• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian teori"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Kajian teori 1. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting untuk berlangsungnya suatu proses pembelajaran dikelas. Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Djamarah, Bahri, & Zain (2010 : 120).

Media dapat dikatakan sebagai suatu alat atau aplikasi yang digunakan oleh pengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan atau informasi, sehingga pemahaman penerima tentang sesuatu yang diterima akan menjadi meningkat serta akan meningkatkan hasil belajar. Arsyad (2007: 6) menyatakan bahwa “media pembelajaran mempunyai beberapa istilah di antaranya alat pandang dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang dengar (audio visual communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan alat penjelas”. Pentingnya pemilihan media pembelajaran merupakan suatu bagian yang tidak terlepas sebelum menggunakan media pembelajaran yang tepat. Dalam penggunaanya media mempunyai kriteria dimana media dikatakan baik. Menurut Asyhar (2012 : 81-82), kriteria media pembelajaran yang baik yang perlu diperhatikan dalam proses pemilihan media adalah sebagai berikut:

a. Jelas dan rapi. b. Bersih dan menarik. c. Cocok dengan sasaran.

(2)

e. Sesuai dengan tujuan pembelajaran. f. Praktis, luwes dan tahan.

g. Berkualitas baik.

h. Ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar.

Memilih media yang tepat merupakan bagian yang penting dari proses perencanaan pembelajaran dan benar-benar membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik, hendaknya memilih dan menentukan prinsip media yang akan digunakan. Secara umum, prinsip pemilihan media adalah kesesuaian, kejalasan sajian, kemudahan akses, keterjangkauan, ketersediaan, kualitas, ada alternatif, interaktifitas, organisasi, kebaruan dan berorientasi siswa.

Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam memilih media pembelajaran menurut Sudjana (1990 : 4-5) yakni :

1) Ketepatan media dengan tujuan pengajaran. 2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. 3) Kemudahan memperoleh media.

4) Keterrampilan guru dalam menggunakannya. 5) Tersedia waktu untuk menggunakannya. 6) Sesuai dengan taraf berfikir anak.

Degeng (1993 : 26-27) menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan guru/pendidik dalam memilih media pembelajaran, yaitu:

1) Tujuan instruksional. 2) Keefektifan. 3) Siswa. 4) Ketersediaan. 5) Biaya pengadaan. 6) Kualitas teknis.

Selanjutnya menurut Wibawa dan Mukti (1992/1993 : 67-68) kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu:

1) Tujuan. 2) Karakteristik siswa. 3) Alokasi waktu. 4) Ketersediaan. 5) Efektivitas. 6) Kompatibilitas. 7) Biaya.

(3)

Berkaitan dengan pemilihan media ini, Arsyad (1997 : 76-77) menyatakan bahwa kriteria memilih media yaitu:

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran. 3) Praktis, luwes, dan tahan.

4) Guru terampil menggunakannya. 5) Pengelompokan sasaran.

6) Mutu teknis.

Brown, Lewis, dan Harcleroad (1983 : 76-77) menyatakan bahwa dalam memilih media perlu mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:

1) Content. 2) Purposes. 3) Appropriatness. 4) Cost. 5) Technical quality. 6) Circumstances of uses. 7) Learner verification. 8) Validation.

Bersumber beberapa pendapat di atas, menurut peneliti yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu tujuan pembelajaran, keefektifan, peserta didik, ketersediaan, kualitas teknis / mutu teknis, biaya, fleksibilitas, dan kemampuan orang yang menggunakannya serta alokasi waktu yang tersedia. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hal ini akan diuraikan sebagai berikut:

1) Tujuan pembelajaran.

Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, mungkin ada beberapa alternatif yang dianggap sesuai untuk menunjang tujuan-tujuan tersebut. Namun sedapat mungkin pemilihan media hendaknya yang paling sesuai. Media pembelajaran perlu adanya kesesuaian karakteristik tujuan yang akan dicapai dengan karakteristik media yang akan digunakan.

(4)

2) Keefektifan.

