan dengan jasad hidup lain. Faktor abiotik yang bersifat kimia antara lain pH, oksigen, ammonia, dan lain-lain, sedangkan yang bersifat fisika adalah temperatur atau panas, tekanan osmosa, pengeringan, penyinaran, dan lain-lain (Widanarni 2011).
Mikroorganisme dalam melakukan segala aktivitas hidupnya, tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama faktor lingkungan dan unsur ekologi. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mikroba dikelompokkan menjadi faktor abiotik dan biotik (Kusnadi 2003). Faktor abiotik dapat berupa unsur kimia dan fisika. Dari berbagai unsur kimia dan fisika yang ada, terdapat faktor yang sangat penting yaitu pengaruh suhu dan salinitas terhadap viabilitas bakteri. Mikroorganisme mampu beradaptasi secara optimum pada lingkungan fisiologis yang normal. Setiap perubahan ekstrim pada kondisi lingkungan akan mengakibatkan stress terhadap mikroorganisme. Lamanya perubahan tersebut akan menentukan apakah organisme tersebut mati, terhambat pertumbuhannya, atau memperpanjang fase lag dan penurunan kecepatan pertumbuhannya. Pengamatan pengaruh suhu dan salinitas terhadap viabilitas bakteri dilakukan untuk mengetahui pada kondisi suhu dan tekanan osmosa berapa yang cocok bagi kehidupan bakteri, terutama bakteri yang menguntungkan bagi kegiatan budidaya.
1.2 Tujuan
II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 21 November 2014 pukul 16.00-18.00 WIB, bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan (LKI), Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah cawan petri, jarum ose, bunsen, inkubator, oven, kulkas, dan ependorf. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah TSA, bakteri Aeromonas hidrophilla (Ah) dan Bacillus (NP5), NaCl dan alkohol 70%.
2.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja pengaruh suhu yaitu koloni bakteri Aeromonas hidrophilla (Ah) dan Bacillus (NP5) disiapkan pada empat buah tabung ependof. Masing-masing tabung dikondisikan pada suhu yang berbeda selama 30 menit meliputi suhu 4°C di kulkas, 28°C di suhu ruang, 37°C di inkubator dan 70°C di oven. Setelah 30 menit masing-masing bakteri digores dengan jarum oce pada cawan petri yang sudah berisi media TSA. Petri diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam dan siap diamati.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil pengamatan uji viabilitas bakteri dengan suhu dan salinitas akan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1 Hasil pengamatan pengaruh suhu dan salinitas terhadap viabilitas bakteri Aeromonas hidrophila danNP5 (Bacillus)
Kelompok bakteriIsolat Suhu Salinitas
Berdasarkan data hasil praktikum kelompok 4 pada tabel 1 diatas dapat dinyatakan bahwa bakteri A. hydrophilla dan Bacillus sp tumbuh sangat baik pada suhu 37˚C dan mampu tumbuh baik setelah diberi perlakuan suhu 4˚C serta 28˚C. Bakteri Aeromonas tidak mampu hidup pada suhu terlalu panas yaitu 70˚C tetapi Bacillus sp mampu hidup pada suhu 70˚C walaupun jumlahnya kecil (gambar 1).
tumbuh sangat baik pada kadar salinitas 1,5 ppt, dan tidak tumbuh pada salinitas mencapai 5 ppt (gambar 2).
Suhu 4˚C Suhu 28˚C Suhu 37 oC Suhu 70 oC
Gambar 1. Hasil Pengaruh Suhu Terhadap Viabilitas Bakteri.
Salinitas 0% Salinitas 1,5% Salinitas 3% Salinitas 5% Gambar 2. Hasil Pengaruh Salinitas Terhadap Viabilitas Bakteri
Semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi susu, maka pola pertumbuhan bakteri juga sangat dipengaruhi suhu. Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai: psikofil, yang tumbuh pada 0 sampai 30˚C; mesofil, yang tumbuh pada 25 sampai 40˚C; dan termofil, yang tumbuh pada suhu lebih dari 50˚C (Pelczar dan Chan, 2010).
