• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENELITIAN T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENELITIAN T"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(ACTION RESEARCH)

Makalah ini akan membahas dua topik besar yaitu Penelitian dan Pengembangan dan Penelitian Tindakan. Untuk lebih jelasnya akan dibahas terlebih dahulu Penelitian dan Pengembangan.

A. Penelitian dan Pengembangan (Research and development) 1. Pendahuluan

Penelitian dan Pengembangan mengalami evolusi baru menjadi Desain dan Pengembangan Penelitian (Design and Development Research). Istilah Desain dan Pengembangan dapat ditemui dalam berbagai literatur selama empat dekade. Dalam perkembangannya akhir-akhir ini muncul potensi baru dalam oreintasi penelitian dan manfaat yang ditawarkan pada masing-masing disiplin ilmu (Richey dan Klein (2007). Secara lebih detail mengenai istilah akan dijelaskan lebih lanjut, pada pembahasan kemudian. Namun pada makalah ini, Penulis akan menggunakan istilah Desain dan Pengembangan Penelitian (Design and Development Research).

Fokus dalam makalah ini akan membahas mengenai kajian desain dan pengembangan dalam hal perencanaan, produksi, atau evaluasi. Pendekatan inipun akan berpusat pada desain dan pengembangan produk dan alat atau pengembangan, validasi dan penggunaan desain dan pengembangan model.

(2)

dihayati oleh subyek peneliti dari dalam diri mereka. Selain itu, siklus dasar R & D ini selalu mencakup siklus kajian – evaluasi - pengembangan.

Makalah ini akan membahas tentang beberapa hal, antara lain: 1. Definisi, Wilayah Kajian, dan Tali-temali tekait dengan Penelitian dan Pengembangan (R &D), 2. Gambaran singkat Desain dan Penelitian Pengembangan (an overview of Design and Development Research), 3. Desain dan Metodologi Pengembangan Penelitian (Design and Development Research Methodology), 4. Produk dan Alat Penelitian: Metode dan Strategi (Product and Tool Research), 5.Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan, 6. Sitematika Laporan Penelitian dan Pengembangan juga beberapa contoh judul Penelitian dan Pengembangan.

2. Permasalahan

Dengan mencermati pendahuluan dari Penelitian dan Pengembangan (R&D), tentunya merupakan suatu hal yang menarik tentang efektivitas R&D yang menuntut penanganan produk pendidikan berjangka panjang yaitu proses yang diupayakan melahirkan produk yang memiliki kesahihan dalam pengembangannya. Sehingga memunculkan pertanyaan:

a. Seperti apa Desain dan Pengembangan Penelitian? b. Bagaimana melakukan Penelitian dan Pengembangan?

3. Pembahasan

a. Beberapa Definisi, Wilayah Kajian, dan Tali-temali tekait dengan Penelitian dan Pengembangan

(3)

merupakan fase produk dngan suatu desain secara spesifik dan telah diaktualisasikan. (Seel dan Richey (1994).

Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk menghasilkan produk tertentu terlebih dahulu dilakukan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan. Kemudian untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka dilakukanlah penelitian. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bahkan multiyears).

Metode R&D telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Tekhnik, karena dari sanalah sebenarnya metode ini berasal. Pada umumnya produk tekhnologi seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran dsb diproduksi dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode ini juga dapat digunakan dalam ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dll. Namun pada kenyataannya penelitian dan pengembangan dalam ilmu-ilmu sosial ini masih sangat kurang. Padahal banya produk tertentu dalam bidang sosial misalnya pendidikan perlu melalui Research and Development.

b. Gambaran singkat Desain dan Penelitian Pengembangan (an overview of Design and Development Research)

1) Desain dan Pengembangan sebagai sebuah ilmu (science)

(4)

dan prosedur haruslah valid. Solusi masalahnya haruslah didukung oleh data.

Sementara ada pandangan yang mengatakan bahwa design and development as a holistic process, one that cannot simply analyzed and dissected (Davies,1981). Pandangan ini menekankan bahwa desain dan pengembangan ada di dalam system secara sistemik. 2) Dasar Pengetahuan Desain dan Pengembangan

Menurut Richey dan Klein (2007) ada enam fokus dalam elemen desain dan pengembangan, yakni: (a) Pembelajar dan bagaimana mereka belajar, (b) konteks dimana proses belajar dan perfomasi, (c) kealamiahan isi dan bagaimana hal tersebut berjalan dan berfungsi (the nature of content and how it is sequenced), (d) strategi instruksional dan kegiatan (instructional strategies and activities employed, (e) media dan system yang dipergunakan (the media and delivery systems used), (f)Pembuat desain dan proses penggunaannya (the designers themselves and the process they use). Ada tiga hal yang mendasari penelitian desain dan pengembangan yakni:

 Psikologi, teori pembelajaran, dan penelitian

 Teori instruksional dan penelitian pengajaran-pembelajaran (teaching-learning research)

 Teori komunikasi dan message design research

3) Wilayah Penelitian Desain dan Pengembangan

Penelitian desain dan pengembangan mencakup spektrum kegiatan dan potensi yang luas di antaranya (a) mencermati kajian proses dan dampak penelitian desain dan pengambangan ,(b) proses kajian tentang desain dan pengembangan merupakan proses secara utuh juga spesifik.

Sementara itu, sasaran penelitian desain dan pengembangan mencakup: (a) produk dan alat penelitian, (b) Penelitian model (model research).

(5)

Bagian terberat dalam melakukan penelitian adalah pada saat menentukan metode dan stategi apa yang tepat sehingga menghasilkan data yang bermakna dan kesimpulan yang bermanfaat. Jika desain penelitian kita lemah maka akan menghabiskan waktu, bahkan hasil penelitian menjadi tidak bermakna.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat akan mendesain proyek penelitian (Frankfort-Nachmias,2000):

 Menentukan validitas dari hasil penelitian (kesimpulan)

 Menentukan kondisi sebab akibat pada saat melakukan penelitian  Mendukung dan memfasilitasi pada saat melakukan generalisasi dan

interpretasi

 Mengantisipasi berbagai masalah yang timbul pada saat melakukan penelitian.

