• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Mikroba Udara Pada Kualitas Udara Gua Secara Mikologis : Studi Kasus Gua Anjani, Karst Menoreh, Purworejo, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Mikroba Udara Pada Kualitas Udara Gua Secara Mikologis : Studi Kasus Gua Anjani, Karst Menoreh, Purworejo, Jawa Tengah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Mikroba Udara Pada Kualitas Udara Gua Secara Mikologis :

Studi Kasus Gua Anjani, Karst Menoreh, Purworejo, Jawa Tengah

Dixy Dhyanti Prillyaning Saraswati, Agustin Erviana, Luthfiani Pangastikawati, Marbelisa Briliani

Kelompok Studi Biospeleologi UNY (BSG UNY)1, Gedung ORMAWA HIMABIO Karangmalang1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta

Email: dixydhyanti14@gmail.com1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman mikroba udara yang diuji secara mikologi berdasarkan zonasi gua dan mengetahui kualitas udara gua berdasarkan zonasi gua yang ada di Gua Anjani, Karst Menoreh, Purworejo. Metode yang digunakan dalam penelitian meliputi pengambilan sampel udara Gua Anjani, sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian, isolasi mikroba udara gua dengan menggunakan media PDA (Potato Dextrose Agar) yang ditambahkan Chloramfenicol, kemudian melakukan karakterisasi

dan identifikasi pada isolat dengan menggunakan buku ”Pengenalan Kapang Tropik Umum”. Karakterisasi dilakukan dengan cara pengamatan makroskopis dan mikroskopis yang meliputi

Growing zone, Eksudat drop, Warna Koloni, Warna Sebalik koloni, Radial Furrow, Konsentrasi Koloni dan Tekstur Koloni. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah didapatkannya 3 genus kapang udara yaitu Rhizopus, Fusarium dan Cladosporium. Genus

Rhizopus terdapat pada isolat dari sampel udara zona terang. Genus Fusarium dan

Cladosporium terdapat pada isolat dari sampel udara gelap. Ketiga genus kapang udara tersebut dapat diindikasikan dalam kategori patogen, sehingga berdasarkan hal tersebut kualitas udara di dalam gua kurang baik.

Kata kunci : Gua, Kapang Udara, Kualitas Udara Gua

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki bentangan alam Karst yang

mempunyai kekhasannya masing – masing, salah satu daerah yang termasuk dalam bentangan

karst adalah Karst Menoreh. Kawasan karst Menoreh merupakan karst yang terbentuk di Formasi Jonggrangan di perbatasan antara Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Purworejo.

Kawasan karst di Menoreh kurang lebih seluas 15 km2, membujur dari utara ke selatan. Seperti yang dapat diketahui bahwa setiap tempat dibelahan bumi manapun dapat digunakan sebagai tempat hidup mikroorganisme terutama adalah udara. Kualitas udara di berbagai tempat berbeda-beda salah satunya adalah gua. Udara merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan, tumbuhan demikian pula mikroorganisme. Udara sebenarnya relative kering dan mengandung sedikit nutrisi atau bahkan tidak mengandung nutrisi dan merupakan tempat tumbuh atau berkembang biaknya mikroorganisme. Akan tetapi, mikroorganisme selalu berada dalam udara karena relative kecil.

(2)

NH & MRC (National Health Medical Research Counsil). Kualitas udara masih memenuhi standar apabila total koloni kapang kurang dari sama dengan 150 CFU/m3 udara.

Pengaturan kelembaban sangat penting dalam ruangan khususnya gua. Kelembaban tinggi dan debu dapat menyebabkan kapang dan kontaminan biologis lainnya berkembang biak. Tingkat kelembaban relatif yang terlalu tinggi dapat mendukung pertumbuhan dan penyebaran polutan biologis penyebab penyakit. Kelompok mikroorganisme yang paling banyak ditemukan sebagai jasad hidup yang tidak diharapkan kehadirannya melalui udara, umumnya disebut jasad kontaminan. Adapun kelompok jamur yang termasuk dalam jasad kontaminan antara lain adalah: Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, dan Trichoderma. (Suryawiria, 1985).

