• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Noor et. al (2010)). Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Noor et. al (2010)). Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang. Tarif pajak efektif yaitu persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu menurut Waluyo (2011: 10). Secara luas, tarif pajak efektif sebenarnya ukuran dari beban pajak perusahaan karena menyatakan nilai dari pajak yang dibayar atas pendapatan perusahaan

(

Noor et. al (2010)

)

. Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan sistem withholding tax, salah satu dari wajib pajak adalah badan usaha yang berperan sebagai pemotong pajak untuk pemerintah. Pengenaan tarif pajak untuk badan usaha pun berlaku di Indonesia tunggal sebesar 25 % sesuai dengan UU No 17 tahun 2000.

Riset yang dilakukan oleh Business Roundtable dan Pricewaterhouse Coopers UP (PwC) (2011) menemukan fakta bahwa tarif pajak efektif yang harus dibayarkan perusahaan global yang bermarkas di Indonesia merupakan yang termahal keempat di dunia setelah Jepang (33,8%), Maroko (33,9%), dan Italia (29,1%) (iress.web.id dalam Nugroho 2011). Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, posisi Indonesia tersebut sangat buruk. Oleh karena itu, pada tahun 2009 Indonesia melakukan reformasi perpajakan untuk mengurangi tarif pajak agar bisa bersaing dalam menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia.

(2)

Banyak perusahaan yang terdaftar sebagai wajib pajak dan membayar pajak perusahaan, akan tetapi sulit untuk mendapatkan gambaran yang tepat pada perusahaan yang membayar pajak. Karena beberapa sumber mengindikasikan bahwa terdapat lebih dari 20 juta perusahaan di negeri ini, namun hanya 2 juta yang memiliki NPWP dan kurang lebih 500,000 perusahaan tersebut yang efektif membayar pajak secara rutin. Dalam 10 tahun terakhir terindikasi 2.000 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) melakukan penggelapan pajak, hal ini merugikan Negara sekitar Rp. 500 triliuan (Andreas Lako, 2016).

Dalam menentukan beban pajak perusahaan menjadi salah satu dari tanggungjawab seorang Chief Financial Officer (CFO) atau Direktur Keuangan. CFO bertanggung jawab langsung terhadap Chief Executif Officer (CEO) atau ke President Director yang bertanggungjawab terhadap Dewan Direksi dan Komisaris. Secara teknis seorang CFO memiliki status yang sejajar dengan vice president divisi lain. Dalam struktur organisasi perusahaan, CFO merupakan orang terpenting dan paling berkuasa kedua dalam suatu perusahaan setelah CEO (Salsabila, 2014).

CFO memiliki dua bagian yaitu tim pengukur dan tim pelaksana. Tim pengukur (The Measurer) lebih banyak melakukan fungsi pengukuran, pemeriksaan dan perencanaan keuangan, sedangkan tim Pelaksana (The Executor) lebih banyak berfokus di Pelaksanaan dan Perencanaan. Di dalam tim pengukur seorang akuntan pajak berperan melakukan pemeriksaan terhadap kewajiban pajak perusahaan, selain itu juga berperan dalam membuat perencanaan untuk meminimalkan biaya pajak atas operasional perusahaan secara keseluruhan

(3)

dengan melakukan transfer pricing (Salsabila, 2014).

Transfer pricing salah satu cara untuk memanfaatkan Negara yang tergolong memiliki Tax Haven. Hal tersebut terbukti dengan adanya skandal “Panama Papers” yang terungkap ke publik yang diivestigasi oleh International Consortium of investigative Journalists (ICIJ, 2016). Tak kurang 2.961 nama orang Indonesia menjadi daftar dalam skandal tersebut, sebagian diantaranya politisi atau pengusaha yang sudah sangat terkenal namanya juga disebut-sebut ke dalam skandal tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Rego dan Wilson (2012) mengenai hubungan antara agresivitas penghindaran pajak perusahaan dan praktek kompensasi eksekutif. Mereka menemukan pengaruh positif antara CFO yang mendapatkan kompensasi berbasis ekuitas terhadap tarif agresivitas pajak. Kompensasi berbasis ekuitas merupakan kompensasi berupa saham yang diberikan kepada CFO agar bekerja lebih baik dan berani mengambil keputusan yang berisiko tinggi terhadap perusahaan dan berperan dalam penghindaran pajak. Dengan meningkatkan tingkat kompensasi insentif, CFO dapat mengelola pendapatan pajak dan menurunkan tarif pajak efektif. Namun, besaran tarif pajak efektif dapat disesuaikan tergantung kemampuan dan keahlian seorang CFO.

