TREND PENDIDIKAN BERBASIS DIVERSIVIKASI BIOLOGI
Suharsimi Arikunto
Universitas Ahmad Dahlan
I. PENDAHULUAN
Biologi mengandung makna yang sangat luas cakupannya, termasuk manusia yang aktif
sebagai objek maupun subjek pelaku. Sebagai objek, diversifikasi biologi bukan hanya yang
tersaji di dunia seperti apa adanya yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tetapi juga
hasil olahan yamg untuk saat ini sudah beraneka ragam. Dapat diprediksi bahwa diversifikasi
hasil tersebut akan bertambah di masa yang akan datang. Cepat dan lambatnya penambahan
diversifikasi tersebut tergantung dari bagaimana pendidik memotivasi dan memberi arahan
pada peserta didiknya. Peran pendidik dalam bidang biologi, sangat besar dan menentukan
perkembangan diversivikasi, baik yang terdapat di lingkungannya maupun yang dapat diraih
melalui sumber fisik dan sumber dunia maya sekalipun.
Mengagumi Ciptaan Allah
Ketika kita memandang sekeliling sejak pagi hari sampai malam hari, kita tidak akan
melihat apa-apa apabila jiwa kita kosong. Semuanya nampak tidak ada yang istimewa.
Namun ketika kita lebih memusatkan perhatian barang sebentar sambil berpikir tentang
keindahan, seketika akan terasa bahwa dunia ini indah. Coba kita memperhatikan daun-daun
yang ada di tumbuhan di depan kita, segera terasa bahwa dalam satu pohon saja ada berbagai
ukuran dan bentuk daun, ada yang lurus saja, ada yang sebagian helai daunnya melengkung
atau terlipat sedikit. Jadi diversifikasi tentang daun saja sudah dapat diketemukan dalam satu
batang tanaman. Kita masih terpaku pada satu tanaman di kebun kita. Mata kita segera kita
alihkan ke bunga tanaman itu. Helai daun bunga itupun sudah terdapat perbedaan antara yang
satu dengan yang lain. Ada yang lebar lurus, ada yang berkerut sedikit, berkerut banyak
dengan berbagai jenis likunya.
Kita sadari bahwa keanekaragaman atau diversivikasi tersebut menimbulkan hati kita
yang berbunga-bunga karena menyaksikan keindahan hanya satu tanaman bunga. Apalagi
kalau kita pergi ke dan menyaksikan taman bunga. Di situ akan kita saksikan beraneka warna
bunga, bentuk dan corak daun dan batangnya. Melalui inovasi, daun bunga tersebut kini dapat
pink seperti kue yang lezat rasanya, bahkan ada yang sepucuk bunga berwarna-warni. Hal
seperti itu dapat kita lihat di tempat resepsi... meskipun semua itu bukan termasuk
diversivikasi biologi.
Kita tidak dapat berhenti mengagumi bunga tanaman tersebut setelah mata kita
merangkak ke bawah, tertuju pada dahan dan ranting-ranting pohon itu. Kita dapat
mendeskripsikan dengan kata-kata dan kalimat yang indah ketika kita melihat bahwa
ranting-ranting tersebut tidak sama arah tumbuhnya, meskipun kita tahu bahwa arah bergeraknya
julur tanaman adalah fotosintesis, mencari sinar matahari, akan tetapi kita bertanya, mengapa
tidak semua ranting itu menuju ke sinar, ada yang ke kanan, ke kiri, bahkan ada yang menuju
ke arah lawan matahari. Belum lagi kita memperhatikan guratan kulit batang dari pohon itu,
rasanya tidak ada kata-kata yang dapat digunakan untuk menceriterakan bagaimana variasi
model, warna, dan bentuk guratan kulit batang dan rantingnya.
Apa yang digambarkan di atas merupakan satu bentuk pendidikan yang dapat kita
sampaikan kepada anak didik untuk mendidik kekaguman kepada Yang Maha Pencipta.
Kebiasaan untuk mencermati lingkungan kita sendiri merupakan satu bentuk pendidikan
akhlak yang paling sederhana. Kita sendiri mungkin tidak sempat memandang sekeliling kita
secara lebih cermat. Mungkin ketika ada orang yang datang ke tempat kita dan mengatakan
bahwa tanaman di depan rumah kita bagus, kita baru sadar bahwa kita mempunyai tanaman
yang bagus. Kita tidak merasakan bahwa tanaman tersebut bagus karena kita tidak pernah
memikirkan tanaman itu, karena kita tidak mempunyai perhatian terhadap tanaman itu,
apalagi merawatnya.
