• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komposit Secara Umum - Pembuatan Dan Karakterisasi Papan Komposit Poliester Dengan Pengisi Serat Batang Pisang Abaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komposit Secara Umum - Pembuatan Dan Karakterisasi Papan Komposit Poliester Dengan Pengisi Serat Batang Pisang Abaka"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Komposit Secara Umum

Komposit didefinisikan sebagai kombinasi antara dua material atau lebih yang

berbeda bentuknya, komposisi kimianya, dan tidak saling melarutkan antara

materialnya dimana material yang satu berfungsi sebagai penguat dan material

yang lainnya berfungsi sebagai pengikat untuk menjaga kesatuan unsur-unsurnya.

Secara umum terdapat dua kategori material penyusun komposit yaitu matrik dan

reinforcement. (Maryanti, 2011)

Komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat

dengan serat, menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik. Ilustrasi ikatan dan

sifat fisik polimer dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Komposisi Komposit (Sumber: K. Van Rijswijk, 2001)

Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber)

sebagai bahan pengisi dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang dikenal

dengan matriks. Di dalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan

bahan pengikatnya menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan

mempunyai daya pengikat yang tinggi. Penggunaan serat sendiri yang utama

adalah untuk menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan,

kekuatan serta sifat-sifat mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi serat digunakan

untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja ada bahan komposit, matriks

sendiri mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja

dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu untuk bahan serat Composite material Resin

(2)

digunakan bahan-bahan yang kuat, kaku, dan getas, sedangkan bahan matriksnya

dipilih bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia.

2.2 Penyusun Komposit

Komposit pada umumnya terdiri dari dua fasa

1. Matriks /penguat pada pembuatan komposit

Mariks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi

volume terbesar (dominan). Matriks mempunyai Fungsi sebagai berikut :

a. Mentransfer tegangan keserat

b. Membentuk ikantan koheren, permukaan matrik /serat

c. Melindungi serat

d. Memisahklan serat

e. Melepas ikatan

f. Tetap setabil setelah proses manufaktur

2. Reinforcement atau filler / Fiber

Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat)

yang berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit. Adanya dua penyusun komposit atau lebih menimbulkan beberapa daerah dan istilah

penyebutannya. Matriks (penyusun dengan fraksi volume terbesar), penguat

(penahan beban utama), Interfhase (pelekat antar dua penyusun), interfface

(permukaan fasa yang berbatasan dengan fasa lain. (Surdia, 2005)

(3)

2.3 Klasifikasi Bahan Komposit

Klasifikasi komposit dapat dibentuk dari sifat dan strukturnya. Bahan komposit

dapat diklasifikasikan kedalam beberapa jenis. Secara umum klasifikasi komposit

sering digunakan antara lain seperti:

Klasifikasi menurut kombinasi material utama, seperti metal-organic atau

metal anorganic.

1. Klasifikasi menurut karakteristik bulk-form, seperti sitem matrik atau

lamite.

2. Klasifikasi menurut distribusi unsur pokok, seperti continous dan

discontinous.

3. Klasifikasi menurut ungsinya, seperti elektrikal atau structural.

Sedangkan klasifikasi untuk komposit serat (fiber-matric composites)

dibedakan menjadi beberapa macam antara lain:

1. Fiber Composites (komposit serat) adalah gabungan serat dengan matrik

2. Flake Composite adalah gabungan serpih rata dengan matrik

3. Partikulate Composites adalah gabungan partikel dengan matrik

4. Filled Composites adalah gabungan matrik continous skeletak dengan matrik yang kedua

5. Laminar Composites adalah gabungan lapisan atau unsur pokok lamina.

(Schwart, 1984)

Secara umum bahan komposit terdiri dari dua macam, yaitu bahan

komposit partikel (partikulat omposite) dan bahan komposit serat (fiber

composite). Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel yang di ikat oleh

matrik. Bahan komposit partikel pada umumnya lebih lemah dibanding dengan

bahan komposit serat, namun memiliki keunggulan seperti ketahanan terhadap

aus, tidak mudah retak, dan mempunyai daya pengikat dengan matrik yang baik.

