• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengelolaan Lingkungan yang Ter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi Pengelolaan Lingkungan yang Ter"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pengelolaan Lingkungan yang Terjangkau dan Berkelanjutan

Menggerakan Sistem Tata Lingkungan Melalui Pemberdayaan Kampung Pemulung sebagai PUSDARU (Pusat Daur Ulang) untuk Mendukung

Peremajaan Kota di Karang Pola, Jakarta Selatan

Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi SEMAR ESSAY COMPETITION FESTIVAL ILMIAH MAHASISWA 2017

STUDI ILMIAH MAHASISWA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Diusulkan oleh:

Nurul Azizah Jurusan Kesehatan Lingkungan/2015

Rima Ulfah Mukaromah Jurusan Kesehatan Lingkungan/2015

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II Jakarta Selatan

(2)

Hidup bergelimang sampah. Itulah potret Ibu Kota Jakarta kini. Kota ini memang belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik dan terpadu. Produksi sampah di DKI Jakarta terus naik dan kini diperkirakan mencapai 6000 ton/hari. Angka itu dua kali lipat target yang tertuang dalam kontrak kerjasama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT.Godang Tua Jaya sebagai pengelola Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantar Gebang, yakni 3000 ton/hari.

Peningkatan yang signifikan tersebut berdampak bagi keuangan DKI Jakarta. Setiap tahun Ibu Kota harus mengeluarkan ratusan miliar rupiah untuk membayar biaya pengolahan sampah (tipping fee) dan biaya sosial warga sekitar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang. Wakil Gubernur DKI Jakarta mengatakan bahwa produksi sampah juga harus diimbangi dengan pengolahan, baik di permukiman, sekolah, maupun pasar sehingga ada nilai tambahan.

Kepala Dinas kebersihan DKI Jakarta Saptastri Ediningtyas (2015) mengatakan bahwa,

“Pihaknya akan mempercepat pembangunan Intermidiate Treatment Fasilities (ITF) antara lain di Marunda dan Sunter, Jakarta Utara, untuk pengolahan sampah. Juga akan di bangun bank-bank sampah dan pengolahan skala kecil baik di tingkat kelurahan, kecamatan maupun kota. Tujuannya, mengurangi volume sampah ke TPST Bantar Gebang”.

(3)

seluruh fasilitas yang tersedia berasal dari barang bekas yang dapat diolah kembali. Dengan keunikan tersebut penulis meyakini bahwa tempat tersebut dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun manca negara.

Jika ada satu singkatan yang paling banyak menjadi berita pada tahun 2015, salah satunya yang menonjol adalah SDGs [dibaca: esdigi], Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). SDGs adalah (a) sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs. Masa berlakunya 2015–2030; (b) sebuah dokumen setebal 35 halaman yang disepakati oleh lebih dari 190 negara; (c) berisikan 17 goals dan 169 sasaran pembangunan. Indonesia merupakan salah satu negara yang menyepakati pembuatan dokumen tersebut. Inovasi yang diberikan penulis merupakan salah satu cara untuk mendukung salah satu goals yang ada dalam dokumen SDGs.

Sebagai bentuk Keberhasilan SDGs (Suistanable Development Goals) tidak dapat dilepaskan dari peranan penting Pemerintah Daerah, karena Pemerintah Kota dan Kabupaten (a) berada lebih dekat dengan warganya; (b) memiliki wewenang dan dana; (c) dapat melakukan berbagai inovasi; serta (d) ujung tombak penyedia layanan publik dan berbagai kebijakan serta program pemerintah.

Dalam goals ke sebelas SDGs disebutkan tentang pembangunan berkelanjutan, dalam rangka mendukung goals tersebut, penulis memiliki gagasan berupa menggerakan sistem tata lingkungan melalui pemberdayaan kampung pemulung untuk mendukung peremajaan Kota di Karang Pola. Mengapa harus di kampung pemulung? Karena, pemulung yang pada hakikatnya berperan secara langsung dalam menjaga kebersihan lingkungan, tetapi dalam kenyataannya memiliki lingkungan dan tempat tinggal yang jauh dari kata layak, terutama dari segi sanitasi dan kesehatannya. Kondisi ini menjadikan kesan pemukiman kumuh bagi tempat tinggal para pemulung.

(4)

hasil memulung, membersihkan botol-botol hasil memulung, berdagang disekitar kawasan dan beberapa rutinitas layaknya di perkampungan biasa bagi ibu-ibu rumah tangga lapak Karang Pola”.

Memiliki kehidupan yang layak merupakan impian bagi semua orang, termasuk warga Lapak Karang Pola walaupun profesinya hanya seorang pemulung. Keberadaan permukiman kumuh pemulung bukan semata-mata musibah bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika kita teliti lebih jauh lagi, pemulung ternyata berperan besar dalam menjaga lingkungan dan dalam hal proses pemilahan sampah, terutama sampah anorganik yang berupa kertas, gelas air mineral, botol, kaleng, ban, dan lain-lain.

