• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah pendidikan pancasila SEJARAH PER (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah pendidikan pancasila SEJARAH PER (3)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

SEJARAH PERUMUSAN MACAM-MACAM IDEOLOGI DUNIA

Disusun Oleh :

Ayu Wulansari

Kelas : TLM 01A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN ANALIS KESEHATAN TANGERANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar kita Muhammad saw. Kepara sahabatnya kepara keluarganya, dan kepada penulis dan kita semua sebagai umatnya, aamiiin. Karena berkat rahmat Allah swt. kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah “Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi Dunia” dengan baik.

Namun tentunya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena kami sebagai penulis masih dalam tahap belajar. Namun penulis berhaarap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya untuk menambah pengetahuan.

Pada akhirnya penulis berharap setelah membaca makalah ini, kita dapat lebih giat dan termotivasi untuk senantiasa belajar tentang Pendidikan Pancasila

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI... 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan... 4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Ideologi... 5

2.2 Kapitalisme... 9

2.3 Konservatisme... 12

2.4 Marxisme... 14

2.5 Fasisme... 15

2.6 Sosialisme... 16

2.7 Komunisme... 18

2.8 Nasionalisme... 19

2.9 Demokrasi... 23

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ...24

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara sederhana kamus Oxford Advanced Learner’s (Cowie, A P., 1990: 616) mendefinisikan ideologi sebagai, “(set of) ideas that form the basis of an economic or political theory or that are held by a particular group or person”. Sedikit lebih rinci, dalam konteks politik, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Depdikbud, 1999: 366) mengartikan ideologi sebagai, “sistem kepercayaan yang menerangkan dan membenarkan suatu tatanan politik yang ada atau yang dicita-citakan dan memberikan strategi berupa prosedur, rancangan, isntruksi, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan (weltanschauung) yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan problem politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politik”.

Secara sederhana ideology merupakan sebuah kumpulan ide dan gagasan. Dalam ranah yang lebih luas ideologi merupakan sebuah visi dan misi yang telah ditata sangat rapih dan komprehensif dimana alat untuk melaksanakan ide tersebut juga sudah lengkap sehingga idea tau gagasan tersebut dapat diterapkan secara langsung.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat kita ambil sebuah Rumusan Masalah:

Apa sajakah ideologi yang ada di dunia dan bagaimanakah sejarah ideologi yang ada di dunia.

1.3 Tujuan

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ideologi

Secara etimologi istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan,konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti Ilmu dan kata idea berasaldari bahasa yunani eidos yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata idein yangartinya melihat. Maka secara harfiah, ideologi adalah ilmu atau pengertian-pengertiandasar.

Dalam pengertian sehari-hari, ide disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-citayang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham.Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakansatu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas dasar landasan, asas atau dasar yangtelah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.

(7)

Sedangkan secara terminologi, menurut Soerjanto Poespowardjojo, ideologi adalahsuatu pilihan yang jelas dan membawa komitmen untuk mewujudkannya. Sejalandengan itu, Sastrapratedja mengemukakan bahwa ideologi memuat orientasi padatindakan. Ia merupakan pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yangterkandung di dalamnya.

Persepsi yang menyertai orientasi, pedoman dan komitmen berperan penting sekali dalam mewarnai sikap dan tingkah laku ketika melakukan tindakan, kegiatan atau perbuaan dalam rangka mewujudkan atau merealisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam ideologi tersebut. Logikanya, suatu ideologi menuntut kepada mereka yang meyakini kebenarannya untuk memiliki persepsi, sikap dan tingkah laku yang sesuai,wajar dan sehat tentang dirinya, tidak lebih dan tidak kurang. Karena, melalui itulahdapat diharapkan akan lahir dan berkembang sikap dan tingkah laku yang pas dantepat dalam proses perwujudannya dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sastrapratedja di atas, makaideologi memiliki kecenderungan untuk doktriner, terutama karena ia berorientasi padatindakan atau perbuatan untuk merealiasikan nilai-nilainya.

