• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN IBADAH TERHADAP JIWA AGAMA MAKALAH Dibuat untuk memenuhi tugas individu pengganti UTS pada mata kuliah Psikologi Belajar Agama Dosen Pengampu ABDUL MALIK, S.Ag. M.Pd Disusun oleh : Ujang Suherman NPM : 09.1.1717.AL.II SEKOLAH TINGGI AG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN IBADAH TERHADAP JIWA AGAMA MAKALAH Dibuat untuk memenuhi tugas individu pengganti UTS pada mata kuliah Psikologi Belajar Agama Dosen Pengampu ABDUL MALIK, S.Ag. M.Pd Disusun oleh : Ujang Suherman NPM : 09.1.1717.AL.II SEKOLAH TINGGI AG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN IBADAH TERHADAP JIWA AGAMA

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas individu pengganti UTS pada mata kuliah Psikologi Belajar Agama

Dosen Pengampu ABDUL MALIK, S.Ag. M.Pd

Disusun oleh :

Ujang Suherman NPM : 09.1.1717.AL.II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

STAI KHARISMA

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

CICURUG – SUKABUMI

(2)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan pertolongan-Nya penyusunan makalah yang sangat sederhana dan sesuai kemampuan ini dapat penulis selesaikan, Shalawat serta Salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, sebab dengan pimpinannyalah kami senantiasa mendapatkan kemudahan dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini berjudul Pengaruh Pendidikan Ibadah Terhadap Jiwa Agama, yang didalamnya penulis membahas mengenai ibadah dan pengaruh ibadah terhapa jiwa agama, Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Permohonan maaf kami sampaikan kepada semua pihak atas segala kekurangan yang masih terdapat di dalam makalah ini. Untuk itu kami nantikan kritik dan saran konstruktif guna perbaikan pada makalah kami berikutnya.

Cicurug, Juni 2011

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 1

C. Tujuan Penulisan... 1

BAB II PENBAHASAN A. Definisi Ibadah ... 2

B. Ibadah Sebagai Psikoterapis kejiwaan ... 3

C. Meraih Ketenagan Jiwa ... 7

BAB III KOMENTAR PENULIS ... 8

BAB III KESIMPULAN ... 9

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk yang dianugerahi potensi ruh, hati dan akal di dunia ini memiliki fitrah untuk mengabdi kepada Sang Pencipta alam semesta. Makhluk itu adalah dari bangsa Jin dan manusia.

Allah Swt. Berfirman dalam Syrat Ad-Dzariat ayat 56 : “ Dan tidak semata-mata

kami menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”

Ayat di atas menggambarkan alasan utama Allah menciptakan jin dan manusia. Manusia selain memiliki ketiga potensi dasar, dilengkapi dengan potensi ragawi (fisik) dan dengan itu manusia disebut makhluk yang paling sempurna dalam kejadiannya. Sehingga dengan bekal potensi tersebut manusia dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya di dunia.

Bicara soal ibadah dapat memberi pengaruh bagi jiwa manusia, sangatlah menarik. Menjadi alasan sejak seperempat abad lalu di lingkungan kesehatan mental telah dikembangkan metode dan teknik-teknik bercorak spiritual, mistikal, dan agamis yang dapat memberikan kontribusi bagi kesehatan jiwa (Bastaman, 1997 : 130). Metode dan teknik-teknik tersebut dikenal sebagai ibadah rutinitas keseharian bagi para penganutnya. Dalam hal ini ibadah hanya diartikan sebatas ritual spiritual yang diwajibkan. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana bentuk ibadah yang dimaksudkan, apakah dengan melaksanakan kewajiban itu (ibadah) ketenangan jiwa dapat tercapai, bagaimana pula ibadah tersebut dapat mempengaruhi jiwa manusia ?.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yakni “Pengaruh Ibadah Terhadap jiwa Agama” , dan penulis memfokuskan bahasan dengan sub topik sebagai berikut :

A. Definisi Ibadah;

B. Ibadah sebagai Psikoterapis Kejiwaan; dan C. Raih Ketenangan Jiwa.

C. Tujuan Penulisan

(5)

BAB II

P E M B A H A S A N

A. Definisi Ibadah

Menurut ulama tauhid, ibadah adalah meng-Esakan Allah swt. dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukan jiwa setunduk-tunduknya kepada-Nya. Sedangkan ulama fiqih berpendapat, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh keridhaan Allah swt. dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat (Ahmad dan Musdah, 2003 : 137). Dari kedua pandangan para ulama tersebut, ibadah dapat dipahami sebagai perwujudan segala sikap dan amalan meng-Esakan Allah swt guna mengharap keridhaan-Nya.

