• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH TERHA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH TERHA (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PENINGKATAN KEUNGGULAN KOMPETITIF SEKTOR UMKM

Dr. Nazaruddin Malik, SE, M.Si M. Sri Wahyudi S., SE, ME

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Abstract

The aims of this paper is to explain the role of syariah banking financing on the competitive advantage of Small medium enterprises (SME’s) sector in Indonesia. The contributions of SME’s for Indonesian Economics have an importance role for GDP’s mainly for labor absorption and also for solving the unemployment and poverty problems. Furthermore, we need an alignments and strategic policy to developing this sector. Financial inclusion programs by means of syariah banking financing can play a significance role for increasing the competitiveness of this sectors.

Key words: Syariah Banking Financing, SME’s, Competitive advantage

Pendahuluan

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari struktur perekonomian suatu negara ataupun daerah. Di Indonesia sejarah menunjukkan bahwa UMKM menjadi perwujudan konkret dari kegiatan ekonomi rakyat yang bertumpu pada kekuatan sendiri, beragam, dan merupakan kelompok usaha yang mampu menjadi penyelamat saat perekonomian Indonesia dilanda krisis.

Kemampuan UMKM untuk bertahan dalam kondisi krisis terjadi karena kandungan domestik yang tinggi pada input produksinya, sehingga mampu menghindar dari keterpurukan akibat depresiasi rupiah yang menyebabkan peningkatan biaya produksi pada usaha yang banyak menggunakan input impor. Demikian juga keunikan dan kekhasan tertentu dari komoditas yang dihasilkan menjadi nilai lebih yang membuatnya memiliki daya saing lebih dipasar.

Namun kebanyakan produksi UMKM masih mengandalkan pasar lokal dan permintaan dalam negeri sebagai sumber omsetnya, kecuali pada produk tertentu. Belum banyak produk UMKM yang mampu melakukan ekspor langsung. Padahal sebentar lagi akan memasuki era ASEAN Economic Community 2015 (AEC 2015) yang mengharuskan para pelaku bisnis termasuk UMKM harus memiliki daya saing produk yang tinggi.

(2)

saluran ekspor bagi produk UMKM untuk meraih pasar mancanegara semakin merasa berat untuk mempertahankan usahanya.

Berdasarkan keunggulan yang dimiliki dan kendala yang dihadapi oleh UMKM seperti yang paparan di atas, maka perlu mempersiapkan perencanaan untuk menjadikan UMKM yang mandiri dan berdaya saing tinggi sehingga mampu meningkatkan keunggulan kompetitif nasional. UMKM harus diberi kesempatan dan juga arahan yang berupa informasi akurat untuk menentukan usahanya sendiri seperti produk apa yang akan mereka produksi, berapa banyak dan untuk siapa produk ini akan di pasarkan. Dengan kesempatan yang luas dan arahan yang tepat diharapkan UMKM mempunyai daya saing yang tinggi baik di pasar lokal, regional maupun internasional. Hal ini tentu harus didukung aspek pembiayaan bagi UMKM. Salah satu sektor yang diharapkan mempunyai peranan besar terhadap aspek pembiayaan adalah keberadaan lembaga perbankan syariah.

UMKM Dan Perekonomian Indonesia

Peran UMKM merupakan hal yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara dan tidak jarang UMKM diharapkan sebagai mesin pertumbuhan. Di Indonesia sendiri perhatian terhadap UMKM telah menjadi agenda penting dalam rangka bukan saja untuk memperkuat struktur perekonomian nasional, tetapi juga untuk penyerapan tenaga kerja dan sebagai wahana yang sangat strategis untuk distribusi barang dan jasa. Kehadiran UMKM ini semakin dirasakan dampaknya di Indonesia selama terkena krisis moneter yang akhirnya berkembang menjadi krisis multi dimensi. Pada tahun 1998 UMKM mampu bertahan dibandingkan Industri-industri besar.