Meskipun kecenderungan doktriner itu tidak selalu bermakna negatif,kemungkinan doktriner itu tidak selalu bermakna negatif, kemungkinan ke arah ituselalu terbuka. Obsesi atau komitmen yang berlebihan terhadap ideologi, biasanyamerangsang orang untuk berpersepsi, bersikap dan bertingkah laku sangat doktriner,dan ini jelas sangat keliru

Ada beberapa istilah ideology menurut beberapa para ahli yaitu:

1. Destut De Traacy :

(8)

2. Surbakti membagi dalam dua pengertian yakni :

a. Ideologi secara fungsional : seperangkat gagasan tentang kebaikan bersamaatautentang masyarakat dan Negara yag dianggap paling baik. b. Ideologi secara structural : suatu system pembenaran seperti gagasan

danformula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.

3. AL-Marsudi :

Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science desideas

4. Puspowardoyo:

Bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secarakeseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat rayadan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dantidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.

5. Karl Marx:

Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalammasyarakat. sekolah di prancis. Tracy memberikan definisi ideologi adalah suatu sistem ide, yang mencoba melepaskan diri dari hal-hal metafisis.

(9)

(1802-1803). Ia memecat anggota-anggotanya sebagai tukang khayal tak berguna dan membuat mereka sebagai bahan cemoohan.

Ideologi juga bisa diartikan sebagai seperangkat sistem dan tata nilai dari berbagai kesepakatan-kesepakatan, yang harus ditaati dalam sebuah kelompok sosial. Ideologi adalah motivasi bagi praksis sosial yang memberikan pembenaran dan mendorong suatu tindakan. Ideologi mendorong untuk menunjukkan bahwa kelompok sosial yang diyakininya mempunyai alasan untuk ada.

Dalam sejarah pertarungan sosial dan politik dunia, ideologi juga tidak jarang banyak mengorbankan ribuan bahkan jutaan nyawa demi sebuah perjuangan membela ideologi. Apalagi kalau ideologi sudah masuk pada ranah politik dan kekuasaan. Demi sebuah ideologi, 600.000 orang tewas karena terlibat (atau tertuduh) sebagai PKI dalam aksi “balas dendam” yang legal sehabis tragedi 30 September 1965 di Indonesia.

(10)

2.2. Kapitalisme

Karl Marx membagi perkembangan umat manusia dalam analisis prediktifnya dari mulai masyarakat Primitif/Tradisional ke Feodal ke Kapitalis ke Sosialis/Komunis. Akan tetapi dalam gerak laju sejarahnya, ternyata analisisnya Karl Marx meleset. Hingga hari ini ternyata kemenangan dari semua ideologi dunia adalah Kapitalisme Liberal (Baca: Francis Fukuyama).

Awal munculnya kapitalisme, yang fenomena historisnya ditemukan oleh Karl Marx kemudian menjadi sebuah sistem dunia, dapat dilacak dari terjadinya transisi historis zaman feodalisme. tepatnya pada akhir abad XIV awal abad XV ketika orang-orang Eropa berhasil mengatasi persoalan hambatan geografis. Solusi dari hambatan geografis diatas berawal dari ditemukannya kompas sebagai penunjuk arah dan berkembangnya pengetahuan kelautan. kolaborasi dari dua penemuan baru tersebut membuat watak ekspansionis bangsa Eropa menemukan momentum dan ruang geraknya. Sejak saat itulah penaklukan dunia yang fenomena historisnya berbentuk imperialisme-kolonialisme di berbagai belahan dunia oleh bangsa Eropa dimulai.

Bangsa Eropa datang kebeberapa benua dunia diantaranya benua Amerika, Afrika, Asia sebagai penakluk untuk mengeruk kekayaan alamnya, memperbudak penduduk asalnya sekaligus mengumumkan pengukuhan dirinya sebagai ras yang paling unggul dari ras dan bangsa-bangsa lain.

(11)

Atas dasar itulah, tidak salah kalau dikatakan bahwa munculnya kapitalisme sebagai suatu sistem dunia pararel atau beriringan dengan dimulainya praktek imperialisme-kolonialisme jagad raya. Dan dari imperialisme-kolonialisme inilah akumulasi modal mulai terkonsentrasi di berbagai belahan wilayah Eropa, terutama di Inggris. Dudly Dillard, secara kronologis membagi sejarah muncul dan perkembangan kapitalisme, terutama kapitalisme industrial, menjadi tiga fase perkembangan, yakni kapitalisme fase awal ( 1500-1750), kapitalisme fase klasik ( 1750-1914) dan kapitalisme fase lanjut (1914-1945)

Pertama, Kapitalisme Awal atau Kapitalisme Merkantilismes (1500-1750), yaitu kapitalisme yang bertumpu pada industri sandang di Inggris. Kapitalisme pada masa ini masih sangat sederhana. yaitu ditandai dengan praktek permintalan benang yang masih mengunakan masinal (mechine) sederhana. Sementara kebutuhan produksi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Pada abad XVI industri sandang dibeberapa pedesaan di Inggris mengalami perkembangan produksi yang sangat pesat.

