• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pendidikan dan aspek Demogra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perencanaan Pendidikan dan aspek Demogra"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERENCANAAN PENDIDIKAN DENGAN ASPEK

DEMOGRAFI, SOSIAL, EKONOMI DAN POLITIK

MAKALAH DISKUSI PERENCANAAN PENDIDIKAN DOESEN PENGAMPU : DR.ARDI ADRI,M.Ag

Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok

Mata kuliah perencanaan pendidikan pada jurusan tarbiyah

Program studi manajemen pendidikan Islam

Kelompok 1 Semester VI

Oleh

KELOMPOK IV NUR SHOLEH,S.Ag

NIM. MP-2015014 AMIN FIKRI,S.Pd.I

NIM.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS PROGRAM PASCA SARJANA S2 MPI

(2)

A. Hubungan Perencanaan Pendidikan dengan Aspek Demografi

Demograf, secara etimologi (kebahasaan) berasal bahasa Latien, kata “demograhie” terdiri dari dua kata yaitu demos dan graphien, demos artinya penduduk dan graphien berarti catatan, bahasan tentang sesuatu. Secara etimology makna demograf adalah catatan atau bahasan mengenai penduduk suatu daerah pada waktu tertentu. Secara epistemology (berdasarkan ilmu pengetahuan) , pengertian demograf tidak sesederhana seperti dalam perspektif etimology, kata demograf diberi makna lebih spesifk tentang penduduk.1[1]

Demograf merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan graphein yang berarti menggambar atau menulis. Oleh karena itu, demograf dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk , terutama tentang kelahiran, perkawinan, kematian dan migrasi. Demograf meliputi studi ilmiah tentang jumlah, persebaran geografs, komposisi penduduk, serta bagaimana faktor faktor ini berubah dari waktu kewaktu. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Archille Guillard pada tahun 1855 dalam karyanya yang berjudul “elements de statistique humaine, ou demographie comparree” atau elements of human statistics or comparative demography (dalam Iskandar,1994). 2[2]

 Achille Guillard (1855) memberikan defnisi demograf sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur ,yaitu meliputi perubahan secara umum, fsiknya, peradabannya, intelektualitasnya, dan kondisi moralnya (lihat juga Iskandar, 1994).

 David v. Glass(1953) menekankan bahwa demograf terbatas pada studi penduduk sebagai akibat pengaruh dari proses demograf ,yaitu fertilitas,mortalitas,dan migrasi.

 United Nations(1958) dan International Union for the Scientifc Study of Population/IUSSP (1982) mendefnisikan demograf sebagai

1[1]rizqi dwi Alfiyanto, Pengertian Demografi dan Kependudukan, http://rakyat-sejahtera.blogspot.com/2013/06/pengertian-demografi-dan-kependudukan.html, diakses pada tanggal 8 April 2015.

2 [2] Bowo setyo, Defnisi Demograf menurut para ahli dalam

(3)

studi ilmiah masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta pertumbuhannya

 Philip m. Hauser dan Otis Dudley Duncan(1959) berpendapat bahwa demograf merupakan ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran territorial, komposisi penduduk, serta perubahannya dan sebab-sebab perubahan tersebut.

 Donald j. Bougue(1969) mendefnisikan demograf sebagai ilmu yang mempelajari secara statistik dsan matematik

jumlah,komposisi,distribusi penduduk,dan

perubahan-perubahannya sebagai akibat bekerjanya komponen-komponen pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian(mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas social.  George w. Brclay(1970) mendefnisikan demograf sebagai ilmu

yang memberikan gambaran secara statistik tentang penduduk. Demograf mempelajari perilaku penduduk secara menyeluruh bukan perorangan. Dengan defnisi-defnisi diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu demograf merupakan suatu ilmu untuk mempelajari perubahan-perubahan kependudukan dengan memanfaatkan data dan statistik dari data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah, persebaran pada kommponen-komponen utama pertumbuhan penduduk, yaitu = fertilitas, mortalitas, migrasi, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jumlah, struktur, dan persebaran penduduk.

Ilmu demograf digunakan oleh para ahli umumnya terdiri dari empat tujuan pokok, yaitu:

1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu, mengukur distribusi kesempatan tenaga kerja, distribusi persebaran penduduk dan merencanakan lokasi sekolah

2. Menjelaskan pertumbuhan penduduk masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.

3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek pembangunan sosial, ekonomi, budaya politik, lingkungan keamanan dan fungsi organisasi sosial.

(4)

Pada akhirnya, keempat tujuan pokok tersebut akan bermanfaat untuk:

1. Perencanaan pembangunan yang berhubungan dengan pendidikan, perpajakan, kemiliteran, kesejahteraan sosial, perumahan, pertanian dan lain-lain yang dilakukan pemerintah menjadi lebih tepat sasaran jika mempertimbangkan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang akan datang.