Bakteri Aeromonas hydrophila termasuk dalam bakteri golongan mesofil dan bakteri Bacillus sp. termasuk dalam bakteri termofil. Kabata (1985) dalam Sari, et al. (2009) menyatakan bahwa Aeromonas hydrophila merupakan bakteri mesofilik dengan suhu optimum 20-30˚C. Berdasarkan hasil pengamatan, pada pengaruh suhu terhadap pertumbuhan, bakteri A. hydrophila tidak tumbuh pada suhu 70˚C namun tumbuh baik pada suhu kamar, 4˚C serta 28˚C serta tumbuh sangat baik pada suhu 37˚C. Pada pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan, bakteri A. hydrophila tumbuh sangat baik pada salinitas 0 ppt dan tumbuh baik pada salinitas 1,5 ppt dan 3 ppt, dan tidak tumbuh pada salinitas 5 ppt. Hal ini menunjukan bahwa A. hydrophila merupakan bakteri yang bersifat psikrofilik yaitu tumbuh pada suhu kurang dari 15°C dan beberapa diantaranya bersifat mesofilik yaitu tumbuh pada suhu 25-37oC. A. hydrophila tidak mampu bertahan
hidup atau tidak ada pertumbuhan pada media yang mempunyai konsentrasi garam 10%. Hal tersebut dikarenakan , antara media dan sel terjadi perbedaan tekanan osmosa yang tinggi sehingga reaksi yang terjadi adalah media hipertonik terhadap sel sehingga terjadi plasmolisis yang menyababkan sel tidak tumbuh pada media dengan konsentrasi kadar garam tinggi tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Fauzi (2001) bahwa Bakteri A. hydrophila hidup pada suhu antara 5 - 37oC dan tumbuh baik pada salinitas 1-3%.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Suhu optimum tumbuh untuk Aeromonas hydrophilla dan Bacillus sp yaitu 37˚C. A. hydrophilla tidak akan tumbuh pada suhu 70˚C karena tergolong bakteri mesofil sedangkan Bacillus sp mampu tumbuh hingga suhu 70˚C karena termasuk bakteri golongan termofil. Salinitas optimum untuk pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophilla dan Bacillus sp yaitu pada salinitas 0 ppt.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Azhari. 2001. Pengaruh Pemberian Lekamisol dan Saccharomyces cerevisiae dosis 60 ppm terhadap Gambaran darah Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Feliatra, Irwan Efendi, dan Adwar Suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Probiotik dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephalus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi Pakan Ikan. Jurnal Natur Indonesia 6(2): 75-80.
Madigan MT, JM Martinko, DA Stahl & DP Clark. 2012. Brock Biology Of Microoganism. San fransisco : Pearson Education.
Nguyen K. M. Tam, Nguyen Q. Uyen, Huynh A. Hong, Le H. Duc, Tran T. Hoa, Claudia R. Serra, Adriano O. Henriques, and Simon M. Cutting. 2006. The Intestinal Life Cycle of Bacillus subtilis and Close Relatives. J Bacteriol. 2006 April; 188(7): 2692–2700.
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi (terjemahan), R.S. Hadioetomo, T. Imas, S. S. Tjitrosomp dan S. L. Angka. Jakarta (ID): UI Press.
Percival S L, RM Chalmers, M Embrey, P R Hunter, J Sellwood, P Wyn-Jones., 2004. Bacteriologi, In the Microbiology of Waterborne Diseases. Elsevier Academic Press. Great Britain. 21 – 209 P.
Sari, Nurlita Annisa, Ririn Nurul Fauziah, dan Ai Tety Nurbaety. 2009. Pengaruh suhu dan salinitas terhadap viabilitas bakteri Aeromonas hydrophila dan Bacillus sp. [Karya Ilmiah]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Suriawiria, Unus. 2008. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan
Buangan Secara Biologis. Bandung: PT. alumni. Waluyo, Lud. 2008. Mikrobiolgi Umum. Malang: UMM Press.