Pemasukan keuangan negara yang pada awalnya hanya berasal dari pajak rakyat mulai bertambah dengan pendayagunaan surplus sosial (semacam tabungan sosial dari beberapa pabrik sandang). Dari pemakaian sistem inilah, kapitalisme semakin menempati posisi yang aman dari kontestasinya dengan sistem ekonomi sebelumnya.

(12)

kapasitas produksi. Ada sekian banyak momentum penting yang membuka peluang perkembangan kapitalisme menjadi semakin tak terbendung.

Mulusnya perkembangan kapitalisme di atas tidak bisa dilepaskan dari beberapa momentum-momentum penting yang menjadikan perkembanagn kapitalisme berjalan mulus antara lain, Pertama, munculnya gerakan perlawanan (protestanisme) dari kaum calvinis yang dipimpin oleh Marlin Luther King terhadap hegemoni doktrin gereja katolik mengenai kehidupan didunia. Kedua, penemuan logam-logam mulia dari dunia baru (koloni) untuk kemudian dipakai sebagai alat transaksi yang distandarisasi. dan terakhir adalah kuatnya back up dari kekuasaan saat itu. dari sinilah kemudian, perkembangan kapitalisme seakan tidak mengalami hambatan yang berarti.

Kedua adalah Kapitalisme Fase Klasik (1750-1914). Fase ini ditandai dengan bergesernya sistem pembangunan kapitalisme dari sistem perdagangan (merkantilisme) ke sistem industri, tepatnya ketika terjadi revolusi industri di Inggris yang kemudian menjadikan masa ini sebagai masa transisi dari dominasi modal perdagangan ke dominasi modal industri.

Perubahan sistem ini dilatarbelakangi oleh perkembangan baru dalam keilmuan manajemen-organisasi dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. dengan latarbelakang diatas itulah, laju kapitalisme semakin tidak terbendung karena sistem produksi yang pada masa kapitalisme awal hanya ditopang oleh infra struktur dan supra struktur yang sederhana, maka pada fase ini sudah mulai memakai sistem modern dengan didukung oleh industri yang berbasis teknologi maju.

(13)

2.3. Konservatisme

Merupakan suatu paham yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin conservare. Artinya melestarikan, menjaga, memelihara, dan mengamalkan. Konservatif adalah suatu usaha untuk melestarikan apa yang ada, agar terpelihara keadaan pada suatu saat tertentu (status quo), dengan sedikit sekali perubahan di masa yang akan datang.

Beberapa ahli mendefinisikan konservatisme sebagai berikut :

1. Menurut Samuel Francis, konservatisme adalah bertahannya dan penguatan orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan.

2. Roger Scuton, konservatisme adalah pelestarian ekologi sosial, atau politik penundaan.

Awal mula kemunculan ideologi konservatisme sebenarnya timbul sebagai reaksi atas keberadaan paham liberalisme. Bagaimanapun juga, liberalisme telah berusaha meruntuhkan keberadaan masyarakat feodal (kaum bangsawan, pemilik tanah) yang mapan. Untuk mempertahankan diri, kaum feodal membuat ideologi tandingan.