Untuk mengetahui lebih jauh peranan UMKM dalam perekonomian nasional, dapat dilihat data tahun 2003 dan tahun 2013 pada tabel 1.

Tabel.1. Peranan UMKM dalam Perekonomian Nasional 2003 dan 2013

Indikator 2003 2013*

Jumlah UMKM (Juta unit) 42,4 52,8

Total UMKM / Total Usaha (%) 99,8 99,99

Tenaga Kerja UMKM / Total TK (%) 67,0 97,3

PDB UMKM / Total PDB (%) 63,5 56,51

Ekspor UMKM / Total Ekspor (%) 14,4 17,03

Sumber : Kementerian UMKM dan Koperasi (2013)

Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) meningkat sejalan dengan membaiknya kinerja sektor riil secara umum. Sejak tahun 2003, jumlah unit usaha UMKM mengalami peningkatan, yakni dari 42,4 (juta unit) menjadi 52,8 (juta unit) di tahun 2013. Dalam penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2003 jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 67,0% menjadi 97,3% pada tahun 2013.

(3)

Kontribusi UMKM terhadap perekonomian sangatlah besar. Disamping kontribusi terhadap PDB, UMKM mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Jika produktivitas UMKM dapat ditingkatkan, maka dari sektor UMKM akan mampu mendongkrak tambah lapangan kerja baru dan mampu menyerap ancaman pengangguran. Sehingga kekuatan ekonomi suatu negara memiliki korelasi yang positif dengan kontribusi UMKM terhadap perekonomian suatu negara. Semakin besar kontribusi UMKM terhadap perekonomian maka semakin kuat ekonomi negara tersebut.

Perkembangan UMKM hingga kini telah mencapai 52,8 juta yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari segi lapangan usaha, pelaku UMKM masih mendominasi sektor pertanian, jasa-jasa dan perdagangan. 97,5 persen total usaha yang bergerak di sektor pertanian berasal dari UMKM, hanya 4,28 persen dari kelompok usaha besar (UB). Kelompok UB ini mendominasi usaha di sector pertambangan 84,80 persen, listerik, gas dan air bersih 92 persen. Umumnya relatif padat modal dan teknologi, sektor yang oleh UMKM di Indonesia yang karena keterbatasan modal dan sumberdaya manusia sulit dimasuki.

Berbeda dengan UMKM di Negara-negara maju (NM) yang justru menjadi motor kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, maka di Negara-negara sedang berkembang (NSB) di Asia, Afrika dan Amerika Latin, UMKM juga berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, dan pembangunan ekonomi perdesaan. Namun, dilihat dari sumbangannya terhadap pembentukan PDB dan ekspor non-migas, khususnya produk-produk manufaktur, peran UMKM di NSB masih relatif rendah, dan ini sebenarnya perbedaan yang paling menyolok dengan UMKM di NM.

Gambar 1. Struktur Modal UMKM

(4)

Meskipun telah membuktikan diri sebagai pilar ekonomi, masih banyak permasalahan klasik yang dialami oleh UMKM yang belum terselesaikan. Masalah kurangnya akses modal, bahan baku, kemampuan, dan informasi masih menjadi penghambat peningkatan daya saing UMKM. Komitmen dan keberpihakan pemerintah melalui kebijakan terhadap UMKM yang minim mengakibatkan UMKM di Indonesia saat ini belum mampu menguasai pasar dalam negeri. Hal ini terbukti karena konsumsi domestik masih dipenuhi produk-produk impor dari China yang kualitasnya bagus dan murah.

Berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 1999, Bank Indonesia dalam membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi tidak lagi dapat memberikan bantuan keuangan, yang dikenal dengan kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) terhadap dunia usaha termasuk usaha kecil. Dengan demikian peranan Bank Indonesia dalam membantu usaha kecil bersifat tidak langsung, yaitu melalui pemeliharaan kestabilan nilai rupiah, mengupayakan terciptanya perbankan (termasuk Bank Perkreditan Rakyat) yang sehat, mendukung perkembangan perbankan berdasarkan prinsip syariah dan melalui kebijakan perkreditan dibidang perbankan, termasuk pemberian bantuan teknis dan fasilitasi.