Dari beberapa alternatif media yang sudah dipilih, harus dipilah mana yang dianggap paling efektif dan berguna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3) Peserta didik.

Ada sejumlah pertanyaan yang dapat diajukan ketika kita memilih media pembelajaran yang terkait dengan peserta didik, seperti: apakah media yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik itu kemampuan/taraf berpikirnya, pengalamannya, menarik tidaknya media pembelajaran bagi peserta didik? Digunakan untuk peserta didik kelas dan jenjang pendidikan yang mana? Apakah untuk belajar secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar/kelas? Berapa jumlah peserta didiknya? Di mana lokasinya? Bagaimana gaya belajarnya? Untuk kegiatan tatap muka atau jarak jauh? Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dipertimbangkan ketika memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran. Dari pertanyaan diatas dapat disimpulkan siswa akan dapat menerima media pembelajaran dengan baik jika media tersebut memiliki kreteria :

a) Kesederhanaan

Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit terbukti lebih memudahkan siswa untuk menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Kata-kata harus memakai huruf sederhana dan mudah dipahami, dengan huruf mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam tampilan visual. Kalimat-kalimat harus ringkas, tetapi padat dan mudah dimengerti.

b) Kejelasan

Media pembelajaran dapat menyampaikan informasi pembelajaran dengan jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik.

(5)

c) Kemudahan

Media pembelajaran harus mudah dipahami oleh peserta didik, demi pemahaman informasi materi yang ada didalam media pembelajaran tersebut.

d) Edukatif

Media pembelajaran tidak sekedar memberi informasi tentang materi pembelajaran, tetapi media pembelajaran juga harus bersifat mendidik siswa.

e) Daya Tarik

Media pembelajaran harus bersifat kreatif dan menarik agar peserta didik tertarik dan tidak bosan dalam pembelajaran.

4) Ketersediaan.

Apakah media yang diperlukan itu sudah tersedia? Kalu belum, apakah media itu dapat diperoleh dengan mudah? Untuk tersedianya media ada beberapa alternatif yang dapat diambil yaitu membuat sendiri, membuat bersama-sama dengan peserta didik, meminjam menyewa, membeli dan mungkin bantuan.

5) Kualitas teknis atau mutu teknis.

Apakah media media yang dipilih itu kualitas baik? Apakah memenuhi syarat sebagai media pendidikan? Bagaimana keadaan daya tahan media yang dipilih itu?.Apakah media sudah memenuhi unsur unsur visualisasi media?. Dari pertanyaan di atas unsur visualisasi media sangat penting, unsur unsur tersebut terdiri:

a) Komposisi

Komposisi dalam media pembelajaran meliputi perpaduan antara tampilan media dengan gambar harus serasi dan sesuai.

b) Keseimbangan

Keseimbangan dalam media pembelajaran yaitu adanya keseimbangan warna gambar dengan media ,serta keseimbangan gaya teks dengan media.

(6)

c) Keterpaduan

Keterpaduan mengacu pada hubungan yang terdapat diantara elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama dalam media pembelajaran dan elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu.

6) Biaya pengadaan.

Pengembangan media pembelajaran, apakah memerlukan biaya yang cukup besar? Apakah yang dikeluarkan seimbang dengan manfaat dan hasil penggunaannya? Adakah media lain yang mungkin lebih murah, tetapi memiliki keefektifan setara?

7) Fleksibilitas (lentur), dan kenyamanan media.

Dalam memilih media harus dipertimbangkan kelenturan dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi dan pada saat digunakan tidak berbahaya. 8) Kemampuan orang yang menggunakannya.

Betapapun tingginya nilai kegunaan media, tidak akan memberi manfaat yang banyak bagi orang yang tidak mampu menggunakannya.

9) Alokasi waktu.

Waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap penggunaan media pembelajaran. Untuk itu ketika memilih media pembelajaran kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan seperti; apakah dengan waktu yang tersedia cukup untuk pengadaan media, apakah waktu yang tersedia juga cukup untuk penggunaannya.