Dari segi bahasa, ibadah berarti taat, tunduk, menurut, mengikuti, dan doa (Ahmad dan Musdah, 2003 : 137). Sedangkan secara terminologi, ibadah berarti melaksanakan perintah-perintah Allah secara baik (Mahdi, 2003 : 6). Dapat dimengerti bahwa ibadah merupakan pengabdian dan ketundukan tertinggi kepada Allah swt. Selain Allah tidak ada yang berhak disembah atau diibadahi.

Ibadah merupakan tes untuk menguji dimensi-dimensi keimanan seseorang, yang menjadi rahasia tersembunyi dan tidak dapat diselami selain melalui ritual-ritual ibadah (Mahdi, 2003 : 7). Dengan kata lain, bentuk-bentuk ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji, zikir dan lainnya telah menjadi ketentuan syariat dan pelaksanaannya sebagai salah satu bukti nyata keimanan hamba-Nya.

Imam Al-Ghazali (2006 : 7) menjelaskan, ibadah adalah buah dari ilmu; satu-satunya manfaat yang bisa dipetik dari usia; hasil usaha dari hamba-hamba-Nya yang istiqamah; mutiara berharga dari para aulia; jalan yang ditempuh oleh para ahli takwa; bagian untuk mereka yang mulia; tujuan dari orang-orang yang ber-himmah; syi’ar dari golongan terhormat, pekerjaan orang-orang yang berani berkata jujur; pilihan dari mereka yang waspada; dan satu-satunya jalan menuju surga. Allah swt. Berfirman, “Dan Aku Tuhan kamu sekalian, beribadahlah kepada-Ku” (QS. Al Anbiya : 25).

Dilihat dari segi pelaksanaannya ibadah dibagi dalam tiga bentuk. Sebagaimana Ahmad dan Musdah (2003:138) menjelaskan: Pertama, ibadah jasmaniah-ruhiah

(6)

B. Ibadah sebagai Psikoterapis Kejiwaan

Setiap manusia yang mengaku hamba Allah tentu telah terbiasa melaksanakan ibadah-ibadah terutama ibadah mahdhah. Namun, sejauh ibadah itu dilakukan sejauh mana pengaruhnya terhadap jiwa pelakunya? Untuk mengetahui jawabannya, berikut akan diulas beberapa bentuk ibadah dan efeknya secara psikis. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan psikoterapi melalui amalan ibadah.

1. Syahadat

Syahadat merupakan rukun Islam yang pertama dan merupakan pengulangan ikrar atau kesaksian keimanan manusia terhadap apa yang dilakukannya pada saat ia masih berada didalam arwah (Q.S. Al-A’raf : 172). Mengucapkan 2 kalimat syahadat merupakan syarat mutlak seseorang untuk memasuki Islam, atau boleh dikatakan sebagai gerbang menuju kesempurnaan seseorang sebagai muslim.

Dengan mengucapkan dua kalimah syahadat dan memaknai esensi yang terkandung didalamnya, seyogyanya ditanamkan kesadaran atau keyakinan kepada peserta didik atau orang muslim terkait dengan aspek-aspek berikut :

a. Dengan membaca dua kalimah syahadat berarti dengan sukarela, tulus, ikhlas dan ridlo menerima Allah Swt. Sebagai Tuhannya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya serta berkomitmen untuk menjalankan segala yang tertulis dalam Al-Quran serta sunnah Nabi.

b. Keyakinan terhadap Islam sebagai satu-satunya agama yang diridloi oleh Allah Swt. c. Sikap toleran terhadap pemeluk agama lain dalam menjalankan ibadah sesuai dengan

agama serta keyakinan yang dianutnya.