Bahan komposit serat terdiri dari serat-serat yang diikat oleh matrik yang

saling berhubungan. bahan komposit serat ini terdiri dari dua macam, yaitu serat

panjang (continuos fiber) dan serat pendek (short fiber atau whisker). Penggunaan

(4)

itu bahan komposit serat sangat kuat dan kaku bila dibebani searah serat, dan

sebaiknya sangat lemah bila dibebani dalam arah tegak lurus serat. (Hadi ,2001)

Pada gambar 2.2 dibawah ini digambarkan klasifikasi bahan komposit yang

paling umum. (Hadi,2001)

Gambar 2.3 Klasifikasi bahan komposit

2.4Tipe Serat Komposit

Untuk memperoleh komposit yang kuat harus dapat menempatkan serat dengan

benar. Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit,

yaitu:

1. Continuous Fiber Composite

Tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk laminan

diantara matriknya.jenis komposit ini paling sering digunakan. Tipe ini

mempunyai kelemahan pada pemisahan antara lapisan. Hal ini dikarenakan

kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya. Bahan Komposit

Komposit serat Komposit

Serat satu Serat multi Arah

Laminat Hybrid

Arah

Serat Serat tidak

Serat satu arah

Serat dua arah (woven)

(5)

2. Woven Fiber Composite (bi-directional)

Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena

susunan seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat

memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan

kekakuan akan melemah.

3. Fiber Composite

Discontinuous Fiber Compositeadalah tipe komposit dengan serat pendek.

Tipe ini dibedakan lagi menjadi:

a) AlignedDiscontinuous fiber (Serat pendek dengan tipe searah)

b) Off-axis aligned disontinuous fiber(serat pendek dengan tipe silang)

c) Randomly Oriented Discontinuous fiber (serat pendek dengan tipe acak

4. Hybrid Fiber Composite

Hybrid Fiber Composite merupakan komposit gabungan antara tipe serat

lurus dengan serat acak. tipe ini digunakan supaya dapat mengganti

kekurangan sifat dari kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya.

Pada gambar 2.3 dapat dilihat berbagai macam tipe dari komposit serat.

Gambar 2.4 Tipe Komposite Serat

Woven Fiber Composite Continuous Fiber Composite

(6)

2.5Papan Partikel

2.5.1 Pengertian Papan Partikel

Papan partikel merupakan lembaran hasil pengempaan panas campuran partikel

kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan partikel orgaanik dan bahan

lainnya. Papan partikel juga dapat diartikan sebagai lembaran bahan yang terbuat

dari serpihan kayu atau bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa seperti

keping, serpih, untai yang disatukan dengan menggunakan bahan pengikat organik

dengan memberikan perlakuan panas ,tekanan, katalis dan sebagainya.

Dari pengertian diatas maka Papan partikel dapat didefenisikan sebagai

produk panel yang dihasilkan dengan menempatkan partikel-partrikel kayu

sekaligus mengikatnya dengan suatu prekat. Tipe-tipe papan partikel yang banyak

ini sangat berbeda dalam hal ukuran dan bentuk partikel, jumlah resin (perekat)

yang digunakan dan kerapatan panel yang dihasilkan.(Iskandar, 2009)

Adapun Tipe-tipe partikel yang digunakan untuk bahan baku pembuatan

bahan papan partikel yaitu:

a) Pasahan (shaving), partikel kayu kecil berdimendi tidak menentu yang

dihasilkan apabila mengetam lebar atau mengetam sisi ketebalan kayu.

b) Serpih (flake), partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan

sebelumnya yang dihasilkan dengan peralatan yang telah dikhususkan.

c) Biski (wafer), serupa serpih tetapi bentuknya lebih besar. Biasanya lebih dari

0,02 inci tebalnya dan lebih 1 inci panjangnya.

d) Tatal (chips), sekeping kayu yang dipotong dari suatu blok dengan pisau yang

besar atau pemukul.

e) Serbuk gergaji, dihasilkan oleh pemotongan dengan gergaji.

f) Untaian, pasahan panjang tetapi pipih dengan permukaan yang sejajar.

g) Kerat, bentuk persegi potongan melintang dengan panjang paling sekitar 4

kaki tebalnya.

(7)

2.5.2 Kegunaan Papan Partikel

Penggunaan papan partikel (komposit) dibedakan menjadi dua bagian :

a) Struktur Komposit

Dipergunakan untuk dinding, atap, bagian lantai, tangga, komponen

kerangka, mebel dan lain-lain. Bahan yang digunakan untuk memikul beban

di dalam penggunaannya, penggunaan perekat eksterior akan menghasilkan

papan eksterior sedangkan pemakaian perekat interior akan menghasilkan

papan partikel interior.

b) Non Struktural Komposit

Komposit ini tidak digunakan untuk memikul beban, penggunaan akhir

produknya untuk pintu, jendela, mebel, banah pengemas, pembatas ubin,

bagian interior mobil dan lain-lain.