Konservatisme memandang liberalisme sebagai paham yang terlalu individualistis.Liberalisme memandang masyarakat terdiri atas individu atau golongan individu. Hal ini bertolak belakang dengan cara pandang konservatisme, yang menganggap masyarakat dan kelompok yang lain tidak sekedar penjumlahan unsur-unsur kebahagiaan yang lebih besar daripada yang dapat diciptakan anggota masyarakat secara individual. Konservatisme sangat menjunjung tinggi demokrasi

(14)

Edmund Burke (1729-1797)

Edmund Burke (1729-1797) adalah ahli filsafat, sekaligus seorang konservatif (penganut paham konservatisme) dan politisi (ahli politik) dari Inggris. Pada tahun 1755, Majelis rendah (House of Commons) mengingatkan bahwa Inggris Raya berhak memaksakan kehendaknya pada Amerika sebagai negara jajahannya. Mengenai pernyataan ini, Edmund Burke bersimpati terhadap Revolusi Amerika. Bahkan ia mendesak parlemen untuk mencabut semua undang-undang yang telah diberlakukan sejak tahun 1763, yang ditentang penduduk Koloni di Amerika. Ia juga menghimbau pada pertimbangan pikiran sehat untuk membuat rakyat di Amerika bahagia.

Secara garis besar, konservatisme memiliki pandangan sebagai berikut :

1. Masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tertata baik.

2. Agar dapat tercipta masyarakat yang ideal, dibutuhkan suatu pemerintahan yang memiliki kekuasaan yang mengikat. Peraturan kekuasaan yang tepat akan menjamin terwujudnya perlakuan yang sama terhadap setiap individu.

(15)

2.4. Marxisme

Baik ideologi marxisme, sosialisme, maupun komunisme bermula dari revolusi industri. Revolusi tersebut sangat mempengaruhi keadaan sosial khususnya kaum buruh. Hal ini menimbulkan reaksi, khususnya dari para cendikiawan seperti Karl Marx (1818-1883). Dalam pandangannya, Karl Marx ingin mengubah kekacauan sistem ekonomi maupun sosial menjadi lebih baik. Namun, untuk mewujudkan hal itu diperlukan cara radikal yang menurut Marx mampu untuk mengubah hal tersebut.

Cara yang dimaksud yaitu mencapai kemajuan dengan melakukan penentangan dan perubahan secara keseluruhan dari kekacauan yang ada ke arah kemajuan. Cara radikal tersebut bisa berupa revolusi, kudeta, dll. Pemikiran Marx inilah yang kemudian menjadi sumber lahirnya ideologi marxisme yang nantinya berkembang menjadi sosialisme dan komunisme.

(16)

2.5. Fasisme

Adolf Hitler & Benito Mussolini, 2 tokoh yang paling identik dengan fasisme

Fasisme adalah bentuk dari sebuah nasionalisme otoriter yang merebak di awal abad ke-20 di eropa. Ideologi ini awalnya terbit di Italia selama Perang Dunia I dan menyebar ke berbagai negara eropa. Fasisme sangat memusuhi ideologi liberalisme serta marxisme dan biasanya dikategorikan sebagai sayap kanan ekstrem dalam kategori politik.

(17)

Kaum fasis meyakini bahwa demokrasi telah usang, dan mereka mengandalkan kendali penuh kepada rakyat yang bernaung dalam satu partai negara untuk mengatasi beragam masalah ekonomi, politik, dan perang. Pemerintahan fasisme biasanya dipegang oleh seorang pemimpin diktator untuk membentuk kesatuan dan menjaga stabilitas negara.

Fasisme menolak pandangan bahwa kekerasan merupakan perbuatan buruk yang mesti dihindari bahkan menganggap hal tersebut perlu untuk membentuk negara yang padu. Fasisme mengambil prinsip ekonomi campuran dengan melaksanakan kebijakan autarki melalui perlindungan serta campur tangan pemerintah.

Nasionalisme merupakan landasan ideologi fasisme. Pandangan kaum fasis terhadap Negara merupakan satu kesatuan yang menyatukan rakyat berasakan rasa kebangsaan yang secara alami tumbuh dalam diri rakyat.

Fasisme berupaya menyelesaikan masalah ekonomi, politik, serta social dengan kekuatan rakyat, mengagungkan kedudukan suatu bangsa atau ras diatas yang lain, dan menyebarkan rasa persatuan budaya, kekuatan, serta kemurnian bangsa. Fasisme di eropa terbentuk karena stereotip tentang superioritas orang eropa asli dibandingkan noneropa. Sebenarnya, fasisme tidak mengangkat tentang keutamaan ras tertentu. Jika kita lihat kebelakang, fasisme memperjuangkan imperialism, walaupun tidak semua mengejar hal tersebut.