2. Shalat

Sudah menjadi ketentuan syara’ bahwa shalat akan sah jika pribadi muslim telah menunaikan whudu. Maka akan diulas sekilas perihal whudu. Menurut Ahmad dan Musdah (2003: 147), wudhu adalah suatu cara untuk menghilangkan hadas kecil ataupun hadas besar yang dilakukan sebelum mengerjakan shalat dan ibadah-ibadah lain, menjadikan wudhu sebagai salah satu syaratnya.

(7)

Wudhu disebut juga sebagai salah satu bentuk dari terapi air ( water of therapy). Terapi air merupakan bentuk terapi dengan memanfaatkan air sebagai media terapis. Beberapa pusat terapi kesehatan telah mengembangkan terapi air ini berhubung sangat diminati. Rafi’udin dan Alim Zainudin (2004: 117) mengatakan selain dampak psikis, wudhu juga memiliki pengaruh fisiologis, sebab dengan dibasuhnya bagian tubuh sebanyak lima kali sehari, lebih-lebih ditambah, maka akan membantu mengistirahatkan organ-organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis.

Secara etimologi kata shalat berarti doa memohon kebaikan (Musthafa Al Khin dalam Rafi’udin dan Alim Zainudin, 2004 : 50). Sholat memiliki pengaruh yang sangat efektif untuk mengobati rasa sedih dan gundah yang menghimpit manusia (‘Utsman, 2004: 338). Saat shalat didirikan dengan menyempurnakan wudhu, niat yang ikhlas, adab-adab seperti tuma’ninah ( tenang sejenak), gerakan tidak terlalu cepat, memahami bacaan sholat maka akan mendatangkan kekhusukan dan menjadi terapi tersendiri bagi jiwa. Dengan kata lain, jiwa akan tenang jika shalat dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.

Mendirikan shalat selalu dilakukan Rasulullah saat beliau dirundung berbagai persoalan penting. Diriwayatkan dari Hudzaifah ra. Ia berkata: “Jika mendapat persoalan, maka Nabi saw mendirikan shalat (HR. Abu Dawud). Shalat inilah solusi dari Allah swt. bagi hamba-Nya ketika mengalami persoalan.

Allah swt berfirman:

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 45)

3. Zikir dan Membaca Alquran

Setiap hamba mendambakan ketenangan dan ketentraman jiwa dalam menjalani kehidupan ini. Harapan demikian dapat dicapai dengan mendekatkan diri kepada sumber dari segala ketenangan dan ketentraman yakni Allah Azza wa jalla. Sering menyebut, memuja dan mengingat asma-Nya di dalam hati maka jiwa akan tenang. Adapun bentuk ibadah yang dimaksud adalah zikir dan membaca Alquran.

a) Zikir

Firman Allah swt.

(8)

Alquran menjelaskan begitu penting melakukan zikrullah (berzikir kepada Allah) untuk ketentraman hati hamba-Nya yang beriman. Hal ini diperjelas oleh Rasulullah saw. dalam hadits Beliau. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Dan Abu Sa’id ra., bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

Tidaklah suatu kelompok yang duduk berzikir melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat. Mereka mendapat limpahan rahmat dan mencapai ketenangan. Dan Allah swt akan mengingat mereka dari seseorang yang diterima di sisi-Nya (HR. Muslim dan Tirmidzi).

b) Membaca Alquran

Dalam Alquran Allah swt menyatakan bahwa Alquran bisa menjadi penawar (obat) bagi hamba-Nya. Sebagaimana firman-Nya:

“...Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh”. (QS. Fushshilat: 44).

Ayat di atas semakna dengan surah Al-Isra’: 82 dan Yunus: 57. Ayat-ayat ini menjadi dasar bahwa Alquran memang telah ditetapkan Allah swt sebagai pendekatan pesan-pesan ilahiah yang berfungsi terapis kejiwaan sekaligus pedoman hidup bagi hamba-Nya agar selalu berada di jalan kebaikan dan kebenaran.