2.6 Kelebihan Bahan Komposit

Bahan Komposit mempunyai beberapa kelebiha dibandingkan dengan bahan

konvensional seperti logam. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat kita lihat

dari beberapa sudut yang penting seperti sifat-sifat mekanik dan sifat fisis. Gabungan martiks dan serat dapat menghasilkan komposit yang mempunyai

kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional. Bahan

komposit mempunyai densitas yang jauh lebih baik dibandingkan dengan bahan

komvensional.

Hal ini memberikan implikasi yang penting dalam konteks penggunaan

karena komposit akan mempunyai kekuatan dan kekakuan spesifik yang lebih

tinggi dari bahan konvensional. produk memiliki gabungan sifat-sifat yang

menarik yang dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis matriks dan serat yang

digunakan. Contoh dengan menggabungkan lebih dari satu serat dengan matriks

untuk menghasilkan komposit hibrida . Massa jenisnya rendah , lebih kuat dan

lebih ringan , tahan terhadap cuaca, tahan terhadap korosi, kuat dan lebih ringan,

perbandingan kekuatan dan berat yang menguntungkan, lebih kuat, ulet dan tidak

(8)

2.7Karakterisasi Papan Partikel Komposit

Karakterisasi dari papan partikel komposit dilakukan untuk mengetahui dan

menganalisis campuran polimer dengan serat. Karakterisasi dilakukan dengan

menggunakan standar SNI 03-2105-2006 yang meliputi sifat fisik seperti

kerapatan, kadar air dan pengembangan tebal dan siat mekanis seperti kuat patah

(MOR), kuat lentur (MOE), keteguhan pererekat internal (internal bond)dan kuat

imfak.Karakterisasi papan partikel komposit berdasarkan standar SNI

03-2105-2006 pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Sifat fisis dan mekanis dari papan Partikel

No Sifat Fisik dan Mekanik SNI 03-2105-2006

1 Kerapatan (gr/cm3) 0,5-0,9

2 Kadar air (%) <14

3 Pengembangan tebal (%) Maks 12

4 MOR (kgf/cm3) Min 82

5 MOE ( kgf/cm3) Min 20.400

6 Kuat rekat internal (kg/cm3) Min 1,5

7 Kuat Pegang Sekrup (kg) Min 30

8 Kuat Impak -

Sumber : Badan Standarisasi Nasional

2.7.1 Kerapatan (Density)

Untuk Mengetahui sifat fisis papan partikel komposit dilakukan pengujian kerapatan (ρ).

Kerapatan (Density)

Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering

udara, sampel uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm ditimbang massanya, lalu

diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk menetukan volumenya.

Rapat massa suatu bahan yang homogen didefenisikan sebagai massa

persatuan volume. Rapat massa dilambangkan dengan huruf Yunani (rho) .

secara matematis dapat ditulis :

(9)

Dimana; ρ = kerapatan (gr/cm3

)

m = massa sampel uji (gr)

v = volume sampel uji (cm3)

Berat jenis suatu bahan ialah perbandingan antara rapat massa bahan itu

terhadap rapat massa air dan sebab itu berupa bilangan semata tanpa satuan.

Istilah berat jensi sebenarnya merupakan istilah keliru karena tidak ada sangkut

pautnya dengan gravitasi. Lebih tepat disebut rapat relatif karena lebih

memperjelas konsepnya. (Sears, 1982)

2.7.2 Kuat Tarik

Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan tarik (σ)

terhadap suatu material yang diberikan tekanan menggunakan alat pengukur yang

disebut tensiometer atau dinamometer. Kekuatan tarik dapat diartikan sebagai

ketahanan suatu bahan yang bekerja paralel pada bahan yang menyebabkan bahan

tersebut putus tarik.

Kuat tarik dapat dihitung dengan persamaan berikut :

σ ...(2.2)

Dengan :

σ =kekuatan tarik (N/m2

)

F = gaya tarik (N)

Ao = luas penampang awal (m2)

Selama perubahan bentuk, dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak

berubah. Perpanjangan tegangan pada saat bahan terputus disebut kemuluran. Besaran kemuluran (ε) dapat didefenisikan sebagai berikut:

ε = x 100 % ...(2.3)

Dengan :

ε = kemuluran (%)

(10)

2.7.3 Kuat Impak

Pengujian kekuatan impak merupakan kriteria untuk mengetahui kegetasan

bahan. Matriks dan serat memiliki peranan penting dalam menentukan sifat

mekanik dan fisis dari komposit.

