• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA REMAJA MAKALAH Dibuat untuk memenuhi tugas individu pengganti UTS pada mata kuliah Psikologi Belajar Agama Dosen Pengampu ABDUL MALIK, S.Ag. M.Pd oleh : Eneng Silvia Restu NPM : 09.1.1643.AL.II SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA REMAJA MAKALAH Dibuat untuk memenuhi tugas individu pengganti UTS pada mata kuliah Psikologi Belajar Agama Dosen Pengampu ABDUL MALIK, S.Ag. M.Pd oleh : Eneng Silvia Restu NPM : 09.1.1643.AL.II SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAI "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA REMAJA

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas individu pengganti UTS pada mata kuliah Psikologi Belajar Agama Dosen Pengampu

ABDUL MALIK, S.Ag. M.Pd

oleh :

Eneng Silvia Restu NPM : 09.1.1643.AL.II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

STAI KHARISMA

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

CICURUG – SUKABUMI

(2)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan pertolongan-Nya penyusunan makalah yang sangat sederhana dan sesuai kemampuan ini dapat penulis selesaikan, Shalawat serta Salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, sebab dengan pimpinannyalah kami senantiasa mendapatkan kemudahan dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini berjudul Pengaruh Pendidikan Ibadah Terhadap Jiwa Agama, yang didalamnya penulis membahas mengenai ibadah dan pengaruh ibadah terhapa jiwa agama, Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Permohonan maaf kami sampaikan kepada semua pihak atas segala kekurangan yang masih terdapat di dalam makalah ini. Untuk itu kami nantikan kritik dan saran konstruktif guna perbaikan pada makalah kami berikutnya.

Cicurug, Juni 2011

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 1

C. Tujuan Penulisan... 1

BAB II PENBAHASAN A. Usia Remaja ... 2

B. Pertumbuhan Mental Remaja ... 3

C. Masalah Mati dan Kekekalan ... 4

D. Emosi dan Pengaruhnya ... 5

E. Perkembangan Moral ... 6

F. Kedudukan Remaja dalam Masyarakat ... 7

BAB III KOMENTAR PENULIS ... 8

BAB III KESIMPULAN ... 9

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berapa banyaknya orang tua yang mengeluh, bahkan bersusah hati, karena anak-anaknya yang telah menjadi remaja itu kini menjadi keras kepala, sukar diatur, mudah tersinggung, sering melawan dan sebagainya. Bahkan ada orang tua yang benar-benar panik memikirkan kelakuan anak-anaknya yang telah remaja, seperti sering bertengkar, membuat kelakuan-kelakuan yang melanggar aturan atau nilai-nilai moral dan norma-norma agama. Sehingga timbul anak-anak yang oleh masyarakat dikatakan nakal. “cross boy” atau “cross girl”. Disamping itu tidak sedikit pula jumlahnya remaja-remaja yang merasa tidak mendapat tempat dalam masyarakat dewasa, bahkan diantara mereka ada yang merasa sedih dan penuh penderitaan dalam hidupnya, mereka merasa tidak dihargai, merasa tidak disayangi oleh orang tuanya, bahkan merasa dibenci dan dihina. Sehingga mereka mecoba mencari jalan sendiri untuk membela dan mempertahankanharaga dirinya, maka di tentangnya segala nilaiyang dijunjung tinggi oleh masyarakat, mereka ingin hidup lepas, bebas dari segala ikatan, maka timbulah golongan-golongan remaja seperti hippies dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Ditinjau dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana Perkembangan jiwa Agama Pada Remaja ?” ,

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk memenuhi tugas individu pengganti UTS pada mata kuliah Psikologi Belajar Agama,

2. Untuk mengetahui perkanbangan jiwa agama pada remaja, dan

(5)