Aktivitas yang dilakukan warga lapak Karang Pola belum bisa menerapkan prinsip Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menimbulkan kurangnya perhatian terhadap daerah yang mereka tinggali. Kondisi ini juga mempengaruhi keadaan tanah disekitarnya karena sampah yang berserakan membuat tingkat pencemaran tanah, air dan udara semakin tinggi.

Tidak semua pemulung tidak mengerti prinsip PHBS, salah seorang pemulung yang benarnama Ibu Emi (55) beliau mengatakan bahwa beliau tau sedikit-banyak tentang PHBS namun, beliau bingung menerapkannya lantaran kondisi lingkungan di lapak Karang Pola sangat kecil kemungkinannya untuk melakukan prinsip PHBS.

Ibu Emi (55) megatakan bahwa, “Rata-rata dari mereka yang tinggal di Lapak Karang Pola menggunakan air pompa tanah, namun hasil dari air pompa tanah tersebut secara fisik air tersebut jelek dan tidak layak diminum, oleh karena itu, banyak dari warga lapak yang pake air galon”. Selain masalah air bersih, masalah lain yang dihadapi warga lapak adalah tidak tersedianya septictank sehingga meningkatkan pencemaran E.coli yang ada di lingkungan tersebut.

(5)

pemerintah, pihak swasta dan teman-teman aktivis lingkungan. Selain itu dari hasil wawancara yang telah dilakukan Ibu Emi (55) mengatakan bahwa penghasilan sampah yang diperoleh sekitar 20 kg – 30 kg per hari. Jika di kalkulasikan maka sekitar 3150 kg (3,15 ton) sampah per hari di ambil oleh pemulung lapak Karang Pola. Jika sampah yang dihasilkan DKI Jakarta adalah 3000 ton – 6000 ton per hari, maka dengan bantuan pemulung Lapak Karang Pola sebesar 0,1%-0,5% sampah yang akan di kirim dari DKI Jakarta ke TPST Bantar Gebang dapat dikurangi dan bermanfaat kembali.

Menyulap lapak Karang Pola menjadi wisata edukasi yang selanjutnya disebut PUSDARU (Pusat Daur Ulang), merupakan salah satu inovasi dari penulis untuk mendukung SDGs yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

PUSDARU diyakini dapat menjadi tombak penggerak dalam menyongsong Suistanable Development Goals (SDGs) Indonesia dengan cara mengubah paradigma masyarakat tentang lapak pemulung pada umumnya. Melalui program PUSDARU ini, diharapkan masyarakat yang dahulu menganggap bahwa lapak pemulung merupakan tempat yang kumuh, tidak sehat, dan mengganggu pemandangan kota akan berubah menjadi lapak pemulung yang merupakan pusat dari segala aktivitas pengolahan sampah dan wisata edukasi. Selain itu inovasi ini dapat menaikan taraf hidup para pemulung di daerah tersebut.

Di dalam buku Petunjuk Umum Pelaksanaan Peremajaan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Perkotaan Dan Perdesaan (2001:2) dipaparkan bahwa, “Program Peremajaan Lingkungan Permukiman adalah kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan harkat masyarakat berpenghasilan rendah, yang dilakukan melalui penataan dan perbaikan kualitas yang lebih menyeluruh terhadap kawasan hunian yang sangat kumuh“.

(6)

Sumber Daya Manusia sebagai pemulung yang ada di Lapak Karang Pola. Karena, dengan adanya PUSDARU ini akan membuka lapangan kerja baru yang lebih baik lagi bagi pemulung-pemulung yang ada. Sehingga, nantinya seluruh pemulung yang ada di Lapak Karang Pola akan dibina dalam proses pembangunan dalam pelaksanaan PUSDARU.

PUSDARU akan dibentuk dengan berbagai macam tempat seperti PUSDARU NarPlace (Narsis Place) yaitu tempat yang dikhususkan untuk pengujung berfoto atau hanya sekedar rekreasi bersama keluarga di taman bunga yang berbahan dasar plastik dengan dihiasi lampu, seperti mencontoh AEON Mall yang ada di Kota BSD Tangerang, namun yang membedakannya, dari PUSDARU NarPlace ini akan dibuat tugu yang melambangkan dari beberapa daerah di Indonesia atau tempat bersejarah di Indonesia seperti Monas di Jakarta, Jam Gadang di Sumatera Barat, Menara Siger di Lampung, Tugu Pahlawan di Jawa Timur, Tugu Yogya Kembali di Yogyakarta, selain itu di PUSDARU NarPlace ini akan dibuatkan taman bermain untuk anak-anak yang berkunjung.

(7)

Selanjutnya, akan dibuat PUSDARU Hand Made yaitu tempat yang disediakan khusus untuk pengunjung belajar membuat seni kerajianan tangan dari barang-barang bekas anorganik seperti tas, bros, bunga plastik, daur ulang pot, bingkai foto, payung, tempat sepatu, keranjang baju kotor, gantungan kunci, vas bunga, tempat pensil, sendal, gantungan baju dan lain sebagainya.

