HUBUNGAN HAM DENGAN UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP
KEKERASAN YANG TERJADI DI LINGKUP RUMAH TANGGA)
HUKUM & HAM
(KELAS C)
A. MUH. IQBAL LATIEF. B
NIM : B111 12 323
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Pembinaan Generasi Muda dimulai dengan membina kepribadian anak. Pendidikan yang diterima anak dari orang tua dalam keluarga, baik pendidikan yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak disengaja akan menjadi bagian dari pribadinya. Jika bapak-ibunya baik, rukun dan menyayangi maka ia akan mendapat unsur-unsur positif dalam kepribadiannya, dan apabila orang tuanya beragama serta taat melaksanakan agama dalam kehidupan sehari-hari, maka anak mendapatkan pengalaman keagamaan yang menjadi unsur dalam kepribadiannya.1
Pemahaman orang tua akan jiwa anak-anak merupakan faktor terpenting dalam lingkungan keluarga. Dengan pemahaman tersebut orang tua menciptkan suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan kasih sayang, rasa aman, rasa sukses, dan harga diri. Perlakuan dan pemahaman ini diperlukan anak mulai dari kecil, usia remaja bahkan samapi dewasa.2
Pembinaan orang tua yang tidak memahami perkembangan jiwa dan kebutuhan anak, akan menyebabkan timbulnya rasa kurang puas, kesal, tertekan dan macam-macam perasaan negatif lainnya. Hal ini merupakan
1 Wagianto Soetodjo, 2010, Hukum Pidana Anak, Bandung. Refika Aditama., hal. 63
faktor negatif dalam perkembangan jiwa anak dan selanutnya akan membentuk pribadi yang negatif.3
Margaret Mead, Mendefinisikan Keluarga sebagai “the cultural comestone of any society, transmitting its cultural history, instilling its prevailing value
systems and socializing the next generation into effective citizens and human
being”. Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh adanya hubungan perkawinan (suami istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau juga anak tiri atau anak pungut (adopsi). Aristoteles mengatakan bahwa posisi keluarga atas rumah tangga sangat sentral, yakni sebagai dasar pembinaan Negara. Di dalam keluargalah, seseorang pertama kali mendapatkan kesempatan menghayati penemuan-penemuan dengan sesama manusia, termasuk dalam memperoleh perlindungan pertama. Namun, kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menjadi wajah lain yang seringkali diterima sebagai hal yang “biasa”, dan dipandang sebagai urusan internal keluarga bersangkutan. Bahkan banyak apologi diberikan bahwa ‘kekerasan’ itu merupakan bagian dari pendidikan dan pembinaan dalam rumah tangga. Hal ini merupakan ironi atas hakikat terbentuknya sebuah rumah tangga.4
3 Ibid
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan konvesi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tidak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.5
Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Demikian pula dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, Negara dan pemerintah bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan aksesbilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dan terarah. Undang-Undang ini menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara merupakan rangkaiankegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi telindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin perumbuhan dan
perkembangan anak, baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang berpotensi, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara.6
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai berumur 18 (depan belas) tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, Undang-undang RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak meletakkan kewajiban memberikan perlindungan
kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut:7
a. Nondiskriminasi;
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan d. Penghargaan terhadap pendapat anak.
Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan.8
Hak-Hak Anak Yang Musti Dipenuhi Oleh Anak
6 Ibid
7 Ibid
Deklarasi Hak Anak-Anak9
Mukadimah
Mengingat, bahwa di dalam Piagam Peryataan Negara anggota PBB telah menegaskan kembali keyakinan mereka atas hak asasi manusia, martabat serta nilai kemanusia, dan telah memutuskan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial serta taraf hidup yang lebih baik dalam lingkup kebebasan yang lebih luas.
Mengingat, bahwa dalam Deklarasi sedunia tentang Hak Asasi Manusia, PBB telah menyatakan, bahwa setiap orang berhak atas segala segala hak dan kemerdekaan sebagaimana yang tercantum dalam deklarasi ini tanpa membeda-bedakan suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, asal-usul bangsa atau tingkat sosial, kaya atau miskin, keturunan atau status.