BAB II

P E M B A H A S A N

A. Usia Remaja

Para ahli jiwa berbeda pendapat mengenai hal ini. Karena memang dalam kenyataan hidup, umur permulaan dan berakhirnya masa remaja itu berada dari seorang kepada yang lain. Bergantung pada masing-masing individu dan masyarakat dimana individuitu hidup. Sebenarnya masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Anak-anak jelas kedudukannya, yaitu yang belum dapat hidup sendiri, belum matang dari segala segi, tubuh masih kecil, organ-organ belum dapat menjalankan fungsinnya secara sempurna, kecerdassan, emosi dan hubungan social belum selesai pertumbuhannya. Hidupnya masih bergantung pada orang dewasa, belum dapat diberi tanggungjawab atas segala hal. Dan mereka menerima kedudukan seperti itu. Karena itulah maka ahli-ahli jiwa tidak mempunyai kata sepakat tentang betapa panjangnya masa remaja tersebut, maka mereka hanya sepakat dalam penentuan permulaan masa remaja, yaitudengan dimulainya kegoncangan, yang ditandai dengan datangnya Haid (menstruasi) pertama bagi wanita, dan Mimpi pada pria. Kejadian yang menentukan ini tidak sama antara satu anak dengan anak yang lainnya, ada yang dimulai pada umur 12 Tahun, tapi ada pula yang baru berumur 11 Tahun. Tapi secara rata-rata terjadi pada umur 13Tahun sebagai permulaan masa remaja (Adolesen) sedangkan akhir masa remaja itu, bermacam-macam seperti yang kita terangkan diatas , ahli-ahli tidak sepakat dalam hal ini. Ada yang mengatakan berumur 15 tahun, ada pula yang mengatakan berumur 18 tahun, bahkan dalam bidang kemantapan beragama umur itu oleh ahli jiwa di perpanjang lagi sampai 24 atau 25 tahun. Batas-batas umur yang bermacam-macam itu baik yang berumur 15, 18, 21, maupun 25 tahun adalah wajar dan cocok bagi masing-masing masyarakat, sesuai dengan nilai dan ukurannya sendiri. Kendatipun bermacam-macam umur yang di tentukan sebagai batas yang menentukan masa remaja, namun pada umumnya para ahli mengambil patokan ± antara 13-21 tahun adalah umur remaja. Sedang yang khususnya mengenai perkembangan jiwa agama dapat diperpanjang menjadi ± 13-24 tahun.

(6)

keberntungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. Kendatipun masa remaja itu tidak ada batas umur yang tegas, yang apat ditujukan, namun dapat kita kira-kirakan dan perhitungkan sesuai dengan masyarakat lingkugan remaja itu sendiri. Kendtipun besar ataupun kecil kegoncangan yang dialami oleh remaja-remaja dari berbagai tingkat masyarakat, namun dapat dipastikan bahwa kegoncangan remaja itu ada terjadi. Dalam kondisi jiwa yang demikian, agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja. Memang, kadang-kadang kita melihat keyakinan remaja terombang ambing, tidak tetap, bahkan kadang-kadang berubah, sesuai dengan perubahan perasaan yang dilaluinya. Suatu hal yang tidak bisa disangkal, adalah bahwa remaja-remaja itu secara potensial telah beragama.

B. Pertumbuhan Mental Remaja

Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama, pada dasarnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya, ide-ide dan pokok ajaran-ajaran agama yang diterimanya pada waktu kecil itu akan berkembang dan bertambah subur, apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak mendapat kritikan-krtitikan dalam hal agama itu. Dan apa yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan yang dipegangnya melalui pengalaman-pengalaman yang dialaminya atau dirasakannya.

Alfred Binet, seorang psikologis perancisyanghidup pada tahun 1857-1911, yang terkenal dalam usahanyauntuk menentukan kecerdasan anak-anak dengan tesnya yang terkenal dengan “test binnet/simon”. Yang buat pertama kali diperkenalkan Intelligence Quotient (IQ)pada taun 1905. Binnet berpendapat, bahwa kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang abstrak, tidak sempurna perkembangannya sebelum mencapai usia 12 tahun. Dan kemampuan untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta fakta yang ada, baru tampak pada umur 14 tahun. Itulah sebabnya maka pada mur 14 tahun itu, anak telah dapzt menolak saran-saran yang tiak dimengertinya dan mereka sudah dapat mengkritik pendapat-pendapat tertentu yang berlawqnan dengan kesimpulan yang diambilnya.

(7)

Setelah perkembangan mental remaja sampai kepada mampu menerima atau menolak ide-ide atau pengertian-pengertian yang abstrak, maka pandangannya terhadap alam dengan segala isi dan peristiwanya berubah, dari mau menerima tanpa pengertian, menjadi menerima dengan penganalisaan.

