• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah kerajaan islam kalimantan.docx (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah kerajaan islam kalimantan.docx (1)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para ulama yang berdakwah di Sumatera dan Jawa melahirkan kader-kader dakwah yang terus menerus mengalir sehingga inilah awal dari masuknya islam di kalimantan. Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo kala itu melalui dua jalur.

Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan penjajah Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar. Para mubaligh-mubaligh dan komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan.

Jalur lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubaligh yang dikirim dari Tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini menemui puncaknya saat Kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak mubaligh ke negeri ini. Perjalanan dakwah pula yang akhirnya melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan ulama-ulamanya yang besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad al Banjari.

(2)

kerajaan baru, yaitu Kerajaan Banjar pada tahun 1526 yang menjadikan Islam sebagai dasar dan agama resmi kerajaan.

1.2 Rumusan Masalah

a. Menjelaskan tentang begaimana Islam datang ke Pulau Kalimantan b. Menjelaskan tentang bagaimana caranya Islam bisa berkembang di Pulau

Kalimantan.

c. Menjelaskan tentang apa saja hikmah bagi Pulau Kalimantan setelah Islam datang.

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk ke Pulau Kalimantan

b. Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara berdakwah yang baik

(3)

BAB II PEMBAHASAN

Islam pertama kali masuk di Kalimantan adalah di daerah utara tepatnya di daerah Brunai sekitar pada tahun 1500 M. Setelah raja Brunai memeluk Islam (sekitar 1520), maka Brunai menjadi pusat penyiaran agama Islam sehingga Islam sampai ke Pilipina.

Pusat penyebaran Islam yang lain adalah di Kalimantan Barat di dekat Muara Sambas. Islam masuk ke daerah ini diperkirakan pada abad XVI di bawa oleh orang-orang dari Johor, menyusul kemudian daerah Sambas ditaklukkan oleh kerajaan Johor.

Adapun masuknya Islam di Kalimantan Selatan terjadi sekitar 1550 M atas pengaruh dari Jawa. Dikatakan bahwa raja-raja di Kalimantan Selatan memeluk agama Islam setelah mendapat bantuan dari Sultan Demak. Daerah Timur Kalimantan terdapat kerajaan Bugis yang mendapat pengaruh Islam sekitar tahun 1620 M. Islam masuk ke daerah ini melalui jalan perkawinan orang-orang Arab dengan putri-putri raja di daerah ini.

2.1 Proses Masuknya Islam Di Beberapa Daerah di Pulau Kalimantan 2.1.1 Islam Masuk di Kalimantan Barat

Islam masuk ke Indonesia masih menyisakan perdebatan panjang,ada tiga teori yang dikembangkan para ahli mengenai masuknya Islam di Indonesia:

a. Teori Gujarat banyak dianut oleh ahli dari Belanda

(4)

abad ke-13 Masehi,yakniMalik Al-Saleh pada tahun 1297. masuknya Islam ke Indonesia adalah Gujarat. Relief batu nisan Sultan Malik Al-Saleh bersifat Hinduistikj mempunyai kesamaan batu nisan di Gujarat.(Suryanegara,1998:76). J.C.Van Leur pada th 674 M pantai barat Sumatera telah terdapat perkampungan Islam, Islam tidak terjadi pada abad ke- 13 akan tetapi abad ke-7

b. Teori Persia dikembangkan oleh: Hoesin Djajadiningrat

Titik berat pada kesamaan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan Persia.Kesamaan budaya seperti peringatan 10 muharram atau Asyura sebagai hari peringatanSyi’ah terhadap syahidnya Husain. Kedua adanya ajaran wahdatul Wujud Hamzah Fansuri dan Syekh Siti Jenar dengan ajaran sufi Persia, Al-Hallaj.Persia, dibantah K.H. Saifuddin Zuhri , apabila berpedoman Islam

masuk abad ke -7 pada masa Bani Umayyah, Kekuasaan politik dipegangoleh bangsa Arab, tidak mungkin Islam berasal dari Persia. (1) M.Natsir,S.Sos.M.Si Peneliti pada Balai Pelestarian Sejarah Pontianak. Dosen pada Isipol UNTAN(2) Bahan tulisan Seminar Serantau Perkembangan Islam Borneo, 27-28 Peb 2008 di UiTM Malaysia

c. Teori Arabia,

(5)

melalui ajaran atau kepercayaan, dapat juga dilihat dari situs-situs yang masih ada dan sejarah keberadan keraton yang banyak didominasi oleh kesultanan Islam.(Doc.Natsir)

2.1.2 Islam Masuk di Kalimantan Selatan

Barangkali sumber yang cukup tua menyebutkan bahwa Kalimantan pada periode menjelang masuknya Islam di Kalimantan ialah Negara Kartagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca tahun 1365 ini telah menyebut daerah Kalimantan Selatan yang diketahui ialah daerah sepanjang sungai Negara, sungai Barito dan sekitarnya.