Mengingat, bahwa karena alasan dan mental yang belum matang dan
dewasa, anak-anak membutuhkan perlindungan serta perawatan khusus
termasuk perlindungan hukum sebelum maupun sesudah mereka
dilahirkan.
Mengingat, bahwa kebutuhan akan perlindungan khusus ini telah tercantum dalam deklarasi Jenewa tentang Hak Anak-anak tahun 1924 dan telah diakui dalam Deklarasi Sedunia tentang Hak Asasi Manusia serta
undang-undang yang telah dibuat oleh badan-badan khusus dan organisasi-organisasi internasional yang memberi perhatian bagi kesejahteraan anak-anak.Mengigat, bahwa umat manusia berkewajiban memberikan yang terbaik bagi anak-anak.
Oleh karena itu, Majelis Umum PBB memaklumkan Deklarasi Hak
Anak-anak dengan maksud agar anak-anak dapat menjalani masa kecil
yang membahagiakan, berhak menikmati hak-hak dan kebebasan baik
kepentingan mereka sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat.
Selanjutnya Majelis Umum mengimbau para orang tua wanita dan
pria secara perseorangan, organisasi sukarela, para penguasa setempat
dan pemerintah pusat agar mengakui hak-hak ini dan secara bertahap
baik melalui undang-undang maupun peraturan lainnya yang sesuai
dengan asas-asas berikut:
Asas 1
Anak-anak berhak menikmati seluruh hak yang tercantum dalam
Deklarasi ini. Semua anak tanpa pengecualian yang bagaimanapun berhak
atas hak-hak ini, tanpa membedakan suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa atau tingkatan sosial, kaya atau miskin, keturunan atau status, baik dilihat dari segi dirinya sendiri maupun dari segi keluarganya.
Anak-anak mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan khusus,
dan harus memperoleh kesempatan dan fasilitas yang dijamin oleh
hukum dan sarana lain sehingga secara jasmani, mental-akhlak, rohani dan
sosial, mereka dapat berkembang dengan sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan bermartabat.
Asas 3
Sejak dilahirkan, anak-anak harus memiliki nama dan kebangsaan.
Asas 4
Anak-anak harus mendapat jaminan. Mereka harus tumbuh dan berkembang dengan sehat. Untuk maksud itu baik sebelum maupun
sesudah dilahirkan, harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi si anak dan ibunya. Anak-anak berhak mendapat gizi yang cukup, perumahan, rekreasi dan pelayanan kesehatan.
Asas 5
Anak-anak cacat tubuh dan mental atau berkondisi sosial lemah akibat
suatu keadaan tertentu harus memperoleh pendidikan, perawatan dan perlakuan khusus.
Agar supaya kepribadiannya tumbuh secara maksimal dan harmonis, anak-anak memerlukan kasih sayang dan pengertian. Sedapat mungkin mereka harus dibesarkan di bawah asuhan dan tanggungjawab orangtua mereka sendiri, dan bagaimanapun harus diusahakan agar mereka tetap berada dalam suasana yang penuh kasih sayang, sehat jasmani dan rohani.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun tidak dibenarkan terpisah dari ibunya. Masyarakat dan penguasa yang berwenang, berkewajiban memberikan
perawatan khusus kepada anak-anak yang tidak memiliki keluarga dan kepada anak-anak yang tidak mampu.
Diharapkan agar pemerintah atau pihak yang lain memberikan bantuan pembiayaan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga besar.
Asas 7
Anak-anak berhak mendapatkan pendidikan wajib secara cuma-cuma
sekurang-kurangnya ditingkat Sekolah Dasar. Mereka harus mendapat
Kepentingan-kepentingan anak haruslah dijadikan dasar pedoman oleh mereka yang bertanggungjawab terhadap pendidikan dan bimbingan anak yang bersangkutan; pertama-tama tanggungjawab tersebut terletak pada orangtua mereka.
Anak-anak harus mempunyai kesempatan yang leluasa untuk bermain dan berekreasi yang diarahkan untuk tujuan pendidikan, masyarakat dan penguasa yang berwenang harus berusaha meningkatkan pelaksanaan hak ini.