Perkembangan mental remaja kearah berpikir logis (falsafi) itu, juga mempengaruhi pandangannya dan keyakinannya kepada tuhan. Karena mereka tidak dapat melupakan tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di ala mini. Kepercayaan remaja akan hari kiamat, hari pembalasan, dimana setiap orang akan menerima ganjaran atau siksaan sesuai dengan perbuatannya di dunia, akan menyebabkan ragu pula akan keadilan tuhan, apabila ia melihat adanya (banyak) orang yang terpaksa dalam perbuatannya. Sebagai contoh seorang Gadis yang berumur 18 tahun sebagai berikut :

Kalaupun saya akan dihukum oleh tuhan karena durhaka kepada orang tua, apa boleh buat; tapi saya akan protes kepada-Nya, karena saya durhaka bukan karena keinginan saya, tapi karena perlakuan merekalah yang menyebabkan saya duraka, mereka kejam, kasar dan sering menyakiti saya.”

Gadis yang merasa sakit hati dan tidak senang hati atas perlakuan orang tuanya yang tidak bijaksana, merasa tidak adilah Tuhan, apabila kedurhakaannya kepada orang tuanya itu akan menyebabkannya dihukum di akhirat nanti.

C. Masalah Mati dan Kekekalan

Pada masa remaja telah dapat dipahami bahwa mati itu adalah suatu dapat yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang, bahkan mati itu adalah fenomena alamiah yang harus terjadi. Pemikiran remaja tentang hal ini adalah terdorong oleh kepentingan emosi yang dirasakannya dan yang terjadi disekitar lingkungannya yang menimpa seluruh makluk hidup. Kendatipun pemikiran tentang mati itu telah meningkat, namun mereka tidak menghilangkan kegelisahan, yang mengambil bentuk sebagai berikut:

 Takut berpisah dengan keluarga,

 Takut dirinya akan mati, karena berpisah dengan orang tua yang disayanginya dan khawatir akan meninggalnya mereka,

(8)

 Takut mati karena ambisinya. Memang pada masa remaja, ambisi itu adalah suatu cirri khasnya. Remaja lebih banyak khayalan dan cita-cita, serta takut tidak akan tercapai cita-cita itu.

Keyakinan itu akan mengurangkan kecemasan terhadap mati, kepada yang berhubungan itu, yaitu neraka dengan apinya, dan surge dengan kenikmatannya, jika kegelisahan itu bertambah, maka hidup ini tidak akan dirasakan berarti lagi. Maka takut akan neraka dan harao akan masuk surge dalam ajaran agama.

Setelah mati diakui dan diterima oleh remaja, maka ada diantaranya yang ingin mati, mungkin ini disebabkan adanya gambaran tentang negative takut mati (Reaction formation) psikoanalisa. Atau karena ingin lari dari kesukaran hidup yang dialaminya. Bahkan ada orang yang seolah-olah menghadang mati, sebenarnya ia ingin kekal dalam bentuk apapun.

D. Emosi dan Pengaruhnya Terhadap Kepercayaan agama

Sesungguhnya emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama. Tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang yang dapat dipahami, tanpa mengindahkan emosinya. Karena itu, dalam meneliti atau mempelajari perkembangan ilmu jiwa agama pada seseorang, perlu diperhtikan seluruh fungsi-fungsi jiwanya sebagai kebulatan. Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Diantara sebab-sebab atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada remaja, adalah konflik ata pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan.

Diantara konflik yang membingungkan dan mengelisahkan remaja ialah, jika mereka merasa atau mengetahui adanya pertentangan ajaran agama dan ilmu pengetahuan, maka remaja akan gelisah dan mungkin akan menggoncangkan keyakinannya yang telah tertanam itu. Diantara konflik atau pertentangan yang terjadi dalam remaja ialah adanya dorongan – dorongan sex. Menurut Kinsey, seorang psikolog asal Amerika berpendapat bahwa doronan sex itu telah menyebabkan ± 90% dari remaja Amerika melakukan perbuatan onani.

Di Negara-negara yang agamanya kuat, berbuat onani itu, sering kali menyebabkan pqrq remaja menjadi gelisah, kegelisahan ini yang membuat gelombang-gelombang keyakinan terhadap mereka, kadang menjadi rajin shalat, ata berdoa kepada Allah.tapi kadang ia menjadi putus asadan menjadi acuh kepada agama. Apabila kita tahu bahwa masa remaja adalah masa yang tidak stabil emosinya dimana perasaan sering tidak tentram, maka keyakinanpun akan kelihatan maju mundur (ambivalen) dan pandangannya terhadap tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya. Dalam hal ini kita dapat mengetahui bagaimana pendapat remaja tentang :

(9)

