• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis: Sebuah Analisis Ekonometrika

Oleh :

Awang Budi Kusumo

337620

Program Diploma Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan analisa regresi dengan model log untuk

menganalisa pengaruh pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, serta angka

pengganda uang (money multiplier) terhadap jumlah uang beredar di Indonesia

untuk periode periode sebelum krisis (1990-1997), sesudah krisis (2005-2012) dan

secara keseluruhan (1990-2012).

PENDAHULUAN

Krisis global berdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi

dunia, selain menyebabkan volume perdagangan global pada tahun 1998 merosot

tajam, juga akan berdampak pada banyaknya industri besar yang terancam

bangkrut, terjadinya penurunan kapasitas produksi, dan terjadinya lonjakan

jumlah pengangguran dunia. Bagi negara-negara berkembang dan emerging

markets, situasi ini dapat merusak fundamental perekonomian, dan memicu

terjadinya krisis ekonomi.

Indonesia merupakan negara small open economy, oleh karena itu

Indonesia merupakan Negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana

dari investor asing, dengan adanya krisis global pada tahun 1998 secara otomatis

para investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia. Hal ini yang

(2)

Aliran dana asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan

ekonomi dan untuk menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak

perusahaan menjadi tidak berdaya, yang pada ujungnya Negara kembalilah yang

harus menanggung hutang perbankan dan perusahaan swasta. seiring dengan

dampak dari krisis global pada tahun 1998 maka hubungan antara jumlah uang

beredar dan pertumbuhan ekonomi maupun laju inflasi cenderung kurang stabil di

Indonesia.

Inflasi di Indonesia juga berpengaruh terhadap masalah-masalah ekonomi

seperti, jumlah uang beredar (JUB), pengangguran, dan kinerja keuangan. Banyak

faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya jumlah uang beredar di Indonesia

baik dalam arti luas (M2) maupun dalam arti sempit (M1), antara lain tingkat suku

bunga, inflasi, nilai tukar rupiah, pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, dan

angka pengganda uang.

Namun, sesuai dengan metode Nilawati (2000), tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari besarnya

pengeluaran pemerintah, besarnya cadangan devisa serta besarnya angka

pengganda uang (money multiplier) terhadap jumlah uang yang beredar di

Indonesia dalam arti luas (M2)

KAJIAN PUSTAKA

Pada umumnya ada dua kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah

suatu negara, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kedua kebijakan

tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Kebijakan fiskal membahas

tentang kebijakan pemerintah untuk mengubah pengeluarannya dan penerimaan

dari pajak sedangkan kebijakan moneter mengarah kepada perubahan jumlah uang

beredar yang berpengaruh terhadap suku bunga dan selanjutnya mempengaruhi

tingkat investasi dan tingkat output.

Cadangan devisa merupakan stok mata uang asing yang dimiliki yang

sewaktu-waktu dapat digunakan untuk transaksi atau pembayaran internasional

(3)

Menurut Nosihin (1983), dikatakan bahwa penerimaan yang diterima

pemerintah dalam bentuk valuta asing yang kemudian ditukarkan dengan rupiah,

maka dalam proses pertukaran ini, akan meningkatkan cadangan aktiva Bank

Indonesia dan jumlah uang beredar bertambah dengan jumlah uang yang sama.

Jadi antara cadangan devisa dan jumlah uang beredar hubungannya cukup erat,

dimana jumlah cadangan devisa yang ditukarkan menambah jumlah uang beredar

dalam jumlah yang sama (Nilawati,2000:161).

Angka pengganda uang (money multiplier) adalah bagian dari proses

penciptaan uang oleh bank umum. Ada beberapa pengertian dari angka pengganda

uang yaitu, angka pengganda uang merupakan bagian dari proses pasar yaitu

penyesuaian antara permintaan dan penawaran uang (Nilawati, 2000:162).

Jumlah uang beredar (JUB) yaitu M1 (uang dalam arti sempit) yang terdiri dari

uang kartal dan uang giral, dan M2 (uang dalam arti luas) yang terdiri dari M1

ditambah uang kuasi (Nilawati, 2000:162).

HIPOTESIS

Hipotesis penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: diduga terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara pengeluaran pemerintah, cadangan

devisa, dan angka pengganda uang terhadap jumlah uang beredar di Indonesia

dalam arti luas (M2) pada waktu sebelum krisis, sesudah krisis, dan secara

keseluruhan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan analisa regresi berganda dengan menerapkan

model log. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu

variabel tidak bebas dan tiga variabel bebas. Variabel tidak bebas adalah jumlah

uang beredar (M2) yaitu uang dalam arti luas yang terdiri dari M1 ditambah uang

kuasi. Variabel bebas terdiri dari pengeluaran pemerintah (G) yaitu total

pengeluaran baik pengeluaran rutin maupunpengeluaran pembangunan; cadangan

(4)

(mm). Sebelum melakukan perhitungan regresi, dilakukan pengujian autokorelasi

DurbinWatson. Pengujian ini dilakukan dengan aplikasi Eviews

SUMBER DATA

Penelitian ini menggunakan ketersediaan data sekunder yang diperoleh

dari Bank Indonesia (Laporan Tahunan serta Laporan Triwulanan). Data

triwulanan dari tahun 2005 sampai tahun 2012 digunakan untuk pengeluaran

pemerintah, cadangan devisa, angka pengganda uang (money multiplier) dan

jumlah uang beredar dalam arti luas (M2).