Asas 8
Dalam keadaan apapun anak-anak harus didahulukan dalam menerima
perlindungan dan pertolongan.
Asas 9
Anak-anak harus dilindungi dari segala bentuk penyia-nyiaan,
kekejaman dan penindasaan. Dalam bentuk apapun, mereka tidak boleh
menjadi “bahan dagangan”.
Tidak dibenarkan memperkerjakan anak-anak di bawah umur. Dangan
Asas 10
Anak-anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam diskriminasi rasial, agama maupun bentuk-bentuk diskriminasi lainnya.
Mereka harus dibesarkan di dalam semangat yang penuh pengertian, toleransi dan persahabatan antar bangsa, perdamaian serta persaudara semesta dan dengan penuh kesadaran tenaga dan bakatnya harus diabadikan kepada sesama manusia.
Dari Deklarasi Hak Anak-anak yang tercantum dalam pernyataan di atas, Deklarasi itu turut diperjuangkan pelaksanaannya oleh aturan hukum Indonesia yang telah termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Perundangan tentang Anak lainnya, salah satunya ialah Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkup rumah
tangga, sebagai berikut:10
Kekerasan fisik: Apapun perbuatan yang disengaja, meski dengan alasan menyatakan kekesalan, kemarahan bahkan menghukum, dengan sasaran fisik, tubuh dan bagian tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau bahkan luka.
Kekerasan Fisik a. Pembunhan
1) Ayah terhadap anak;
2) Ibu terhadap anak (termasuk pembunuhan bayi oleh ibu); 3) Adik terhadap kakak, kemenakan, ipar atau sebaliknya; 4) Bentuk campuran selain tersebut di atas.
b. Penganiayaan
1) Ayah terhadap anak;
2) Ibu terhadap anak (termasuk pembunhan bayi oleh ibu); 3) Adik terhadap kakak, kemenakan, ipar atau sebaliknya; 4) Bentuk campuran selain tersebut di atas.
c. Perkosaan:
1) Ayah terhadap anak perempuan; ayah kandung atau ayah tiri dan anak kandung maupun anak tiri;
2) Suami terhadap anak/kakak ipar; 3) Kakak terhadap adik;
4) Bentuk campuran selain tersebut di atas. (Direktorat Reserse Polda Metro Jaya, 1991)
Kekerasan psikis : Yakni perbuatan yang menyasar fisik korban, tetapi mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis pada korban.
Kekerasan Nonfisik/Psikis/Emosional, seperti: a. Penghinaan;
b. Komentar-komentar yang dimaksudkan untuk merendahkan dan melukai harga diri anak;
c. Melarang anak bergaul;
d. Memisahkan istri dari anak-anaknya dan lain-lain.
Kekerasan seksual : Setiap perbuatan pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai.
Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu, baik itu dengan sesama penghuni rumah tangga tersebut, atau orang di luar rumah tangga
Kekerasan seksual..
Penelantaran rumah tangga : Perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga, padahal orang tersebut harus dinafkahi, dirawat dan dipelihara
Penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/ atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali pelaku.
Kekerasan ekonomi, berupa:
a. Tidak memberi nafkah pada anak;
b. Pemakasaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu, baik itu dengan sesame penghuni rumah tangga tersebut, atau orang di luar rumah tangga.