Apabila seorang menyebutkan nama sifat-sifat Tuhan, hal ini tidak timbul dari keyakinannya yang telah tetap, akan timbul dari sikap emosi dan keadaan jiwanya pada waktu itu.

b. Perasaan Agama yang kembar (ambivalen)

Keyakinan akan sifat tuhan yang banyak itu berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya, dan ia mengalami keyakinan yang maju mundur. Kadang terasa sekali olehnya keyakinan kepada tuhan, terasa dekat, seolah-olah dia berdialog langsung keoada tuhan. Tapi terkadang ia merasa jauh, tidak dapat memusatkan pikiran waktu bertdoa atau sembahyang. Kondisi keimanan yang yang kembar (maju-mundur) itu adalah satu ciri khas remaja, yang sedang mengalami kegoncangan emosi.

E. Perkembangan Moral dan Hubungannya dengan Agama

Agama mempunyai peranan penting dalam pengendalian moral seseorang. Tapi harus diingat bahwa pengertian tentang agama, tidak otomatis sama dengan bermoral. Betapa banyak orang yang mengerti agama, tapi moralnya merosot. Dan tidak sedikit pula orang yang tidak mengerti agama sama sekali, tapi moralnya cukup baik. Oleh sebab itu, seorang peneliti ilmu jiwa agama harus mempelajari pula dinamika dan perkembangan moral, supaya dapat memahami bagaimana peranan agama dalam moral, dan agama itu dapat menjadi pengendali moral. kita akan melihat betapa erat hubungan agama dengan ibadah-ibadah dan moral. Untuk lebih jelas, dapat kita lihat sangkut paut keyakinan beragama dengan moral remaja terutama dalam masalah-masalah berikut :

a. Tuhan sebagai Penolong Moral

Tuhan bagi seorang remaja adalah keharusan moral, pada masa remaja itu, Tuhan lebih menonjol sebagai penolong moral, daripada sandaran emosi. Andaikata kadang-kadang pikiran pada masa remaja itu berontak dan ingin mengingkari ujud Allah, atau ragu-ragu kepadanya, namun tetap ada suatu hal yang menghubungkan dengan Allah yaitu kebutuhannya untuk mengendalikannya moral.

b. Pengertian Surga dan Neraka

Kebanyakan remaja memikirkan alam lain, bukanlah untuk tempat senang-senang atau tempat siksaan jasmani, akan tetapi sebagai lambang bagi pikiran pembalasan atau lambing kebahagiaan yang ingin dicapainya dan terlepas dari kegoncangan remaja yang tidak menyenangkan itu.

(10)

Mereka sadar betapa erat hubungan setan dengan malaikat itu dengan dirinya,mereka menyadari adanya hubungan yang erat antara setan dengan dorongan jahat yang ada dalam dirinya, dan hubungan dengan malaikat dengan moral dan keindahannya yang ideal, demikian pula hubungan surga deengan ketentraman batin dan kekuasaan yang baik, juga antara neraka dengan ketenangan batin dan hukuman-hukuman atas dosa.

F. Kedudukan Remaja dalam Masyarakat dan pengaruhnya Terhadap keyakinannya

Sikap atau perlakuan Masyarakat yang kurang memberikan kedudukan yang jelas bagi remaja itu, sering kali mempertajam rasa konflik yang sebenarnya telah ada pada remaja, mereka mengharapkan bimbingan dan kepercayaan orang dewasa, terutama keluarganya, tapi di lain pihak mereka ingin bebas, terlepas dari kekuasaan dan kritikan-kritikan orang dewasa, mereka akan mencari orang-orang lain yang dapat merek jadikan teladan atau pahlawan (hero), sebagai pengganti orang tua atau orang-orang yang biasa menasihati mereka. Seandainya yang menjadi hero tersebut baik, maka pengaruhnya juga baik tapi kalau ia tidak baik, maka pengaruhnya juga kurang baik.

(11)

BAB III

KOMENTAR PENULIS

Dari pembahasan makalah diatas, penulis pahami bahwa di rumah dan di sekolah, Orang tua dan guru, lebih banyak mengharapkan nilai spiritual menjadi pegangan remaja. Namun, kenyataan membuktikan sebaiknya ini karena yang diajarkan berbeda dengan yang dilihat di luar rumah dan di luar sekolah. Remaja menjadi bingung, mana yang harus dilakukan. Situasi ini menimbulkan konflik nilai yang dapat berakibat terjadinya penyimpangan perilaku, seperti yang terlihat di masyarakat, misalnya waria, pergaulan bebas, mabuk, dan homoseksualitas.