Untuk pengolahan sampah organik yang berasal dari sampah alami seperti daun, ranting pohon yang dapat dibuat menjadi pupuk kompos, briket yang dapat digunakan untuk menjernihkan air serta sampah sisa makan seperti nasi, kulit buah, biji-bijian, dan lain-lain yang dapat diolah menjadi pupuk cair atau asap cair yang dapat digunakan sebagai pengawet makanan alami akan diolah di tempat khusus yaitu PUSDARU Save Earth.

PUSDARU Market merupakan tempat menjual hasil olahan dari barang bekas yang telah dibuat baik itu olahan sampah organik yang dapat berupa pupuk cair, asap cair, pupuk padat dan briket serta olahan sampah anorganik yang berupa tas, sendal, tempat sepatu, vas bunga, gantungan kunci, tempat tisu dan lain-lain yang merupakan hasil olahan dari sampah yang ada.

Selain itu,di dalam PUSDARU akan dibangun tempat bernama

(8)

Proses pembuatan PUSDARU tentulah memiliki andil yang besar antara beberapa pihak yang akan terlibat demi mendukung kelancaran proses pembangunan PUSDARU. Hal yang paling utama adalah terbentuknya kerjasama secara tripartit antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pemberi izin tempat yang akan dijadikan PUSDARU, pihak swasta yang akan berperan dalam proses pendanan, dan masyarakat dengan bantuan aktivis lingkungan dan mahasiswa yang berperan dalam proses pembangunan PUSDARU tersebut.

(9)

Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Perumahan Dan Permukiman. 2001. Petunjuk Umum Pelaksanaan Peremajaan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Perkotaan Dan Perdesaan (online) (ciptakarya.pu.go.id, diakses pada 28 Desember 2016)

Mickael B. Hoelman. 2015. Panduan SDGs untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah,Jakarta: International NGO Forum on Indonesian Development (INFID)

National Geographic. 2015. Sampah di Jakarta Diperkirakan Capai 6000 Ton per Hari (online) (http://nationalgeographic.co.id, diakses pada 30 Desember 2016)

Winda Destianan Putri. 2015. Wah, Museum Ini Terbuat dari Sampah Kota (online) (http://www.republika.co.id, diakses tanggal 24 Desember 2016)

Lampiran Data Ketua

Nama : Nurul Azizah

Tempat, dan tanggal lahir : Jakarta, 16 Januari 1997

Riwayat organisasi : Sekertaris DPM JKL 2016/2017 Karya tulis ilmiah yang pernah dibuat : Belum Ada

Penghargaan ilmiah yang pernah diraih : Belum Ada

Data Anggota 1

Nama : Rima Ulfah Mukaromah

Tempat, dan tanggal lahir : Tangerang, 28 November 1997

Riwayat organisasi : Tidak Ada

(10)
(11)

Ilustrasi PUSDARU

Keterangan Nomor

1 : Tugu Selamat Datang di PUSDARU Karang Pola, Jak-Sel 2 : Tempat Parkir Pengunjung

3 : PUSDARU Bank Sampah 4 : PUSDARU Hand Made 5 : PUSDARU Save Earth

6 : PUSDARU NarPlace (Narsis Place) 7 : PUSDARU Market

8 : Ilustrasi Tempat Sampah yang akan dibuat 9 : PUSDARU Membaca

10 : Masjid

11 : PUSDARU Museum

1

2 10

3 4

5 6 7

8

(12)

Museum Sampah di New York, Amerika Serikat

Referensi

Dokumen terkait

DPRD. Pimpinan DPRD sangat berperan dalam proses legislasi, terutama ketika menyetujui atau menolak suatu rancangan Perda. Bahkan sering kali, pimpinan DPRD yang

KECEMASAN WANITA MENGALAMI MASA MENOPAUSE DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL

Konsep matematika dalam Al-4XU¶DQ telah banyak yang dimasukkan dalam kurikulum matematika madrasah, namun ada beberapa konsep matematika dalam Al- 4XU¶DQ yang

Hasil diskusi menunjukkan bahwa penguasaan lahan merupakan salah satu isu penting yang mempengaruhi kondisi lingkungan di Nusa Tenggara. Klasifikasi lahan tradisional maupun

Artinya Isma’il ingin menyampaikan hal lain di balik kalimatnya itu bahwa perintah apa pun yang diperintahkan Allah SWT kepada ayahnya terhadap dirinya hendaknya

Penelitian ini bertujuan mempelajari dinamika populasi Trichoderma yang diaplikasikan pada tiap tahap tanam lokal di lahan rawa, yaitu tedarak, ampak, lacak,

Terdakwa oleh penuntut umum telah didakwa melakukan tindak pidana dengan dakwaan bahwa Sumpono Sugianto pada hari rabu tanggal 3 Desember 2008 sekitar pukul 22.00

Dengan melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik dan termotivasi untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “ Perbedaan Hasil Belajar Siswa