• Tidak ada hasil yang ditemukan

hak suami dan istri dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "hak suami dan istri dalam"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hak adalah apa – apa yang diterima seseorang dari orang lain,sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga suami mempunyai hak dan sebaliknya istri juga mempunya I hak. Begitu pula dengan suami yang mempunyai beberapa kewajiban dan istri mempunyai beberapa kewajiban pula. Dalam al – Qur’an pada surat Al – Baqarah : 228

   

228. Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

[143] Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan Kesejahteraan rumah tangga (Lihat surat An Nisaa' ayat 34).

Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga mempunyai kewajiban. Kewajiban istri adalah hak bagi suami. Dalam hadits Nabi telah disebutkan

اقح مكيلع مكئاسنل و اقح مكئ اسن ىلع مكل نأ لأ .

Artinya : ketahuilah bahwa kamu mempunyai hak yang harus dipikul oleh istrimu dan istrimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas berikut ini dijelaskan secara rinci beberapa rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini.

(2)

2. Apa kewajiban istri terhadap suami yang merupakan hak atas suami ? C. Tujuan Penulis

Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah.

1. Menjelaskan kewajiban suami terhadap istri yang merupakan hak atas istri 2. Menjelaskan kewaiban istri terhadap suami yang merupakan hak atas

suami

(3)

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

قققححللا نحمق نقحهقيللحعح ملههلح ههلقحلا لحعحجح امحلق نقحهقجقاوحزللح نحدلجهسليح نلأح ءحاسحنققلا تهرلمحلح ددححلح دحجهسليح نلأح اددححأح اردمقآ تهنلكه وللح “Seandainya aku memerintahkan seseorang untuk sujud pada yang lain, maka tentu aku akan memerintah para wanita untuk sujud pada suaminya karena Allah telah menjadikan begitu besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri” (HR. Abu Daud no. 2140, Tirmidzi no. 1159, Ibnu Majah no. 1852 dan Ahmad 4: 381. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

1. Kewajiban materi berupa nafkah a. Nafkah dan Hukumnya

Kata nafkah berasal dari kata anfaqa ,Al-Infaq , yang artinya Mengeluarkan. Jadi, nafkah artinya memenuhi semua kebutuhan dan keperluan hidup meliputi: makanan, tempat tinggal, pakaian, serta biaya rumah tangga dan pengobatan bagi isteri sesuai dengan keadaan, termasuk juga biaya pendidikan anak.

Memberikan nafkah kepada isteri hukumnya wajib menurut Al-Qur’an, Hadits SAW., maupun Ijma’. Dalam Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah: 233, Adapun dari Hadits Rasulullah SAW, yang artinya :

Dari Mu’awiyah Al-Quraisy r.a berkata, “ Saya bertanya wahai Rasulullah, apakah hak seorang isteri dari kami kepada suaminya? Beliau bersabda, “engkau memberi makanan kepadanya sebagaimana engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul mukanya, janganlah engkau menjelekkannya, kecuali masih dalam satu rumah.”

Dan adapun menurut Ijma’ adalah sebagai berikut :

Ibnu Qadamah berkata, “ Para ahli ilmu sepakat tentang kewajiban suami menafkahi isteri-isterinya, bila sudah baligh, kecuali kalau isteri berbuat durhaka.

Ibnu Munzir dan lainnya berkata, “Isteri yang durhaka boleh dipukul sebagai pelajaran. Perempuan adalah orang yang tertahan ditangan suaminya. Ia telah menahannya untuk berpergian dan bekerja. Karena itu, ia berkewajiban untuk memberi nafkah kepadanya.

Adapun seorang isteri berhak menerima nafkah dari suaminya, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

(4)

o Tidak menolak apabila diajak pindah ketempat yang dikehendaki suaminya. Kecuali kalau suami bermaksud merugikan isteri dengan membawanya pindah, atau membahayakan keselamatan diri dan hartanya.

o Keduanya dapat saling menimati.

Sedangkan mengenai waktu memberi nafkah, para fuqaha berbeda pendapat. Imam Malik berpendapat bahwa nafkah itu menjadi wajib apabila suami telah menggauli atau mengajak bergaul dan isteri termasuk orang yang dapat digauli dan suami telah dewasa.