Situasi politik di daerah Kalimantan Selatan menjelang Islam banyak diketahui dari sumber historiografi tradisional yakni Hikayat Lambung Mangkurat atau Hikayat Banjar. Sumber tersebut memberitahukan bahwa di daerah Kalimantan Selatan telah berdiri kerajaan yang bercorak Hindu Negara Dipa yang berlokasi sekitar Amuntai dan kemudian dilanjutkan dengan Negara Daha sekitar Negara sekarang.

Menjelang datangnya Islam ke daerah Kalimantan Selatan kerajaan yang bercorak Hindu telah berpindah dari Negara Dipa ke Negara Daha diperintah oleh Maharaja Sukarama, mertua Ratu Lemak. Setelah dia meninggal dia digantikan oleh Pangeran Tumenggung yang menimbulkan sengketa dengan Pangeran Samudera cucu Maharaja Sukarama, yang dilihat dari segi institusi kerajaan mempunyai hak mewarisi tahta kerajaan. Dengan demikian Negara Daha adalah benteng terakhir dari institusi kerajaan bercorak Hindu dan setelah itu digantikan dengan institusi bercorak Islam.

(6)

menjengkelkan ibunya Puteri Kaburangan, yang juga dikenal sebagai Puteri Kalungsu. Waktu dia kecil karena sering mengganggu ibunya, dia dipukul di kepalanya dan mengeluarkan darah. Sejak itu dia lari dan ikut dengan juragan Petinggi atau Juragan Balaba yang berasal dari Surabaya. Juragan Balaba memeliharanya sebagai anaknya sendiri dan setelah dewasa dia dikawinkan dengan puteri Juragan Balaba sendiri. Dia mempunyai dua orang putera Raden Panji Sekar dan Raden Panji Dekar. Keduanya berguru pada Sunan Giri, Raden Sekar kemudian diambil menjadi menantu Sunan Giri dan kemudian bergelar Sunan Serabut. Raden Sekar Sungsang kemudian kembali menjalankan perdagangan sampai ke Negara Dipa. Dengan penampilan yang tampan Raden Sekar Sungsang adalah seorang pedagang dari Jawa, yang banyak mengadakan hubungan perdagangan dengan pihak kerajaan Negara Dipa. Akhirnya dia kawin dengan Puteri Kalungsu penguasa Negara Dipa, yang sebetulnya adalah ibunya sendiri. Setelah Puteri Kalungsu hamil barulah terungkap bahwa suaminya adalah anaknya yang dulu hilang. Mereka bercerai, Raden Sekar Sungsang memindahkan pemerintahannya menjadi Negara Daha, yang berlokasi sekitar Negara sekarang, sedangkan Ibunya tetap di Negara Dipa sekitar Amuntai sekarang. Raden Sekar Sungsang yang menurunkan Raden Samudera yang menjadi Sultan Suriansyah raja pertama dari Kerajaan Banjar.

(7)

Sungsang telah memeluk agama Islam meskipun keimanannya belum kuat. Kalau anggapan ini benar maka Raden Sekar Sungsang raja dari Negara Daha dari Kerajaan Hindu yang telah beragama Islam pertama sebelum Sultan Suriansyah.

Kalau benar bahwa Raden Sekar Sungsang yang bergelar Sari Kaburangan telah beragama Islam, mengapa dia tidak menyebarkan Islam itu pada rakyatnya. Hal ini terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinannya antara lain bahwa agama Hindu masih terlalu kuat, sehingga lebih baik menyembunyikan ke Islamannya, atau memang keimanannya belum kuat. Tetapi yang dapat disimpulkan bahwa Islam telah menyelusup di daerah Negara Daha Kalimantan Selatan, sekitar abad ke 13-14 Masehi.