Pengujian impak ini dilakukan untuk mengetahui ketangguhan sampel

terhadap pembebanan dinamis, sampel diletakkan pada alat penumpu dengan

jarak 40 mm. Godam pada posisi awal dengan sudut 160o, kemudian godam

dilepaskan secara tiba-tiba sehingga menumbuk sampel. Setelah penumbukan

sampel sehingga sampel patah atau retak maka pengukuran dilakukan dengan

membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk skala.

Kekuatan impak yang dihasilkan (Is) merupakan perbandingan antara energi

serap (Es) dengan luas penampang (A).

Is = ...(2.4)

Dengan :

Is = Kekuatan impak (J/m2)

Es = Energi serap (J)

A = Luas penampang (mm2)

2.7.4 Kuat Lentur (Flexural Strength)

Pengujian kuat lentur untuk mengetahui seberapa besar ketahanan suatu material terhadap pembebanan pada tiga titik lentur dan juga untuk mengetahui keelastisan suatu bahan. Pada prinsifnya semakin besar kuat lentur suatu bahan maka sifat keelastisannya akan semakin baik.

P

Sampel

(11)

Persamaan yang digunakan untuk memperoleh kekuatan lentur yaitu: σ = ...(2.5)

Dengan :

σ = Tegangan lentur (MPa) P = Load atau beban (N)

L = jarak span (mm)

b = lebar sampel (mm)

d = tebal sampel (mm)

2.8 Pisang Abaka

2.8.1 Pengertian Pisang Abaka

Abaka (Musa Textilis Nee) merupakan salah satu spesies pisang yang tidak

diambil buahnya, tetapi seratnya. Tanaman Abaka ini pertama kalinya berasal dari

Filipina. Tanaman ini sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Pisang

Abaka (Musa Textilis) merupakan jenis tanaman endemik yang tumbuh di daerah

Filipina, Ekuador, dan Sulut, Namun bebrapa tahun terakhir tumbuh liar dengan

baik di Kalimantan, Sumatera, Aceh, Sulawesi (khususnya di pulau Talaud di desa

Essang). Secara rinci, sistematika pisang abaka diuraikan sebagai berikut ini: Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa Textilis

Abaka merupakan salah satu jenis tanaman pisang yang termasuk dalam

famili Musaceae. Jenis pisang ini dikenal juga dengan nama pisang manila, ini

merupakan tanaman yang rumpun. Tanaman pohon pisang abaka dapat lihat pada

gambar 2.5. Abaka berasal dari Filifina. rakyat Filipina menggunakan batang

pisang abaka sebagai sumber untuk memperoleh serat. Kapan tanaman abaka

(12)

Penanaman dan pemakaiannya dalam pertenunan bahan pakaian telah

tersebar di seluruh Kepulauan Mindanao, pada waktu orang-orang Spanyol di

bawah Magellan berkunjung ke Cebu pada tahun 1521. Abaka dikenal juga

dengan nama Manila Hemp. Nama tersebut diberikan oleh pedagang Eropa yang

menemukannya di pasar Manila sekitar tahun 1697. Penyebaran pisang abaka ke

indonesia terjadi pada pertengahan abad ke-19 dalam rangka menjadikan tanaman

abaka sebagai tanaman industri. (Iman, 2001)

Gambar 2.6 Pohon Pisang Abaka

2.8.2 Serat Abaka dan Kegunaanya

Produk utama dari tanaman abaka adalah serat yang dihasilkan dari batang semu.

Keunggulan serat abaka dibandingkan serat tanaman lainnya adalam dalam hal

kekuatannya. Keunggulan lain dari serat abaka adalah kegunaanya yang beragam

bahan baku dari berbagai produk, di antaranya sebagai bahan baku tali kapal,

tekstil, pembungkus teh celup, pembungkus tembakau, jok kursi, dan kerajinan

(13)

Tanaman abaka juga sering diistilahkan sebagai pohon uang karena hampir

80% produk seratnya dikhususkan untuk bahan baku pembuat uang kertas. Selain

itu, dengan sifatnya yang kuat dan tahan air, bubur kertas abaka juga digunakan

untuk membuat kertas berkualitas tinggi dan dokumen penting, seperti kertas

berharga, kertas cek, dan legal paper lainnya.