Menurut Niken Ariani dan Dany Haryanto (18 : 2010) dalam penilaian media dapat dinilai dari aspek komunikasi visual aspek ini masuk dalam aspek penilaian pembelajaran multimedia, meliputi :

1) Komunikatif. Sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran.

2) Kreatif. Dalam ide berikut penuangan gagasan yang menarik peserta didik.

3) Audio. Meliputi hal-hal yang mendukung pembuatan video meliputi narasi, sound effect, backsound musik.

4) Visual. Komponen dalam media pembelajaran yang meliputi layout design, typography dan warna.

(7)

5) Media bergerak (Animasi). Komponen dalam media pembelajaran yang meliputi media bergerak serta gaya pergantian tampilan media 6) Layout Interactive (Tata Letak). Dalam media pembelajaran

peletakkan gambar dan teks harus sesuai agar menjadi komunikatif dan memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Kriteria pemilihan media diatas dijadikan sebagai indikator dalam pembuatan instrumen penilaian ahli dan angket tanggapan siswa terhadap media pembelajaran yang dikembangkan. Media diharapkan mempermudah pembelajaran bagi peserta didik, karena media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dalam belajar, selain itu media juga dapat memberikan motivasi bagi peserta didik untuk belajar. Hamalik (Arsyad, 2011 : 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Dampak positif dari penggunaan media pembelajaran menurut Kemp & Dayton (Arsyad, 2011 : 21) adalah :

a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap peserta didik melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. b. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik

perhatian dan membuat peserta didik tetap terjaga dan memperhatikan. c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar

dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

d. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh peserta didik.

e. Kualitas dan hasil belajar dapat ditingkatkan apabila integritas kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.

f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

(8)

g. Sikap positif peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

h. Peran guru dapat berubah, misalnya sebagai konsultan atau penasihat. Levie & Lentz (Arsyad, 2011 : 16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :

a. Fungsi atensi. Fungsi ini merupakan fungsi inti yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

b. Fungsi afektif. Fungsi ini dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar.

c. Fungsi kognitif. Fungsi ini terlihat dari hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris. Fungsi ini terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

2. Multimedia Pembelajaran.

Oetomo (2002 : 109), secara umum multimedia diartikan sebagai kombinasi teks, gambar, seni grafik, animasi, suara dan video. Aneka media tersebut digabungkan menjadi satu kesatuan kerja yang akan menghasilkan suatu informasi yang tidak hanya dapat dilihat sebagai hasil cetakan, melainkan juga dapat didengar, membentuk simulasi dan animasi yang dapat membangkitkan minat dan memiliki nilai seni grafis yang tinggi dalam penyajiannya. Ariani & Haryanto (2010 : 25) mengemukakan bahwa multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu : multimedia linier dan multimedia interaktif

Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan). Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, (UU SISDIKNAS No.20

(9)

Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 20). Pembelajaran diselenggarakan supaya siswa mampu menangkap/menerima, memproses, menyimpan, serta mengeluarkan informasi yang telah diolahnya. Teknologi multimedia dalam pembelajaran hanya bertindak sebagai pelengkap, tambahan atau alat bantu bagi guru. Multimedia tidak akan mengambil alih peran dan fungsi guru. Multimedia hanya sebagai pilihan dalam menyampaikan informasi kepada siswa untuk menciptakan suasana belajar mandiri yang menyenangkan.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran bisa diartikan sebagai suatu aplikasi atau alat multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran dan disini dalam proses pembelajaran sistem operasi, dengan kata lain alat multimedia untuk menyampaikan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan belajar peserta didik sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan berkualitas, serta diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.

Peranan multimedia dalam pembelajaran merupakan hal yang penting dalam meningkatkan hasil belajar. Penggunaan multimedia berbasis komputer dapat diterima dalam pelatihan dan pembelajaran atas dasar memperkaya proses belajar mandiri serta meningkatkan peran aktif dan hasil belajar. Sistem multimedia berbasis komputer juga memberikan rangsangan bagi proses pelatihan dan pembelajaran yang berlangsung di luar ruang kelas.