Sementara Richey dan Klein (2007) menjelaskan beberapa komponen yang harus dipertimbangkan pada saat menentukan desain penelitian:

 Jenis observasi seperti apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan, sebab hal ini terkait dengan data

 Strategi seperti apa yang tepat untuk mengobservasi pada metode tertentu

 Partisipan seperti apa pada proyek penelitian tersebut.  Instrumen dan pengukuran apa yang tepat

 Analisis data.

Berikut ini adalah table mengenai Metode di dalam Desain dan Pengembangan Penelitian. (Common Methods Employed in Design and Development Research) Richey & Klein (2007)

(6)

Research &Development Project Analysis, Evaluation, Model Research Model Development Case Study, In-Depth

Interview, Literature Review, Survey, Think-Aloud Methods

Model Research Model Validation Experimental, Expert Review, In-Depth Review

Model Research Model Use Case Study, Content Analysis, Field

Observation, In-Depth Interview, Survey, Think-Aloud Methods.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat membuat desain penelitian, yakni:

 Sesuaikan metode dan pertanyaan penelitian

 Klasifikasi desain dan tujuan pengembangan penelitian  Sesuaikan tujuan penelitian dan metode

5) Produk dan Alat Penelitian: Metode dan Strategi (Product and Tool Research: Methods and Strategies)

(7)

satu atau dua fase pada desain dan pengembangan. Berikut ini akan dibahas mengenai produk, program, tool studies dan penelitian.

a. Strategi pada Pengembangan Produk Penelitian

Kajian pengembangan produk secara klasik yakni penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kasus (case study method). Banyak kajian yang mengembangakan proses pengembangan produk secara detail (Russel,1990, Savage,1999). Amirault dan Kuiper (2002) menjelaskan bahwa “design and development product study, describing the project from its initial pilot study through a yearlong tryout and evaluation product.”

Untuk pengembangan produk penelitian dapat dilakukan dengan beberapa strategi Richey & Klein (2007):

A Representative Mixed Methods Case Study

A Representative Multiple Qualitative Methods Study b. Strategi Pengembangan Program Penelitian

Proyek penelitian pengembangan tidak hanya pada produk tapi juga pada pengembangan dan evalusi program, bahkan ada yang menggunakan keduanya produk dan program. Evalusi program biasanya akan difokuskan pada Instructional System Design (ISD) dengan melihat efektifitas dan dampak dari suatu program. Hal ini dikemukakan oleh Sullivan, Ice, dan Niedermeyer’s (2000) study is representative of program development research that focus on the impact of instructional program rather than the design and development procedure.

c. Strategi untuk Desain dan Pengembangan Fase atau Tahapan Penelitian

Di samping dua hal di atas produk dan program yang dievaluasi pada R & D, maka ada pula evalusi pada setiap tahapan pengembangan. Misalnya: 1. dengan melihat post test nilai pengetahuan setiap kursus, 2. Post test nilai performasi, 3. Penilaian sikap berdasarkan survey, dll.

Ada dua strategi jika ingin melihat fase atau tahapan desain dan pengembangan penelitian, yakni:

A Representative Mixed Method Study of Formative EvaluationA Representative Multiple Quantitative Method Study of Integrated

Evaluation.

d. Strategi untuk Pengembangan dan Penggunaan Alat

(8)

kajian R & D. Atau misalnya dalam bahasa melihat evaluasi penggunaan alat ukur untuk melihat kemampuan mendengar, berbicara, menulis, ataupun membaca. Untuk mengkaji penggunaan suatu alat maka dapat melakukan kajian pengembangan penelitian melalui:

A Representative Tool Development Case StudyA Representative Tool Use Study

6) Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Pola umum prosedur R&D menurut Semiawan (2008) mencakup: 1). Pengembangan bentuk produk awal, 2). Test awal di lapangan, 3) Revisi produk, 4) Kajian Lapangan, 5) Revisi produk secara operasional, 6). Kajian lapangan operasional, dan 7) Difusi.

Dalam makalah ini langkah-langkah atau prosedur penelitian dan pengembangan yang akan kami gunakan adalah yang diajukan Sugiono (2008) yang terdiri dari 10 langkah yang akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut.

1). Potensi dan Masalah

Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sebagai contoh, di pantai selatan pulau Jawa terdapat potensi angin dan sinar matahari. Kedua potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi energy mekanik yang dapat digunakan untuk menggerakkan sesuatu misalnya untuk generator pembangkit listrik atau untuk turbin air. Dalam bidang social dan pendidikan misalnya kita mempunyai potensi penduduk usia kerja yang cukup banyak, sehingga melalui model pendidikan tertentu dapat diberdayakan sebagai tenaga kerja pertanian atau industry yang berbasis bahan mentah alam Indonesia.

(9)

menghasilkan lulusan yang siap kerja. Masalh ini dapat di atasi melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola atau system penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Sugiono menegaskan bahwa potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empiric. Data tentang potensi dan masalah tersebut tidak harus dicari sendiri. Tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian yang sudah ada, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.

2). Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan up to date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diarapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di sini diperlukan penelitian tersendiri yang metodenya tergantung pada permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Pada tahap ini setelah peneliti mengamati suatu masalah tertentu dalam pendidikan, ia lalu mengumpulkan informasi atau data. Kemudian data yang diperoleh dari berbagai sumber digali dan diarahkan pada sasaran tertentu dimana berbagai data, teori, dan literature dikaji.

3). Desain Produk

(10)

dan bermanfaat ganda. Contohnya adalah computer atau lat rumah tangga yang umumnya dapat berfungsi ganda.

Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, misalnya lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, system evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk pembelajar tertentu, dll.

Misalnya peneliti akan menghasilkan produk berupa metode mengajar baru maka peneliti harus membuat rancangan metode mengajar baru yang dibuat berdasarkan penilaian terhadap metode mengajar lama. Dengan jalan ini mungkin akan ditemukan kelemahan-kelemahan metode tersebut. Selain itu peneliti juga harus melakukan penelitian pada sekolah- sekolah lain yang dipandang metode mengajarnya bagus. Di samping itu pula peneliti juga sebaiknya mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan metode mengajar yang modern beserta indikator pelaksanaannya dan hasil kerjanya.