Dengan pemanfaatna Serat abaka yang begitu luas dan bebarapa keunggulan yang

dimilikinya maka prospek pasar serat abaka di dunia sangat cerah. Sayangnya

prospek yang bagus ini belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat

indonesia. Serat batang pisang abaka dapat dilihat pada gambar 2.6 dibawah ini.

Namun sejauh ini pisang abaka belum dimanfaatkan untuk aplikasi papan

komposit ataupun dalam pembuatan polimer.

Gambar 2.7 Serat Batang Pisang Abaka

2.9. Polimer

Polimer (poly = banyak; mer = bagian) adalah suatu molekul raksasa

(makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat

melalui ikatan kimia. Suatu polimer akan terbentuk bila seratus atau seribu unit

molekul yang kecil yang disebut monomer, saling berikatan dalam suatu rantai.

Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari

(14)

merupakan organik memiliki rantai karbon, ada juga banyak polimer unorganik.

Contoh dari polimer adalah plastik dan DNA. Polimer didefinisikan sebagai

substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang menyertakan rangkaian satu atau

lebih dari satu unit monomer.

Polimer merupakan bidang yang cukup penting. Bukan hanya karena

menarik untuk dipelajari, tetapi bidang ini berperan penting dalam hal ekonomi,

khususnya bagi negara industri. Banyak bahan atau barang di sekitar kita yang

terbuat dari polimer mulai dari bahan makanan, bahan sandang berupa serat –

serat sintesis, barang – barang rumah tangga: ember, selang, pipa paralon,

komponen TV, komputer, alat – alat listrik bahkan bahan untuk bangunan yaitu

berupa papan komposit. (Steven, 2001)

Perkembangan ilmu kimia polimer pada hakikatnya berkembang seiring

dengan perkembangan zaman, usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan

hidupnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam waktu

empat puluh tahun terakhir ini para ahli telah berhasil mensistesis berbagai jenis

bahan polimer yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan. Polimer

sintesis merupakan bahan yang serbaguna, dalam penggunaannya polimer sintetis ini dapat menggantikan logam, kayu, kulit dan bahan alami lainnya dengan harga

yang jauh lebih murah.Pemanfaatan polimer dalam kehidupan tergantung sifat

polimer yang antara lain ditentukan oleh massa molekul relatif, temperatur transisi

gelas dan titik leleh

Menurut (Surdia, 1992) sifat – sifat khas bahan polimer pada umumnya adalah

sebagai berikut ini:

1. Kemampuan cetaknya yang baik. Pada temperatur rendah, bahan dapat

dicetak dengan penyuntikan, penekanan, ekstruksi dan lain sebagainya.

2. Produk ringan dan kuat.

3. Banyak di antara polimer yang bersifat isolasi listrik yang baik. Polimer

mungkin juga dibuat sebagai konduktor dengan cara mencampurnya

dengan serbuk logam, butiran karbon dan sebagainya.

4. Memiliki ketahanan yang baik terhadap air dan zat kimia.

5. Produk – produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung

(15)

6. Umumnya bahan polimer memiliki harga yang lebih murah.

7. Kurang tahan terhadap panas sehingga perlu untuk diperhatikan sewaktu

penggunaannya.

8. Kekerasan permukaan yang kurang.

9. Kurang tahan terhadap pelarut.

10.Mudah termuati listrik secara elektrostatik. Kecuali beberapa bahan yang

khusus dibuat agar menjadi hantaran listrik.

11.Beberapa bahan tahan terhadap abrasi, atau mempunyai koefisien gesek

yang kecil. Polimer pada umumnya juga diklasifikasikan menjadi beberapa

kelompok atas bebrapa jenis, yaitu : jenis monomer, asal monomer, sifat

termal dan juga reaksi penbentukannya.

2.9.1 Polimer Berdasarkan Sifat Termalnya

Apabila gaya antara molekul rantai polimer besar, maka polimer akan menjadi

lebih kuat dan sukar meleleh. Rantai polimer yang bercabang banyak daya

regangnya rendah dan lebih mudah untuk meleleh. Ikatan silang antar rantai

menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan biasanya membentuk bahan yang keras.