2.6. Sosialisme

Istilah sosialisme pertama kali muncul pada tahun 1827 dalam artikel yang ditulis oleh Robert Owen di majalah perkoperasian. Saat itu, paham kapitalisme sedang bertumbuh subur sehingga modal tertumpuk pada pihak tertentu saja untuk menjaga kelangsungan industri dan perekonomian.

(18)

buruh yang kian tertindas. Namun sayangnya, Owen dan tokoh-tokoh lain hanya menghadirkan teori saja tanpa perwujudan sehingga disebut sosialisme utopia.

Dalam perkembangannya, filsuf Jerman, Karl Marx mencetuskan teori sosialisme ilmiah yang melawan setiap bentuk utopia. Bahkan ia meyakini untuk menghapuskan kapitalisme dapat dengan cara kekerasan. Marx bersama rekannya Friedrich Engels menuangkan gagasan mereka dalam buku “Das Kapital”.

Marx menegaskan hak individual harus dihapus, termasuk hak pemilikan tanah. Di samping itu, kaum tani harus bergerak menuju masyarakat sosialis sejati. Nyatanya pendapat Marx tak sepenuhnya diterima oleh sosialis lainnya sehingga gerakan sosialis internasional mengalami perpecahan di akhir abad ke-19. Beberapa aliran yang muncul seperti sosialisme demokrat, komunisme ala Marx hingga sosialisme Kristen.

Setelah perang dunia II berakhir, terjadi perubahan pandangan para kaum sosialis. Misalnya di tahun 1960, banyak partai sosialis demokrat di Eropa melepaskan konsep ideologi Marx. Mereka mengubah sikap terhadap hak milik pribadi yang dapat diberikan sebagian. Bahkan peminat paham sosialis semakin meningkat karena banyak partai sosial di negara-negara Eropa berhasil memenangkan pemilu.

(19)

2.7. Komunisme

Beberapa referensi sejarah menyebutkan bahwa kemunculan awal dari aliran komunisme ini berasal dari Jerman, dan orang yang memperkenalkannya adalah Karl Marx. Diduga kuat alasan Karl Marx memperkenalkan ideologi komunisme karena dari segi iandustri terjadinya kesenjangan ekonomi yang sangat tampak, sehingga ia menganggap orang yang berkuasa secara ekonomi menghisap “jatah” manusia lain tanpa mengenal batas prikemanusiaan.

Karl Marx bercita-cita untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas yang tidak terobsesi oleh kerja semata dan juga ingin menciptakan masyarakat yang tidak mengenal Tuhan. Salah satu karya besar Karl Marx yang memicu timbulnya komunisme ini adalah “Manifesto Komunis (1848)” dan “Das Kapital (1867)”.

Seiiring berjalannya waktu, pengaruh Komunisme yang diperkenalkan Karl Marx semakin berkembang. Puncak kebangkitan dari komunisme terjadi di Rusia (Bolshevik), 7 November 1917. Masa ini merupakan masa awal berdirinya Uni Soviet, dimana terbentuknya Komunisme Internasional (Komintern).

(20)

2.8. Nasionalisme

Nasinonalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi.

Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa adalah kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan, dan tempat. Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang sama diartikan sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan; golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970). Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan syarat ada kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan pemerintahan yang ditaati bersama.

Kata bangsa mempunyai dua pengertian: pengertian antropologis-sosiologis dan pengertian politis. Menurut pengertian antropologis-sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota masyarakat tersebut merasa satu kesatuan suku, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat. Pengertian ini memungkinkan adanya beberapa bangsa dalam sebuah negara dan—sebaliknya—satu bangsa tersebar pada lebih dari satu negara. Kasus pertama terjadi pada negara yang memiliki beragam suku bangsa, seperti Amerika Serikat yang menaungi beragam bangsa yang berbeda.

(21)

luar dan ke dalam. Bangsa (nation) dalam pengertian politis inilah yang kemudian menjadi pokok pembahasan nasionalisme (Nur dalam Yatim, 2001:57—58).

Disamping definisi bahasa diatas terdapat beberapa rumusan lain mengenai nasionalisme, di antaranya (Yatim, 2001:58):

1. Huszer dan Stevenson:

Nasionalisme adalah yang menentukan bangsa mempunyai rasa cinta secara alami kepada tanah airnya.