Tabel 1. Jumlah Uang Beredar (M2), Pengeluaran Pemerintah (G), Cadangan Devisa (CDR), dan Angka Pengganda Uang (mm), 2005-2012

(5)

2011 I 2436075.7 196700 99333 9.9 6.38669 5.294 4.99709 0.99564

II 2477516 177800 118500 9.63 6.39402 5.250 5.07372 0.98363

III 2609744.3 276200 120570 8.87 6.4166 5.441 5.08124 0.94792

IV 2761515 296100 111810 9.47 6.44115 5.471 5.04848 0.97635

2012 I 2863095.3 261890 112000 9.99 6.45684 5.418 5.04922 0.99957

II 2989890.3 229890 112200 9.9 6.47566 5.362 5.04999 0.99564

III 3089793.3 283500 110490 9.5 6.48993 5.453 5.04332 0.97772

IV 3223833.3 246460 116400 9.47 6.50837 5.392 5.06595 0.97635

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analisa regresi dengan model log dilakukan untuk menentukan pengaruh

dari pengeluaran pemerintah, cadangan devisa serta angka pengganda uang

terhadap jumlah uang yang beredar. Analisa ini dibuat didasarkan analisa Nilawati

(2000) namun ada perbedaan penting dimana analisa ini dilakukan untuk tiga

periode waktu yaitu sebelum krisis ekonomi (tahun 1990, triwulan 1 sampai tahun

1997 triwulan 2); sesudah krisis mulai (tahun 1997 triwulan 3 sampai tahun 2012

triwulan 4); serta seluruhnya, dari tahun 1990, triwulan 1 sampai tahun 2012,

triwulan 4).

Hasil untuk analisa sebelum krisis ditunjukan di tabel Angka R2 adalah

0.910155 yang berarti 91% dari perubahan yang terjadi pada jumlah uang beredar

(M2) dapat dijelaskan oleh perubahan pada variabel pengeluaran pemerintah,

cadangan devisa, angka pengganda uang. Dari uji F-test didapat Fhitung adalah

94.50299 dengan tingkat signifikansi 0.000. Oleh karena probabilitas 0.000 jauh

lebih kecil dari 0.05 maka model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi

jumlah uang beredar (M2) atau dapat dikatakan, pengeluaran pemerintah,

cadangan devisa, dan angka pengganda uang secara bersama-sama berpengaruh

(6)

Dari hasil uji t di tabel dapat dilihat bahwa variabel pengeluaran

pemerintah (G) dan angka pengganda uang (mm) menjadi signifikan dengan a =

0.05 sedangkan pengaruh cadangan devisa tidak signifikan. Pengaruh dari

pengeluaran pemerintah menjadi positif sedangkan pengaruh dari money

multiplier menjadi negatif, terbalik dari dugaan.

Dependent Variable: LOGCDR Method: Least Squares

Date: 04/16/14 Time: 15:36 Sample: 2005Q1 2012Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOGG 0.151781 0.071591 2.120114 0.0430

LOGJUB 0.724556 0.191099 3.791526 0.0007

LOGMM 0.211710 0.123337 1.716524 0.0971

C -0.639148 0.895045 -0.714096 0.4811

R-squared 0.910115 Mean dependent var 4.798016 Adjusted R-squared 0.900484 S.D. dependent var 0.186873 S.E. of regression 0.058951 Akaike info criterion -2.707743 Sum squared resid 0.097307 Schwarz criterion -2.524526 Log likelihood 47.32389 Hannan-Quinn criter. -2.647012 F-statistic 94.50299 Durbin-Watson stat 0.819729 Prob(F-statistic) 0.000000

a. Hasil analisa sesudah krisis ditunjukan dalam tabel diatas. Angka R2

menjadi 0.910115 yang menurun dari sebelum krisis, namun masih

dianggap tinggi. Nilai uji F-test 94.50299 menunjukkan bahwa persamaan

regresi ini menjadi signikan dan mampu menjelaskan perubahan yang

terjadi pada jumlah uang beredar.

b. Pengujian Durbin-Watson menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Hasil

uji t untuk analisa ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah (G)

(7)

signifikan dan positif sedangkan angka pengganda uang tidak menjadi

signifikan.