Mudah dan Indahnya Pendidikan Biologi
Ketika saya kecil dan masih duduk di Sekolah Rakyat (sekarang SD), guru saya tidak
jemu-jemunya meminta kami murid-muridnya mengajak dan menyuruh mengenali tanaman
yang ada di sekitar sekolah dan di sekitar rumah kami. Setiap pagi ketika kami baru datang di
kelas, langsung meletakkan daun atau bunga yang dapat kami dapati di sekolah atau di
rumah. Kebiasaan tersebut itu kami peroleh dari guru ketika kami duduk di kelas III.
Pekerjaan guru tersebut tidak sukar. Dia hanya menyuruh murid-murid untuk aktif melakukan
agar murid-murid tersebut bertindak dengan cermat mencari bagian tumbuhan yang
bermacam-macam. Jika seorang murid menemukan jenis yang aneh, yang tidak biasa, guru
nama murid yang dapat menemukan sesuatu yang aneh dan menyertakan penemuannya di
depan kelas. Itulah bentuk reward yang dapat dilakukan oleh guru yang kreatif. Dari peristiwa
itu murid-murid merasa tertantang dalam kompetisi mengamati tanaman yang dijumpai.
Hanya dengan suruhan yang mengarahkan oleh guru tersebut siswa akan terlatih menjadi
cermat dan peduli terhadap lingkungannya.
Ketika kami sudah duduk di kelas IV, lain lagi apa yang diperintahkan guru kepada kami.
Guru kelas IV mempunyai wawasan yang lebih luas dan lebih menarik. Perintahnya sulit
sekaligus menyenangkan. Kami diminta mengambil beberapa macam daun yang bentuk
tulang daunnya berbeda-beda. Disuruhnya kami untuk merendam berbagai daun itu beberapa
hari. Setelah hijau daunnya menyibak dari tulang-tulang daun.... wow, kami lihat dengan jelas
bahwa tulang-tulang daun tersebut berbeda dari jenis daun yang satu dengan yang lain.
Dengan tekunnya kami berusaha melanjutkan kegiatan tersebut, dan tidak tahunya kami telah
membuat herbarium yang menarik. Selanjutnya bukan karena disuruh oleh guru, atas
kehendak kami sendiri kami mengumpulkan juga hewan-hewan yang cantik dan menarik,
yaitu kupu-kupu dan capung kami kumpulkan, kami keringkan menjadi herbarium lain dari
kumpulan serangga. Dengan tambahnya herbarium tersebut, kami menjadi penasaran, ingin
mencoba dan mencoba lagi dengan adanya diversifikasi tumbuhan dan hewan tersebut dan
hewan heksapoda, karena herbarium dengan hewan juga tidak kalah menarik dibandingkan
dengan herbarium tumbuhan.
Diversivikasi Multi Dimensi
Pandangan yang diceriterakan di atas masih terbatas pada keanekaragaman tanaman saja,
belum membicarakan ciptaan Tuhan yang lain yaitu hewan, baik yang hidup di darat, air dan
udara – misalnya burung (hidup di udara, sebenarnya tidak seutuhnya seperti itu ya, karena
sesudah terbang ke arah yang sangat jauh, akhirnya hewan tersebut pasti hinggap di darat
juga). Binatang yang bisa terbang, yaitu burung dan kupu-kupu, ditakdirkan oleh Allah
sebagai binatang yang keragamannya luar biasa banyak. Taman kupu-kupu di air terjun
Batimurung, merupakan tempat dengan kupu-kupu yang beraneka ragam, baik dilihat dari
indahnya warna sayap, bentuk tubuh, dan ukuran keseluruhan badannya. Memang tempat itu
terkenal dengan ragam kupu-kupunya. Jika kita sempat melihat kebun binatang di Ambon
dan Papua, indahnya warna burung yang dilarang dibawa ke tempat lain sungguh
terbang. Jika kita pergi ke Papua, akan kita jumpai burung cenderawasih yang bulunya sangat
menakjubkan, burung merak yang kemilai bulu sayapnya, dan masih banyak lagi
burung-burung yang lain dengan bentuk dan warna kepala yang lucu dan menakutkan karena
bengkok-bengkok, tetapi sekaligus kita terheran-heran dengan kemampuan Tuhan yang
menciptakan keanekaragaman tersebut.