Multimedia dalam pembelajaran dapat memberikan jawaban atas suatu bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan secara tradisional dimana pendekatan tersebut cenderung teacher centered dan kurang interaktif. Vaughan, (2006 : 6) menegaskan bahwa dengan multimedia akan sesuai kapanpun manusia mengkoneksikan pengguna manusia pada informasi elektronik dalam berbagai jenis.

Multimedia meningkatkan antarmuka komputer text-only minimalis dan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dengan mencari dan menarik perhatian dan ketertarikan; multimedia memperkuat ingatan terhadap informasi. Selanjutnya, menurut Sutopo (2003 : 23) komputer multimedia dapat menghasilkan suatu pembelajaran yang efektif, bila macam-macam

(10)

komponen (teks, chart, audio, video, animasi, simulasi, atau foto) digabungkan secara interaktif.

Multimedia memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain. Munir (2009 : 235) memaparkan keistimewaan multimedia antara lain: 1) multimedia memberikan kemudahan umpan balik; 2) multimedia memberikan kebebasan kepada pelajar dalam menentukan topik proses pembelajaran;3) multimedia memberikan kemudahan kontrol yang sistematis dalam proses pembeajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran dapat memberikan suasana dan kondisi baru untuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih interaktif, efektif, efisien, dan menarik. Kegiatan belajar mengajar dengan multimedia berbasis komputer juga dapat digunakan untuk pembelajaran mandiri yang dapat meningkatkan minat, motivasi dan hasil belajar siswa.

Karakteristik multimedia pembelajaran menurut Ariani & Haryanto (2010 : 27) antara lain:

a. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual.

b. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna.

c. Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain.

Dengan demikian, apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan, digunakan dan dimanfaatkan secara tepat dan baik akan memberi manfaat yang sangat besar bagi guru dan siswa. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus tentang multimedia pembelajaran ini agar bisa digunakan dan diterapkan di proses pembelajaran yang ada di SMK Negeri 6 Surakarta. Karena ini sangat membantu guru dalam proses penyampaian materi dan memotivasi siswa, serta meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.

Secara umum Ariani & Haryanto (2010: 26-27) mengemukakan beberapa manfaat multimedia pembelajaran antara lain:

(11)

a. Lebih menarik. b. Lebih interaktif.

c. Jumlah waktu mengajar (ceramah) guru/pendidik dapat dikurangi. d. Kualitas belajar siswa dapat lebih termotivasi dan terdongkrak. e. Sikap dan perhatian belajar siswa dapat ditingkatkan dan dipusatkan. f. Dapat menghidupkan teks dengan menyertakan bunyi, gambar,

musik, animasi dan video.

g. Dapat menarik minat karena merupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan.

Manfaat multimedia yang dikemukakan Fenrich (1997) yang dikutip oleh Gatot Pramono ( 2008: 3-4 ) adalah:

a. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesiapan dan keinginan mereka.

b. Siswa belajar dari tutor yang sabar (komputer) yang menyesuaikan diri dengan kemampuan dari siswa.

c. Siswa akan terdorong untuk mengejar pengetahuan dan memperoleh umpan balik yang seketika.

d. Siswa menghadapi suatu evaluasi yang obyektif melalui keikutsertaannya dalam latihan/tes yang disediakan.

e. Siswa menikmati privasi di mana mereka tak perlu malu saat melakukan kesalahan.

f. Belajar saat kebutuhan muncul (“just-in-time” learning).

g. Belajar kapan saja mereka mau tanpa terikat suatu waktu yang telah ditentukan

h. Mengatasi kelemahan pada pembelajaran kelompok maupun individual.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa multimedia pembelajaran dapat meningkatkan minat dan memotivasi siswa dalam belajar, dan dengan multimedia maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik, efektif, dan menyenangkan, karena dapat menarik minat dan perhatian siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Format multimedia pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut :

a. Tutorial

Ariani & Haryanto ( 2010: 28) berpendapat bahwa format sajian ini merupakan multimedia pembelajaran yang dalam penyampaian materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur.