Imam Abu Hanifah dan Syafi’i berpendapat bahwa suami yang belum dewasa wajib memberi nafkah apabila isteri telah dewasa, sedang apabila isteri belum dewasa, dalam hal ini Imam Syafi’i terdapat dua pendapat: pertama, sama dengan pendapat Imam Malik. Pendapat kedua, bahwa istri berhak memperoleh nafkah bagaimanapun keadaaannya

b. Sebab-sebab yang mewajibkan nafkah a. Dengan sebab turunan

Seorang ayah wajib memberikan nafkah kepada anak-anaknya, atau ibu apabila ayah telah tiada. Begitu juga wajib kepada cucu apabila ia tidak mempunyai ayah. Wajibnya memberi nafkah bagi ayah dan ibu kepada anak dengan syarat apabila anaknya masih kecil dan misikin. Demikian juga sebaliknya, anak wajib memberi nafkah kepada kedua orang tuanya, apabila keduanya tidak mampu dan tidak memiliki harta.

b. Dengan sebab perkawinan

Suami wajib memberi nafkah kepada isterinya yang taat, baik makanan, pakaian, maupun tempat tinggal, perkakas rumah tangga dan sebagainya sesuai dengan kemampuannya. Banyaknya nafkah sesuai dengan kebutuhan dan adat kebiasaan yg biasa berlaku ditempat masing-masing, dengan mengingat tingkatan dan keadaan suami.

c. Dengan sebab milik

(5)

c. Besarnya nafkah

Imam Syafi’i berpendapat bahwa besarnya nafkah ditentukan atas kemampuan suami, yaitu bagi orang kaya dua mud, orang yang sedang satu setengah mud, dan orang miskin satu mud. Imam Malik berpendapat bahwa besarnya nafkah tidak ditentukan berdasarkan ketentuan syara’ tetapi berdasarkan keadaan masing-masing suami isteri dan ini berbeda-beda sesua dengan waktu, keadaan dan tempat. Pendapat ini juga dikemukakan ole Imam Abu Hanifah. Perbedaan pendapat ini desebabkan oleh ketidakjelasan nafkah, antara dipersamakan dengan pemberian makan, dalam kafarat atau dengan pemberian pakaian. Hal ini karena para Fuqaha telah sepakat bahwa pemberian pakaian itu tidak ada batasnya.

Golongan Syafi’i dalam menetapkan bahwa jumlah nafkah tidak diukur dengan jumlah kebutuhan, tetapi diukur berdasarkan Syara;. Mereka sependapat dengan golongan Hanafi, yaitu dengan memperhatikan kondisi, yaitu kaya dan miskin. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa dalam nafkah harus dibedakan antara suami yang kaya dan suami yang miskin ssuai dengan petunjuk Al-Qur’an yang tidak menjelaskan nafkah tertentu. Oleh karena itu, untuk menetapkan jumlahnya harus dengan ijtihad. Dan sebagai ukuran nafkah yang paling dekat adalah memberi makan kafarat yang sudah ditetntukan jumlahnya.

Jumlah Kafarat yang wajib dibayarkan kepada orang miskin paling banyak adalah dua mud. Dan kafarat yang paling sedikit dan wajib dibayarkan adalah satu mud bagi orang-orang yang berkumpul bagi isterinya disiang hari bulan ramdhan.

Jika kepada isteri diberikan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan tanpa ada ketentuan jumlah secara jelas, tentu akan menimbulkan pertengkaran yang tidak akan habis-habisnya, maka akan menentukan jumlah, langkah tersebut sesuai dengan kewajaran.

d. Nafkah anak

(6)

1. Anak-anak membutuhkan nafkah (fakir) dan tidak mampu bekerja. Anak dipandang tidak mampu bekerja apabila masih kanak-kanak atau telah besar tetapi tidak mendapatkan pekerjaan.

2. Ayah mempunyai harta dan berkuasa member nafkah yang menjadi tulang punggung kehidupannya.

Para imam mazhab berbeda pendapat tentang anak yang sudah dewasa, tetapi miskin dan tidak mempunyai pekerjaan.

Imam Abu Hanifah berpendapat : Nafkah bagi anak yang sudah dewasa dan sehat dari orang tuanya menjadi gugur. Tetapi nafkah bagi anak perempuan dari orang tuanya tidak menjadi gugur kecuali ia sudah menikah. Seperti ini juga pendapat Imam Malik tetapi ia mewajibkan kepada bapak untuk tetap memberikan nafkah kepada anak perempuannya hingga ia dicampuri oleh suaminya.