Untuk binatang yang hidup di laut, hanya ikan saja, dapat kita nikmati
keanekaragamannya menurut ukuran besarnya, warna sisik, bentuk mata, bentuk mulut dan
lain-lain. Di aquariun Ancol saja, kita sudah dapat menikmati indahnya ikan-ikan yang
ditempatkan di tempat yang dapat kita katakan sangat terbatas. Ikan pari yang lebarnya
melebihi tinggi manusia, berbagai nama ikan yang warna dan bentuknya beranekaragam. Jika
kita lihat ikan yang ditempatkan di lodong besar, gerak dan perilaku ikan-ikan itu membuat
kita yang datang seperti tidak mau beranjak pergi meniggalkan.
Ketika kita datang di laut Bunaken Manado, kita bukan hanya menikmati
keanekaragaman ikan saja, tetapi juga tempat tinggal dari ikan-ikan tersebut yaitu karang
yang juga indah permai dengan bermacam-macam bentuk dan warnanya. Jika kita naik
perahu dari kota Menado ke pulau Bunaken, ketika melalui laut lepas, akan kita lihat di
kejauhan ikan lumba-lumba yang berderet-deret meloncat seolah-olah berlomba mencapai
ketinggian. Kita tidak boleh berpikir bahwa taman laut itu hanya terdapat di Bunaken saja,
tetapi ternyata hampir di semua laut yang kepulauan Indonesia ini bisa didapati taman laut.
Jika kita menyesali terjadinya pencurian dan perubakan terumbu karang laut tersebut,
mahasiswa Universitas Tadulako Palu Sulawesi Tengah, telah melakukan penyemaian
terumbu karang di teluk Gorontalo sebagai usaha menyelamatkan berkurangnya terumbu
karang karena ulah dan perilaku orang yang tidak merasa bertanggungjawab atas
keberlangsungan biota laut kita. Pertumbuhan terumbu karang tersebut sangat lamban, tidak
akan dapat mengejar rusaknya terumbu karang yang diburu manusia. Jika orang-orang yang
tidak bertang- gungjawab melihat betapa susahnya mengembalikan tumbuhnya terumbu
karang itu, barangkali akan mengubah perilakunya merusak secara terus-menerus.
Di pulau Alor Nusa Tenggara Timur, terdapat keanehan yang terjadi di salah satu teluk di
sebelah timur. Menurut ceritera penduduk yang tinggal di dekat teluk tersebut mengatakan
bahwa di teluk tersebut setiap bulan September terjadi ribuan ikan yang mengambang sudah
mati karena kedinginan. Konon pada bulan tersebut terjadi aliran air es, katanya dari kutub
meliputi hamparan air teluk tersebut. Oleh karena ikan-ikan sudah mati mengambang, maka
penduduk setempat tinggal dengan enaknya memungut ikan-ikan itu langsung dimasukkan ke
karung-karung. Peristiwa seperti itu hanya terjadi dua hari saja, ikannya sudah habis terambil,
dan airnya sudah menjadi normal kembali temperaturnya. Di laut Alor juga dapat kita
saksikan taman laut yang indah, meskipun tidak seindah taman laut di Bunaken. Meskipun
demikian penduduk setempat sangat membanggakan dengan taman laut tersebut.
Untuk binatang darat, hampir semua yang dapat kita jumpai di sekitar kita cukup banyak
dan bervariasi. Bagi orang yang tidak peduli terhadap keberadaan binatang-binatang di
sekitarnya, tidak dapat merasakan keanekaragaman binatang-binatang itu. Akan tetapi jika
kita peduli sedikit saja, akan dapat kita lihat bahwa binatang-binatang itu lucu-lucu dan dan
indah. Contoh sederhana adalah hewan yang banyak sekali kita dapati di sekitar kita adalah
kucing. Bukan hanya bentuk dan warna bulunya saja yang indah dan lucu, tetapi juga
perilakunya yang ternyata mirip manusia. Dari satu pengalaman saja, ketika kita memberi
makan seekor kucing, dia kelihatan menghindari makanan itu, tetapi kita akan terkejut ketika
melihat kucing tersebut datang lagi bersama temannya. Rupanya kucing itu juga mempunyai
rasa sosial yang besar, dengan bukti memberi tahu temannya bahwa di tempat itu ada
makanan, dan dia mengajak temannya untuk ikut menikmati. Warna bulu kucing ada yang
kuning kembang asem, hitam, putih, belang, dan sebagainya. Pernah melihat kucing yang
dikebiri? Manusia yang tidak ingin melihat kucing beranak terus-menerus, pergi ke dokter
untuk mengebiri kucingnya. Kucing yang dikebiri akan tumbuh menjadi kucing yang sangat
gendut menggelikan. Ketika melihat hasil kebiri itu mugkin ada manusia yang senang karena
menjadi gendut, enak dipandang dan enak dipeluk, tetapi sebetulnya kita juga harus merasa
kasihan karena peristiwa kebiri sudah melampaui harkat kebinatangan.