Teori eselon dikemukakan oleh Hambrick dan Mason dalam Pu. Danlin et. al (2015) menunjukkan bahwa karakteristik individu atas manager mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Kekuasaan top manager memainkan peran penting dalam pembuatan strategi (Allison; Bower dan Doz; Child; Eisenhardt dan Bourgeois dalam Pu .D (2015)). Ketika seorang CFO profesional yang memiliki

(4)

keahlian dan pengalaman dalam bidang akuntansi atau keuangan dapat menilai efektivitas strategi penghindaran pajak dan mempertimbangkan strategi alternatif. McNichols (2002) menemukan bahwa CFO dengan keahlian keuangan (misalnya: sertifikasi profesional, latar belakang keuangan, pengalaman) cenderung meningkatkan kualitas laba melalui penilaian yang lebih baik dan untuk menghasilkan estimasi akuntansi yang lebih akurat. Aier et. al (2005) menemukan literatur keuangan CFO berpengaruh negatif dengan kesalahan akuntansi (menggunakan penyajian kembali akuntansi sebagai proxy). Perusahaan cenderung membandingkan CFO yang memiliki pengalaman kerja sebagai CFO dengan gelar MBA dan atau telah bersertifikat akuntan publik (CPA).

Penelitian yang dilakukan oleh Li et. al (2010) berkaitan dengan undang-undang keuangan Sarbanes-Oxley Act 404 tahun 2002 menemukan bahwa perusahaan mengalami kerugian akibat dari seorang CFO dengan kualifikasi lemah (dalam hal pengetahuan dan pengalaman sebagai CFO akuntansi). Oleh karena itu, CFO dengan keahlian keuangan dan akuntansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap strategi meminimalkan pajak perusahaan.

Banyak penelitian yang masih menyoroti fakta bahwa eksekutif mencari akses kekuasaan politik dengan menggunakan hubungan politik untuk mendukung perusahaan mereka

(

De Soto; Faccio; Fisman; Johnson dan Mitton; Shleifer dan Vishny dalam Pu. Danlin et. al (2015)

)

. Kemampuan manajer puncak salah satunya CFO yang memiliki hubungan politik bisa mendapatkan beberapa keuntungan dari pemerintah (misalnya akses lebih mudah untuk pinjaman bank dan perlakuan pajak yang menguntungkan), hal ini merupakan sumber penting

(5)

dari kekuasaan politik (Adhikari et. al 2006;. Claessens et. al 2008. ; Johnson dan Mitton 2003). Sehingga CFO memiliki kemampuan untuk menikmati hak istimewa pribadi, dari kekuasaan politik yang besar.

Bunkanwanicha dan Wiwattanakantang (2009) menemukan bahwa jika perusahaan memiliki hubungan politik, mereka dapat menikmati manfaat dari pajak dan biaya lisensi pemotongan, kontrak negara baru, dan hambatan masuk pasar. Adhikari et. al ( 2006 ) meneliti hubungan antara tarif pajak efektif dan hubungan politik di Malaysia. Mereka menemukan bahwa perusahaan yang memiliki hubungan politik dapat membayar pajak lebih rendah daripada perusahaan yang tanpa adanya hubungan politik.

Menurut Faccio (2006), manfaat dari hubungan politik yang lebih besar di negara-negara dengan tingkat intervensi pemerintah lebih tinggi akan melemahkan perlindungan hak miliknya. Dan menyatakan bahwa sebuah perusahaan dikatakan memiliki koneksi politik jika paling kurang satu pemegang saham utama (orang yang memiliki setidaknya 10 persen hak suara berdasarkan jumlah saham yang dimiliki) atau satu dari pimpinan (CEO, presiden direktur, wakil presiden direktur, kepala bagian atau sekretaris) merupakan anggota parlemen, menteri, atau memiliki hubungan dekat dengan tokoh atau partai. CFO yang memiliki hubungan politik dapat memperoleh beberapa bentuk keuntungan dari otoritas pajak, seperti keringanan dan keleluasan dalam membayar pajak. CFO yang memiliki kekuasaan politik dan memiliki insentif dapat mengurangi tarif pajak yang berlaku dari perusahaan.

(6)

Varian tarif pajak efektif adalah karakteristik perusahaan yang dapat dijadikan untuk memaksimalkan manajemen pajak. Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat pada suatu entitas usaha (Surbakti, 2012:14). Karakteristik perusahaan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya jenis usaha atau industri, tingkat likuiditas, profitabilitas perusahaan (Ibrahim, 2010:78), financial leverage dan kepemilikan saham (Djebali and Belanes, 2012:177), ukuran perusahaan (Zadeh and Eskandari, 2012:9) dan lain-lain.