Imam Syafi’I berpendapat : Nafkah anak yang sudah dewasa gugur dari kewajiban orang tuanya, baik anak tersebut laki-laki maupun perempuan.

Imam Ahmad ibn Hambal berpendapat: Nafkah anak yang sudah dewasa tatp menjadi kewajiban bapaknya jika anak tersebut tidak memiliki harta dan pekerjaan.1

2. Kewajiban berupa Mahar

Salah satu bukti tingginya perlindungan dan penghormatan islam terhadap wanita adalah dengan memberikannya hak kepemilikan. Pemberian mahar juga dapat mempererat hubungan dan menumbuh suburkan benih – benih cinta dan kasih sayang.

3. Kewajiban yang tidak bersifat materi

(7)

a. Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya yang tidak bersifat materi adalah sebagai berikut :

a) Menggauli istri secara baik dan patut . sesuai dengan firman Allah dalam surat an – Nisa : 19

b) Menjaga dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara bahaya.

c) Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah untuk terwujud. (sakinah, mawaddah, dan rahmah) untuk maksud itu suami wajib memberikan rasa tenang bagi istrinya,memberikan cinta dan kasih sayang kepada istrinya. Dan sesuai dengan firman Allah ar – rum ayat 21.

B. Kewajiban Istri Terhadap Suami Yang Merupakan Hak Suami Dijelaskan dalam ayat berikut:

بقيلغحلللق تتاظحفقاحح تتاتحنقاقح تهاححلقاصقحلافح ملهقلقاوحملأح نلمق اوقهفحنلأح امحبقوح ضدعلبح ىلحعح ملههضحعلبح ههلقحلا لحضقحفح امحبق ءقاسحنققلا ىلحعح نحومهاوقحقح لهاجحرققلا

الديبقسح نقحهقيللحعح اوغهبلتح الحفح ملكهنحعلطحأح نلإقفح نقحههوبهرقضلاوح عقجقاضحمحللا يفق نقحههورهجههلاوح نقحههوظهعقفح نقحههزحوشهنه نحوفهاخحتح يتقالقحلاوح ههلقحلا ظحفقحح امحبق “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” (QS. An Nisa’: 34)

B. Kewajiban Istri Merupakan Hak Suami

1. Mematuhi Suami

Istri yang taat pada suami, senang dipandang dan tidak membangkang yang membuat suami benci, itulah sebaik-baik wanita. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

يفق ههفهلقاخحته الحوح رحمحأح اذحإق ههعهيطقتهوح رحظحنح اذحإق ههرقهسهتح يتقلقحا لحاقح رتيلخح ءقاسحنققلا يقهأح محلقحسحوح هقيللحعح ههلقحلا ىلقحصح هقلقحلا لقوسهرحلق لحيقق

(8)

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih) Begitu pula tempat seorang wanita di surga ataukah di neraka dilihat dari sikapnya terhadap suaminya, apakah ia taat ataukah durhaka.

Al Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,

: . : : . :

تقنلأح نحيأ يلرقظهنلافح لحاقح ههنلعح تهزلجحعح امح لقحإق ههوللهآ امح تللحاقح ؟ههلح تقنلأح فحيلكح لحاقح ملعحنح تللحاقح ؟تقنلأح جدولزح تهاذحأح

كقرهانحوح كقتهنقحجح وحهه امحنقحإفح ،ههنلمق

Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)

Namun ketaatan istri pada suami tidaklah mutlak. Jika istri diperintah suami untuk tidak berjilbab, berdandan menor di hadapan pria lain, meninggalkan shalat lima waktu, atau bersetubuh di saat haidh, maka perintah dalam maksiat semacam ini tidak boleh ditaati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(9)

Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat.Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang ma’ruf(kebaikan).” (HR. Bukhari no. 7145 dan Muslim no. 1840) Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan,

هقللا ةقيحصقعلمح يفق قدوللهخلمحلق ةحعحاطح لح

Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah.” (HR. Ahmad 1: 131. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Taat dan patuh pada suami, selama suaminya tidak menyuruhnya untuk melakukan perbuatan maksiat, seperti berjudi, menjual obat-obatan terlarang dan lain-lainnya yang dilarang oleh agama. Bila suruhan atau larangan suami bertentangan atau tidak sejalan dengan ajaran agama, tidak ada kewajiban istri untuk mengikutinya. Isi dari pengertian taat atau patuh adalah:

1) Istri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang telah disediakan.