Jika kita pergi mengunjungi kebun binatang, kita akan menjumpai berbagai ragam jenis
binatang yang terdapat di kurungan: badak laut, singa laut, beruang, anekaragam jenis
monyet, unta, gajah, jerapah, dan lain-lain. Terhadap binatang-binatang tersebut kita tidak
hanya melihat luar sambila lalu saja, tetapi mencoba mencermati bentuk dan proporsi
keseluruhannya, bagian-bagian tubuhnya, bulunya, gerak-geriknya, dan sebagainya. Jika kita
merenung sejenak, akan kita akui bahwa Allah betul-betul Maha Hebat, karena sanggup
menciptakan aneka ragam makhluk seperti itu. Kita lanjutkan menekuni berbagai binatang di
kebun binatang itu. Sampailah kita ke kandang ular. Secara selintas, ular itu menjijikkan dan
selintas biasa dan menakutkan tersebut, ternyata kulitnya sangat indah, dengan motif
selongsong yang mungkin juga berwarna-warni.
Yang beranekaragam dari hewan-hewan itu bukan hanya bentuk tubuh dan warna
bulunya, tetapi juga suaranya. Waktu kita ada di dalam kebun binatnag, di kejauhan terdengar
suara monyet, burung berkicau, singa mengaum, dan lain-lain. Barangkali di dekat rumah kita
ada penduduk yang mempunyai kegemaran memelihara burung, pada waktu pagi hari kita
mendengar suara nyaring. Apalagi waktu burung-burung itu dimandikan, suaranya
bermacam-macam, ramai sekali. Bagi orang yang tidak suka akan hewan, mungkin merasa
risih mendengar suara teriakan burung-burung yang sedang dimandikan itu, tetapi bagi orang
yang cinta binatang, suara ramai tersebut dinikmati sebagaimana menikmati sebuah konsert.
Pada waktu senja hari, waktu mulai terdengar adzan Maghrib, mulailah suara jenngkerik
dan orong-orong bersahusahutan. Bagi orang yang tidak suka, tempat suara orong-orong
segera diinjak agar suaranya berhenti. Namun bagi orang yang suka menikmati alam,
dibiarkan saja suara jengkerik bersama orong-orong itu ramai bersahut-sahutan dan dapat
dianggap sebagai selingan ragam hidup segar. Yah, enak mendengarkan suara berbagai
mahkluk Allah sersebut selagi masih hidup dan bisa menikmati. Jika malaikat penjabut
nyawa sudah datang mendekati dan mencabut nyawa kita, tentu kita tidak dapat lagi
menikmati semua ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagaimana disebutkan dalam
Al-Quranul Karim. Alhamdulillah.
Pendidikan Biologi Masa Kini
Masih dapatkah kita jumpai herbarium di sekolah-sekolah kita sekarang? Di Sekolah
Dasar atau di Sekolah Menengah Pertama? Kalau di Sekolah Menengah Atas kegiatan
membuat herbarium seperti ketika saya di SD mungkin sudah jamannya lagi, karena
penglihatan tentang diversifikasi biologinya sudah berbeda. Para mahasiswa yang sekarang
ini, yang sudah terbiasa dengan kerja lapangan dan melihat aneka ragam tumbuhan dan
hewan, tentu kelak telah menjadi guru akan dapat menjadi pelopor perubahan bagi guru-guru
yang sekarang sudah aktif sebagai guru, tetapi tidak dapat (atau tidak mau) mengaktifkan
siswa memandang dan mempelajari keanekaragaman biologi sebagai sesuatu yang
mengasyikkan.