Pada gambar 1, dapat diketahui sumber dana UMKM masih mengandalkan modal sendiri yaitu sebesar 71% sedangkan akses dari dunia perbankan hanya sebesar 16%, hal ini menunjukkan bahwa akses pembiayaan yang terserap oleh UMKM masih minim. Padahal, dari 110 juta jiwa tenaga kerja nasional, sekitar 97,3 persen bekerja pada sektor UMKM.

Pembiayaan Perbankan Syariah dalam Pengembangan UMKM

Financial inclusion merupakan koreksi terhadap financial exclution yang dalam penjelasannya adalah sebuah kondisi financial yang hanya menguntungkan segelintir pihak saja. Definisi lain dari financial inclusion menurut World Bank, 2008 dan European Commision 2008 adalah sebagai suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk menghilangkan segala bentuk hambatan entah dalam bentuk harga ataupun non harga terhadap akses masyarakat dalam menggunakan atau memanfaatkan layanan jasa keuangan.

Jadi tujuan dari financial inclusion di Indonesia adalah untuk dapat menyelamatkan kemiskinan yang ada di Indonesia, seperti penyelamatan usaha lokal dan usaha mandiri agar tercapainya koherenitas terhadap perkembangan zaman. Dalam perencanaan ini sebagai mana mestinya masyarakat miskin bisa mendapatkan kemudahan akses untuk mengembangkan kegiatan ekonomi mereka, serta mendapatkan layanan yang pro rakyat. Perbankan syariah dapat berperan strategis dalam proses financial inclusion ini.

(5)

bank syariah ditunjukkan melalui: (1) inovasi strategi pembiayaan; (2) Program Linkage; (3) Pilot project; (4) Pemanfaatan dana sosial; (5) kerjasama technical assistance.

Setiap bank syariah mempunyai berbagai strategi pembiayaan yang berbeda, misalnya bank syariah mendirikan pusat-pusat pelayanan pembiayaan mikro seperti gerai UMKM atau sentra UMKM. Di samping itu dikembangkan pula konsep linkage, dimana bank syariah yang lebih besar menyalurkan pembiayaan UMKM-nya melalui lembaga keuangan syariah yang lebih kecil, seperti BPRS dan BMT. Hal ini dikarenakan bank syariah besar belum menjangkau sentra masyarakat usaha mikro dan kecil, akan tetapi lembaga keuangan syariah yang kecil lebih menyentuh langsung dengan pelaku usaha UMKM. Selain itu, Perbankan syariah dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan atau pengelola dana sosial dalam upaya meningkatkan budaya kerja, kemampuan manajemen UMKM dan penguasaan teknologi.

Gambar 2. Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan Golongan Usaha

Sumber: Bank Indonesia (2013)

Secara kuantitatif, peran perbankan syariah terhadap UMKM dapat ditunjukkan melalui seberapa besar dana yang dialokasikan untuk pembiayaan UMKM. Berdasarkan data Bank Indonesia (2013), pembiayaan perbankan syariah (11 BUS, 23 UUS dan 163 BPRS) pada sektor UMKM jika dibandingkan antara tahun 2009 dengan tahun 2013 memang mengalami peningkatan dari Rp 35,799 triliun menjadi Rp 110,086 triliun namun dari sisi porsi (share) dari keseluruhan pembiayaan perbankan syariah selama 3 tahun terakhir justru mengalami penurunan dari 76,35% menjadi 59,71% pada tahun 2013.

Menurut Machmud dan Rukmana (2010) penyebab cukup besarnya persentase pembiaayaan bank syariah terhadap UMKM dikarenakan bank syariah lebih mengutamakan kelayakan usaha (proyek) daripada nilai agunan, sementara faktor agunan untuk sebagian besar merupakan penghambat UMKM dalam akses terhadap perbankan konvesional, bukan karena UMKM tidak memiliki aset, melainkan karena aset nya yang dinilai tidak bankable.