c. Hasil analisa ini menunjukkan persamaan dan perbedaan dari hasil analisa

sebelumnya dari Nilawati (2000). Persamaannya, bahwa untuk variabel

pengeluaran pemerintah (G) dan cadangan devisa (CDR) sama-sama

mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap jumlah uang

beredar dalam arti yang luas (M2).

d. Untuk variabel angka pengganda uang (mm) analisa secara statistik

sama-sama tidak menunjukkan bahwa variabel ini menjadi signifikan terhadap

jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) Perbedaan dari hasil analisa ini

dengan Nilawati : periode penelitian Nilawati hanya secara keseluruhan

yaitu mulai tahun 1992 - 1998, sedangkan periode penelitian penulis tahun

2005 - 2012, juga membagi periode penelitian dalam jangka pendek yaitu

sebelum dan sesudah krisis.

e. Periode penelitian sebelum krisis didapati hasil bahwa untuk variabel

pengeluaran pemerintah dan angka pengganda uang (mm) signifikan

terhadap jumlah uang beredar, hanya variabel cadangan devisa yang tidak

signifikan terhadap jumlah uang beredar. Untuk periode sesudah krisis

didapati hasil hanya variabel pengeluaran pemerintah saja yang signifikan

terhadap jumlah uang beredar, sedangkan untuk variabel cadangan devisa

dan angka pengganda uang (mm) tidak signifikan terhadap jumlah uang

beredar. besarnya elastisitas antara cadangan devisa terhadap jumlah uang

beredar juga berbeda,namun kedua hasil sama-sama menunjukkan hasil

yang tidak elastis.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menggunakan analisa regresi model log untuk menganalisa

pengaruh pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, serta angka pengganda uang

terhadap jumlah uang beredar di Indonesia periode 2005-2012. Analisa dibagi

pada dua periode waktu, yaitu sebelum krisis (1990-1997), dan sesudah krisis

(8)

secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar (M2);

cadangan devisa tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar; sedangkan angka

pengganda uang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah uang

beredar.

Analisis sesudah krisis dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah

secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar sedangkan

dua variabel lainnya, yaitu cadangan devisa dan money multiplier tidak signifikan.

Dalam jangka panjang yaitu periode Januari 1990 sampai Desember 1999 dapat

disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah dan cadangan devisa berpengaruh

secara signifikan dan positif terhadap jumlah uang beredar sedang angka

pengganda uang tidak signifikan.

Untuk jangka panjang variabel pengeluaran pemerintah signifikan

terhadap jumlah uang beredar (M2) karena pengeluaran pemerintah dibiayai

dengan rupiah sehingga secara langsung berpengaruh terhadap jumlah uang

beredar dalam arti luas (M2). Untuk jangka panjang variabel cadangan devisa

signifikan terhadap jumlah uang beredar (M2) karena cadangan devisa yang ada

biasanya dibelanjakan untuk pengeluaran tahun itu juga dan ditukarkan dengan

rupiah sehingga secara langsung berpengaruh terhadap jumlah uang beredar dalam

arti luas (M2).

Sebagai saran, pemerintah mungkin sebaiknya terus menerapkan kebijakan

pengeluaran pemerintah baik pada waktu sebelum dan sesudah krisis untuk

periode berikutnya sebab kebijakan tersebut terbukti efektif untuk mengendalikan

jumlah uang yang beredar (M2).

Contoh kebijakan pengeluaran pemerintah tersebut antara lain adalah

a. kebijakan pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai, belanja barang,

subsidi daerah otonom, subsidi pupuk, pembangunan daerah, bantuan

desa, dan inpres desa tertinggal. Pemerintah hendaknya berusaha untuk

meningkatkan cadangan devisa sebab dari hasil penelitian terlihat bahwa

(9)

Indonesia terus menurun dan cadangan tersebut merupakan cadangan

devisa yang semu dalam arti cadangan devisa tidak diperoleh dari surplus

ekspor melainkan dari utang luar negeri.

b. Sehingga karena sebagian cadangan devisa merupakan atau diperoleh dari

utang luar negeri maka kebijakan cadangan devisa tidak dapat digunakan

untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dalam rangka pengendalian

jumlah uang beredar (M2) agar tidak terjadi money supply yang lebih

besar daripada penawaran barang yang bisa berakibat inflasi. Pemerintah

hendaknya tidak perlu mengandalkan money multiplier untuk

mengendalikan peredaran uang karena dari hasil penelitian terbukti bahwa

variabel angka pengganda uang dalam jangka panjang tidak signifikan

terhadap jumlah uang beredar di Indonesia dalam arti luas (M2) karena

money multiplier setiap tahun berubah-ubah sesuai dengan kondisi

Indonesia yang tidak stabil yang berarti angka pengganda uang tidak

berpengaruh terhadap jumlah uang beredar (M2) dicapai oleh Pemerintah

dalam menghabiskan dana APBN/APBD. Jika tidak ada kinerja yang

dicapai maka tidak boleh se-sen-pun uang Negara dibelanjakan.