(8)

damar 1.000 kandi, jeranang 10 pikul dan lilin 10 pikul”. Yang menarik dari surat ini adalah bahwa surat itu tertulis dalam huruf Arab. Kalau huruf Arab sudah dikenal oleh Pangeran Samudera, adalah jelas menunjukkan bukti bahwa masyarakat Islam sudah lama terbentuk di Banjarmasin. Terbentuknya masyarakat Islam dan lahirnya kepandaian membaca dan menulis huruf Arab memerlukan waktu yang cukup lama. Kalau Kerajaan Islam Banjar terbentuknya pada permulaan abad ke- 16, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa masyarakat Islam di Banjarmasin sudah terbentuk pada abad ke- 15. Karena itulah masuknya agama Islam ke Kalimantan Selatan setidak-tidaknya terjadi pada permulaan abad ke- 15.

Perdagangan sangat ramai setelah bandar pindah ke Banjarmasin. Disini dapat pula kita lihat perbedaan perekonomian antara Negara Daha dan Banjarmasin. Negara Daha menitik beratkan pada ekonomi pertanian sedangkan Banjarmasin menitik beratkan pada perekonomian perdagangan. Hubungan itu terutama adalah hubungan ekonomi perdagangan dan akhirnya meningkat menjadi hubungan bantuan militer ketika Pangeran Samudera berhadapan dengan Raja Daha Pangeran Tumenggung.

(9)

desa mereka menjadi desa. Mereka sepakat mencari Pangeran Samudera cucu Maharaja Sukarama yang menurut sumber berita sedang bersembunyi di daerah Balandean, Serapat, karena Pangeran Tumenggung yang sekarang Menjadi raja di Negara Daha pamannya sendiri ingin membunuh Pangeran Samudera.

Pangeran Samudera dirajakan di kerajaan baru Banjar setelah berhasil merebut bandar Muara Bahan, bandar dari Negara Daha dan memindahkan bandar tersebut ke Banjar dengan para pedagang dan penduduknya. Bagi Pangeran Tumenggung sebagai raja Negara Daha, hal ini berarti suatu pemberontakan yang tidak dapat dimaafkan dan harus dihancurkan, perang tidak dapat dihindarkan lagi. Pangeran Tumenggung kalah, mundur dan bertahan di muara sungai Amandit.

Dalam perjalanan sejarah raja-raja di Kalimantan Selatan, bila diteliti dengan seksama nampak bahwa pergantian raja-raja dari Negara Daha sampai Banjarmasin dari :

1. Maharaja Sari Kaburangan/Raden Sekar Sungsang 2. Maharaja Sukarama

3. Pangeran Mangkubumi/Raden Manteri 4. Pangeran Tumenggung

5. Pangeran Samudera

Bukan pergantian yang lumrah dari ayah kepada anak tapi dari tangan musuh yang satu ketangan musuh yang lain, melalui revolusi istana. Raden Sekar Sungsang usurpator pertama adalah pembangunan dinasti Hindu Negara Daha, dan Pangeran Samudera usurpator kedua adalah pembangun dinasti Islam Banjarmasin.

2.1.3 Islam Masuk di Kalimantan Timur

(10)

ulama tersebut adalah untuk menyebarkan agama islam dengan cara mengajak Aji Raja Mahkota Untuk memeluk agama Islam, pada awalnya ajakan ulama ini di tolak oleh Aji Raja Mahkota dengan alasan bahwa agama di kerajaan Kutai Kartanegara adalah Hindu.

Langkah dakwah kedua ulama ini untuk mengajak Aji Raja Mahkota di tolak oleh sang Raja. Bahkan karena langkah dakwah ini buntu, Tuan ri Bandang akhirnya memutuskan kembali ke Makassar dan meninggalkan tunggang parangan di kerajaan Kutai Kartanegara. Sebagai jalan akhir, Tunggang Parangan menawarkan solusi kepada Aji Raja Mahkota untuk mengadu kesaktian dengan taruhan apabila Aji Raja Mahkota kalah, maka sang raja bersedia untuk memeluk islam. Akan tetapi jika Aji Raja Mahkota yang akan menang maka Tunggang Parangan akan mengabdikan hidupnya untuk kerajaan Kutai Kartanegara.

Solusi Tunggang Parangan di setujui oleh Raja Mahkota. Adu kesaktian akhirnya di gelar dan berujung dengan kekalahan Aji Raja Mahkota. Sebagai konskuensi kekalahan, maka Aji Raja Mahkota Akhirnya masuk Islam. Sejak Aji Raja Masuk Islam maka pengaruh Hindu yang telah tertular lewat interaksi dengan kerajaan majapahit lambat laun luntur dan berganti dengan pengaruh Islam dan sebagian rakyat yang masih memilih untuk memeluk agama hindu kemudia tersisih dan berangsur-angsur pindah ke daerah pinggiran kerajaan.