Mengapa guru-guru yang ada tidak mau menyuruh siswanya untuk membuat herbarium
tumtuhan dan hewan? Apakah mereka tidak dapat menikmati ragamnya biologi? Mungkin
menyelesaikan materi yang harus diajarkan. Para mahasiswa yang akan menjadi guru ini
kelak sudah akan menyadari bahwa membuat suiswa aktif memperlakukan biologi yang
beranekaragam tersebut tidak susah karena hanya menyuruh, tidak akan kehilangan waktu.
Dampak dari rajinnya guru menyuruh atau mengarahkan siswanya akan dapat dilihat seberapa
baik siswa-siswa itu beraktivitas, berlomba menghasilkan hal-hal aneh dan munkin belum
pernah dilihat oleh siswa itu sebelumnya. Dengan beraktivitas arahan dari guru, siswa akan
berlomba-loimba menghasilkan hal-hal aneh dan mungkin membanggakan bagi siswa.
Sumber Belajar untuk Pendidikan Diversivikasi Biologi
Pada awal tulisan ini sudah disinggung sedikit bahwa keanekaragaman biologi tidak
hanya yang ada di luar diri manusia saja tetapi manusia itu sendiri termasuk di dalam
keragaman. Tidak ada dua orang yang sama persis, baik bentuk tubuh, tinggi badan, lingkar
mata, letak telinga, lebar bibir, moncongnya dahi, dan lain-lain yang secara keseluruhan
membantuk figur yang berbeda. Dari dua atau tiga anak kembar telur saja, pasti ada bagian
tubuh yang berbeda, apalagi dari beberapa orang manusia. Beberapa hal yang dapat dijadikan
sumber belajar bagi guru untuk membelajarkan siswa ada bermacam-macam:
1. Lingkungan sekolah, yaitu lingkungan yang paling dekat dengan siswa. Tugas-tugas yang
dapat kita berikan adalah seperti yang tadi sudah disebutkan, antara lain membuat
herbarium dari tanaman di sekitar sekolah itu. Mungkin di kebun sekolah dapat ditangkap
binatang-binatang kecil, dapat juga dikumpulkan untuk dibuat herbarium. Hasil kumpulan
siswa tersebut akan merupakan kebanggaan bagi siswa yang membuat, tetapi dapat juga
dijadikan sumber belajar bagi siswa lain, dengan cara tukar-menukar membahas dan
menilai.
2. Lingkungan rumah siswa. Dengan memberi perintah, guru menugaskan mencari tum
buhan atau hewan yang tidak dapat ditemui di sekolah tetapi terdapat di rumah siswa.
Dengan demikian penugasan untuk mencermati hal-hal yang tidak ada di sekolah tetapi
ada di aneka lingkungan rumah semua siswa, akan bisa terkumpul, didaftar sebagai
tambahan hasil kerja siswa. Hasil tersebut dapat beruma berbagai bentuk herbarium atau
jenis koleksi yang lain.
3. Inventaris sekolah berupa kumpulan biologi yang beranekaragam seperti organ tubuh
beberapa hewan misalnya ampela, hati, empedu, jantung, paru-paru dan organ lain dari
kucing, burung, ikan, kambing, sapi, dan sebagainya yang disimpan di kulkas sekolah,
peredaran darah, pernafasan, dan lain-lain. Di sebuah sekolah dasar (Elementary School)
di Australia saya menyaksikan peragaan yang mendalam untuk benda-benda tersebut.
Dari hasil pengamatan yang mendalam tersebut siswa akan lebih faham tentang
berjenis-jenis penyakit bagi dirinya, khususnya berbagai berjenis-jenis penyakit bagi manusia umumnya.
4. Berbagai jenis bumbu yang ada di dapur, perlu juga diketahui oleh anak-anak apa
namanya dan seperti apa. Untuk cabai, bawang merah dan bawang puti8h, mungkin
mereka sudah mengetahui karena sering mereka jumpai di masakan yang sudah matang
seperti bakmi, lotek dan sebagai. Untuk jenis bumbu yang lain apakah anak dapat
membedakan antara merica dan ketumbar? Apakah siswa dapat membedakan juga antara
kencur, jahe, lengkuas dan sereh, dan apakah tahu apa manfaat masing-masing? Apakah
siswa perlu tahu yang namanya keluwek dan gunanya? Meskipun anak laki-laki, mungkin
perlu juga nama bumbu-bumbu tersebut sebagai keragaman hasil pemberian Allah swt.