(12)

Rusman (2011: 298) pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mencapai hasil secara maksimal. Media tutorial yang dibuat sudah dirancang untuk dapat memberikan informasi/ materi bagi siswa. Artinya, jika guru tanpa menerangkan terlebih dahulu terhadap suatu materi, siswa diharapkan dapat memahaminya sendiri dengan menggunakan program atau media tutorial tersebut (dapat digunakan sebagai sarana belajar mandiri siswa).

Penelitian ini menggunakan format multimedia pembelajaran model tutorial, karena pada mata pelajaran sistem operasi materi memahami dan melakukan instalasi open source memerlukan pembelajaran yang bertahap, maka dengan pertimbangan tersebut akan lebih efektif menggunakan pembelajaran tutorial dalam bentuk video tutorial.

Berkaitan dengan media pembelajaran video tutorial, hasil penelitian Anwar (2015) menunjukkan bahwa media pembelajaran berbasis video tutorial layak digunakan dalam setiap pembelajaran, dan dapat membantu untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.

b. Driil dan Practise

Ariani & Haryanto ( 2010: 29) berpendapat bahwa format ini dimaksudkan untuk melatih siswa sehingga memiliki kemahiran dalam suatu ketrampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan maka soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda.

c. Model Simulasi

Rusman (2011 : 309) mengemukakan bahwa model ini menampilkan materi pelajaran yang dikemas dalam bentuk simulasi– simulasi pembelajaran dengan bentuk animasi yang menjelaskan konten

(13)

secara menarik, hidup, dan memadukan unsur teks, gambar, audio, gerak, dan paduan warna yang serasi dan harmonis. Secara umum model ini merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan–tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana sebenarnya dan berlangsung dengan suasana yang tanpa resiko.

d. Model Instruksional Games

Ariani & Haryanto ( 2010: 30) berpendapat bahwa tentu saja bentuk game atau permainan yang disajikan disini tetap mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program multimedia berformat ini diharapkan terhadi aktivitas belajar sambil bermain. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa sesungguhnya sedang belajar.

Rusman (2011 : 323) Program komputer yang dibuat disajikan dalam bentuk permainan dengan tujuan untuk membuat siswa belajar/ berlatih sambil bermain sehingga harapannya menyenangkan bagi siswa. Kalau siswa hanya disuguhi kebosanan, ketegangan, kebingungan, kemalasan, serta pembelajaran yang teoritis maka mereka tidak akan menyatu dengan proses pembelajaran, yang dirasa hanya ingin cepat selesai belajar. Apabila hati dan pikiran senang mereka akan rajin belajar. Rajin belajar inilah yang memicu siswa untuk giat belajar dan fokus terhadap materi–materi ajar.

Program Permainan tersebut dapat juga didesain dengan menggabungkan model pemecahan masalah untuk menyelesaikannya, sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Selain tujuan permainan dalam pembelajaran ini digunakan untuk membelajarkan siswa, juga dapat memperoleh beragam informasi, seperti fakta, prinsip, proses, struktur, dan system yang dinamis, kemampuan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, kemampuan kerja sama, kemampuan berkomunikasi, dan lain–lain.

(14)

e. Percobaan atau eksperimen

Ariani & Haryanto ( 2010: 29) berpendapat bahwa format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan–kegiatan yang bersifat eksperimen. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen– eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya tersebut. 3. Mata Pelajaran Sistem Operasi

Sistem Operasi adalah salah satu mata pelajaran wajib dasar program keahlian teknik komputer dan informatika (TKI). Berdasarkan struktur kurikulum mata pelajaran sistem operasi disampaikan di kelas X semester 1 dan semester 2 masing masing adalah 3JP tiap pertemuan. Untuk semester 1 topik materi pembelajaran menekankan pada pemanfaatan sistem operasi closed source dalam hal ini adalah sistem operasi keluarga windows. Sedangkann untuk semester 2 topik materi pembelajaran menekankan pada pemanfaatan sistem operasi open source dalam hal ini sistem operasi keluarga Linux.