Leverage didefinisikan sebagai rasio dari hutang jangka panjang terhadap total aktiva (Kim and Zhang, 2013:43). Noor et. al (2010:190) mendefinisikan leverage sebagai total hutang dibagi dengan total aktiva. Adhikari et. al (2006:584) juga mendefinisikan leverage sebagai rasio dari total hutang dibagi dengan total aktiva. Penelitian yang dilakukan oleh Adhikari, Derashid and Zhang (2006) menunjukan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan mendapatkan tarif pajak efektif yang lebih rendah. Karena pengeluaran bunga akan mengurangi pajak yang mengakibatkan penghasilan kena pajak yang lebih rendah. Penelitian yang ada di Indonesia yang dilakukan oleh Soepriyanto (2011) bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Hal dikarenakan perusahaan perusahaan tidak dapat memanfaatkan insentif biaya bunga sebagai komponen pengurang pajak (tax shield) secara maksimal.

Profitabilitas perusahaan merupakan ukuran kinerja perusahaan (ROA). Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return On Asset (ROA)

(7)

merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelolah investasinya. Richardson dan Lanis (2007) menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap tarif pajak efeketif. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa sangat menguntungkan perusahaan yang menanggung beban pajak penghasilan lebih rendah karena dapat menghasilkan tarif pajak efektif yang rendah. Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Imelda (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif, dikarenakan manajement sebagai agent tidak dapat membantu dalam menimilisir laba yang ada diperusahaan.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Pengaruh ukuran perusahaan dengan tarif pajak efektif telah menjadi kepedulian dan telah muncul dalam beberapa literatur studi tarif pajak efektif

(

Noor et. al (2010

)

. Porcano dalam Noor et. al (2010) menjelaskan bahwa perusahaan berskala besar mempunyai lebih banyak sumber daya yang dapat digunakan untuk perencanan pajak dan melobi politik. Akan tetapi ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa perusahaan yang berskala besar membayar pajak lebih besar daripada peruasahaan kecil, hal ini dikarenakan adanya political cost yang menyebabkan jumlah beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan besar menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya (Zimmerman dalam Noor et. al (2010)). Seharusnya semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil manajemen pajaknya,

(8)

karena semakin baik manajemen pajak perusahaan maka akan semakin rendah tarif pajak efektifnya.

Dilihat dari penelitian terdahulu Derashid dan Zhang dalam Imelia (2015) dan Richardson dan Lanis (2007) hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap tarif pajak efektif, Sedangkan Penelitian yang dilakukan diindonesia oleh Soepriyanto (2011), Imelia 2015 menemukan tidak adanya pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap tarif pajak efektif. Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Intensitas modal merupakan proporsi aset tetap terhadap total aset (capital intensity) dan proporsi persedian terhadap total aset (inventory intensity) digunakan sebagai proksi dari tingkat investasi yang menunjukkan kebijakan investasi suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Noor et. al (2010) intensitas modal pengaruh terhadap tarif pajak efektif. Penelitian yang dilakukan oleh Soepriyanto (2011) menunjukan hasil yang sama yaitu intensitas modal berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Karena proporsi yang lebih besar dari fixed aset cenderung memilik tarif pajak efektif yang lebih rendah untuk menunjangan modal perusahaan.

Sehingga, semakin tingginya intensitas yang dimiliki perusahaan maka tarif pajak efektif akan semakin rendah. Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011) intensitas modal tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif, disebabkan adanya perusahaan yang mempunyai asset sudah melewati batas waktu yang tentukan oleh Undang – Undang Perpajakan untuk disusutkan

(9)

sehingga secara fiskal sudah tidak ada lagi beban penyusutan yang dapat dijadikan pengurang penghasilan.

Penelitian yang dilakukan Pu. Danlin et. al (2015) di negara China dengan sampel perusahaan keuangan yang terdaftar di China Stock Market dan Accounting Research (CSMAR) periode 2004-2010, menemukan bahwa perusahaan yang memiliki CFO expert power dan political power dapat memperoleh pembayaran tarif pajak efektif yang rendah. Secara khusus, CFO expert power dan CFO political power memainkan peran penting dalam mengurangi tarif pajak efektif diperusahaan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Noor et. al (2010) mengenai faktor perencanaan pajak terhadap tarif pajak efektif diperusahaan menemukan hubungan negatif di karakteristik perusahaan (ROA, leverage, intensitas modal) terhadap tarif pajak efektif, sedangkan berhubungan positif pada ukuran perusahaan terhadap tarif pajak efektif. Penelitian yang dilakukan Richardson dan Lanis (2007) mengenai faktor variasi tariff pajak efektif menemukan hubungan negatif antara karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, leverage, intensitas modal dan Profitabilitas (ROA)) terhadap tarif pajak efektif.