5. Berbagai ragam logam yang terdapat di sekitar kehidupan kita. Apakiah siswa tahu apa
perbedaan dan kegunaan emas, perak, tembagam, aluminium dan lain-lain? Meskipun
semua itu tidak termasuk dalam diversivikasi biologi, akan tetapi siswa juga perlu
mengetahui berjenis-jenis logam tersebut. Mungkin juga batubara yang menurut
riwayatnya terjadi dari plankton, yang tidak lain juga termasuh ke dalam diversivikasi
biologi.
6. Tayangan televisi. Banyak sekali sumber belajar yang dapat kita saksikan dari tayangan
televisi. Sebagai contoh kita dapat menyaksikan aneka pengetahuan yang disirkan oleh
Trans 7, misalnya ”Jalan-jalan Pagi”, sebuah acara menjelajah daerah Indonesia, akan sangat menambah wawasan dan kekaguman kita pada ke- Agungan Allah swt karena
keindahan dan keistimewaan daerah-daerah yang menjadi tujuan acara tersebut. Acara
”On The Spot”, Jika siswa diberi tugas untuk menyaksikan acara tersebut, tentu mereka akan mengetahui banyak peristiwa yang kadang-kadang menyangkut diversivikasi
biologi. Dalam acara tersebut, misalnya dibahas tentang ular, maka siswa akan
mengetahui berbagai jenis dan ukuran, serta keunikan kulitnya yang kadang-kadang
menghasilkan decak kagum terhadap tayangan tersebut. Tayangan lain misalnya ”Jelajah”
, akan memberikan wawasan yang luas, bukan hanya ragam keadaan daerah dengan
keunikannya, tetapi juga aneka ragam biologi yang terdapat di daerah itu.
7. Diri siswa. Sebetulnya diri siswa juga dapt digunakan sebagai sumber belajar. Dalam hal
ini guru dapat meminta siswa untuk mendeskrisikan dirinya secara lengkap. Deskripsi
dari masing-masing bagian tubunya, kemudian apa yang pernah terjadi dengan
bagian-bagian atau organ tubuh itu, apa sebabnya, dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah
terulangnya peristiwa yang merugikan (jika penyakit atau kecelakaan). Barangkali saja
hanya karena suatu peristiwa dari diri siswa itu pernah mengalami kesuksesan, bagaimana
peristiwanya dan secara rinci apa saja yang dapat dilakukan olehnya. Kegiatan seperti ini
adalah bagian dari penilaian diri. Manfaat dari deskripsi diri ini siswa adalah sebagai
ungkapan terimakasih pada Allah swt yang telah melahirkan dirinya ke dunia ini dengan
kelebihan dan kekurangannya, kemudian selanjutnya untuk pengembangan dirinya secara
lebih baik.
II.PENUTUP
Pendidikan diversivikasi biologi kepada siswa dapat dilakukan oleh guru yang mana saja,
bukan hanya guru khusus biologi. Namun demikian apabila guru tersebut lulusan dari
pendidikan biologi, diharapkan tentu penyampaian, media dan teknik mengajarnya berlainan
dengan guru yang bukan lulusan pendidikan biologi. Aneka pengetahuan yang diperoleh dan
praktek yang telah dilakukan tentu akan mewarnai kegiatan ketika di dalam kelas.
Semua pengajar dan pendidik biologi dipersyaratkan adanya modal besar, yaitu karakter
dan kepedulian terhadap lingkungan. Apa sebab dua hal itu perlu dimiliki oleh pendidik
diversivikasi biologi? Jika pendidik tidak mempunyai dua hal itu, maka apa yang di
sekitarnya adalah hanya benda-benda mati tanpa makna. Apabila dua hal tersebut ada, maka
akan ada olah rasa dan olah pikir yang sinkron. Pandangan mereka terhadap sekitar akan
menjadi jelas beragam nan indah, suatu dasar kekaguman kepada Allah Yang Maha Agung.
Kepada pendidik diversivikasi biologi bukan hanya diharapkan dapat berceritera tentang
benda-benda alami itu semata, tetapi yang dapat menggugah rasa kekaguman kepada Sang
Pencipta. Insya Allah.