2. Evaluasi kinerja pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dengan melihat perubahan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang lalu beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Melihat peningkatan standar kehidupan melalui tingkat harapan hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup sesorang di negara yang bersangkutan.

4. Melihat seberapa cepat perkembangan perekonomian yang dilihat dari ketersediaan lapangan pekerjaan, persentase penduduk yang ada di sektor pertanian, pendidikan, industri dan jasa.3[3]

Di daerah-daerah yang menjadi pusat pendidikan banyak didatangi penduduk yang ingin melanjutkan pendidikan sehingga kepadatan penduduk semakin meningkat. Contohnya, Yogyakarta sebagai kota pendidikan banyak didatangi pelajar dan mahasiswa dari penjuru tanah air untuk melanjutkan pendidikan.4[4]

Dari hal itu, ada daerah-daerah yang memiliki beberapa faktor yang menyebabkan penduduknya semakin cepat bertambah padat. Kepadatan penduduk yang tidak merata, kurang menguntungkan dari segi pembangunan, maka salah satu usaha yang dilakukan untuk mengurangi kepadatan penduduk, yaitu dengan pemerataan pendidikan sampai ke daerah pedalaman untuk mengurangi arus migrasi ke pusat-pusat pendidikan.5[5]

Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar jumlah sekolah, guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut. Keterkaitan erat antara demografi dengan pendidikan sangat berperan penting, karena dengan ketersediaan data demografi baik dari sensus, survei maupun pencatatan kejadian-kejadian penting akan di jadikan dasar atau pedoman dalam perencanaan pembangunan bidang pendidikan.Faktor-faktor demografi, diantaranya melalui sensus penduduk, survei ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas untuk membantu dalam perumusan kebijakan misalnya menentukan besar anggaran untuk bidang pendidikan.

3[3]Rizki Dwi Alfiyanto, Ibid. Lihat pula buku 9_Aspek-aspek demografi,unisco,1986

4[4]Yudi Kustina, Makalah Keterkaitan antara demografi dan pendidikan,

https://yudikustiana.wordpress.com/2011/05/16/makalah-keterkaitan-antara-demografi-dan-pendidikan/, diakses pada tanggal 8 April 2015.

(5)

Faktor demograf dalam perencanaan pendidikan adalah kajian setrategis meliputi usia, jenis kelamin ( Gender ), pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Perencanaan keuangan yang baik dapat membantu seseorang maupun keluarga untuk dapat menyesuaikan perubahan hidup dengan mudah dan memberikan rasa aman akan kepentingan beaya hidup dan beaya pendidikan dengan tujuan fnansial dimasa mendatang. Sikap seseorang berbeda terhadap suatu obyek atau atribut yang dipengaruhi oleh jenis pekerjaan. Setiap pekerjaan memberikan pengalaman pribadi, pengaruh budaya tempat kerja dan lingkungan setrata sosial cenderung mempengaruhi pilihan perencanaan yang berbeda, seperti jenis pekerjaan sebagai pegawai negri sipil atau pegawai swasta terkait jaminan kesejahteraan dan dana pensiun. Pendidikan yang berhail diselesaikan seseorang juga menentukan besarnya pendapatan dan kelas sosial, juga berkontribusi bagi perencanaan keuangan. Jadi perbedaan jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan berpengaruh signifkan dalam perencanaan dan beaya pendidikan, proses pencapaian tujuan hidup seseorang melalui manajemen keuangan antara lain keperluan sewa rumah, mobil, menyediakan dana pendidikan anak, beaya kesehatan dan tunjangan pensiun hari tua. Penelitian yang dilakukan Cole ( 2009 ) dan Connoly ( 2005 ) mengemukakan bahwa adanya hubungan antara pendapatan dan tingkat pendidikan seseorang dengan pengelolaan perencanaan keuangan.

Demograf adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang jumlah, sturuktur dan perkembangannya. Penduduk adalah hasil tingkat kelahiran, tingkat migrasi dan tingkatkematian. Demograsi lajim digunakan untuk mnyebut studi tentang sipat terhadap komposisi dan pertumbuhan penduduk.dan demograsi adalah suatu studi statistik dan matematis tentang jumlah, komposisi san persebaran penduduk, serta perubahan faktor faktor ini setelah melewati kurun waktu yang yang disebabkan oleh lima proses yaitu fertilitas, moralitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.