Media pembelajaran video tutorial yang dikembangkan mengacu kepada silabus mata pelajaran sistem operasi kurikulum 2013 kompetensi dasar memahami instalasi sistem operasi open source dan melakukan instalasi sistem operasi open source dengan materi pokok partisi harddisk dan sistem file, metode instalasi sistem operasi clean install, dan metode instalasi sistem operasi virtualisasi.

Menurut Siyamta (2013:3) dalam sistem komputer, sistem operasi merupakan salah satu komponen perangkat lunak komputer. Sistem operasi merupakan perangkat lunak lapisan pertama yang diletakkan pada media penyimpanan (harddisk) di komputer. Sistem operasi akan melakukan layanan inti umum untuk perangkat lunak aplikasi. Sistem operasi akan mengelola semua aktivitas komputer yang berkaitan dengan pengaksesan perangkat keras, pengolahan proses seperti penjadwalan proses, dan pengelolaan aplikasi. Sistem operasi mempunyai peranan yang sangat penting. Secangghi apapun perangkat

(15)

keras kompter jika tidak didukung sistem operasi maka sistem komputer tersebut tidak akan ada manfaatnya.

4. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran berbasis Multimedia.

Media pembelajaran berbasis multimedia yang berupa video tutorial memiliki beberapa tahapan dalam pembuatannya. Urbani dan Purnama (2012) mengemukakan perumusan langkah produksi sinema berbasis multimedia terdiri dari proses Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi, jika dalam penelitian ini pembuatan video tutorial juga melalui tiga tahapan kegiatan, yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi.

a. Tahap Pra Produksi

Dalam proses pembuatan suatu media pembelajaran, pra produksi merupakan tahap yang sangat penting karena menentukan keberhasilan pada tahap selanjutnya. Kegiatan pada tahap pra produksi meliputi penentuan identifikasi program media dengan menggunakan perangkat lunak berupa Camtasia Studi, Pinnacle Studio, Sparkol, Oracle Virtual Box, dan perangkat keras berupa PC, penyusunan garis besar isi media video, penyusunan jabaran materi media, penyusunan naskah, penyusunan story board.

b. Tahap Produksi

Tahap produksi merupakan kelanjutan dari tahap pra produksi, langkah selanjutnya dalam tahap produksi yaitu dengan, pencarian lokasi (hunting), pemilihan pemain (casting), penghitungan dan penyusunan anggaran (budgeting) dan pengambilan gambar video ,pengambilan gambar digital (screenshoot video) dan suara dengan menggunakan perangkat keras berupa kamera video shoot dan untuk penyimpanan data menggunakan perangkat keras berupa PC.

c. Tahap Pasca Produksi

Setelah produksi sudah selesai dilakukan, tahap selanjutnya yaitu pasca produksi yang merupakan tahap akhir dari pembuatan media video tutorial dengan menggunakan perangkat keras berupa PC dan perangkat lunak berupa Camtasia Studi 7, Pinnacle Studio 17, Sparkol dan Oracle Virtual Box. Selanjutnya video editing, uji kelayakan ahli, dan produksi.

(16)

Skema atau alur produksi media pembelajaran video tutorial dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Gambar 2. 1. Alur Produksi Media Video Tutorial.

5. Model Pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation)

ADDIE adalah singkatan dari Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Berikut ini adalah penjabaran dari kelima tahapan pengembangan model ADDIE menurut Lee & Diana (2004: 3-265):

a. Tahap Analisis (Analysis)

Langkah analisis terdiri dari analisis kebutuhan atau need analysis. Tahap analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar. Hal ini dapat dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi.