Membaca Alquran disertai mentadabburi setiap bacaan ayat dapat membimbing jiwa agar ikhlas beramal dan tawadhu dalam bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran. Sangat dianjurkan meluangkan waktu untuk membaca Alquran setiap hari meski di tengah kesibukan. Apalagi meningkatkan kualitas bacaannya di bulan suci Ramadhan. Selain memperoleh pahala puasa juga mendapat keutamaan membaca Alquran di bulan maghfirah tersebut.

4. Puasa (Shaum)

Muhammad ‘Utsman Najati (2004: 344) mengatakan, ibadah puasa mengandung beberapa manfaat yang besar, di antaranya menguatkan kemauan dan menumbuhkan kemampuan jiwa manusia dalam mengontrol nafsu syahwatnya.

(9)

5. Haji

Ibadah haji berawal dari kisah Nabi Ibrahim as. Kisah ini menggambarkan suatu makna bahwa perjuangan untuk mendapatkan ridha Allah adalah dengan mengorbankan apa yang paling disayangi dan dimiliki. Menunaikan ibadah haji dapat melatih kesabaran, melatih jiwa untuk berjuang, serta mengontrol syahwat dan hawa nafsu. Ibadah haji menjadi terapi atas kesombongan, arogansi, dan berbangga diri sebab dalam praktek ibadah haji kedudukan semua manusia sama. Permohonan ampunan dan ditambah suasana yang bergemuruh penuh lantunan Ilahi membuat suasana ibadah haji sarat dengan nilai spiritualitas yang dapat mengobarkan rasa semangat yang tinggi untuk meraih ketenangan (‘Utsman, 2004: 348).

Berhaji akan membawa seseorang mentafakuri atau mengintrospeksi diri guna mencari jati diri seorang hamba yang hakiki. Hakikat seorang hamba adalah senantiasa mengabdikan diri dan kehidupannya untuk Allah semata. Pengabdian dengan keikhlasan itulah yang mengundang curahan rahmat serta ridha-Nya. Jiwa hamba pun akan suci dan tenang.

Melalui pendidikan ibadah Haji, selain mendorong peserta didik untuk menunaikan kewajibannya sebai seorang muslim, juga dikembangkan aspek rohaniah, kejiwaan dan psikologis yaitu sebagai berikut :

1. Sikap ikhlas mengorbankan jiwa raga dan harta untuk mendapatkan ridlo Allah Swt. Sebagai tujuan utama.

2. Mengembangkan sikap egaliter, yakni setiap manusia adalah sama derajanya dihadapan Allah Swt. Yang membedakan hanyalah kualitas keimanan dan ketaqwaanya saja.

3. Mengembangkan sikap ukhuwah islamiyah, karena ketika melaksanakan ibadah haji ia akan bertemu dengan yumat muslim lainnya dari berbagai penjuru dunia dan beraneka ragam kultur.

(10)

C. Meraih Ketenangan Jiwa

Beragam cara dilakukan seseorang untuk meraih ketenangan dan ketentraman jiwa. Cara-cara tersebut ada berasal dari bentuk murni pengamalan ajaran agama, praktik sekte-sekte spriritual seperti penganut sufisme, pengikut meditasi, kelompok-kelompok ritual dari berbagai suku dan kebudayaan dan lainnya.

Setiap cara atau metode ‘ibadah’ di atas memiliki efek tersendiri bagi pengamalnya. Namun hal itu tergantung sumber ajaran yang digunakan dalam aktivitas ritualnya. Jika ajaran tersebut berasal dari konsep filasafat kehidupan atau pemikiran manusia maka orientasinya masih sebatas kehidupan keduniaan. Sebagai muslim yang taat sudah tentu memilih satu-satunya cara yang dapat memberikan ketenangan jiwa yakni ibadah berdasarkan tuntunan ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

(11)

BAB III

KOMENTAR PENULIS

Dari pembahasan makalah diatas, penulis pahami bahwa pendidikan ibadah atau pemahaman dan pelaksanan ritual ibadah akan memmpengaruhi jiwa keagamaan seseorang dalam hidup bermasyarakat sebagi mahkluk sosial. Terutaman ibadah dalam Islam merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain, dengan kata lain dengan beribadah manusia dapt lebih mengenal Tuhan-Nya serta jiwa agama yang tumbuhpun akan berpengartuh pada kehidupan sosial.