B. Hubungan Perencanaan Pendidikan dengan Aspek Sosial dan Ekonomi

(6)

lingkungan sosial yang menjadi fokus hubungan sekolah dan masyarakat adalah lingkungan sosial yang mencakup manusia dan kebudayaannya.6 [7]

Selain itu ekonomi masyarakat juga ada hubungannya dengan perencanaan pendidikan. Umumnya masyarakat yang mempunyai penghasilan yang kecil atau dibawah rata-rata, mereka berupaya hasil dari pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk keluarga yang berpenghasilan menengah mereka lebih terarah kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang layak seperti makan, pakaian, membangun rumah, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan keluarga yang berpenghasilan tinggi dan berkecukupan mereka akan memenuhi segala keinginan yang mereka inginkan termasuk keinginan untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Itulah gambaran dinamika ekonomi masyarakat. Hal tersebut tentu akan menghambat perencanaan pendidikan pada umumnya.7[8]

Maka dari itu, mulai dari sekarang kita harus bisa merubah pemikiran-pemikiran yang kurang pas tersebut, khususnya bagi masyarakat yang berekomoni rendah. Kita harus bisa meyakinkan mereka bahwa pendidikan itu sangat penting dan paling utama yang harus di prioritaskan untuk kelangsungan hidup di waktu yang akan datang, sehingga perencanaan pendidikan dapat berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan.8[9]

Perencanaan pendidikan berdasarkan permintaan masyarakat digunakan dalam penelitian-penelitian dimana faktor penentu target jumlah peserta didik pada masa mendatang adalah terbatasnya ruang kelas, standar mutu yang dikombinasi dengan jatah penerimaan, kebijakan beasiswa dan beban uang pendidikan, jangkauan geograf, karakteristik kepercayaan calon peserta didik, standar mutu yang diterima, ujian dan kebijakan khusus, ataupun kebijakan umum dalam sistem penerimaan terbuka atau penerimaan terseleksi.

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai dengan keberadaannya. Lingkungan masyarakat akan memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam diri anak, apabila diwujudkan dalam proses dan

6[7]Cah Kudus, Korelasi Perencanaan Pendidikan,

http://www.cahkudus.tk/2013/06/korelasi-perencanaan-pendidikan-dengan.html, diakses pada tanggal 8 April 2015.

7[8] Cah Kudus,Ibid.

(7)

pola yang tepat. Tidak semua ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan maupun performan dapat dikembangkan oleh sekolah ataupun dalam keluarga. Karena keterbatasan dana dan kelengkapan lembaga tersebut. Kekurangan yang dirasakan akan dapat diisi dan dilengkapi oleh lingkungan masyarakat dalam membina pribadi anak didik atau individual secara utuh dan terpadu.9[10]

Menurut Purwanto (1990) ada tiga jenis hubungan antara sekolah dan masyarakat, yaitu :

1. Hubungan edukatif

Hubungan edukatif adalah hubungan kerjasama dalam hal mendidik murid antara guru dan orang tua. Hubungan ini mempunyai maksud agar tidak terjadi perbedaan prinsip yang dapat mengakibatkan keragua-raguan dalam kepribadian dan sikap seorang anak. Hubungan kerjasama yang lainnya adalah dengan berusaha memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Cara kerjasama itu dapat direalisasikan dengan pertemuan rutin orangtua murid ke sekolah demi membahas masalah murid yang ada.10[11]

Dengan adanya hubungan ini, diharapkan pihak sekolah dan orangtua murid dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekolah yang dapat meningkatkan mutu pendidikan bagi murid sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik.

2. Hubungan Kultural

Hubungan Kultural adalah usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Sekolah merupakan suatu lembaga yang seharusnya dapat dijadikan barometer bagi maju-mundurnya kehidupan, cara berpikir, kepercayaan, kesenian, dan adat-istiadat. Dan kemudian sekolah juga seharusnya dapat dijadikan titik pusat dan sumber tempat terpancarnya norma-norma kehidupan yang baik bagi kemajuan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang maju. Jadi, bukanlah sebaliknya sekolah hanya mengintroduksikan apa yang hidup dan berkembang di masyarakat.11[12]

9[10]Ibid.

10[11]Ibid.