2. L. Stoddard:

Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan, yang dianut oleh sejumlah besar individu sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan. Nasionalisme adalah rasa kebersamaan segolongan sebagai suatu bangsa. 3. Hans Kohn:

Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita-cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik, dan bahwa bangsa adalah sumber dari semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.

Dalam sejarah, nasionalisme bermula dari benua Eropa sekitar abad pertengahan. Kesadaran berbangsa—dalam pengertian nation-state—dipicu oleh gerakan Reformasi Protestan yang dipelopori oleh Martin Luther di Jerman (Dault, 2005:4). Saat itu, Luther yang menentang Gereja Katolik Roma menerjemahkan Perjanjian Baru kedalam bahasa Jerman dengan menggunakan gaya bahasa yang memukau dan kemudian merangsang rasa kebangsaan Jerman. Terjemahan Injil membuka luas penafsiran pribadi yang sebelumnya merupakan hak eksklusif bagi mereka yang menguasai bahasa Latin, seperti para pastor, uskup, dan kardinal.

(22)

Hal ini penting dicatat mengingat pada sekitar tahun yang sama (1518— 1521) Majapahit mengalami kehancuran yang disebabkan oleh pemberontakan daerah-daerah dan kemerosotan internal kerajaan. Majapahit pada masanya merupakan kerajaan besar yang menguasai sebagian besar wilayah yang saat itu disebut Nusantara. Namun kebesaran ini tidak memunculkan kesadaran berbangsa, dalam arti modern. Hal itu disebabkan tidak adanya alat percetakan yang mengakselerasi penyadaran massal seperti yang terjadi di Jerman.

Namun demikian, nasionalisme Eropa yang pada kelahirannya menghasilkan deklarasi hak-hak manusia berubah menjadi kebijakan yang didasarkan atas kekuatan dan self interest dan bukan atas kemanusiaan (Rasyidi dalam Yatim, 2001:63). Dalam perkembangannya nasionalisme Eropa berpindah haluan menjadi persaingan fanatisme nasional antar bangsa-bangsa Eropa yang melahirkan penjajahan terhadap negeri-negeri yang saat itu belum memiliki identitas kebangsaan (nasionalisme) di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Fakta ini merujuk pada dua hal: (1) ledakan ekonomi Eropa pada masa itu yang berakibat pada melimpahnya hasil produksi dan (2) pandangan pemikir Italia, Nicolo Machiaveli, yang menganjurkan seorang penguasa untuk melakukan apapun demi menjaga eksistensi kekuasaannya. Dia menulis:

“Bila ini merupakan masalah yang mutlak mengenai kesejahteraan bangsa kita,maka janganlah kita menghiraukan keadilan atau ketidakadilan, kerahiman dan ketidakrahiman, pujian atau penghinaan, akan tetapi dengan menyisihkan semuanya menggunakan siasat apa saja yang menyelamatkan dan memelihara hidup negara kita itu” (Kohn dalam Yatim, 2001:65).

(23)

ideal (geist) yang diobyektifikasi, dan karenanya, individu hanya dapat menjadi sesuatu yang obyektif melalui keanggotaannya dalam negara. Lebih jauh dia menyatakan bahwa negara memegang monopoli untuk menentukan apa yang benar dan salah mengenai hakikat negara, menentukan apa yang moral dan yang bukan moral, serta apa yang baik dan apa yang destruktif (Simandjuntak, 2003:166).

Hal ini melahirkan kecenderungan nasionalisme yang terlalu mementingkan tanah air (patriotisme yang mengarah pada chauvinisme), yang mendorong masyarakat Eropa melakukan ekspansi-ekspansi ke wilayah dunia lain. Absolutisme negara dihadapan rakyat memungkinkan adanya pemimpin totaliter, yang merupakan bentuk ideal negara yang dicitakan Hegel, sebuah monarki (ibid, 2003:224). Totaliterianisme yang dianjurkan oleh filsafat negara Hegel dapat menggiring sebuah pemerintahan menjadi pemerintahan yang fasis. Fasisme adalah doktrin yang mengajarkan kepatuhan mutlak terhadap perintah dalam semua aspek kehidupan nasional. Dalam sejarahnya, fasisme terkait erat dengan rasisme yang mengunggulkan sebagian ras (suku) atas sebagian yang lain.