(6)

Meskipun demikian alokasi pembiayaan perbankan syariah terkait dengan produk inti dari bank syariah yaitu skim pembiayaan musyarakah dan mudharabah masih kecil dibandingkan dengan skim murabahah. Pada tahun 2013, alokasi dana murabahah sebesar 60,05% sedangkan mudharabah dan musyarakah masing-masing hanya 7,40% dan 21,66%. Hal ini menunjukkan alokasi pada sektor riil masih lebih rendah dibandingkan alokasi untuk skim jual beli yang sebenarnya merupakan alokasi pada sektor konsumsi masyarakat.

Strategi Peningkatan Keunggulan Kompetitif UMKM di Indonesia

Sebagai upaya menyusun strategi pengembangan UMKM di Indonesia, maka dapat didasarkan pada identifikasi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang (SWOT) yang ada pada UMKM.

Kekuatan (Strength) UMKM di Indonesia:

a. Kontribusinya ke PDB nasional yang cukup besar b. Kemampuan menyerap banyak tenaga kerja

c. Memiliki dampak positif dan keterkaitan yang tinggi ke sektor lainnya

d. UMKM mampu menciptakan citra dan identitas bangsa (tourism, membangun budaya dan nilai lokal)

e. Mempunyai potensi yang masih besar, karena Indonesia mempunyai golongan Usia produktif yang besar sebagai kekuatan sumber daya Manusia.

Kelemahan (Weakness) UMKM di Indonesia:

a. Kemampuan sumber daya masih perlu ditingkatkan

b. Kualitas produk UMKM Indonesia masih rendah dibanding dari negara lain (terutama di tingkat ASEAN).

c. Permasalahan/kendala modal d. Kurangnya keahlian pemasaran

Peluang (Opportunities) UMKM di Indonesia adalah:

a. Pelaksanaan ASEAN economic Community yang mengharuskan UMKM memiliki keunggulan kompetitif.

b. Potensi wisata Indonesia yang mampu mendatangkan wisatawan asing

Ancaman (Threats) UMKM di Indonesia meliputi: a. Keterbatasan untuk mendapatkan pembiayaan

b. Kelembagaan yang belum bagus, pemasaran kapasitas dan jaringan distribusi, penguasaan teknologi, serta inovasi industri barang negara lain yang lebih murah dan bagus

c. Pembajakan oleh negara lain

Berdasarkan identifikasi SWOT, maka dapat dirumuskan strategi pengembangan UMKM sebagai berikut:

1. Strategi Strength-Opportunities:

a. Besarnya peran nilai output UMKM dalam PDB dan naiknya trend ekspor UMKM, maka diperlukan upaya peningkatan daya saing global.

(7)

c. Kekuatan UMKM dalam menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memerlukan akses pembiayaan perbankan.

d. Banyaknya penduduk usia muda merupakan peluang untuk mengembangkan UMKM

2. Strategi Weaknesses-Opportunities:

a. Masih rendahnya daya beli masyarakat memerlukan produk UMKM yang murah dan terjangkau

b. Rendahnya kualitas produk UMKM perlu ditingkatkan agar bersaing di pasar global terutama di pasar ASEAN

c. Kemampuan sumber daya di bidang pemasaran UMKM masih rendah sehingga perlu ditingkatkan untuk menembus pasar lokal dan global terutama di tingkat ASEAN.