Desain produk harus diwujudkan dalam bentu gambaratau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuat produk baru tersebut. Dalam produk yang berupa system, misalnya, perlu dijelaskan mekanisme penggunaan system tersebut, cara kerja, dan juga kelebihan serta kekurangannya.

(11)

criteria antara lain; mudah diimplementasikan, suasana belajar menjadi kondusif, dan hasil pembelajaran meningkat.

4). Validasi Desain

Validasi desain dilakukan untuk menilai rancangan produk, apakah metode yang baru tersebut secara rasional lebih efektif disbanding model yang lama. Dikatakan secara rasional karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.

Validasi produk ini dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar yang sudah berpengalaman untuk menilai rancangan produk baru tersebut, apa kelemahan dan keunggulannya. Pertemuan ini dapat berupa forum diskusi, dimana sebelum diskusi oleh pakar, si pemneliti terlebih dahulu menyajikan proses penelitian sampai ditemukannya desain baru tersebut.

5). Perbaikan Desain

Proses selanjutnya adalah perbaikan desain yang tentu saja dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil pembahasan dari pakar tentang produk baru tersebut. Salah satu tujuan utamanya adalah meminimalisir kekurangan yang ditemukan dengan cara memperbaiki desain.

6). Ujicoba Produk

(12)

pemahaman peserta didik terhadap materi yang disajikan melalui metode baru tersebut lebih tinggi, bertambah kreatif, tidak cepat bosan, dan hasil belakar lebih meningkat. Percobaab ini biasanya dikaukan dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah metode baru ini digunakan.

7). Revisi Produk

Apabila ujicoba produk sudah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah merevisi produk baru tersebut, karena produk tersebut adalah metode mengajar, maka hal-hal yang perlu direvisi mungkin berupa perbaikan teknik-teknik yang dilakukan dalam penerapan metode tersebut ataupun pengurangan terhadap hal-hal yang tidak terlalu signifikan.

8). Ujicoba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka selanjutnya produk yang berupa metode mengajar baru tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas. Dalam proses tersebut, tetap harus dinilai kelemahan ataupun hambatan yang ditemui ketika menerapkan metode baru tersebut untuk perbaikan lebih lanjut.

Pada tahap ini produk baru yang ditawarkan sudah harus jadi dengan mengkaji dampak aplikasinya. Asumsi kebermaknaannya dapat dicek melalui desain eksperimental, atau melalui observasi dan refleksi (Semiawan,2008).

9). Revisi Produk

Revisi produk yang kedua ini dilakukan apabila dalam ujicoba penggunaan metode baru tersebut pada lembaga pendidikan yang lebih luas masih ditemukan kelemahan atau kekurangan. Dalam ujicoba pemakaian sebaiknya membuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk (metode mengajar) tersebut untuk penyempurnaan berikutnya.

(13)

Bila produk yang berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka metode tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

7) Sistematika Laporan Penelitian dan Pengembangan

Sebagaimana diketahui bahwa metode R & D merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti yang pada akhirnya menghasilkan produk baru setelah melalui berbagai proses. Sehubungan dengan hal itu maka laporan penelitian yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan berikut spesifikasinya dan penjelasannya. Lampitran berupa produk yang dihasilkan tersebut dibuat dalam buku tersendiri dan dijelaskan tentang keunggulan produk tersebut berdasarkan hasil ujicoba serta cara menggunakannya.

Sistematilka Laporan Penelitian R & D Halaman judul

Abstrak

Pengantar

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Tabel

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

D. Manfaat

(14)

A. Deskripsi Teori B. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis (Produk yang akan dihasilkan)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Langkah-langkah Penelitian B. Metode Penelitian Tahap I

1. Populasi Sampel sumber data 2. Tekhnik Pengumpulan Data 3. Instrument Penelitian

4. Analisis Data

5. Perencanaan Desain Produk 6. Validasi desain

C. Metode Penelitian tahap II

1. Model Rncangan Eksperimen untuk Menguji Produk yang telah dirancang

2. Populasi dan Sampel 3. Tekhnik Pengumpulan Data 4. Instrumen Penelitian

5. Tekhnik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Desain Awal Produk (Gambar dan Penjelasan) B. Hasil Pengujian Pertama

C. Revisi Produk (Gambar setelah direvisi dan penjelasannya) D. Hasil Pengujian Tahap II

E. Revisi Produk (Gambar setelah revisi dan penjelasannya) F. Tahap Pengujian III (bila perlu)

G. Penyempurnaan Produk (Gambar terakhir dan penjelasannya) H. Pembahasan Produk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENGGUNAANNYA

A. Kesimpulan

B. Saran Penggunaan

DAFTAR PUSTAKA

(15)

LAMPIRAN DATA

LAMPIRAN PRODUK YANG DIHASILKAN DISERTAI BUKU PENJELASAN

Berikut contoh Judul Penelitian dan Pengembangan

1. Pengembangan Model Bahan Ajar Bahasa Indonesia bagi Anak Berbakat Intelektual

2. Kosakata dan Struktur Bahasa Indonesia untuk Sekolah dasar (Sebuah Analisis Isi) untuk Menghasilakan materi Pelajaran

3. Pengembangan Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Menyenangkan Peserta Didik

4. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum Muatan lokal untuk Pembelajaran Mate-matika

5.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, tujuan utama Penelitian dan Pengembangan adalah untuk mengembangkan suatu produk tertentu bukan untuk merumuskan atau mengkaji teori tertentu. Produk yang dikembangkan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan khusus tertentu sehingga prosedurnyapun sangat ekstensif dalam arti sasaran waktu dan ataupun sumber daya manusia. Dalam penelitian pendidikan misalnya, pada umumnya tujuannya adalah untuk peningkatan proses belajar mengajar.