Polimer yang memiliki ikatan silang bersifat termoset, artinya hanya dapat

dipanaskan satu kali pada saat pembuatannya, dan tidak bisa di daur ulang atau di

cetak lagi. selanjutnya apabila pecah, tidak akan dapat disatukan lagi dengan

pemanasan, oleh karena itu susunan molekulnya pada ikatan silang antar rantai

akan rusak apabila dipanaskan kembali. Sebaliknya polimer yang tidak

mempunyai ikatan silang bersifat termoplastik, artinya dapat dipanaskan berulang – ulang dan bisa dicetak kembali.

Berdasarkan sifatnya terhadap panas Polimer termoplas atau termoplastis

yakni polimer yang melunak ketika dipanaskan dan dapat kembali ke bentuk

semula. Contoh polester, polietilena, polipropilena, PVC, Polimer termosetting

polimer yang tidak melunak ketika dipanaskan dan tidak dapat kembali ke bentuk

(16)

Ketika dipanaskan, polimer yang bersifat termoplastik meleleh dan

kembali mengeras ketika didinginkan. Jadi apabila pecah, polimer ini dapat

disambungkan kembali dengan cara dipanaskan atau dengan kata lain dicetak

ulang dengan cara pemanasan. Bahan termoplastik adalah bahan yang keras dan

kaku pada suhu normal, tapi menjadi lunak apabila dipanaskan , artinya bisa di

daur ulang kembali.(Sidik, 2003)

1.Termoplastik

Termoplastik adalah palstik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycle) dengan

menggunakan panas. Termoplastik merupakan polimer yang akan menjadi keras

apabila di dinginkan. Termoplastik akan meleleh pada suhu tertentu, melekat

mengikuti perubahan suhu dan mempunyai siat dapat kembali (reversible) kepada

sifat aslinya. Yaitu kembali mengeras apabila didinginkan, contoh dari

termoplastik yaitu Poliester, nylon 66, PET, polieter sulfon, PES, polieter eter

keton (PEEK) dan masih banyak lagi yang lainnya.

2. Termoset

Termoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu (Irreversible). Bila sekali

pengerasan telah terjadi maka bahan tidak akan dapat lagi dilunakkan kembali.

Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan

membentuk arang dan terurai karena siatnya yang demikian sering digunakn

sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin. Plastik jenis termoset tidak begitu

menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit penanganannya juga

volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10 % ) dari volume jenis palstik yang

bersiat termoplastik. Contoh dari termoset adalah Epoksi, bismaleimida (BMI),

dan poli-imida (PI).

2.10 Resin Poliester

Poliester adalah polimer yang mengandung gugus fungsi ester pada rantai

utamanya. Berdasarkan pada struktur kimianya polyester dapat bersifat

termoplastik atau termoset, namun pada umumnya bersifat termoplastik. Poliester

(17)

polikondensasi. Jenis asam karboksilat yang terkonversi menjadi produk inilah

yang menetukan jenis poliester jenuh (saturated) atau tidak jenuh (unsaturated).

Sesuai dengan Explanatory notes pos 3907, dinyatakan bahwa poliester jenuh

(saturated) dapat terbuat dari asam karboksilat jenis terephthalic acid, dan hellip,

polyester tidak jenuh (unsaturated) dapat terbuat dari asam karbosilat jenis asam

fumaric dan asam maleat, penggunaan asam tak jenuh dengan berbagai cara

sebagai bagian dari asam basa, yang menyebabkan terdapat ikatan tak jenuh

dalam rantai utama polyester yang dihasilakan, sehingga disebut polyester tak

jenuh.

Polyester merupakan resin yang paling banyak digunakan sebagai matrik

pada fiber glass untuk badan kapal, mobil, tandon air dan sebagainya. Umumnya

resin polyester mempunyai karakteristik tahan terhadap dingin relatif baik, sifat

listriknya terbaik diantara resin termoset, tahan terhadap asam kuat kecuali asam

pengoksida, tetapi lemah terhadap alkali. (Surdia, 2005)

2.10.1 Klasifikasi Poliester

Poliester secara umum diklasifikasikan ke dalam polimer jenuh dan tak jenuh. Kedua jenis ini dibagi lagi sebagaimana berikut ini :

1. Poliester tak jenuh

a. Resin Pelapis dan Pengecoran.

Resin ini merupakan dibasa dan alkohol dihidrat. Unit poliester yang

terbentuk harus mampu bereaksi kopolimerisasi dengan monomer

vinil, sehingga menghasilkan kopolimer vinil-poliester atau hanya

poliester sederhana yang memiliki struktur termoset.

b. Alkyds.