Istri berkewajiban memenuhi hak suami bertempat tinggal di rumah yang telah disediakan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar untuk istri. b. Rumah yang disediakan pantas menjadi tempat tinggal istri serta

dilengkapi dengan perabot dan alat yang diperlukan untuk hidup berumah tangga secara wajar, sederhana, tidak melebihi kekuatan suami.

(10)

Istri wajib memenuhi hak suami, taat kepada perintah-perintahnya apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Perintah yang dikeluarkan suami termasuk hal-hal yang ada hubungannya dengan kehidupan rumah tangga. Dengan demikian, apabila misalnya suami memerintahkan istri untuk membelanjakan harta milik pribadinya sesuai keinginan suami, istri tidak wajib taat sebab pembelanjaan harta milik pribadi istri sepenuhnya menjadi hak istri yang tidak dapat dicampuri oleh suami.

b. Perintah yang dikeluarkan harus sejalan dengan ketentuan syariah. Apabila suami memerintahkan istri untuk menjalankan hal-hal yang yang bertentangan dengan ketentuan syariah, perintah itu tidak boleh ditaati. Mematuhi suami dapat dilihat dari isyarat firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 34:

هلقحلا ظحفقحح امحبق بقيلغحلللق تتاظحفقاحح تتاتحنقاقح تهاححلقاصقحلافح

ُ

wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).

Tidak adanya kewajiban patuh pada siapa pun termasuk pada suami yang menyuruh kepada maksiat dapat dipahami dari sabda Nabi:

قلاخلاةيصعم ىف قولخمل ةعاطل

Tidak ada kewajiban taat pada siapa pun bila disuruh untuk berbuat maksiat kepada Allah.

c. Suami memenuhi kewajiban-kewajibannya yang menjadi hak istri, baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat bukan kebendaan.

3. Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali izin suami Allah Ta’ala berfirman,

(11)

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab: 33).

Seorang istri tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Baik si istri keluar untuk mengunjungi kedua orangtuanya ataupun untuk kebutuhan yang lain, sampaipun untuk keperluan shalat di masjid.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi seorang istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa.” (Majmu’ Al-Fatawa, 32: 281)

Istri wajib berdiam di rumah dan tidak keluar kecuali Izin suami apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar untuk istri.

b. Larangan keluar rumah tidakberakibat memutuskan hubungan keluarga. Dengan demikian, apabila suami melarang istri menjenguk keluarga-keluarganya, istri tidak wajib taat. Ia boleh keluar untuk berkunjung, tetapi tidak boleh bermalam tanpa izin suami.

4. Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami

Pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada haji Wada’,

(12)

Bertakwalah kalian dalam urusan para wanita (istri-istri kalian), karena sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah dari Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mengizinkan seorang pun yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian” (HR. Muslim no. 1218)

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هقرقملأح رقيلغح نلعح ةدقحفحنح نلمق تلقحفحنلأح امحوح ، هقنقذلإقبق لقحإق هقتقيلبح ىفق نحذحألتح لحوح ،هقنقذلإقبق لقحإق دتهقاشح اهحجهولزحوح محوصهتح نلأح ةقأحرلمحلللق لقهحقيح لح هرهطلشح هقيللحإق ىدقحؤحيه ههنقحإقفح

Tidak halal bagi seorang isteri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan suaminya ada kecuali dengan izinnya. Dan ia tidak boleh mengizinkan orang lain masuk rumah suami tanpa ijin darinya. Dan jika ia menafkahkan sesuatu tanpa ada perintah dari suami, maka suami mendapat setengah pahalanya”. (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

Dalam lafazh Ibnu Hibban disebutkan hadits dari Abu Hurairah,

هقنقذلإقبق لقحإق دههقاشح وحههوح اهحجقولزح تقيلبح يفق ةهأحرلمحلا نهذحألتح لح

Tidak boleh seorang wanita mengizinkan seorang pun untuk masuk di rumah suaminya sedangkan suaminya ada melainkan dengan izin suaminya.” (HR. Ibnu Hibban 9: 476. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Hadits di atas dipahami jika tidak diketahui ridho suami ketika ada orang lain yang masuk. Adapun jika seandainya suami ridho dan asalnya membolehkan orang lain itu masuk, maka tidaklah masalah. (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 3: 193)

(13)

tersebut berlaku apabila orang yang datang itu bukan mahram istri. Apabila orang yang datang adalah mahramnya, seperti ayah, saudara, paman, dan sebaginya, dibenarkan menerima kedatangan mereka tanpa izin suami.