Kedua, siklus Penelitian dan Pengembangan ini apabila dilakukan dengan tuntas merupakan penelitian yang sangat ‘makan waktu’ (time-consuming), oleh karena itu dibutuhkan kesabaran dan keuletan dari peneliti.

(16)

B. PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)

Penelitian tindakan atau action research ini dipelopori oleh seorang ahli psikologi sosial bernama Kurt Lewin pada tahun 1940-an di Amerika yang kemudian dikembangkan tidak saja untuk bidang psikologi dan sosial, tetapi juga untuk pendidikan. Penelitian tindakan sebagai suatu proses yang "memberikan kepercayaan untuk pengembangan kekuatan reflektif, diskusi untuk pengambilan keputusan dan tindakan oleh orang-orang berpartisipasi dalam penelitian secara kolektif pada masalah pribadi yang memiliki kesamaan (Mills, 2003:5). Penelitian tersebut lebih dikenal dengan istilah kelas (PTK). Inti gagasan Lewin ini selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lainnya seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot dan Dave Ebbutt. Selanjutnya penelitian ini berkembang di Inggris dan Australia. Di Indonesia penelietian ini baru di lakukan di tahun 1980.

Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang dirasakan belum memuaskan dan perlu ditingkatkan.

(17)

3) Tujuan penelitian tindakan; 4) Jenis-jenis penelitian tindakan; 5) Metode penelitian tindakan; 6) Model-model penelitian tindakan; 7) Karakteristik Penelitian Tindakan.

1. Pengertian Penelitian Tindakan (Action Research)

Menurut Gay (2009:486) Penelitian tindakan dalam pendidikan adalah suatu penelitian yang dilaksanakan secara sistematis oleh guru, kepala sekolah, konselor atau pemangku kepentingan lainnya dalam lingkungan belajar mengajar untuk mendapatkan wawasan, mengembangkan praktik reflektif, mempengaruhi perubahan positif dalam lingkungan sekolah (dan pada praktek pendidikan pada umumnya) untuk meningkatkan hasil belajar. Aksi penelitian dalam pendidikan adalah setiap pertanyaan sistematis yang dilakukan oleh para peneliti guru, kepala sekolah, konselor sekolah, atau pemangku kepentingan lainnya dalam lingkungan teaching-learning yang melibatkan pengumpulan informasi tentang cara-cara mengajar di mana mereka bekerja.

Penelitian tindakan dideskripsikan sebagai suatu penelitian informal, kualitatif, formatif, subjektif, interpretative, reflektif, dan suatu model penelitian pengalaman di mana semua individu dilibatkan dalam studi sebagai peserta yang mengetahui dan menyokong Hopkin (Emzir, 2007:233). Hal ini dipertegas oleh Kemmis yang dikuti oleh Hopkin (1985) bahwa penelitian tindakan adalah bentuk penelitian reflektif diri (self-reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) dalam rangka meningkatkan (a) keadilan dan rasionalitas praktik social dan pendidikan mereka sendiri; (b) pemahaman mereka tentang praktik tersebut; dan (c) situasi tempat praktik tersebut dilakukan. Hal ini sangat rasional bila dilakukan oleh para partisipan.

(18)

pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan (Sukmadinata, 2008:140). Alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan diagnosis tertentu. Alat pelatihan dalam jabatan sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan ketrampilan, metode dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya, dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya. Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau yang inovatif pada pengajaran. Alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti akademis, serta memperbaiki kegagalan penelitian tradisional. Alat untuk menyediakan alternative yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah di dalam kelas.

Kerangka kerja penelitian tindakan merupakan yang paling sesuai untuk para partisipan yang mengenali eksistensi kekurangan dalam aktivitas pendidikan mereka yang bermaksud mengadopsi beberapa pendirian awal yang berhubungan dengan masalah, merumuskan rencana, melaksanakan intervensi, mengevaluasi hasilnya, dan mengembangkan strategi lebih lanjut dalam pertunjukan berulang. Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan; informasi dari siklus yang terdahulu sangat menentukan bentuk siklus berikutnya. Oleh karena itu siklus yang kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat dirancang sebelum siklus pertama terjadi. Hasil refleksi harus tampak digunakan sebagai bahan masukan untuk perencanaan siklus berikutnya.

(19)

suatu tema. Secara sederhana penelitian tindakan merupakan penelitian “belajar dengan melakukan” (learning by doing): suatu kelompok orang mengidentifikasi suatu masalah, melakukan sesuatu untuk memecahkannya, mengamati bagaimana keberhasilan usaha mereka, dan jika belum memadai, mereka mencoba lagi.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan dapat dikatakan sebagai suatu bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran serta pemahaman mengenai praktik ini terhadap situasi tempat dilakukan praktik pembelajaran. Pada umumnya penelitian ini cocok untuk meningkatkan subjek yang diteliti. Subjek penelitian biasanya berupa kelompok orang yang ingin meningkatkan kualitas kerjanya. Penelitian tindakan adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, untuk diri mereka sendiri tidak dipaksakan pada mereka oleh orang lain. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan ‘kelas' adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.

2. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan

Emzir (2007:236-239) mengutip pendapat Winter (1998) dalam O’Brein (1998:5-6) yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip penelitian tindakan mencakup kritik reflektif, kritik dialektik, sumber daya kolaboratif, ambil resiko, struktur jamak dan teori, praktik dan transformasi.

a. Kritik reflektif

(20)

interpretasi, asumsi dan penyimpangan dalam dokumen tersirat menjadi lebih jelas terungkap. Dengan cara ini, perhitungan praktis dapat memberikan kemajuan pada pertimbangan teori.

b. Kritik Dialektika

Dalam memahami fenomena sosial, fenomena tersebut dikonseptualisasikan dalam bentuk dialog uraian pemahaman. Oleh karena itu, suatu kritik dialektika dibutuhkan untuk menghayati serangkaian hubungan antar fenomena dan konteksnya, serta antarunsur-unsur pembentuk fenomena tersebut. Dalam fenomena sosial ada kalanya unsur-unsur tersebut saling bertentangan, yang ketidaksetabilan. Kondisi yang demikian dapat menciptakan suatu perubahan.

