• Tidak ada hasil yang ditemukan

teknologi pendidikan sk rpt (4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "teknologi pendidikan sk rpt (4)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PREEKLAMPSIA

Disusun Oleh:

GANINDA YAMACIKA

UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JURUSAN D IV KEBIDANAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Teknologi Pendidikan yang berjuduL ” PREEKLAMPSIA ”.

Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa dan membantu mahasiswa dalam melengkapi materi sesuai kebutuhan materi pembelajaran.

Penulis menyadari walau sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal,mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki ,makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik dari segi bahasa,pengolahan, maupun dalam penyyusunan.

Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,demi tercapainya suatu kesempurnaan.

Atas perhatian dan tanggapannya kami ucapkan terima kasih.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya mola hidatidosa. (Winkjosastro, 2005)

Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara

berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. (http:/ / antaranews.com /20 14/ 14 / 0 3)

AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

(4)

Angka kejadian Pre eklamsi di dunia sebesar 0-13 % di Singapura 0,13-6,6% sedangkan di Indonesia 3,4-8,5%. Dari penelitian Soejoenoes di 12 rumah sakit rujukan pada 2005 dengan jumlah sample 19.506, didapatkan kasus pre-eklamsi 4,78 %, kasus eklamsia 0,51% dan angka kematian perinatal 10,88 perseribu. Penelitian yang dilakukan oleh Soejoenoes pada 2006 di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian Pre-eklamsia dan eklamsia 5,30 % dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9) kali lebih besar

dibandingkan dengan kehamilan normal.

(http://dr.prima.blogspot.com/20 14 /13/0 3)

Dari pengamatan yang dilakukan secara retrospektif terhadap data yang ada pada medical record RSU Tarakan dari 1 Januari 1996 s.d. 31 Desember 1998, kami medapatkan kejadian PE - E di RSU Tarakan sebesar 3,26% (110 kasus) dari 3370 persalinan. Dari jumlah tersebut, yang memenuhi kriteria sebagai sampel sebanyak 53,64% (59 kasus), dengan sebaran 88,14% PE dan 11,86% E . (http://stetoskopmerah.blogspot.com/20 14 /04/0 3)

Pada tahun 2007 di RSUD Menggala tercatat sebanyak 33 kasus PEB, dimana 3 orang (1%) ada riwayat hypertensi dan 30 orang (99%) tidak ada riwayat hypertensi. (http://www.google.co.id)

Berdasarkan penelitian Ermawati (2007) angka kejadian Pre-eklamsia berat Di RSUD Koja sebanyak 268 kasus sebesar 10,72 % dari 2499 persalinan. Dan pada tahun 2008 angka kejadian Pre-eklamsia di RSUD Koja sebanyak 257 kasus sebesar 11,78 % dari 2181 Persalinan. Angka kejadian Pre-eklampsia berat pada tahun 2009 sebanyak 363 kasus sebesar 15,95% dari 2277 persalinan.

(5)

kejadian Pre eklamsia pada ibu bersalin sebanyak 133 kasus sebesar 9,67 % dari 1376 persalinan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Preeklamsia ? 2. Apa etiologi Preeklamsia ?

3. Bagaimana tanda – tanda klinis Preeklamsia ? 4. Apa saja komplikasi pada Preeklamsia?

5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada Preeklamsia ? 6. Bagaimana penatalaksanaan pada Preeklamsia ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Preeklamsia 2. Untuk mengetahui etiologi Preeklamsia

3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis Preeklamsia 4. Untuk mengetahui komplikasi pada Preeklamsia

5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada Preeklamsia 6. Untuk megetahui pentalaksanaan pada Preeklamsia

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan Preeklamsia 2. Mahasiswa mengerti etiologi Preeklamsia

3. Mahasiswa mengerti tanda – tanda klinis Preeklamsia 4. Mahasiswa mengerti komplikasi pada Preeklamsia

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya mola hidatidosa. (Winkjosastro, 2005)

(7)

konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya. (Muchtar, 1998)

Preeklampsia berat adalah preeklampsi dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolik > 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5gr/24 jam. (Winkjosastro, 2008)

Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. (Rukiyah, 2010)

2.1 Etiologi

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Tetapi banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli untuk mendukung penyebab penyakit ini seperti

a. Peran protasiklin dan tromboksan

Pada preeklamsia dan eklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan prostasiklin, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan dan serotinin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

b. Peran faktor Imunologis

(8)

Beberapa wanita dengan Preeklampsia mempunyai komplek imun dalam serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada Preeklampsia diikuti proteinuria.

Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa

pendapat menyebutkan bahwa sistem imun hormonal dan aktivasi komplemen terjadi pada Preeklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan Preeklampsia.

c. Peran faktor genetik/famili

Beberapa hal yang menunjukan faktor genetik ikut berperan pada kejadian preeklampsia dan eklampsi antara lain : Preeklampsia hanya terjadi pada manusia, terdapatnya kecenderungan

meningkatnya frekuensi preeklampsi dan eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi dan eklampsi, dan

kecenderungan meningkatnya frekuensi peeklampsi dan eklampsi pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preklampsi dan eklampsi

Faktor predisposisi preeklampsia Berat adalah: multiparitas, riwayat keluarga dengan eklampsia atau preeklampsia, kehamilan ganda, hypertensi yang kronis, dan mola hydatidosa

2.2 Gejala Preeklampsia Berat

Gejala pada Preeklampsia Berat adalah: Hypertensi : gejala yang paling dulu timbul ialah hipertensi yang terjadi sekurang-kurangnya sebagai batas diambil tekana darah 140 mm sistolis dam 90 mm diatolis tapi juga kenaikan sistolis 30 mm atau diatolis 15 mm diatas tekanan yang biasa merupakan pertanda. Tekanan darah mencapai 180 mm sistolis dan 110 mm diasotolis tapi jarang mencapai 200mm. Oedema : timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan. Penambahan berat ½ kg pada seorang yang hamil

(9)

Proteinuria : proteinuria sering dikemukakan pada preeklampsia rupanya karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hipertensi dan

penambahan berat badan. Dan Gejala subjektip : perlu ditekankan bahwa hipertensi, penambahan berat badan dan proteinuria yang merupaka gejala-gejala yang terpenting dari preeklampsia tidak

diketahui oleh penderita. Karena itu prenatal care sangat penting untuk diagnosa dan terapi preeklampsi dengan cepat. Berikut gejala-gejala subjektip ialah: Sakit kepala yang hebat karena vasospasmus atau oedema otak, sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorrhagia atau oedema atau sakit karena perubahan lambung, gangguan penglihatan seperti penglihatan menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien menjadi buta, gangguan ini disebabkan vasospasmus, oedema atau ablatio. (Obstetri Kebidanan,2009)

2.3 Patofiologis

(10)

Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan meng-akibatkan antara lain: adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan dan terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh preoksidasi lemak.

2.4 Klasifikasi

Preeklampsia digolongkan preeklampsia ringan dan preeklamsia ringan dan gejala dan tanda sebagai berikut:

(11)

0,3 gr atau lebih dalam 24 jamatau secara kualitatif positif 2 (+2), dan edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan. (Rukiyah, 2010)

2 Preeklamsia Berat Peningkatan tekanan darah: tekanan darah sistolik > 160mmHg atau tekanan darah diastolik > 110mmHg dalam dua kali pengukuran dengan interval 6 jam pada wanita dalam keadaan istirahat,

proteinuria: kadar protein dalam urin 24 jam >5g atau >3+ pada pemeriksaan urin menggunakan dipstick, Oliguria 400cc atau kurang dalam 24 jam, gangguan serebral atau pengelihatan, edema paru atau sianosis, nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen dan gangguan fungsi hati. (Sastrawinata, 2009)

2.5 Diagnosis Pre Eklampsi 2.5.1 Pemeriksaan Fisik:

(12)

darah harus diukur dalam setiap ANC, tinggi fundus harus diukur dalam setiap ANC untuk mengetahui adanya retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion, edema pada muka yang memberat, peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg per minggu atau peningkatan berat badan secara tiba-tiba dalam 1-2 hari dan Melakukan pemeriksaan ANC secara teratur.

2.6 Penatalaksanaan

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan:

1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau determinasi ditambah pengobatan medicinal.

a) Ibu : usia kehamilan 37 minggu atau lebih: adanya tanda-tanda gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).

b) Janin : hasil fetal assesment jelek (NST & USG): adanya tanda intra uterine Growt Retardation (IUGR)

c) Hasil Laboratorium: adanya “HELP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).

d) Pengobatan medisinal pasien preeklampsia berat (dilakukan dirumah sakit atas instruksi dokter) yaitu: Segera masuk rumah sakit, tirah baring miring kesatu sisi, tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125cc/jam) 500 cc, berikan antasida, diet cukup protein, rendah karbohidrat , lemak dan garam dan Pemberian obat anti kejang MgSO4 diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.