Alkysd ini jenisnya sama dengan resin pelapis dan pengecoran

meskipun glyptal (permukaannya berlapis), merupakan jenis yang

dimodifikasi dengan minyak atau asam lemak. Istilah ini juga

digunakan untuk menggambarkan sekelompok cetakan termoset

berdasarkan reaksi dari alkohol dihidrat dengan asam tak jenuh seperti

maleat untuk menggantikan asam ftalat biasa. Sebuah monomer vinil

(18)

dan memperbaiki sifat - sifatnya dan digunakan sebagai cetakan bubuk

untuk pemampatan dan teknik pencetakan (Hartomo, 1992).

2. Poliester jenuh

a. Serat dan Film.

Serat dan film Merupakan suatu reaksi asam tereftalat dengan etilena

glikol dan berbentuk linier, juga merupakan polimer dengan berat

molekul tinggi yang tidak mengalami reaksi ikat silang.

b. Poliuretan.

Poliuretan adalah suatu poliester tertentu yang memiliki kandungan

hidroksil yang tinggi yang direaksikan dengan beragam isosianat untuk

membentuk poliuretan, secara umum digunakan sebagai perekat,

pelapis permukaan, sebagai busa, dan elastomer.

2.10.2 Matriks Unsaturated Polyester

Bentuk polimer pertama dari kelompok poliester adalah poliester linier yang

mengandung alifatik tak jenuh yang menyediakan sisi aktif untuk ikat silang.

Polimer jenis ini pertamakali tersedia di Amerika Serikat pada tahun 1946, polimer dibuat dari dietilen glikol dan anhidrida maleat dan dapat berikat silang

dengan bereaksi terhadap stirena.Resin poliester tak jenuh adalah penambahan

produk dari berbagai asam jenuh, asam tak jenuh dan glikol. Banyak paten yang

dikeluarkan untuk produksi poliester ini dalam 30 tahun terakhir. Poliester dibuat

dengan cara yang mirip dengan poliamida.

Salah satu dari dua monomer yang saling melengkapi adalah asam, tetapi

yang lainnya adalah alkohol, yang mengambil tempat amina yang digunakan

dalam pembuatan poliamida. Air dibebaskan sebagai asam ujungGrup bereaksi

dengan alkohol ujung-Grup, dan struktur kimia yang dihasilkan adalah sebuah

ester.Poliester – poliester tak jenuh termasuk diantara polimer paling umum yang

dipakai bersama dengan penguatan serat gelas poliester tak jenuh dipreparasi dari

monomer-monomer fungsional, salah satunya mengandung ikatan rangkap dua

yang mampu menjalani polimerisasi adisi dalam suatu reaksi ikat – silang

(19)

Poliester tak jenuh linier tersebut diproses sampai mencapai berat molekul

yang relatif rendah, kemudian dilarutkan dalam monomer seperti stirena untuk

membentuk larutan yang kental. Reaksi ikat silang yang biasanya diinisiasi

dengan inisiator - inisiator radikal bebas, dengan demikian merupakan kopolimer

vinil antara poliester dan monomer pelarut. Sejauh ini stirena merupakan pelarut

yang paling umum dipakai, meskipun bisa memakai monomer lain seperti vini

asetat atau metal metakrilat atau untuk memperoleh sifat -sifat tahan nyala lebih

baik, monomer terhalogenasi seperti orto-para–bromostirena.

Satu-satunya bahan yang mempunyai nilai komersial untuk

mengintrodusir ketidakjenuhan ke dalam kerangka polimer adalah anhidrida

maleat dan asam fumarat dikarenakan harga yang murah, jika hanya digunakan

asam tak jenuh dan glikol, produk akhirnya terlalu terikat silang dan rapuh

sehingga tidak bisa dipakai.

Unsaturated Poliester resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seri Yukalac 157 BQTN-EX Series. Resin poliester tak jenuh (UPR) merupakan

jenis resin termoset atau lebih populernya sering disebut poliester saja. UPR

berupa resin cair dengan viskositas yang cukup rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan

seperti banyak resin termoset lainnya. (Nurmaulita, 2010).