c. Sumber Daya Kolaboratif

Dalam penelitian tindakan, penelitian dilakukan secara kolaboratif memberikan gagasan yang berkedudukan sama pentingnya sebagai sumber daya potensial untuk menciptakan kategori analisis interpretasi. Walaupun para partisipan berkedudukan sebagai pembantu peneliti. Peneliti utama sebagai pemilik gagasan merundingkan dengan sistematis dan kritis dan menyimpulkan segala pertentangan antara sudut pandang tunggal yang seoptimal mungkin mengakomodasi gagasan berbagai pihak.

d. Ambil Resiko

(21)

berpangkal dari perbedaan diskusi terbuka tentang penafsiran, gagasan dan pertimbangan seseorang. Untuk mengatasi masalah ini, pemrakasa penelitian mengundang keikutsertaan dengan menunjukkan bahwa mereka juga akan tunduk proses yang sama dan apapun hasilnya pelaksanaan penelitian akan tetap berlangsung.

e. Struktur Jamak

Dengan adanya berbagai sudut pandang, gagasan dan penafsiran dari peneliti utama dan partisipan, sifat alami penelitian menjadi serba ragam. Dengan demikian struktur jamak dari penelitian ini memerlukan suatu teks jamak untuk dilaporkan. Ini berarti ada ragam perhitungan perlu disusun secara jelas dan lugas dengan mengakomodasikan pertentangan yang muncul dan perlu juga diperhitungkan rentangan pilihan untuk tindakan yang akan dilakukan. Oleh karena itu suatu laporan berfungsi sebagai suatu dukungan yang berkelanjutan antarkolaborator daripada menjadi suatu kesimpulan final atau akhir dari fakta.

f. Teori, Praktik, dan Transformasi

Dalam penelitian tindakan teori memperkuat praktik, dan praktik memperbaiki teori. Hal ini dilaksanakan dalam suatu transformasi yang berkelanjutan dalam suatu tindakan yang dilakukan masyarakat berdasarkan asumsi-asumsi yang dikemukakan secara implisit. Selanjutnya asumsi tersebut diperkuat dengan hipotesis dan dibuktikan dengan teori untuk melakukan praktiknya. Aplikasi berikutnya dilakukan analisis lebih lanjut dalam suatu siklus transformative yang secara berkelanjutan mengubah penekanan antara teori dan praktik.

(22)

a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin. Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin akan dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada. peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin akan dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

b. Adanya kesadaran untuk memperbaiki diri

Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksanaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang dirasakan belum memuaskan dan perlu ditingkatkan.

c. SWOT sebagai dasar berpijak

(23)

pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.

d. Upaya empirik dan sistemik

Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, sudah mengikuti prinsip empirik (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung dan hal-hal yang terkait dengan cara baru tersebut.

e. Ikuti SMART dalam perencanaan

SMART adalah kata bahasa Inggris artinya cerdas, akan tetapi dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna.

• S - Specific, khusus, tidak terlalu umum

• M- Managable, dapat dikelola, dilaksanakan

• A - Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat

dicapai, dijangkau

• R - Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan

• T - Time-bound, diikat oleh waktu, terencana

(24)

lingkungan, nyata bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan. Selain itu yang sangat penting adalah bahwa tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya. Penelitian tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan, satu semester, atau satu tahun.

f. Bukan seperti biasanya, tetapi harus cemerlang

Penelitian tindakan harus dapat menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan kepada siswa memang berbeda dari apa yang sudah biasa dilakukan. Sesuai dengan prinsip nomer 2, yaitu adanya kesadaran dan keinginan untuk meningkatkan diri, apa yang sudah ada, tindakan yang dilakukan harus berbeda dari biasanya, karena yang biasa sudah jelas menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu guru melakukan tindakan yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih baik.

g. Terpusat pada proses, bukan semata-mata hasil

(25)

3. Tujuan Penelitian Tindakan (Action Research)

Tujuan penelitian tindakan adalah untuk:

a. Membantu guru/peneliti menyelesaikan masalah sehari-hari di sekolah sehingga mereka dapat meningkatkan belajar siswa dan guru secara efektif.

b. Membantu guru untuk mengembangkan profesional guru, agar terus menerus belajar di kelas.

c. Menyediakan peneliti/guru dengan sebuah metode untuk memecahkan masalah sehari-hari di sekolah sehingga mereka dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan efektivitas guru dalam penerapan metode yang digunakan.

d. Peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik

e. Guru dapat menerapkan model bagi siswa tidak hanya keterampilan yang diperlukan untuk belajar efektif tetapi juga rasa ingin tahu dan semangat tentang memperoleh pengetahuan baru (Gay, 2009:494)

(26)

4. Jenis-Jenis Penelitian Tindakan (Action Research)

Menurut O’Brien dalam Emzir (2010:246-248) ada 4 jenis penelitian tindakan yaitu:

a. Penelitian tindakan tradisional

Penelitian tindakan tradisional cenderung konservatif yang umumnya solusi yang masih berorientasi pada status Quo pada struktur kekuatan organisasi. Penelitian tindakan jenis ini berakar pada karya awal Kurt Lewin tentang organisasi yang meliputi kosep dan praktik. Penelitian jenis ini berkisar pada wilayah pengembangan, mutu kehidupan kerja, sistem sosio teknik, demokrasi organisatoris. Semua ini pada hakikatnya mementingkan pertumbuhan hubungan labour-management.

b. Penelitian Tindakan Kontekstual (Contextual Action Research)

Penelitian jenis ini disebut juga action learning merupakan suatu pendekatan yang diturunkan dari karya Trist tentang hubungan-hubungan antarorganisasi. Disebut sebagai kontekstual, karena solusi yang dibutuhkan berasal dari masalah-masalah untuk menyusun kembali hubungan struktural antarpara actor dalam suatu lingkungan sosial yang berbasis domain. Hubungan ini merujuk pada keterlibatn semua pihak di organisasi seperti stakeholder, holographic, masing-masing partisipan bertindak sesuai dengan rancangan proyek dan pembantu peneliti. Penelitian jenis ini dapat berupa penelitian tentang konsep ekologi organisasi dan penggunaan konferensi penelitian (serach conference).