Dalam pengakuan akan hak asasi manusia mulai memesyarakat. Bagi remaja yang sedang dalam masa mencari identitas diri dan penyesuaian sosial, situasi Ini merupakan titik kritis, Bukan tidak mungkin hal ini akan berakibat terjadinya konflik kejiwaan pada sebagian remaja, Remaja akan merasakan adanya nilai “ kekolotan “ pada orang dewasa dan nilai “ inovatif “ atau “ Pembaharuan “ pada orang dewasa dan nilai “ inovatif “ atau “ pembaharuan “ pada generasinya.

Sementara itu ada tuntutan dari pihak orang dewasa agar remaja mengikuti aturan budaya, kecemasan akan menghadapi hukuman, ancaman dan tidak adanya kasih sayang merupakan dorongan yang menyebabkan remaja terpaksa mengikuti tuntutan lingkungan budaya. Kalau kecemasan ini terlalu berat, akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku. Remaja yang bersangkutan jadi serba ragu, serba takut, dan dapat menjurus kepada keadaan cemas yang patologis. Tetapi dalam kondisi yang tepat, Kecemasan ini mendorong remaja untuk lebih bertanggung jawab, hati-hati dan menjaga tingkah lakunya agar selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Remaja dapat bertingkah laku normal sesuai dengan harapan masyarakat.

(12)

BAB IV KESIMPULAN

Masa remaja, adalah masa penuh masa kegoncangan jiwa, berada dalam masa peralihan atqu diatas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh keberntungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. Kendatipun masa remaja itu tidak ada batas umur yang tegas, yang apat ditujukan, namun dapat kita kira-kirakan dan perhitungkan sesuai dengan masyarakat lingkugan remaja itu sendiri. Kendtipun besar ataupun kecil kegoncangan yang dialami oleh remaja-remaja dari berbagai tingkat masyarakat, namun dapat dipastikan bahwa kegoncangan remaja itu ada terjadi. Dalam kondisi jiwa yang demikian, agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja. Memang, kadang-kadang kita melihat keyakinan remaja terombang ambing, tidak tetap, bahkan kadang-kadang berubah, sesuai dengan perubahan perasaan yang dilaluinya. Suatu hal yang tidak bisa disangkal, adalah bahwa remaja-remaja itu secara potensial telah beragama.

Perkembangan mental remaja kearah berpikir logis (falsafi) itu, juga mempengaruhi pandangannya dan keyakinannya kepada tuhan. Karena mereka tidak dapat melupakan tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di ala mini. Kepercayaan remaja akan hari kiamat, hari pembalasan, dimana setiap orang akan menerima ganjaran atau siksaan sesuai dengan perbuatannya di dunia, akan menyebabkan ragu pula akan keadilan tuhan, apabila ia melihat adanya (banyak) orang yang terpaksa dalam perbuatannya.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman M. Isawi, 2005. Islam dan Kesehatan Jiwa. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Hanna Djumhana Bastaman, 1997. Integrasi Psikologi dengan Islam : Menuju Psikologi Islami, Jogjakarta : Pustaka Pelajar dan Yayasan Insan Kamil.

Sayyid Mahdi as Sadr, 2003. Saling Memberi Saling Menerima: Kiat-Kiat Sukses Menjalin Hubungan dalam Hidup. Jakarta : Pustaka Zahra.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Soekartawi (dikutip oleh Diah Awalia, 2012), pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Analisis pendapatan dilakukan untuk menghitung seberapa

akan dan sedang dilakukan pemerintah. Dari kondisi tersebut, bermunculanlah lembaga- lembaga yang tumbuh di tengah masyarakat yang bukan saja sebagai wujud kepedulian

Sesuai dengan teori yang dikemukakan karim 4 bahwa dalam produk giro, bank syariah menerapkan prinsip wadi’ah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Di Permukiman

Penelitian pada Jeky PM, rantai pasok daging ayam, dimulai dari peternak yang menjadi pemasok ayam hidup, rantai berikutnya yaitu Jeky PM selaku pemasok daging ayam, di

Penelitian dengan judul “Perbedaan Naratif Film Soekarno Versi Bioskop dan Versi Televisi” ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan unsur naratif yang terjadi pada film

Elemen musik yang mempengaruhi suasana hati konsumen tersebut adalah beat dalam musik yang sesuai dengan tema, tempo pada musik yang dapat menciptakan suasana yang