(8)

Untuk itu diperlukan adanya hubungan yang fungsional antara kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan kurikulum sekolah disesuaikan dengan Kebutuhan-kebutuhan dan tuntutan dari perkembangan masyarakat. Untuk menjalankan hubungan kerja sama ini, sekolah harus mengerahkan murid-muridnya untuk membantu kegiatan-kegiatan sosial yang diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan-kegiatan sosial ini berarti mendidik anak-anak berpartisipasi dan turut bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.12[13]

3. Hubungan institusional

Hubungan Institusional adalah hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instasi-instasi resmi lain, baik swasta maupun pemerintahan, seperti hubungan kerja sama antara sekolah dengan sekolah-sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat, jawatan penerangan, jawatan pemerintahan, perikanan dan peternakan, dengan perusahaan-perusahaan Negara atau swasta, yang berkaitan dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya.13[14]

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya akan hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas macam golongan, jabatan, status sosial, dan bermacam-macam pekerjaan, sangat memerlukan adanya hubungan kerjasama itu. Menurut E. Mulyasa (dalam Udi Syaefuddin dan Abin Samsudin Maknun, 2009), model manajemen sekolah atau pendidikan dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan sekolah atau pendidikan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, disertai pembinaan secara kontinyu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya, dan khususnya masyarakat yang berkepentingan langsung dengan sekolah. Simpati masyarakat akan tumbuh melalui upaya-upaya sekolah dalam menjalin hubungan secara intensif dan proaktif, disamping membangun citra lembaga yang baik.14 [15] Perencanaan pendidikan perlu mempertimbangkan aspek sosiologis seperti yang dijelaskan diatas yaitu kebiasaan, adat istiadat dan kebudayaan serta nilai-nilai budaya masyarakat setempat dan aspek-aspek ekonomi seperti tingkat pendapatan, pola konsumsi, dan sebagainya.Setiap kebijakan yang dituangkan dalam rencana pendidikan yang dilaksanakan akan mempengaruhi kehidupan sosial dan tingkah laku

12[13] http://artikelkesmas.blogspot.co.id/2013/05/makalah-demografi.html

13[14]Ibid.

(9)

kelompok masyarakat, oleh karena itu dalam perencanaan pendidikan harus memperhatikan aspek-aspek sosiologis yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan, di antaranya yaitu :

a. Bagaimana aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, di mana pendidikan dapat memberikan kesempatan untuk memperbaiki mutu kehidupan;

b. Bagaimana mendapatkan pendidikan yang mudah dan murah sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat;

c. Bagaimana mempersiapkan fasilitas pendidikan dan mutu pendidikan yang baik;

d. Bagaimana menghadapi situasi dan aspirasi masyarakat yang selalu bergerak dan berkembang.

Secara kongkrit, tujuan diselenggarakannya hubungan sekolah dan masyarakat adalah :

a. Mendapatkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.

b. Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun fnancial yang masyarakat, kemajuan ekonomi mendorong perkembangan pendidikan, dan pendidikan yang maju merupakan salah satu persyaratan untuk perkembangan ekonomi selanjutnya. Pendidikan merupakan suatu investasi yang berguna bukan saja untuk perorangan atau individu saja, tetapi juga merupakan investasi untuk masyarakat. Hal ini, secara sosial, ekonomi, adat istiadat dan aspek lain dalam masyarakat adalah kesalahan fatal dalam merumuskan konsep pendidikan. Maka dari itu, untuk mengatasi gagalnya konsep pendidikan, maka perlu dilakukan kajian yang mendalam terhadap masalah-masalah sosial yang berdampak terhadap perencanaan pendidikan. Diantara solusi tersebut adalah sebagai berikut :

(10)

a. Mengetahui tingkat kemiskinan. Dengan mengetahui tingkat kemiskinan pihak pemerintah dapat menentukan tingkat pemerataan yang sudah direncanakan.

b. Membangun kepercayaan masyarakat melalui sosialisasi pentingnya pendidikan serta memberi beasiswa kepada anak-anak miskin untuk turut mengenyam pendidikan.

c. Dalam merencanakan pendidikan harus memperhatikan dan menerapkan pembentukan karakter peserta didik.

d. Pemerintah memberikan bekal ketrampilan sesuai dengan lingkungan kerja.

e Penyelanggaraan kerja lebih menekankan kepada keahlian sesuai dengan kompetensinya, ini terkait masalah sosial yang berhubungan dengan aspek pendidikan. Jika hal ini diterapkan, pendidikan tidak hanya menekankan pada sisi kognitifnya saja, melainkan lebih berfokus pada sisi karakter dan keterampilan setiap individu.16[17] Prinsip-prinsip perencanaan pendidikan. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:

1. Prinsip interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau beragam kehidupan. Hal ini penting karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik harus menyangkut berbagai jenis pengetahuan, beragam ketrampilan dan nilai-norma kehidupan yang berlaku di masyarakat.

2. Prinsip fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap perkembangan atau perubahan kehidupan di masyarakat. Hal ini penting, karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik adalah menyiapkan siswa untuk mampu menghadapi perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan beragam tantangan kehidupan terkini.