c. Penelitian Tindakan Radikal

(27)

Marxism yang berorientasi pada materialisme dialektika dan Antonio gramsci. Penelitian tindakan Feminist termasuk pada jenis yang mencari solusi dalam perubahan bentuk sosial melalui suatu proses pembelaan untuk memperkuat kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat seperti kaum perempuan, kelompok etnis minoritas.

d. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan

Penelitian ini di bidang pendidikan berawal dari tulisan John Dewey yang mempercayai bahwa pendidik professional hanya mampu juga memecahkan masalah dalam masyarakat. Para pendidik juga bekerja dalam konteks sosial yang terkait dengan pengembangan kurikulum, pengembangan professional, dan penerapan belajar. Proyek-proyek masyarakat sering dilakukan oleh peneliti berbasis universitas bekerja sama antara para guru, para murid dan pihak sekolah.

5. Metode Penelitian Tindakan

Menurut Baskerville dan Wood-Harper (1996) dalam Baskerville (1999:8-9) dalam Emzir (2010:248-251) terdapat tujuh strategi kunci dalam pelaksanaan penelitian tindakan untuk meningkatkan Rigor dan kontribusi peneliti, yaitu:

a. Mempertimbangkan Pergantian Paradigma

Karena penelitian tindakan tidak muncul dalam filosofi ilmiah positivist tradisional dan memiliki suatu daerah petanyaan penelitian ideal, perlu diyakini bahwa penelitian tindakan layak untuk pertanyaan penelitian dan akan menarik bagi seseorang oudiens yang menerima post-positivist learning.

b. Menetapkan suatu kesepakatan Penelitian Formal

(28)

meninjau pelaksanaan penelitian tindakan yang sangat dibedakan dalam pembimbingan sebagai praktik yang tidak etis. Konsentrasi dan kesepakatan pengungkapan hanya merupakan salah satu bagian infrastruktur clint-system. Peneliti juga harus mengatur dengan jelas untuk menjamin bahwa tim penelitian diizinkan untuk memulai tindakan dalam organisasi.

c. Menyiapkan Suatu Pernyataan Masalah Teoretis

Kerangka teoretis harus dikemukakan sebagai suatu premis. Kalau tidak, tindakan intervensi tidak akan valid sebagai suatu penelitian. Dokumen Diagnosis harus mencakup dasar teoretis eksplisit. Sebagai kemajuan penelitian, pentingnya teori harus dicatat secara cermat dalam catatan penelitian.

d. Merencanakan Metode Pengumpulan Data

Penelitian tindakan bersifat empiris. Kendati demikian, data yang dikumpulkan biasanya bersifat kualitatif dan interpretif. Data yang dikumpulkan melalui observasi audio-tape, wawancara, eksperimen tindakan diikuti diskusi dengan subjek ‘on the spot” selama melakukan tindakan. Sementara kasus-kasus tertulis partisipan merupakan pengumpulan kembali tulisan subjek mengikuti pelaksanaan tindakan. Para peneliti atau tim dapat menyimpan catatan-catatan terstruktur, desain yang cermat, dan teknik-teknik pengumpulan data yang spesifik secara jelas ketika menyusun infrastruktur penelitian dan merevisi isu ini saat perencanaan tindakan.

e. Memelihara Kolaborasi dan Pembelajaran Subjek

(29)

terhadap peneluan aspek-aspek teori penting di bawah pengujian. Hindari pendominasian tahap diagnosis dan perencanaan tindakan (seperti mengajak peran autoritatif dan konsultasi eksternal).

f. Mengulangi Peningkatan

Penelitian tindakan biasanya juga bersifat siklus. Kegagalan tindakan (dalam istilah situasi masalah langsung) sebagai suatu yang penting, mungkin lebih penting dari keberhasilan tindakan. Tindakan harus dilanjutkan hingga situasi masalah langsung dapat diatasi. Tindakan yang mengatasi seting masalah langsung merupakan bukti kuat dari keefektifan praktis teori yang digarisbawahi.

g. Membuat Generalisasi yang Berdasar

Penggeneralisasian teori yang dikembangkan dalam tindakan didasarkan pada generalisasi deduktif (Baskerville dan Lee, 1999). Jenis penggeneralisasian ini didukung dengan eksperimen laboratories. Pernyataan umum tidak akan dibuat berdasarkan jumlah abservasi, tetapi lebih pada sampel representative. Penggeneralisasian harus diimbangi dengan insterpretasi luar dari setting yang sama di mana teori teori tersebut diharapkan dapat diterapkan.

(30)

6. Model-Model Penelitian Tindakan

Ada enam model penelitian tindakan yaitu 1) Model Lewin menurut Kemmis; 2) Model Gerald Susman; 3) Lewin menurut Elliot; 4) Model Spiral Kemmis dan Taggrat; 5) Model Ebbut dan 6) Model Mckerman.

Penelitian tindakan menurut Elliot (dalam Mac Isaac, 1996:2) memiliki siklus-siklus yang secara berkelanjutan dilakukan sampai tercapai solusi dari permasalahan yang diteliti untuk perbaikan. Tiap-tiap siklus menunjukkan tahapan sebagai berikut:

a. The Reconnaisance General Plan

Sebagai awal tindakan suatu kesepakatan untuk eksplorasi sudah harus ditentukan yang dilanjutkan dengan pengembangan masalah dan merencanakan beberapa bentuk strategi intervensi.

b. The Action in Action Research

Dalam tahap ini intervensi dilakukan yang bersamaan dilakukan juga pengamatan dalam berbagai bentuk seperti observasi, wawancara, dan kuesioner dll.

c. Reflection and Revision

Strategi-strategi intervensi baru dilakukan, dan proses siklus diulangi dengan mengadakan pemahaman-pemahaman diperoleh dengan cukup serta disertai perbaikan-perbaikan (revisi) sampai memungkinkan menerapkan solusi yang mampu mengatasi masalah yang dihadapi.