(17)

b. Tahap Desain (Design)

Langkah desain harus mampu menjawab pertanyaan apakah program pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah perbedaan yang dapat diamati antara kemampuan yang telah dimiliki siswa dengan kemampuan yang harus dimilikinya. Kesenjangan menggambarkan perbedaan kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan yang ideal.

c. Tahap Pengembangan (Development)

Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli dan memodifikasi bahan ajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pengadaan bahan ajar perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran spesifik yang telah dirumuskan oleh desainer dalam langkah desain. Langkah pengembangan, dengan kata lain, mencakup kegiatan memilih dan menentukan metode, media, serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau subtansi program pembelajaran.

d. Tahap Implementasi (Implementation)

Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat dari model ADDIE. Langkah implementasi sering diasosiasikan dengan penyelenggaraan program pembelajaraan itu sendiri. Langkah ini memang mempunyai makna adanya penyampaian materi pembelajaran atau instruktur kepada siswa.

e. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dapat didefenisikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Pada dasarnya, evaluasi dapat dilakukan sepanjang pelaksanaan kelima langkah model ADDIE. Pada langkah analisis misalnya, proses evaluasi dilaksanakan dengan cara melakukan klarifikasi terhadap kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Evaluasi seperti ini dikenal dengan istilah evaluasi formatif. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil pembelajaran yang telah dicapai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

B. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran sistem operasi di sekolah setiap guru senantiasa mengharapkan agar pembelajaran berjalan secara efektif sehingga mampu mewujudkan hasil belajar yang maksimal. Hal tersebut tentu saja menuntut terciptanya situasi pembelajaran yang baik di kelas, dimana situasi

(18)

pembelajaran yang baik di kelas dapat ditandai dengan tingginya motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran yang tercermin dalam keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan yang baik dalam pembelajaran agar mampu membangun keaktifan siswanya. Guna mencapai situasi pembelajaran yang baik terlebih dahulu guru harus menganalisis kondisi kelasnya yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya kondisi siswa dan ketersediaan sarana prasarana pembelajaran dalam hal ini termasuk media pembelajaran.

Observasi awal pada siswa kelas X Multimedia 1 dan 2 SMK Negeri 6 Surakarta menunjukkan bahwa guru belum memanfaatkan IT secara optimal dalam pembelajaran tercermin dalam penggunaan media pembelajaran masih konvensional dan belum memanfaatkan media pembelajaran yang berbasis multimedia. Selain itu dalam pembelajaran sistem operasi selama 1 semester terdapat 16 kali pertemuan meliputi 10 kali pembelajaran (5 kali teori dan 5 kali praktik) , 1 kali ujian tengah semester, 1 kali ujian semester dan 4 kali ulangan harian, tetapi pembelajaran berlangsung hanya 7 kali pertemuan teori dan 3 kali pertemuan praktik, kondisi tersebut diketahui dari hasil wawancara peneliti dengan guru serta dari hasil observasi peneliti.

Penerapan media pembelajaran video tutorial yang mudah diterima dan menyenangkan bagi siswa memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.2 berikut :

(19)
(20)

Gambar

Gambar 2. 1. Alur Produksi Media Video Tutorial.
Gambar 2. 2. Bagan Kerangka Berpikir.

Referensi

Dokumen terkait

Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan yang Berbasis Kerakyatan, (Bandung: Humaniora, 2008), hal.. Sebagai tujuan,

ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH. SPESIFIK LOKASI

Sebagai Rektor the University of Chicago, Hutchins (1963) mengembangkan suatu kurikulum mahasiswa S1 berdasarkan buku besar bersejarah (Great books) dan pembahasan

SEKTOR PENGURUSAN SISA PEPEJAL (PEMBINAAN KEMUDAHAN PSP) (PKP) Waktu Beroperasi 7.00 pagi – 7.00 malam (lebih masa tidak dibenarkan) Waktu Kehadiran Pelanggan Tidak

8 Ainur rohmah/ 2013/ universitas dian nuswantoro semarang Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode harga pokok pesanan untuk efisiensi biaya produk studi kasus pada

bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pemakaian Rumah Susun sebagaimana telah diubah dengan

3.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak mampu mengumpulkan 3 macam warna bendera negaraa. 4.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Pemerintahan di Daerah, perubahan batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II