Berbeda penelitian tarif pajak efektif di Indonesia yang dilakukan oleh Nugroho (2011) meneliti mengenai pengaruh hubungan politik dan reformasi perpajakan terhadap tarif pajak efektif yang menghasilkan kesimpulan bahwa perusahaan yang terindikasi mempunyai hubungan politik dengan penguasa pemerintah tidak memiliki tarif pajak efektif dan reformasi perpajakan yang menurunkan tarif pajak statutori, terbukti berpengaruh pada penurunan tarif pajak

(10)

efektif perusahaan. Hanum (2009) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi variabilitas tarif pajak efektif perusahaan go public di indonesia. Faktor-faktor yang diteliti oleh Hanum (2009) adalah karakteriktik perusahaan (ukuran perusahaan, komposisi pendanaan, dan komposisi aset) dan karakteristik book tax (laba anak perusahaan, koreksi atas perbedaan permanen dan koreksi atas perbedaan temporer). Menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap tarif pajak efektif.

Penelitian mengenai CFO expert power dan CFO political power tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut apakah berpengaruh CFO expert power dan political power terhadap tarif pajak efektif , seperti yang terjadi di China. Dan karakteristik perusahaan (Leverage, ROA, ukuran perusahaan dan intensitas modal) terhadap tarif pajak efektif. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk menguji PENGARUH CHIEF FINANCIAL OFFICER EXPERT POWER, CHIEF FINANCIAL OFFICER POLITICAL

POWER DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TARIF

PAJAK EFEKTIF PADA PERUSAHAAN, dengan mengambil sampel dari

perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan perusahaan keuangan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini, dikarenakan perusahaan keuangan memiliki hubungan yang dekat dengan pemerintah dalam menentukan suku bunga.

B. Rumusan Masalah penelitian

(11)

1. Apakah Chief Financial Officer Expert Power berpengaruh terhadap tarif pajak efektif?

2. Apakah Chief Financial Officer Political Power berpengaruh terhadap tarif pajak efektif?

3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap tarif pajak efektif ?

4. Apakah Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap tarif pajak efektif? 5. Apakah Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif 6. Apakah intensitas modal berpengaruh terhadap tarif pajak efektif?

C. Tujuan Penelitian dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk membuktikan bahwa Chief Financial Officer Expert Power mempengaruhi tarif pajak efektif.

2. Untuk membuktikan bahwa Chief Financial Officer Political Power mempengaruhi tarif pajak efektif.

3. Untuk membuktikan bahwa Leverage berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. 4. Untuk membuktikan bahwa Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap tarif

pajak efektif.

5. Untuk membuktikan bahwa Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

6. Untuk membuktikan bahwa intensitas modal berpengaruh terhadap tarif pajak efektif

(12)

2. Kontribusi Penelitian

Kontribusi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kontribusi praktik bagi Direktorat Jenderal Pajak, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang penurunan tarif pajak efektif akibat dari seorang CFO.

2. Kontibusi akademis, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris bahwa: - Pengaruh CFO pada strategi perpajakan memungkinkan kita untuk

memahami seluruh gambaran pada hubungan antara perusahaan dan strategi perpajakan.

- Mempertimbangkan CFO expert power dan political power mengkaji bagaimana kekuatan-kekuatan mempengaruhi strategi penghindaran pajak. - Bagaimana Leverage, Profitabilitas (ROA), Ukuran perusahaan dan

intensitas modal) berperan dalam mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan.

- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT sebagai rasa syukur atas segala karunia, rahmat serta hidayah-Nya sehingga

1) Aset Musyarakah Mutanaqisah dapat di-ijarah-kan kepada syarik atau pihak lain. 2) Apabila aset musyarakah menjadi obyek ijarah, maka syarik (nasabah) dapat

Bedasarkan pengetian tersebut, peneliti akan fokus pada analisis ekuivalensi hasil terjemahan teks bahasa Jepang sebagai bahasa sumber yang nantinya akan disingkat dengan

1. Sudaryanti, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah dengan sabar meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau. Terimakasih atas waktu, arahan, bimbingan, serta ilmu

Pembuatan film animasi 3D “Future Army VS Alien" ini dilakukan melalui 3 tahap utama yaitu pra produksi dengan mempersiapkan ide cerita, tema, skenario dan

Hasil dari penelitian ini adalah hasil uji pengolahan data dengan menggunakan program pengolahan data SPSS versi 25 untuk mengetahui pengaruh pemahaman tentang sanksi pajak dan

Pada tahun 2011, program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yang didanai USAID [7] diluncurkan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi kematian ibu

Gambar kalimat a’ instrumen gesek Pada birama 13 terdapat pengembangan komposisi harmoni 4 suara pada ketukan ketiga yaitu nada Bb pada instrumen contrabass, nada E