(13)

pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta. f) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat

diberikan obat antihipertensi parenteral. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.

g) Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral. (Syakib Bakri,1997)

2) Cara pemberian MgSO4

a) Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4 IV (20% dalam 20cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25cc larutan MgSO4 (3-5 menit). Diikuti segera 4 gr dibokong kiri dan 4gr dibokong kanan (40% dalam 10cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk

mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.

b) Dosis ulangan : 4 gr IM 40% setelah pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gr setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.

c) Syarat-syarat pemberian MgSO4 : tersedia antidotum MgSO4 yaitu calsium glukonas 10%, 1 gr (10% dalam cc) diberikan intravena dalam 3 menit yaitu: Reflek patela positif dan kuat, frekuensi pernapasan lebih 16 kali permenit dan produksi urine lebih 100 cc dalam 4 jam sebelum (0,5cc/kg BB/jam).

(14)

pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.

e) Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat: Hentikan pemberian magnesium sulfat, berikan calciumglukosa 10% 1 gr (10% dalam 1cc) secara IV dalam waktu 3 menit, berikan oksigen lalu lakukan pernapasan buatan.

f) Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).

2.7 Pencegahan

Pencegahan untuk preeklampsia berat adalah: Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin ( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat, Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pere-eklampsia kalau ada faktor – faktor peredisposisi, berikan penerangan tentang mamfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

2.8 Gambaran kejadian ibu bersalin dengan preeklampsia berat a. Usia ibu

Usia adalah lama waktu hidup atau ada ( sejak dilahirkan atau diadakan). Usia yang dianggap optimal adalah 20-30 tahun,

sedangkan tingkatan usia yang dianggap bahaya yaitu usia kurang dari 20 tahun dan usia di atas 35 tahun. (Prawirohardjo,2002)

b. Paritas

(15)

Menurut Sudhaberata (2001) kejadian terbanyak pada pre-eklamsia berat pun terjadi pada multigravida yaitu sebesar 54,4%.

c. Usia kehamilan

Usia kehamilan atau usia gestasi (gestational age) adalah ukuran lama waktu seorang janin berada dalam rahim.

Menurut Mochtar (1998) Pada kehamilan trimester III kejadian pre-eklamsia berat pun lebih dominan.

Berdasarkan penelitian di RSU Tarakan Kaltim Usia kehamilan dari sampel yang diamati dibedakan menjadi preterm, aterm, dan posterm. Frekuensi kejadian terbanyak terdapat pada kelompok usia kehamilan ibu 37 minggu/lebih, yaitu 86,44%.

(http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/04)

d. Cara persalinan

(16)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(17)

3.2 Saran

1. Meningkatkan pengawasan pada ibu hamil guna mengurangi angka preeklamsia.

2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil

Dengan preeklamsia.

3. Meningkatkan pelayanan pada ibu hamil dengan preeklamsia .

DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah, Yeyeh. 2010. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Transinfomedia

Sastrawinata, Sulaiman. 1984. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar offset

(18)

Syakib Bakri. 1997. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Transinfomedia

Winkjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan, YBP-SP, Jakarta

http://www.antaranews.com/2007/14/05

http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/04

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan jenis penilaian adalah berbagai tagihan yang harus dikerjakan oleh murid setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu jenis penilaian

M eteorologi mengenal sistem skala dalam melakukan sebuah analisis. Skala global merupakan skala meteorologi yang paling luas. Skala global dapat mempengaruhi fenomena meteorologi

Kendala utama yang dihadapi Pengadilan Agama untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 menyangkut tiga hal, yaitu, pertama, belum adanya aturan hukum

Dari hasil percobaan didapatkan untuk sampel air jumlah koloni bakteri yang Dari hasil percobaan didapatkan untuk sampel air jumlah koloni bakteri yang. tumbuh paling banyak

Untuk Bioindikator Kualitas Perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman, kawasan pesisir Pulau Tunda termasuk kedalam kategori tercemar sangat ringan karena nilai

Kolaborasi yang diterapkan pada konsep rancangan Piano Centre ini adalah bangaimana gubahan massa antar bangunan berkolaborasi menjadi satu kesatuan.. Kolaborasi antar massa

3. Siswa tidak mampu menyimpulkan atau membuat hasil diskusi. Proses analisis untuk data aktivitas siswa adalah sebagai berikut. a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa

Nilai impor Italia dari Jerman dan Perancis yang tergabung dalam Uni Eropa, serta China sebagai negara di luar Uni Eropa pada periode ini, pangsanya mencapai