c. Profesionalitas. Karena uang Negara merupakan uang rakyat yang harus

bernilai maksimal (value for money) bagi kesejahteraan masyarakat,

bukan hanya kesejahteraan aparatur Negara. Oleh karena itu, pengelolaan

Keuangan Negara harus dikelola secara professional. Penerapan sistem

akuntansi keuangan harus benar-benar diterapkan baik untuk APBN

maupun APBD.

d. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara. Rakyat berhak tahu

kemana dan untuk apa anggaran Negara dibelanjakan. Dalam

pertanggungjawaban Keuangan Negara, masyarakat perlu diberikan hak

untuk mengetahui pertanggungjawaban Keuangan Negara yang dilakukan

oleh Negara atau daerah. Minimal, Laporan Pertanggungjawaban

Pemerintah perlu dipublikasikan sehingga masyarakat dapat menilai

(10)

e. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Ini

merupakan amanah baru bagi BPK-RI terutama untuk memeriksa

pertanggungjawaban kepala daerah yang sebelumnya tidak ada kewajiban

tersebut. Sebelum laporan pertanggungjawaban Pemerintah (Perhitungan

Anggaran Negara) dan laporan pertanggungjawaban kepala daerah

disampaikan kepada DPR/DPRD, wajib diperiksa terlebih dahulu oleh

BPK-RI.

f. Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab

dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.6. APBN/APBD

mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,

dan stabilisasi. Hal berikutnya mengenai audit Keuangan Negara. Audit

keuangan Negara dalam peket UU tentang Keuangan Negara ditetapkan

dengan UU 15/2004. Dari UU tersebut, secara jelas Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) diamanahi suatu tugas berat yaitu melakukan

pemeriksaan (audit) atas pengelolaan dan tanggung jawab seluruh unsur

keuangan negara. Beberapa hal yang dirasakan sebagai kemajuan dari

penetapan UU Pemeriksaan tersebut antara lain:1. BPK diberikan

kebebasan dan kemandirian dalam menentukan obyek pemeriksaan,

perencanaan dan pelaksanaan, penyusunan dan penyajian laporan audit.

Meskipun demikian, lembaga perwakilan (DPR, DPD, DPRD Provinsi dan

DPRD Kabupaten/Kota) dapat memberikan saran dan mengadakan

pertemuan konsultasi dengan BPK dalam perencanaan tugas pemeriksaan.

Sehingga tidak dapat dan tidak perlu digunakan untuk mengendalikan

jumlah uang beredar dalam arti luas di Indonesia (M2).

g. Akuntabilitas. Akuntabilitas berorientasi pada hasil. Hal ini merupakan

landasan penerapan anggaran berbasis kinerja. Artinya, dalam

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2005-2012. Laporan Tahunan Bank Indonesia, Tahun 2005-2012.

Bank Indonesia. 2012. Laporan Triwulan Bank Indonesia, Tahun

2005-2012.

SEKI BI, Processed by Trade Data and Information Center, Ministry of Trade. Lily Prayitno, dkk. 2002. “Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis: Sebuah Analisis

Ekonometrika”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4 No. 1. Maret. Hal. 46-55.

Nilawati. 2000. “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa dan Angka Pengganda Uang Terhadap Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2. Agustus. Hal. 64-72.

Bank Indonesia. 2005-2012. Cadanga Devisa Indonesia, Tahun 2005-2012.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Uang Beredar (M2), Pengeluaran Pemerintah (G), Cadangan Devisa (CDR), dan Angka Pengganda Uang (mm), 2005-2012

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik mengamati contoh teks yang ditayangkan guru serta membaca contoh teks eksposisi pada buku pegangan siswa bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

Dalam penelitian ini perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana mengembangkan video pembelajaran berbasis kontekstual berbantu Prezi dan Geogebra pokok

Mengingat hubungan yang telah established antara premi CDS dengan variabel ekonomi makro melalui variabel penentu harga (jatuh tempo, volatilitas, suku bunga bebas risiko, dsb)

Yayasan Miastenia Gravis Indonesia (YMGI) selaku support group utama sampai saat ini masih mengupayakan pendataan yang maksimal terkait jumlah pasien dengan

PAOK PAMPANG KEC... DAMES DAMAI

Sebagai negara yang secara geografis berada di kawasan Asia Tenggara sangat logis jika Indonesia menjadikan ASEAN sebagai salah satu fokus utamanya, demikian pula

[r]

Gambar 2.2 DFD Leve menjelaskan tentang proses melakukan kegiatan input data taksiran data gadai yang akan database dan kemudian mela transaksi pembayaran dan melewati