(31)

sampai dicapai suatu solusi yang disepakati dengan alur seperti spiral. Namun demikian dalam melakukannya hal ini tidak selalu berurutan tahap demi tahap secara linier, dapat juga dilakukan secara “backward through the routines, repeating the process, revising procedures, rethinking interpretation, leapfrogging steps or stages, and sometime making radical changes steps or stages, and sometime making radical changes in direction”(Stringer:1998:19).

Pada umumnya, model-model penelitian tindakan berkisar pada kegiatan-kegiatan “observasi, reflection, and action”, tetapi dalam model-model penelitian tindakan berikutnya ada beberapa penambahan sebagai pengembangan yang menciptakan model-model pengembangan yang berbeda.

Menurut Emzir (2010:239-242) model/desain penelitian tindakan terdiri dari 4 model yang dilengkapi oleh Wiraatmaja (2008:61-69) dengan dua model penelitian tindakan, yaitu:

a. Model Lewin Menurut Kemmis

Model Lewin (Emzir, 2010:239) yang dikembangkan oleh Kemmis termasuk model yang sederhana, yang pada hakikatnya mencakup empat tahap yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan scenario pada gambar sebagai berikut:………….

b. Model Gerald Susman

(32)

memungkinkan setelah itu merencanakan suatu tindakan yang dapat dilaksanakan sesuai hasil diagnosi awal. Data hasil intervensi untuk memperoleh temuan-temuan yang diinterpretasi sehingga diketahui hasil tindakan yang telah terjadi. Pada tahap ini permasalahan ditinjau kembali dan kemudian proses siklus berikutnya dimulai. Proses ini diteruskan sampai tercapainya solusi atau pemecahan masalah yang diajukan sebagai masalah penelitian. Gambar di bawah ini menjelaskan model Susman………

c. Model Elliot

Model ini lebih detail dan kompleks dibandingkan dengan dua model sebelumnya. Model Elliot menekankan definisi ulang dan evolusi yang tetap dari tujuan awal/asli melalui serangkaian reconnaisissance berulang kali dalam setiap siklusnya. Reconnaissance (pengenalan) mencakup beberapa tingkatan analisis. Model ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar dan meninjau kembali hal-hal yang masih perlu dibereskan dalam siklus sebelumnya. Tahap ini oleh model Kemmis cenderung dibubuhi keterangan. Gambar skema di bawah ini menjelaskan model Elliot……….

kurangan. Siklus dalam spiral ini baru berhenti jika tindakan substantive yang dilakukan peneliti sudah dievaluasi dan sudah dicapai suatu solusi, seperti mitra dosen/guru telah menguasai keterampilan mengajar yang dicobakan dalam penelitian tindakan tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model Kemmis tersebut adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan gagasan atau rencana umum dapat dilakukan jauh sebelum penelitian dilakukan

(33)

3) Implementasi sebaiknya dilakukan secara seksama dan sistematis dengan monitoring kemudian dilanjutkan dengan kegiatan implementasi yang optimal dan baru kemudian dievaluasi. Skema dari model Kemmis tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut………

d. Model Ebbut

Model ini diawali dengan kegiatan kemudian dilanjutkan dengan reconnaissance. Pada bagian ini Ebbut berbeda pendapat dengan penafsiran Elliot, yang seakan-akan kegiatan terkait dengan penemuan fakta saja. Padahal menurut Ebbut reconnaissance meliputi kegiatan-kegiatan diskusi, negosiasi, menyelidiki kesempatan mengakses kemungkinan dan kendala yang sebenarnya telah terjadi proses analisis. Ebbut memandang penelitian tindakan sebagai suatu seri siklus yang berturut-turut dengan setiap siklus mencakup kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan antarsiklus yang membentuk gerak spiral. Model Ebbut sebenarnya merupakan modifikasi model Elliot, di mana evolusi rencana menyeluruh dirancang melalui analogi spiral, sebagai digambarkan dalam skema sebagai berikut……….

Setelah ditentukan ide umum penelitian, selanjutnya tahap pengenalan (reconnaissance) dilakukan dengan sistematis dan seksama, kemudian ditinjau kembali plan keseluruhan, jika masih ditemukan hal-hal yang belum sesuai dengan yang diinginkan maka diadakan perbaikan rencana keseluruhan. Setiap siklus terjadi tahapan seperti ini sehingga tercapainya solusi yang diinginkan.

e. Model McKerman

(34)

tahapan kegiatan yang terdiri dari: definisi masalah, assesmen kebutuhan, hipotesis/gagasan, implementasi, evaluasi dan keputusan. Hal ini dapat digambarkan dengan skema berikut ini:

7. Karakteristik Penelitian Tindakan (Action Research)

a. Bersifat situsional kontekstual yang terkait dengan mendiagnosis dan memecahkan masalah dalam konteks tertentu.

b. Menggunakan pendekatan yang kolaboratif.

c. Bersifat partisipatori (jika penelitian tindakan dilakukan secara tim), yakni masing-masing anggota tim ikut mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitiannya.

d. Bersifat self evaluative, yakni peneliti melakukan evaluasi sendiri secara kontinu untuk meningkatkan praktik kerja.Prosedur penelitian tindakan bersifat on the spot yang didesain untuk menangani masalah konkret yang ada ditempat itu juga.

e. Temuannya diterapkan segera dan perspektif jangka panjang. f. Memiliki sifat keluwesan dan adaptif.