Dalam pandangan seorang mikologi (orang yang ahli dalam bidang jamur), udara adalah lingkungan yang lebih miskin dibandingkan tanah dan air. Tetapi, bagaimanapun juga udara adalah lingkungan yang menyelubungi kita. Kedekatan dan interaksi kita dengan jamur di udara lebih sering daripada dengan tanah dan air (Splenger,J. ; 2001).

Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian terkait dengan mikroba udara yang fokus pada Kapang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis mikroba udara yang diuji secara mikologi berdasarkan zonasi gua dan untuk mengetahui kualitas udara gua berdasarkan zonasi gua yang terdapat di Gua Anjani, Karst Menoreh, Purworejo.

II.METODE

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksplorasi dengan mengambil sampel udara gua yang ada di gua Anjani, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah kemudian melakukan isolasi mikroba dalam udara gua secara mikologis untuk mengetahui identifikasi dan karakterisasi mikroba udara yang terdapat dalam udara gua. Sumber data diperoleh dari kajian pustaka jurnal ataupun buku pendukung terkait dengan teknik pengumpulan data berupa teknik eksplorasi serta isolasi dan identifikasi dilakukan dengan buku identifikasi terkait. Adapun variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari beberapa parameter yaitu terkait parameter karakterisasi kelompok mikroba udara dan kualitas udara yang ada di gua Anjani berdasarkan zonasi gua.

Waktu penelitian dilakukan di bulan Juni s.d bulan Juli 2014 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNY. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan di Gua Anjani, kawasan karst Menoreh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Analisa data dilakukan secara deskriptif terkait dengan metode eksplorasi yang digunakan dalam penelitian ini.

Hasil dan Pembahasan

Pengamatan koloni kapang yang tumbuh dalam media Potato Dextrose Agar (PDA) dilakukan pada waktu inkubasi ke-4 setelah penanaman sampel pada media PDA dilakukan dengan metode airbone. Hasil identifikasi menunjukkan koloni kapang udara memiliki perbedaan morfologi, baik secara mikroskopis dan makroskopis. Hasil identifikasi juga

menunjukkan genus kapang yang berhasil diisolasi dari genus Rhizopus, Fusarium,

(3)

Berikut adalah hasil karakterisasi dari 7 isolat murni yang terpilih dari kultur campuran. Kemudian dilakukan karakterisasi secara makroskopik dan dilakukan juga pengamatan secara mikroskopik dengan slide culture.

Tabel 1. Karakterisasi Isolat Udara Gua Anjani

No Isolat Growing

Tabel 2. Identifikasi Mikroskopis Isolat Udara Gua Anjani

No Isolat Genus Gambar Isolat Murni

Kapang

1 Zona Terang 3 Rhizopus

2 Zona Gelap 2 (1) Fusarium

(4)

4 Zona Gelap 3 (1) Cladosporium

5 Zona Gelap 3 (2) Rhizopus

6 Zona Gelap 3 (3) Rhizopus

7 Zona Gelap 3 (4) Rhizopus

Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis koloni Rhizopus yang ditemukan dalam karakterstik sebagai berikut : Permukaan atas (Top side), koloni tumbuh lambat, berwarna hijau kekuningan dengan tekstur koloni bergranula dan ditemukan zonasi serta tidak terdapat radial furrow. Riverside side, hifa berwarna transparan atau tidak berpigmen (hialain). Hasil pengamatan secara mikroskopis menunjukkan bahwa hifa koloni Rhizopus tidak berseptat (nonseptat), terlihat jelas sporanya, membentuk miselium seperti kapas, spora dan sporangiofor terlihat jelas. Rhizopus termasuk dalam filum Zygomycota ordo Murocales. Miselium dari Rhizopus disebut dengan stolon yang menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetative. Kapang dalam kelompok Rhizopus salah satunya dapat menyebabkan gangguan pada system pernafasan ditambah dengan kondisi gua yang sempit, pengap dan gelap akan menambah susah untuk bernafas.

(5)

mikrokonidia dan makrokonidia, konidia berwarna transparan dan bersepta. Secara mikroskopis marga tersebut dapat dikenali dari bentuk sporanya (makrokonidia) yang melengkung seperti bulan sabit dan memiliki sel kaki. Kapang tersebut bersifat parasite pada tanaman tingkat tinggi dan saprofit pada bagian tanaman yang membusuk. Salah satu spesies dari genus Fusarium diketahui sebagai penyebab penyakit busuk akar pada tanaman pisang dan tanaman tomat.