3. Prinsip efektiftas-efsiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan pendidikan didasarkan pada perhitungan sumber daya yang ada secara cermat dan matang, sehingga perencanaan itu ‘berhasil guna’ dan ‘bernilai guna’ dalam pencapaian tujuan pendidikan. 4. Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi

peluang kepada semua warga sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan dengan beragam pembaharuan layanan pendidikan yang lebih berkualitas, sesuai dengan peranan masing-masing. 5. Prinsip objektif, rasional dan sistematis, artinya perencanaan

pendidikan harus disusun berdasarkan data yang ada, berdasarkan

(11)

analisa kebutuhan dan kemanfaatan layanan pendidikan secara rasional (memungkinkan untuk diwujudkan secara nyata), dan mempunyai sistematika dan tahapan pencapaian program secara jelas dan berkesinambungan.

6. Prinsip kooperatif–komprehensif, artinya perencanaan yang disusun mampu memotivasi dan membangun mentalitas semua warga sekolah dalam bekerja sebagai suatu tim (team work) yang baik. Disamping itu perencanaan yang disusun harus mencakup seluruh aspek esensial (mendasar) tentang layanan pendidikan akademik dan non akademik setiap peserta didik.

7. Prinsip human resources development, artinya perencanaan pendidikan harus disusun sebaik mungkin dan mampu menjadi acuan dalam pengembangan sumber daya manusia secara maksimal dalam mensukseskan program pembangunan pendidikan. Layanan pendidikan pada peserta didik harus betul-betul mampu membangun individu yang unggul baik dari aspek intelektual (penguasaan science and technology), aspek emosional (kepribadian atau akhlak), dan aspek spiritual (keimanan dan ketakwaan) , atau disebut IESQ yang unggul ( Banghart, F.W and Trull, 1990; Langgulung, H., 1992). H.I. Ansoff (1990)17 dalam bukunya “Implementing Strategi”, mengatakan manajemen strategik adala proses manajemen, hubungan antara perusahaan dengan lingkungan, terdiri dari perencanaan staretgic,perencanaan kapabilitas dan manajemen perubahan. Arnoldo C. Hax & Nichholas S. Majluk18 dalam bukunya “Strategi Manajemen”, mengatakan bahwa manajemen strategic adalah sebagai cara menuntun perusahaan pada sasaran utama pengembangan nilai korporasi,kapabilitas manajerial, tanggung jawab organisasi, dan sistem administrasi yang menghubungkan pengambilan keputusan strategik dan tindakan operasional pada seluruh tingkat hierarki, dan melewati seluruh lini bisnis dan fungsi otoritas perusahaan. Menurut Banghart and Trull dalam M. Arifn, Filsafat Pendidikan Islam (2007) ada beberapa tahapan yang semestinya dilalui dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:

1. Tahap need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau taksiran yang diperlukan dalam proses

17 Ansoff, H. Igor & Edward Mc Donnel, Implementing Strategic Management: , Practice Hall, 1990

(12)

pembangunan atau pelayanan pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan memberikan masukan tentang: (a) pencapaian program sebelumnya; (b) sumber daya apa yang tersedia, dan (c) apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke depan yang akan dihadapi.

2. Tahap formulation of goals and objective, yaitu perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang hendak dicapai. Perumusan tujuan perencanaan pendidikan harus berdasarkan pada visi, misi dan hasil kajian awal tentang beragam kebutuhan atau taksiran (assessment) layanan pendidikan yang diperlukan.

3. Tahap policy and priority setting, yaitu merancang tentang rumusan prioritas kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam layanan pendidikan. Rumusan prioritas kebijakan ini harus dijabarkan kedalam strategi dasar layanan pendidikan yang jelas, agar memudahkan dalam pencapaian tujuan.

4. Tahap program and project formulation, yaitu rumusan program dan proyek pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan pendidikan, menyangkut layanan pedidikan pada aspek akademik dan non akademik.

5. Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber daya (sumber daya internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material).

6. Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh: (a) kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan, dan siswa); (b) iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai suatu tim kerja (team work) yang handal; dan (c) kontrol atau pengawasan dan pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan atau implementasi program layanan pendidikan.

7. Tahap evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai (mengevaluasi) tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, sebagai feedback (masukan atau umpan balik), selanjutnya dilakukan revisi program untuk rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih baik.

Kedudukan perencanaan pendidikan dalam proses layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah:

(13)

2. Mengetahui beberapa sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki untuk dimanfaatkan secara maksimal, dan juga mengetahui beberapa kendala, hambatan dan tantangan yang akan dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan.

3. Memberi peluang pada setiap warga sekolah dalam meningkatkan beragam kemampuan, keahlian atau ketrampilan secara maksimal, dalam rangka mewujudkan tujuan layanan pendidikan.