3. Strategi Strength-Threats:

a. Besarnya peran produk UMKM dalam PDB dan naiknya trend ekspor UMKM memerlukan dukungan pembiayaan perbankan.

b. Banyaknya warisan keragaman budaya dan nilai-nilai lokal berpotensi menciptakan produk UMKM yang lebih beragam sehingga perlu perlindungan Haki.

c. Banyaknya penduduk usia muda yang memiliki potensi dan kemampuan mengeksplorasi ide/gagasan yang berbasis pada IPTEK, maka perlu dukungan sarana prasarana, seperti: pelatihan khusus pelaku UMKM dan perlindungan Haki.

d. Besarnya peran nilai output UMKM dalam PDB, naiknya trend ekspor, serta kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja merupakan potensi dan kekuatan untuk meningkatkan daya saing global.

4. Strategi Weaknesses-Threat:

a. Rendahnya kualitas produk UMKM dapat menurunkan daya saing perekonomian di pasar global terutama di pasar ASEAN, maka pemerintah perlu memberikan fasilitas dan menyediakan sarana prasarana seperti pelatihan dan pendampingan UMKM, menyediakan teknologi yang dapat diakses oleh masyarakat secara luas

b. Dukungan pemerintah terhadap UMKM harus ditingkatkan secara berkelanjutan dan didukung oleh aspek pendanaan yang memadai

c. Kemampuan sumber daya di bidang pemasaran produk dan inovasi yang masih rendah memerlukan dukungan pemerintah sehingga perlu ditingkatkan untuk menembus pasar lokal dan global terutama di tingkat ASEAN.

Strategi Pengembangan F inancial Inclusion Perbankan Syariah

Agar mewujudkan financial inclusion tentunya diperlukan sebuah lembaga keuangan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat terutama pelaku UMKM. Salah satu keuangan mikro berbasis syariah yang sudah banyak dikenal masyarakat adalah Baitulmaal Waa Tanwil (BMT).

BMT memiliki kelebihan dibandingkan dengan lembaga lainnya. Selain prinsip-prinsip syariah yang menjadi basis fundamentalnya, operasional BMT dilakukan dengan cara pendampingan kepada para anggotanya sehingga model pendekatan ini memunculkan sebuah tingkat kepercayaan yang sangat tinggi kepada para anggotanya. Hal ini yang menjadikan BMT terus berkembang di masyarakat sebagai financial inclusion.

Lembaga keuangan mikro seperti BMT mempunyai peran signifikan dalam pengembangan ekonomi masyarakat melalui berbagai pembiayaan mikronya. Hal ini tidak terlepas dari kemudahannya diakses oleh masyarakat.

(8)

ditingkatkan. BMT yang berperan secara optimal diharapkan dapat memberikan andil dalam pembangunan ekonomi nasional, sehingga diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud secara adil dan merata.

Sebagai upaya peningkatan kekuatan dana BMT, maka diperlukan sinergi antara BMT dan bank syariah. Kekuatan dana dan permodalan yang dimiliki bank syariah sangat dibutuhkan oleh BMT untuk memperluas pembiayaannya. Bagi bank syariah menyuntikkan dana ke BMT bisa menjadi pintu masuk dalam mengembangkan sektor pembiayaan mikro tanpa harus membuka unit mikro sendiri. Selain itu, dengan sinergi ini BMT dapat membantu bank syariah dalam mempromosikan produk pembiayaannya.

Kesimpulan

Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia masih sangat besar. Di samping kontribusi terhadap PDB, UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Jika produktivitas UMKM dapat ditingkatkan, maka dari sektor UMKM akan mampu mendongkrak tambah lapangan kerja baru dan mampu menyerap ancaman pengangguran. Sehingga kekuatan ekonomi suatu negara memiliki korelasi yang positif dengan kontribusi UMKM terhadap perekonomian suatu negara. Semakin besar kontribusi UMKM terhadap perekonomian maka makin kuat ekonomi negara tersebut.

Permasalahannya UMKM di Indonesia masih dihadapkan permasalahan klasik, terutama belum mampu menjadi motor penggerak kemajuan teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia. Keterbatasan modal dan masih didominasi sektor informal perdagangan dan bukan manufaktur menyebabkan nilai kompetitifnya masih tertinggal.