Hingga kini, para ahli psikologi dan kejiwaan telah melakukan berbagai usaha di bidang, pengobatan penyakit-penyakit jiwa dan psikologis. Meskipun telah dilakukan berbagai metode medis yang mampu mencegah munculnya berbagai penyakit kejiwaan tersebut. Sebagian penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orang-orang yang telah menjalani terapi pengobatan kejiwaan masih belum mencapai tingkat kesembuhan yang memuaskan. Sekelompok peneliti juga berusaha mencari jalan agar berbagai penyimpangan perilaku akibat penyakit kejiwaan tidak meluas dalam masyarakat, namun hingga kini mereka masih belum berhasil menemukan jalan tersebut.

Manusia yang beriman menyakini bahwa dengan berserah diri dan bersandar kepada Tuhan, dia akan mampu menghadapi berbagai kondisi kehidupan yang datang tak terduga. Orang yang tawakal kepada Tuhan, selain menggunakan berbagai sarana untuk mencapai tujuannya, juga mempercayai bahwa pertolongan Allah adalah faktor penting dalam tercapainya sebuah tujuan. Tawakal kepada Tuhan akan memberikan kepercayaan diri kepada manusia dan menumbuhkan keberanian untuk mengambil keputusan.

(12)

BAB IV KESIMPULAN

Ibadah dapat memberi pengaruh bagi jiwa manusia, sangatlah menarik. Menjadi alasan sejak seperempat abad lalu di lingkungan kesehatan mental telah dikembangkan metode dan teknik-teknik bercorak spiritual, mistikal, dan agamis yang dapat memberikan kontribusi bagi kesehatan jiwa (Bastaman, 1997 : 130). Metode dan teknik-teknik tersebut dikenal sebagai ibadah rutinitas keseharian bagi para penganutnya. Dalam hal ini ibadah hanya diartikan sebatas ritual spiritual yang diwajibkan. Melalui wahyu Tuhan, agama memperkenalkan kepada manusia hakikat dan jatidirinya sebagai manusia. Selain itu, agama memberi penerangan kepada manusia dalam menjalani kehidupan dunia yang gelap gulita, serta memberikan pengetahuan tentang hal-hal baik dan hal-hal buruk.

sAl-Qur’an dan sunnah sebagai ilmu pengetahuan yang telah memberikan suatu hal yang baru dalam ilmu kejiwaan kaitannya dengan pengaruh ibadah. Hal tersebut memberikan bimbingan kepada manusia untuk dapat mencapai kehidupan sehingga ia mampu meraih kebahagiaan, kebaikan dan kedamaian hidup di dunia dan akhirat.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman M. Isawi, 2005. Islam dan Kesehatan Jiwa. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, 2003. Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam. Jakarta Timur : Kencana.

Hanna Djumhana Bastaman, 1997. Integrasi Psikologi dengan Islam : Menuju Psikologi Islami, Jogjakarta : Pustaka Pelajar dan Yayasan Insan Kamil.

Imam Al-Ghazali, 2006. 7 Metode Menjernihkan Nurani. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika. Rafi’udin dan Alim Zainudin, 2004. Terapi Kesehatan Jiwa Melalui Ibadah Shalat. Jakarta:

Restu Ilahi.

Rudhy Suharto, 2002. Revolusi Ruhani: Refleksi Tasawuf Pembebasan. Pustaka Intermasa.

Sayyid Mahdi as Sadr, 2003. Saling Memberi Saling Menerima: Kiat-Kiat Sukses Menjalin

Hubungan dalam Hidup. Jakarta : Pustaka Zahra.

Toto Tasmara, 2001. Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional, dan Berakhlak. Jakarta: Gema Insani Press.

Referensi

Dokumen terkait