Sifat-sifat polyester dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.2 Beberapa Sifat Polyester

Densitas (Kerapatan) 1,1 kg/m3

Rasio Poison

0,33

(20)

Karena sifat-sifat ini, polyester sering digunakan secara luas sebagai plastik

penguat serat (fiber plastic reinforcement = FPR) dengan menggunakan serat

gelas. Terdapat pengaruh penambahan serat pada jenis resin yang berbeda pada

kekuatan impak komposit dari poliester. Hasil penelitian ini menghasilkan

komposisi terbaik dengan perbandingan resin dengan serat 60 : 40 dengan

kekuatan impak sekitar 23,86 J/m

Polyester yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari toko bahan

kimia Justus Kimia Raya, Jl Putri Hijau Baru Medan, dengan kode produk

Yukalac@ 157 BQTN-EX. Spesifikasi polyester berasal dari hasil sintesa antara

asam maleat (AM), asam fumarat (A) dan propilena glikol (PG). Bahan

ini berupa fluida yang sangat kental, transparan dan berbau sangat menyengat.

(Mohammad, 2007)

2.11 Katalis Metil Etil Keton Peroksida (MEKPO)

Mekpo dalam jumlah kecil dapat digunakan pada proses curing resin poliester

(pengerasan) yang kemudian biasanya dapat dibuang pada lokasi pembuangan sanitary biasa. Peraturan di beberapa negara bagian dan lokal telah

memperbolehkan hal ini. dengan demikian katalis mekpo ini dapat dikirim ke

perusahaan pembuangan yang telah disetujui di mana katalis ini dapat dibakar.

Daftar perusahaan tersebut tersedia dari pemasok peroksida organik.

Tabel 2.3 Sifat dan Wujud dari Katalis Metil Etil Keton Peroksida (MEKPO)

No. Sifat dan wujud Keterangan

1 Wujud dan bau Cairan bening dan sedikit berbau tajam

2 Titik leleh Cair pada suhu normal

3 Titik nyala 82oC

4 Massa jenis 1.11 g/ml

5 Kelarutan dalam air kurang dari 1% pada 25oC

6 Sifat korosif tidak korosif

(21)

Hidrolisis adalah cara yang efektif untuk membuang jumlah kecil mekpo. Hal ini

melibatkan penambahan inkremental katalis mekpo dengan pengadukan yang

sangat cepat dan dingin, 5% - 10% larutan natrium hidroksida (kaustik). Reaksi

ini membutuhkan pengadukan yang memadai dan kontrol suhu antara 30o– 40oC.

Prosedur ini mengubah mekpo menjadi garam yang larut dalam air dan dapat

dibuang sebagai limbah yang tidak berbahaya dengan cara normal. Berikut

beberapa sifat dari katalis mekpo yang digunakan.

Katalis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metil etil keton

peroksida (mekpo) dengan bentuk cair, berwarna bening. Fungsi dari katalis ini

adalah mempercepat terjadinya proses pengeringan pada bahan matrik suatu

komposit. Semakin banyak katalis yang dicampurkan pada cairan matrik ataupun

perekat, maka akan mempercepat terjadinya pengeringan, tetapi akibat dari

pencampuran yang teralu banyak adalah akan membuat material atau bahan

menjadi getas, sangat kaku. Penggunaan katalis sebaiknya diatur berdasarkan

Gambar

Gambar 2.1 Komposisi Komposit (Sumber: K. Van Rijswijk, 2001)
Gambar 2.2 Penyusun Komposit
Gambar 2.3 Klasifikasi bahan komposit
Gambar 2.4 Tipe Komposite Serat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan dengan intervensi terhadap anak, orang tua dan pemerintah desa serta keterlibatan dari perguruan tinggi terdapat adanya

Tujuan: Mengetahui hubungan persepsi tentang kanker serviks dengan sikap melakukan deteksi dini inspeksi visual asam asetat (IVA) pada ibu di Desa Arjosari Adimulyo

1. Pedagang angkringan asal Kota Klaten Provinsi Jawa Tengah telah melakukan mobilisai horisontal ke kotakota di Provinsi Jawa Timur karena didorong oleh tiga faktor,

Alamat : Jalan.Karya Pasiran Telp: ( 0562 ) 633280 SINGKAWANG.. MATA PELAJARAN :

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap craving pada mantan pengguna narkoba.. Populasi penelitian ini adalah mantan

T eman angkatan 2012 dan teman lab skripsi yang selalu memberi dukungan serta penghiburan ketika penulis sedang mengalami kemunduran dalam mengerjakan tugas

Salah satu penelitian dari Brazil yang melakukan evaluasi pada kualitas hidup penderita kanker mulut mengatakan bahwa, masalah pengunyahan merupakan keluhan yang paling

In order to keep up with today's near-frantic pace of change, we need to make every effort to write code that's as loose—as flexible—as possible.. Otherwise we may find our code