Menurut Hugh Purcell (2000:11) nasionalisme dan rasisme merupakan gambaran paling terkenal dari fasisme pada tahun 1930-an. Rasisme memiliki kaitan erat dengan nasionalisme. Keduanya berbeda pada penekanan. Rasisme menekankan superioritas suku dan nasionalisme menekankan keunggulan bangsa (komunitas terbayang yang lebih besar dari suku). Manusia nasionalis adalah seseorang dengan kebanggaan terhadap bangsanya yang kadang diungkapkan dengan cara berlebihan. Nasionalisme dan rasisme memiliki keserupaan dalam hal pengunggulan dan kebanggaan terhadap sesuatu yang secara alamiah melekat pada setiap manusia. Yang pertama kebanggaan terhadap bangsa—sistem pemerintahan, suku, dan budaya. Yang kedua kebanggaan terhadap suku.

(24)

Pemahamannya tentang tiga hal ini berbeda dengan pemahaman orang lain yang mengandaikan ketiganya tidak dapat disatukan. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya dia menyatakan, “Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis, sintese dari tiga hal inilah memenuhi saya punya dada. Satu sintese yang menurut anggapan saya sendiri adalah sintese yang geweldig” (Soekarno dalam Yatim, 2001:155). Dalam artikel itu, dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan rasa dan haluan nasionalisme. Cita-cita Islam untuk mewujudkan persaudaraan umat manusia dinilai Soekarno tidak bertentangan dengan konsep nasionalismenya. Dan sesuai dengan konsep Islam, dia menolak bentuk nasionalisme yang sempit dan mengarah pada chauvinisme. Dia menambahkan, Islam juga tidak bertentangan dengan Marxisme, karena Marxisme hanya satu metode untuk memecahkan persoalan-persoalan ekonomi, sejarah, dan sosial.

2.9. Demokrasi

Kata “demokrasi” pertama kali muncul pada mazhab politik serta filsafat Yunani kuno di negara kota Athena. Kekuasaan tersebut dipimpin oleh Cleisthenes yang merupkan “bapak demokrasi Athena”. dan pada saat itulah warga Athena mendirikan negara demokrasi pertama yang terjadi pada tahun 508-507 SM.

Demokrasi Pada Zaman Kuno. Zaman Kuno ini tentunya terjadi pada negara kota Yunani yaitu Athena. Negara kota Athena pada saat itu memakai jenis dasar kekuasaan demokrasi langsung. Dan juga hal tersebut memiliki dua ciri utama.

(25)

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Apabila ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali dipakai dan dikemukakan oleh seorang perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1976. Seperti halnya Leibniz, deTracy mempunyai cita-cita untuk membanggun suatu sistem pengetahuan. Ideologi didunia meliputi : Kapitalisme, Konservatisme, Marxisme, Fasisme, Sosialisme, Komunisme, Nasionalisme, Demokrasi.

3.2. Saran

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Ebenstein. Today's Isms Communism, Fascism, Socialism, Capitalism. USA: prentice-hall, 1965.

Smith, Anthony D. Nasionalisme Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: erlangga, 2003.

Surbakti, ramlan. Memahami Ilmu Politik. jakarta: Grasindo, 1999.

Referensi

Dokumen terkait

Demikian penetapan ini, apabila ternyata terdapat kekeliruan akan dilakukan perubahan.. Probolinggo, 23

Azhar (A): tapi kalo misalnya, kan dari situ gintung, karena kesalahan manusia sendiri ya, taoi masyarakat sini jadi peduli gag si bu sama alam. Ibu Suhaini (S): ya begitu deh,

Hasil belajar siswa Kelas V SDN Sunia II Kecamatan Banjaran pada kompetensi dasar tentang Mengartikan QS Al Lahab dan Al Kafirun dapat mengalami peningkatan yang cukup

Kemudian dengan penambahan accelerator laju pengerasan beton menjadi semakin cepat, hal ini membuat kuat tekan untuk hari pengujian yang sama pada beton abu ketel

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Cisarua mengenai pendidikan karakter dalam proses pembelajaran serta proses asesmen karakter peduli lingkungan

3.4 Menganalisis potensi-potensi terjadinya konflik dan kekerasan dalam kehidupan masyarakat yang beragam

[r]

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,