Pada genus Cladosporium, warna koloni terbentuk warna kuning dan tidak terdapat radial furrow. Akan tetapi memiliki zonasi dengan warna sebalik putih kekuningan. Tekstur genus Cladosporium ini bergranula. Pada pengamatan mikroskopis secara umum, massa miselium biasanya berwarna abu-abu hijau kotor, tetapi hifa secara mikroskopik hampir tidak berwarna. konidia terdiri dari banyak sel, berwarna cokelat dan membentuk rantai pada konidiofora. Kapang dalam kelompok ini dapat merusak pigmen kulit pada manusia yang menyebabkan noda hitam pada kulit manusia.

Dari ketiga genus kapang tersebut, ditemukan paling sering pada zona gelap total di dalam gua. Sedangkan pada zona remang, isolate kapang terkontaminasi sehingga tidak dapat dilakukan identifikasi maupun karakterisasi. Zona terang terdapat genus Rhizopus, zona gelap terdapat genus Fusarium, Cladosporium, dan Rhizopus. Kapang udara tersebut termasuk dalam kelompok patogen terhadap habitat gua maupun pengunjung gua. Kualitas udara gua tersebut termasuk dalam keadaan kurang baik, karena gua bercampur dengan guano yang juga terdapat kapang dan penyebarannya dapat melalui udara.

III. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa ketiga genus kapang udara tersebut termasuk dalam kapang patogen bagi semua makhluk hidup yaitu Fusarium, Rhizopus dan Cladosporium. Pada zonasi gelap total gua Anjani, terdapat berbagai macam kapang yang tergolong patogen. Kualitas udara gua pada zonasi gelap dikatakan kurang baik karena dari ke 7 isolat kapang yang diisolasi murni sebagian besar terdapat pada zona gelap total. Akan tetapi kualitas udara gua pada zonasi terang dan remang masih memenuhi standarisasi kualitas udara gua saat dilihat dari kultur campuran dengan metode airborne.

IV. DAFTAR PUSTAKA.

Bjorkman, E. 1970. Mychoriza and Tree Nutrition in Poor Forest Soil. Studia forestalia suicica no 83. Skoshog skolan Royal College of Foresty. Stockholm.

Dwidjoseputro. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.

Gandjar, I., R.A. Samson., Karin van Der Tweel Vermulen., A. Oetari., I. Santoso. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan obor Indonesia.

Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, and E. A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit EGC, Jakarta.

Pujiastuti, L. dkk. 1998. Kualitas Udara Dalam Ruang. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(6)

Splenger, J., Samet, J. M., & McCarthy, J.F. 2001. Indoor Air Quality. New York : McGraw-Hill. Suhardjono, Yayuk Rahayuningsih, dkk. 2012. Fauna Karst dan Gua Maros Sulawesi Selatan.

Jakarta: LIPI Press

Gambar

Tabel 1. Karakterisasi Isolat Udara Gua Anjani

Referensi

Dokumen terkait

Pada persamaan regresi yang kedua Good Corporate Governance, kesempatan tumbuh dan ukuran perusahaan tidak ada yang berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset

Eka Kurniawan (2018) meneliti tentang Pengaruh Tanggung Jawab Moral, Sanksi Perpajakan, dan Penerapan Sistem E-Filling Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis paparkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa walaupun pada saat perang dingin Tiongkok dan Amerika Serikat memiliki hubungan yang

Implikasi penting itu tidak saja terjadi pada bagaimana masyarakat melihat peristiwa itu secara hitam putih (dengan simpati besar terhadap tujuh perwira yang menjadi korban)

Hasil yang ingin ditampilkan adalah bagaimana sistem ini dapat melakukan proses perbaikan citra dengan beragam faktor degradasi (noise dan atau blur) dan memiliki performansi

Perlu diketahui bahwa Pasal 22 UUPT 2007 tidak mengatur secara pasti mengenai sah tidaknya akta perubahan anggaran dasar jangka waktu berdiri perseroan selayaknya seperti yang

Terkait dengan perlindungan terhadap upah borong yang terjadi di proyek Swakelola Kabupaten Deli Serdang adalah perlindungan terhadap hak yang semestinya Penyedia

Data yang akan diambil agar terstrukturnya penelitian ini yaitu dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial terhadap interaksi sosial siswa.Data tersebut dapat