Ketentuan Pidana:
penderitaan fisik, mental, sosial. Dipidana penjara max 5 tahun dan atau denda max 100 juta. (Pasal 77)
Kekerasan atau anacaman kekerasan atau penganiayaan. Dipidana max 3 tahun 6 bulan dan/ atau denda max 72 juta. Mengakibatkan luka berat dipidana max 5 tahun dan/ atau denda max 10 juta. Mengakibatkan kematian dipidana max 10 tahun dan/ atau denda max 200 juta.pidana ditambah sepertiga bagi orang tua yang melakukannya. (Pasal 80)
Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain. Dipidana max 15 tahun dan min 3 tahun dan denda max 300 juta min 60 juta. (Pasal 81)
Menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual. Dipidana max 15 tahun min 3 tahun dan denda 300 juta min 60 juta. (Pasal 83)
Melawan hukum mentransplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh anak untuk pihak lain. Dipidana max 10 tahun dan/ atau max 200 juta. (Pasal 84)
Mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Dipidana max 10 tahun dan/ atau denda max 200 juta. (Pasal 88)
Menempatkan, membiarkan, melibatkan menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan produksi atau distribusi narkotika dan/ atau psikotropika. Dipidana mati atau pidana penjara seumur hidup dan denda max 500 juta min 50 juta. (Pasal 89)
Perlindungan anak terhadap kekerasan yang terjadi di lingkup rumah
Masalah perlindungan hukum dan hak-haknya bagi anak-anak merupakan salah satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak indonesia. Agar perlindungan hak-hak anak dapat dilakukan secara teratur, tertib dan bertanggungjawab maka diperlukan peraturan hukum yang selaras dengan perkembangan masyarakat indonesia yang dijiwai sepenuhnya oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.11
Untuk sampai pada pemikiran tentang jaminan hak anak pelindungan, maka terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi penyebab bahwa anak dan perlindungan anak terabaikan.12
Setelah melalui penganalisaan terdahulu ternyata bahwa anak dan perlindungannya terabaikan akibat kurangnya perhatian dari keluarga sebagi masyarakat terkecil juga sebagai akibat dari lingkungan sekitar.13
Oleh karena itu pemikiran tentang jaminan hak anak serta perlindungan perlu dimulai pada perbaikan pola pembinaan anak dalam masyarakat kita, dengan mendasarkan kepada kasih sayang dan cinta yang tulus dan murni dari orangtua, yang pada gilirannya akan menumbuhkan rasa sayang dan cinta kepada sesama manusia pada jiwa sang anak dikemudian hari. Beranjak dari sini, maka terbentuklah suatu masyarakat yang memiliki kesejahteraan, ketentraman dan stabilitas yang tinggi.14
11 Wagianto Soetodjo, 2010, Hukum Pidana Anak, Bandung. Refika Aditama., hal. 67
12 Ibid., hlm 72
13 Ibid
Penyelenggaraan Perlindungan di atur lebih eksplisit di dalam UU RI No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak di dalam BAB IX:
1. Perlindungan Agama terdapat pada Pasal 42 dan Pasal 43
2. Perlindungan Kesehatan terdapat pada Pasal 44, 45, 46, dan Pasal 47 3. Perlindungan Pendidikan pada Pasal 48, 49, 50, 51, 52, 53, dan Pasal
54
4. Perlindungan Sosial pada Pasal 55, 56, 57, dan Pasal 54 5. Perlindungan Khusus pada Pasal 59-71.
Kesimpulan
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan di dalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak dan terutama bagi anak yang belum sekolah. Oleh karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak. Keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif. Oleh karena sejak kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan untuk seterusnya, sebagian besar waktunya adalah di dalam keluarga maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya delinquency itu sebagian juga berasal dari keluarga.15
Hak asasi manusia adalah merupakan hak yang melekat di dalam diri pribadi individu, dan hak ini merupakan yang paling mendasar bagi setiap individu untuk berdiri dan hidup secara merdeka dalam komunitas-komunitas masyarakat. Bangunan dasar HAM yang melekat di dalam episentrum otoritas individu yang merdeka,merupakan bawaan semenjak lahir, sehingga tidak bisa digugat banalitas pragmatisme kepentingan kekuasaan, ambisi, dan hasrat. Dengan dan atas nama apapun, bahwa dasar-dasar kemanusiaan yang intim harus dilindungi, dipelihara, dan tidak dibiarkan berada sama sekali dalam ruang-ruang sosial yang mengalienasinya.16
Daftar Pustaka
Devi Novirianti, dkk. 2011. Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta: PENGAYOMAN.
Harifin A. Tumpa. 2010. Peluang dan Tantangan Eksistensi Pengadilan HAM di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Moerti Hadiati Soeroso. 2011. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis-Viktimologi. Jakarta: Sinar Grafika.
Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Perundang Tentang Anak. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.