5. Menjaga nama baik suami

Nama suami harus dijaga oleh istri, jangan sampai membeberkan aib atau kekurangan suami kepada yang lain, sebagaimana hak istri atas suaminya, mengurus dan mendidik anaknya dan semua yang berhubungan dengan rumah tangga. Sebagaimana suami, istri pun harus bertanggung jawab atas pimpinannya, tidak hanya kepada suaminya saja, tetapi juga kepada Allah SWT.

6. Berhias untuk suami

Di antara hak suami atas istri adalah berdandan karenanya dengan berbagai perhiasan yang menarik. Setiap perhiasannya yang terlihat semakin indah akan membuat suami senang dan merasa cukup, serta tidak melakukan hal yang haram. Sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwa kecantikan bentuk wanita akan menambah kecintaan suami, sedangkan melihat sesuatu apa pun yang menimbulkan kebencian akan mengurangi rasa cintanya.

7. Menggauli suaminya secara layak sesuai kodratnya.

8. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya dan memberikan rasa cinta dan kasih sayang

9. Menjauhkan diri dari memperlihatkan muka yang tidak enak dipandang dan suara yang tidak terdengar.

Kesemuanya dapat dilihat dari sabda Rasul dalam hadits abu hurairah yang dikelurkan nasai

هركي امب اهلام و اهسفن ىف هفلاخت لو رمأ نا هعيطتو رظن نا هرست نا ىتا لاق ؟ ريخ ءاسنلا ىا لا لوسر اي ليق .

Artinya : nabi ditanya : Ya rasul Allah perempuan mana yang lebih baik ? Nabi berkata : bila suami memandangnya ia menyenangkan suami, bila menyuruh ia mematuhi ia tidak menyalahi suaminya tentang diri dan hartanya tentang suatu yang tidak di sengaja.2

(14)

BAB III PENUTUP

 Kesimpulan

Hak adalah apa – apa yang diterima seseorang dari orang lain,sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga suami mempunyai hak dan sebaliknya istri juga mempunya I hak. Begitu pula dengan suami yang mempunyai beberapa kewajiban dan istri mempunyai beberapa kewajiban pula. Dalam al – Qur’an pada surat Al – Baqarah : 228

 Kewajiban suami yang merupakan hak istri dapat dibagi menjadi dua : 1. Kewajiban berupa materi yang disebut nafaqoh

(15)

seorang isteri dari kami kepada suaminya? Beliau bersabda, “engkau memberi makanan kepadanya sebagaimana engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul mukanya, janganlah engkau menjelekkannya, kecuali masih dalam satu rumah.”

Nafkah disini adalah mencakupi segala kebutuhan istri yang mencakup makanan, tempat tinggal, pelayanan dan obat, meskipun dia orang kaya. Hokum memberi nafkah adalah wajib berdasarkan al – Qur’an, sunnah, dan ijma’ .

Dalil kewajibannya menurut al – quran seperti berikut :

i. Firman Allah swt., al – Baqarah (2) : 233 “dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.”

“ memberinya makan ketika engkau dapat makan dan memberinya pakaian ketika engkau dapat berpakaian , janganlah memukul wajah dan menghinanya, dan jangan menjauhinya melainkan didalam rumah.”

iii. Sedangkan ketetapan ijma’, dinyatakan Ibnu Qudamah, Seluruh ulama sepakat, menafkahi istri adlah kewajiban yang harus ditunaikan suami selama mereka telah baligh, kecuali jika istrinya membangkang.”3

Untuk menerima nafkah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni sebagai berikut : a) Akad nikah yang dilakukan sah

b) Istri menyerahkan diri kepada suami c) Istri bersedia digauli suami

d) Tidak menolak pindah ke tempat baru yang diinginkan suami

e) Suami dan istri sama- sama dapat menikmati hubungan dengan pasangannya.