4. Memberikan kesempatan bagi pelaksana program untuk memilih beberapa alternatif pilihan tentang metode atau strategi atau pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan perencanaan

pendidikan, agar efektif dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. 5. Memudahkan dalam pencapaian tujuan pendidikan, disamping itu

telah disusun skala prioritas sasaran tujuan yang akan dicapai. 6. Memudahkan dalam melakukan evaluasi tentang seberapa besar

pencapaian tujuan layanan pendidikan yang telah diraih, instrumen apa yang dipakai dalam mengukur keberhasilan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan

7. Memudahkan dalam melakukan revisi program layanan pendidikan dan proses penyusunan perencanaan pendidikan berikutnya, sesuai dengan dinamika dan perkembangan kehidupan sosial-budaya (Banghart, F.W and Trull, A. 1990; Tilaar.H.A.R. 1998; Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007).

C. Beberapa model Pendekatan Perencanaan Pendidikan hubungannya dengan aspek sosial budaya, ekonomi dan politik

Menurut para ahli, ada beragam pendekatan perencanaan pendidikan, yaitu: pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach); pendekatan untung rugi (cost and beneft approach); dan pendekatan keefektifan biaya (cost effectiveness approach). Berikut ini akan dijelaskan secara singkat keempat pendekatan perencanan pendidikan tersebut

1. Pendekatan kebutuhan sosial

(14)

pendidikan dasar; (2) pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah dari tuna aksara (buta huruf); dan (3) pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat dari rasa ketakutan dari penjajahan, dari kebodohan dan dari kemiskinan. Oleh karena itu pendekatan kebutuhan sosial ini biasanya dilaksanakan pada negara-negara yang baru meraih kemerdekaan dari penjajahan, dengan kondisi masyarakat pribumi yang terbelakang pendidikannya dan kondisi sosial ekonominya.

Apabila pendekatan kebutuhan sosial ini dipakai, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan atau diperhatikan oleh penyusun perencanaan dalam merancang perencanaan pendidikan, antara lain: (1) melakukan analisis tentang pertumbuhan penduduknya; (2) melakukan analisis tentang tingkat partisipasi warga masyarakatnya dalam pelaksanaan pendidikan, misalnya melakukan analisis persentase penduduk yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, yang dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan; (3) melakukan analisis tentang dinamika atau gerak (mobilitas) peserta didik dari sekolah tingkat dasar sampai perguruan tinggi, misalnya kenaikan kelas, kelulusan, dan dropout; (4) melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang jenis layanan pendidikan di sekolah; (5) melakukan analisis tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan, dan dapat difungsikan secara maksimal dalam proses layanan pendidikan; dan (6) melakukan analisis tentang keterkaitan antara output satuan pendidikan dengan tuntutan masyarakat atau kebutuhan sosial di masyarakat (C.A.Anderson,1983;Perencanaan Pendidikan dalam konteks sosial).

1. Pendekatan ketenagakerjaan

(15)

beragam bekal pengetahuan dan ketrampilan apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik terutama pada masyarakat ekonomi berkeembang.

1. Pendekatan keefektifan biaya

Pendekatan ini berorientasi pada konsep Investment in human capital (investasi pada sumber daya manusia). Pendekatan ini sering disebut pendekatan untung rugi. Diantara ciri-ciri pendekatan ini antara lain: (1) pendidikan memerlukan biaya investasi yang besar, oleh karena itu perencanaan pendidikan yang disusun harus mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomis; (2) pendekatan ini didasarkan pada asumsi, bahwa: (a) kualitas layanan pendidikan akan menghasilkan output yang baik dan secara langsung akan memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi masyarakat; (b) sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional adalah sebanding dengan tingkat pendidikannya; (c) perbedaan pendapatan seseorang di masyarakat, ditentukan oleh kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh latar belakang sosialnya; (3) perencanaan pendidikan harus betul-betul diorientasikan pada upaya meningkatkan kualitas SDM (penguasaan Iptek), dan dengan tersedianya kualitas SDM, maka diharapkan income masyarakat akan meningkat; dan (4) program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi akan menempati prioritas pembiayaan yang besar.18[19]

Mungkin yang terpenting dari fungsi-fungsi tersebut bahwa sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya menjadi agen-agen sosialisasi politik. Lembaga-lembaga pendidikan menjadi tempat dimana individu-individu, terutama anak-anak dan generasi muda, mempelajari sikap-sikap dan perasaan tentang sistem politik, dan sejenis peran politik yang diharapkan dari mereka.20[19]

Berbagai institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat dapat berfungsi sebagai alat kekuasaan dalam upaya membentuk sikap dan keyakinan politik yang dikehendaki. Berbagai aspek pembelajaran,

19 [18] Dr.Arifn, https://drarifin.wordpress.com/2010/07/15/konsep-perencanaan-pendekatan-dan-model-perencanaan-pendidikan/ diakses tanggal 14/09/2015