Contoh contoh kasus yang mungkin bisa digunakan untuk dilakukan Penelitian Tindakan (Action Research) misal :

1. Siswa kurang berminat dalam menerima pelajaran. 2. Siswa hasil ulangannya selalu dibawah standart

3. Siswa setiap tanya jawab selalu enggan untuk menjawabnya

Contoh contoh kasus di atas mungkin sering kita jumpai dalam setiap mata pelajaran. Dengan kasus–kasus di atas guru/dosen, peneliti harus bisa merumuskan permasalahan lalu mencari penyebab terjadinya kasus di atas. Penyebab terjadinya kasus di atas bisa terjadi karena yaitu :

(35)

1. Terlalu cepat dalam menjelaskan / menerangkan materi

2. Terlalu banyaknya siswa diberi catatan-catatan tanpa ada penjelasan dari guru

3. Terlalu panjangnya pertanyaan-pertanyaan yang diberikan 4. Guru kurang memberi waktu berpikir bagi siswa

5. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk bertanya 6. Model pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa 7. Terlalu banyaknya siswa dalam kelas

8. Sarana dan prasarana yang kurang memadai

Misalnya setelah di cermati dan di analisa kasus tersebut di atas, terjadi karena model pembelajaran. Dalam hal ini guru/dosen harus melakukan tindakan tindakan perbaikan model pembelajaran. Rencana tindakan perbaikan ini dicantumkan dalam rencana pembelajaran yang digunakan dalam mengajarar.

Rencana perbaikan bisa menggunakan dengan beberapa siklus

Siklus 1

Tindakan 1

Melakukan tindakan dengan cara menggunakan metode / model pembelajaran yang baru, yang dianngap bisa memperbaiki hasil belajar.

Refleksi 1

Mengumpulkan data-data selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan dianalisis. Dari hasil analisis guru/dosen bisa membuat tolak ukur keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan.

Siklus 2

(36)

yang terjasi pada siklus 1 yang belum tuntas. Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan tindakan implementasi pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Apabila pada siklus II tujuan penelitian tindakan sudah dapat tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Tetapi apabila tujuan belum tercapai, maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. tujuan utama Penelitian dan Pengembangan adalah untuk mengembangkan suatu produk tertentu bukan untuk merumuskan atau mengkaji teori tertentu. Produk yang dikembangkan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan khusus tertentu sehingga prosedurnyapun sangat ekstensif dalam arti sasaran waktu dan ataupun sumber daya manusia. Dalam penelitian pendidikan misalnya, pada umumnya tujuannya adalah untuk peningkatan proses belajar mengajar.

2. Kedua, siklus Penelitian dan Pengembangan ini apabila dilakukan dengan tuntas merupakan penelitian yang sangat ‘makan waktu’ (time-consuming), oleh karena itu dibutuhkan kesabaran dan keuletan dari peneliti.

3. Seperti pada penelitian kualitatif lainnya Penelitian dan Pengembangan ini lebih mementingkan kegunaan suatu produk misalnya dalam lingkunga pendidikan. Dengan kata lain, penelitian semacam ini lebih mementingkan perubahan yang membawa perbaikan (what works better), daripada kemengapaan (why).

(37)

perorangan. Pendekatan penelitian dengan tim disebut sebagai Penelitian Kolaboratif.

5. Penelitian tindakan memiliki potensi untuk menciptakan peningkatan yang relatif stabil disekolah. Hal ini memberikan kemungkinan baru kepada pendidik untuk melakukan refleksi terhadap cara mengajar mereka, mencari dan menguji ide, metoda, material baru, serta melihat seberapa efektifnya suatu pendekatan baru, berbagi upan balik dengan anggota tim lainnya, membuat keputusan mengenai pendekatan yang akan digunakan dalam satu tim mengenai evaluasi terhadap kurikulum, instruksi serta sistem evaluasi.

6. Penelitian tindakan pada umumnya dilakukan beberapa kali siklus, karena dalam penelitian tindakan fokus pada sisi perbaikan. Artinya, penelitian tindakan ini memberikan beberapa kali perlakuan sampai ditemukan hasil yang maksimal. Jika dalam satu kali perlakuan sudah didapatkan hasil yang optimal, maka penelitian tindakan hanya cukup pada satu siklus saja, namun hal ini ini jarang terjadi.

7. Perbedaan penelitian tindakan dengan penelitian eksperimen adalah

penelitian eksperimen pada umumnya dilakukan satu kali, karena dalam penelitian eksperimen hanya sekedar menguji hipotesis. Sedangkan penelitian tindakan dilakukan beberapa kali siklus, karena penelitian berahir jika hasil yang diperoleh sudah maksimal atau sesuai dengan ukuran yang diberikan. Penelitian eksperimen menekankan hasil, karena hasil pengujian hipotesis yang diperoleh pasti diterima meskipun nihil. Sedangkan penelitian tindakan menekankan pada proses, karena selama hasil belum dicapai dimungkinkan terjadi kekurang tepatan proses yang dilakukan.

Daftar Pustaka

(38)

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Gay, L.R. dkk., 2009. Educational Research: Competencies for Analysis. Columbus. Ohio.

Mills, Geoffrey. 2003. Action Research. Columbus: Prentice Hall.

Mertler, Craig. 2009. Action Research: Teachers as Researchers in The Classroom. America:SAGE.

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) Bappeda Kota Bogor Tahun 2010-2014 ini, telah diupayakan menampung substansi dari Rencana

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan laporan penelitian dengan judul “Uji Antagonisme

PEMANFAATAN TEPUNG KULIT PISANG,TEPUNG IKAN LELE DAN TEPUNG UMBI MERAH DALAM PEMBUATAN BISKUIT MAKANAN TAMBAHAN ANAK SEKOLAH DASAR.. DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING (

1) Untuk menyelenggarakan media massa cetak di Indonesia, perusahaan harus bersifat badan hukum, jika berupa Perusahaan Terbatas dengan akta dari Departemen Kehakiman (Depkeh),

Laporan komisioning PLTD memuat data/hasil pengamatan atau pengukuran selama pengujian peralatan individual, subsistem maupun sistem, yang pencatatannya disaksikan oleh kontraktor

Remaja yang memiliki kemandirian ditandai oleh kemampuannya untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil

Hasil penelitian ini berupa LKPD berbasis strategi motivasi ARCS yang dikembangkan dapat membantu guru dalam memotivasi peserta didik dan memperjelas materi

Sisa hasil usaha koperasi (SHU) akan dihitung per 31 Desember dimana jumlah keuntungan dari unit simpan pinjam, unit toko, dan unit jasa akan dikurangi dengan biaya