2. Mahar

(16)

Salah satu bukti tingginya perlindungan dan penghormatan islam terhadap wanita adalah dengan memberikannya hak kepemilikan. Pemberian mahar juga dapat mempererat hubungan dan menumbuh suburkan benih – benih cinta dan kasih sayang.

 Kewajiban yang tidak bersifat materi

Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya yang tidak bersifat materi adalah sebagai berikut :

a.Menggauli istri secara baik dan patut . sesuai dengan firman Allah dalam surat an – Nisa : 19

b.Menjaga dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara bahaya.

c. Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah untuk terwujud. (sakinah, mawaddah, dan rahmah) untuk maksud itu suami wajib memberikan rasa tenang bagi istrinya,memberikan cinta dan kasih sayang kepada istrinya. Dan sesuai dengan firman Allah ar – rum ayat 21.

 Kewajiban istri terhadap suaminya yang merupakan hak suami : 1. Menggauli suaminya secara layak sesuai kodratnya.

2. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya dan memberikan rasa cinta dan kasih sayang

3. Taat dan patuh kepada suaminya selama suami tidak menyuruhnya dalam melakukan kemaksiatan. An – nisa (4:34)

4. Menjaga dirinya dan menjaga harta suaminya, bila tidak ada dirumah. 5. Menjauhkan dirinya dari segal sesuatu perbuatan yang tidak disenangi oleh

suaminya

(17)

Daftar Pustaka

Sabiq,sayyid.2012.Fiqih Sunah jilid 2. Jakarta : Al – I’tishom

Tihami dan Sohari Sahrani, FIkih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, RajaGrafindo Persada Jakarta 2013 cet. Ke-3.

Azzam,aziz abdul Muhammad. 2011.Fiqih Munakahat khitbah,nikah, dan talak. Jakarta: AMZAH,

Syarifuddin,amir. 2011. Hukum kompilasi Indonesia.

Hasan, M.Ali. 2006. Pedoman hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta: Siraja Prenada Media Group.

As – Subki, Ali yusuf .2010.Fiqh Keluarga Pedoman berkeluarga dalam Islam. Jakrta: Amzah. Mustthafa, Mun’in, Abdul Syaikh. 2008. Ensiklopedi Hak & Kewajiban Keluarga Muslim. Jakarta: Inasmedia.

Sati, Faqih.2011. Panduan Lengkap Pernikahan.Yogyakarta. Bening.

Al-Faqi, Mersi, Sobri. 2011. Solusi Problematika Rumah Tangga Modern., Surabaya. Pustaka Yasir.

(18)

Hasil Penelitian Berupa Materi :

1. Apakah mahar yang didapat ketika akad nikah berlangsung ? 2. Bagimana nafkah yang diberikan seorang suami kepada istri ?

Dari hasil penelitian kami, dapat kami simpulkan mayoritas uang belanja yang diterima oleh seorang istri pada :

Keluarga karir : 80 persen dari hasil kerja suami diberikan kepada istri sebagi nafkah .

Referensi

Dokumen terkait

Pengabdian Masyarakat PPDM (Program Pengembangan Desa Mitra) ini mengoptimalisasi 1000 HPK di desa Balongtani Jabon Sidoarjo melalui kegiatan sosialisasi dan

Bab III Berisi tentang beberapa analisis tekstual dan kontekstual kelompok musik Serempet Gudal, dalam bab ini akan diuraikan secara rinci terkait dengan bagaimana pesan moral

Menimbang, bahwa meskipun tergugat hanya hadir pada sidang pertama saja dan tidak pernah mengajukan jawaban atas dalil gugatan penggugat, akan tetapi demi untuk

Kesimpulan dari penelitian adalah hasil analisis data secara simultan diketahui bahwa pengaruh variabel bauran pemasaran (7P) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada bulan Maret-Juni 2005, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan zat

Karena semakin tinggi titik bakar dari suatu bahan bakar maka berarti bahan bakar tersebut memiliki kemampuan yang baik untuk menguapkan air dengan waktu

Untuk mengetahui pengaruh faktor teknologi, faktor shopping, dan faktor produk terhadap kepuasan pengalaman konsumen pada saat berbelanja secara offline. Untuk mengetahui

Penelitian pirolisis dan gasifikasi sludge cake dan pulp reject dari pabrik pulp kraft menggunakan agen gasifikasi steam untuk menghasilkan bahan bakar gas nilai kalor