20[20]Amriani Hamzah, Hubungan Politik dengan Pendidikan,

(16)

terutama kurikulum dan bahan-bahan bacaan, sering kali diarahkan pada kepentingan politik tertentu.21[20]

Menambahkan bahwa salah satu komponen terpenting pendidikan, kurikulum, misalnya, dapat menjadi media sosialisasi politik. Menurutnya, kurikulum disuatu lembaga pendidikan memiliki tiga sumber utama. Pertama, pendapat kelompok profesional pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh institusi-institusi pelatihan guru dan sering kali merefleksikan atau mengadaptasi ide dari individu-indovidu yang didewa-dewakan, seperti John Dewey, John Lock, dan Wiliam Stern.22[20]

Di banyak negara totaliter dan negara berkembang, pemimpin politik sangat menyadari fungsi pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan politik. Mereka melakkan berbagai cara untuk mengontrol sistem pendidikan dan menitipkan pesan-pesan politik melalui metode an bahan ajar (curriculum content) pendidikan. Dinegara-negara komunis, misalnya, metode brain washing digunakan secara luas untuk membentuk pola pikir kaum muda, agar sejalan dengan doktrin komunisme.23[21]

Pendidikan dan politik merupakan dua hal yang seiring sejalan dalam mencerdaskan bangsa. Kedua-duanya tidak berjalan sendiri-sendiri akan tetapi saling berhubungan atau berkaitan. Pendidikan menyiapkan sumber daya manusia untuk mengurus politik dan negara. Negara mengalokasikan biaya untuk mendukung kecancaran proses pendidikan. Dalam perspektif Islam keterlibatan Negara untuk membangun dan mendukung proses pembelajaran diberbagai lembaga pendidikan mutlak dibutuhkan.24[22]

Transformasi nilai-nilai politik melalui institusi pendidikan melalui intervensi dalam perbuatan kebijakan pendidikan di Indonesia sangat kuat, bahkan institusi pendidikan merupakan wilayah politik negara dan pemerintahan, Pendidikan adalah suatu tindakan sosial yang pelaksanaanya dimungkinkan melalui suatu jaringan hubungan- hubungan kemanusiaan. Jaringan-jaringan inilah bersama dengan hubungan-hubungan dan peranan peranan individu di dalamnyalah yang menentukan watak pendidikan di suatu masyarakat. Politik adalah bagian dari paket kehidupan lembaga- lembaga pendidikan Hal ini menegaskan bahwa pendidikan dan politik

21[19]Ibid.

22[20]Ibid.

23[21]Ibid.

(17)

adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan saling mempengaruhi. Berbagai aspek pendidikan selalu mengandung unsur- unsur politik, begitu juga sebaliknya setiap aktivitas politik ada kaitanya dengan aspek- aspek kependidikan.25[23]

Keduanya sering dilihat oleh sebagian orang tidak ada kaitan dan hubungan, padahal politik dan pendidikan saling menopang dan saling mengisi satu sama lain. Pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku dan moralitas masyarakat di suatu Negara. Begitu juga sebaliknya, perilaku politik di suatu negara memberikan karakteristik pendidikan di negara tersebut.

Hubungan erat antara pendidikan dengan politik dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi perkembangan pendidikan. Dampak positif yang dapat dihasilkan dari hubungan keduanya adalah pemerintah sebagai pemegang peranan penting dalam politik dapat memberikan subsidi kepada pendidikan. Dengan adanya subsidi tersebut pendidikan bisa berkembang sebagaimana mestinya.26[24]

Hubungan antara politik pendidikan dapat memberikan dampak negatif atau positif bergantung pada pemegang peranan penting dalam politik tersebut. Jika pemegang tanggung jawab pendidikan dalam politik tidak mempunyai kompeten dalam bidang pendidikan, Jika kita melihat realitas politik di Indonesia saat ini, maka hendaknya pendidikan dijadikan satu hal yang netral. Dan ini akan memecahkan konsentrasi lembaga terhadap pendidikan, yang pada akhirnya akan merusak nilai-nilai mulia pendidikan.27[28]

Kesimpulan:

Kata Demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti ’Demos’ adalah rakyat atau penduduk dan ’Grafein’ adalah menulis. Jadi Demografi adalah tulisan atau karangan mengenai penduduk. Istilah ini pertama kali dipakai untuk pertama kalinya oleh Achille Guilard.

25[23] Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Muhaimin, dkk. 2012. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

26[24]Imamam harmaini, http://visualheritageblog.blogspot.co.id/2010/12/aspek-sosial-budaya-arsitektur.htmlLabel

(18)

Demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Stuktur penduduk meliputi jumlah, persebaran dan komposisi penduduk. Stuktur ini berubah-ubah yang disebabkan oleh proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migarsi.