Berdasarkan analisis SWOT, maka strategi pengembangan UMKM agar mampu meningkatkan keunggulan kompetitif nasional harus dilakukan terutama dengan meningkatkan akses pembiayaan terhadap UMKM manufaktur. Perluasan akses pembiayaan ini merupakan peluang bagi perbankan syariah untuk memberikan kontribusi bagi peningkatan keunggulan kompetitif sektor UMKM di Indonesia. Adapun beberapa saran serta langkah-langkah strategisnya meliputi:

1. Peningkatan kualitas produk UMKM agar mampu bersaing dengan negara lain.

2. Akses pembiayaan perbankan diperluas, khususnya melalui pensinergian BMT dengan perbankan syariah.

3. Pelatihan dan pendampingan bagi pelaku UMKM.

4. Penyediaan fasilitas website produk UMKM yang dilengkapi dengan fasilitas ketersediaan katalog produk atau jasa yang bisa di-update untuk waktu tertentu, tersedianya informasi mengenai tren pasar, dan transaksi bisnis serta pembayarannya.

5. Perlindungan Haki pada produk UMKM.

REFERENSI

(9)

Baswir, Revrisond, 1995, “Industri Kecil dan Konlomerasi di Indonesia”, Prisma Vol. XXIV, No. 10: 83 – 91.

Candra, Purdi. E (2003), Menjadi Entrepreneur Sukses. Jakarta: Grasindo.

Drucker, Peter F (1996), Inovasi dan Kewiraswastaan, Praktek dan Dasar-dasar. Jakarta: Erlangga.

Erani, Y. Ahmad (Ed.) (2006), Perekonomian Indonesia: Deskripsi, Preskripsi, & Kebijakan. Malang: Bayumedia.

Iwantono, Sutrisno (2003), Kiat Sukses Berwirausaha: Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Grasindo.

Kertajaya, Hermawan (2002), Marketing Plus Siasat Memenangkan Persaingan Global. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuncoro, Mudrajad (2000), Ekonomi Pembangunan; Teori, Masalah Dan Kebijakan, Yogyakarta. Lesser, Jack A. and Marie Adele Hughes, (1996), “The Generalizability of Psychographic Market Segments Across Geographic Locations”, Journal of Marketing, Vol. 50, (January), pp.18-27.

Machmud, Amir dan Rukmana (2010), Bank Syariah – Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta: Erlangga

Sato, Yuri, 2000, “Lingkage Formation by Small Firm: The Case Rural Cluster in Indonesia”, Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 36 No.1: 137-166

Tambunan, Tulus, 1993, “Kontribusi Industri Skala Kecil Terhadap Ekonomi Lokal”, Prisma Vol. XXII, No. 3: 83-92.

Gambar

Gambar 2. Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan  Golongan Usaha

Referensi

Dokumen terkait

1) Tujuan pembelajaran. Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, mungkin ada beberapa alternatif

Dalam hal ini peran komputer host selain sebagai pengirim kode S- record ke memori 68HC11 (sebagai downloader), juga dapat digunakan sebagai fasilitas untuk menulis instruksi

Tide data is processed using the method of admiralty and water depth is calculated from the lowest water level (LLWL) using Singlebeam echosounder. Umumnya wilayah

Dalam hal ini, BPRS harus dapat mengatur strategi promosi yang baik agar dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk menabung di BPRS.BPRS juga harus mampu memperkenalkan

Sampel berpasangan ujian-t digunakan untuk menganalisis min perbezaan antara bilangan kejadian buli dengan buli secara verbal dalam kalangan pelajar sekolah rendah

Dapatan kajian mendapati bahawa konsep kerohanian amat sesuai diamalkan dalam kalangan pesakit kanser wanita dan kepentingan aspek kerohanian seperti mengakui bahawa ujian

Waluyo (2011:99) menyatakan pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan/atau

Dengan menggunakan metode inversi model coupled hypocenter velocity dan software velest 3.3 diperoleh model kecepatan baru gelombang P 1D untuk wilayah perairan