Ketiga faktor ini disebut dengan komponen pertumbuhan penduduk. Selain ketiga faktor tersebut struktur penduduk ditentukan juga oleh faktor yang lain misal perkawinan, perceraian. Perubahan stuktur yaitu perubahan dalam jumlah maupun komposisi akan memberikan pengaruh sosial, ekonomi dan politis terhadap penduduk yang tinggal disuatu wilayah.2928

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam, maka memerlukan partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.

2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.

3. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas/ bermutu bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.29[29]

“Perencanaan sebagai suatu proses adalah suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan, dalam perencanaan terkandung suatu aktivitas tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai hasil tertentu yang diinginkan”

beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain: (a) prinsip interdisipliner; (b) prinsip fleksibel; (c) prinsip efektifitas-efisiensi; (d) prinsip progress of change; (e) prinsip objektif, rasional dan sistematis; dan (f) prinsip kooperatif-komprehensif; dan (g) prinsip human resources development. Kelima, beberapa tahapan yang semestinya harus dilalui dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain: (a) tahap need assessment; (b) tahap formulation of goals and objective; (c) tahap

policy and priority setting; (d) tahap program and project formulation; (e) tahap feasibility

testing; (f) tahap planimplementation; dan (g) tahap evaluationand revision for future plan.

Keenam, ada beragam pendekatan perencanaan pendidikan, yaitu: pendekatan kebutuhan

sosial (social demand approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach); pendekatan untung rugi (cost and benefit approach); dan pendekatan keefektifan biaya (cost

effectiveness approach).

28 www.anahera.com/demograf sosial, lihat Irma Haeruddin,

http://artikelkesmas.blogspot.co.id/2013/05/makalah-demograf.html

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyanto, Rizqi dwi.Pengertian Demografi dan Kependudukan, http://rakyat-sejahtera.blogspot.com/2013/06/ pengertian-demografi-dan-kependudukan.html, diakses pada tanggal 8 April 2015.

Hamzah, Amriani. Hubungan Politik dengan Pendidikan,

http://amrianihamzah.blogspot.com/2013/01/hubungan-politik-dengan-pendidikan.html, dikases pada tanggal 8 April 2015.

Langgulung, H., 1992. Asas-asas Pendidikan Islam. Pustaka Al Husna. Jakarta

Mulyasa, E. 2003, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007. Perencanaan Pendidikan, Suatu Pendekatan Komprehensif. Remaja Rosdakarya. Jakarta.

Sagala, S. 2009. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Dr. Hj.Nirva Diana, M.Pd, Ml kuliah Fungsodui Perencanaan, Program pasca sarjana Menejemen Pendidikan, IAIN Bandar Lampung,2012

Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Dr.Arifin,M.Si, Konsep,Model Perencanaan Pendidikan dalam jurnal diakses tanggal 14/09/2015, https://drarifin.wordpress.com/2010/07/15/konsep-perencanaan-pendekatan-dan-model-perencanaan-pendidikan/

Irma Haeruddin Labels: aplikasi demografi., pengertian demografi, ruang lingkup demografi, tujuan dan manfaat demografi, ukuran-ukuran dasar demografi, variabel demografi

Muhaimin, dkk. 2012. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kudus, Cah. Korelasi Perencanaan Pendidikan, http://www.cahkudus.tk/2013/06/korelasi-perencanaan-pendidikan-dengan.html, diakses pada tanggal 8 April 2015.

Kustina, Yudi. Makalah Keterkaitan antara demografi dan pendidikan,

https://yudikustiana.wordpress.com/2011/05/16/ makalah-keterkaitan-antara-demografi-dan-pendidikan/, diakses pada tanggal 8 April 2015.

(20)

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Label: PERENCANAAN PENDIDIKAN

Referensi

Dokumen terkait

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa seizin dari penerbit.. Cetakan

Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Lama Kerja Sebagai.. Variabel Moderating (Studi pada

Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik?. “Jangan takut Pak, aku

Dari penjabaran konten yang didapat dari tiga buku metode gitar klasik di atas dapat kita lakukan pembahasan bahwa metode pembelajaran gitar klasik untuk tangan kanan

Tambahan pula kajian yang berkaitan dengan tahap kemahiran berfikir secara kreatif dan kemahiran berfikir aras tinggi menggunakan peta minda Buzan telah

Aplikasi ini diharapkan dapat membantu gereja dalam mengelola data inventaris gereja, melakukan pencarian data umat, memudahkan gereja dalam menginformasikan

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

Dengan hasil ini dapat dinyatakan H 0 ditolak dan H a diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group