(11)

penggabungan dua kerajaan ini adalah Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa ing Martadipura (1605-1635 M).

Pada masa pemerintahan Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa ing Martadipura, pengaruh Islam yang telah masuk sejak pemerintahan Aji Raja Mahkota (1525-1600 M) telah mengakar kuat. Islam sangat berpengaruh pada sistem pemerintahan Kerajaan Kutai Karta Negara ing Martadipura. Indikator dari pengaruh islam terlihat pada pemakaian Undang-Undang Dasar Kerajaan yang di kenal dengan nama “Panji Salaten” yang terdiri dari 39 Pasal dan memuat sebuah kitab peraturan yang bernama “Undang-Undang Beraja Nanti” yang memuat 164 Pasal peraturan. Kedua Undang-Undang tersebut berisi peraturan tentang yang di sandarkan pada Hukum Islam.

Pemimpin pertama yang memakai gelar “Sultan” adalah Aji Su;tan Muhammad Idris. Beliau merupakan menantu dari Sultan Wajo La Madukelleng, seorang bangsawan Bugis di Sulawesi Selatan. Pada saat rakyat Bugis di Sulawesi Selatan sedang berperang melawan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), Sultan Wajo meminta bantuan Aji Sultan Muhammad Idris. Permintaan bantuan pun di penuhi oleh Aji Sultan Muhammad Idris. Kemudian berangkatlah rombongan Aji Sultan Muhammad Idris ke Sulawesi Selatan untuk membantu Sultan Wajo La Madukelleng. Dalam upaya memberikan bantuan tersebut Aji Sultan Muhammad Idris Meninggal dunia.

Selama kepergian Aji Sultan Muhammad Idris ke Sulawesi, kursi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadi pura di pegang oleh dewan perwakilan. Tetapi ketika Aji Sultan Muhammad Idris Meninggal dalam pertempuran di Sulawesi, timbul perebutan tahta tentang pengganti sultan. Perebutan tahta terjadi antara kedua anak Aji Sultan Muhammad Idris, yaitu putra Mahkota Aji Imbut dan Aji Kado.

(12)

menyerang Aji Kado yang telah menduduki ibukota kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang terletak di pemarangan, karena ibukota Kesultanan Kutai Kartanegara telah berpindah dari Kutai lama ke Pemarangan sejak tahun 1732.

Aji Imbut Akhirnya menyerang Aji Kado di Pemarangan. Di dukung oleh orang-orang Wajo dan Bugis dan Aji Imbut berhasil mengalahkan Aji Kado dan memduduki singgasana Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan Gelar Aji Marhum Muslihuddin (1739-1782 M). sedangkan Aji Imbut dihukum mati dan dimakamkan di pulau jembayan.

Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid. Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.

2.1.4 Islam Masuk di Kalimantan Tengah

Seorang ulama yang telah berjasa besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Pulau Kalimantan, khususnya di wilayah Kotawaringin. Ulama tersebut adalah Kiai Gede, seorang ulama asal Jawa yang diutus oleh Kesultanan Demak untuk menyebarkan ajaran Islam di Pulau Kalimantan. Kedatangan Kiai Gede tersebut ternyata disambut baik oleh Sultan Mustainubillah. Oleh sang Sultan, Kiai Gede kemudian ditugaskan menyebarkan Islam di wilayah Kotawaringin, sekaligus membawa misi untuk merintis kesultanan baru di wilayah ini.

(13)

Kotawaringin dengan pangkat Patih Hamengkubumi dan bergelar Adipati Gede Ing Kotawaringin. Namun, hadiah yang paling berharga dari sang Sultan bagi Kiai Gede adalah dibangunnya sebuah masjid yang kelak bukan sekedar sebagai tempat beribadah, melainkan juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan kemasyarakatan bagi Kiai Gede dan para pengikutnya.

Bersama para pengikutnya, yang waktu itu hanya berjumlah 40 orang, Kiai Gede kemudian membangun Kotawaringin dari hutan belantara menjadi sebuah kawasan permukiman yang cukup maju. Kalaupun wilayah Kotawaringin sekarang ini menjadi salah satu kota yang terbilang maju di Kalimantan, hal itu tidak dapat dipisahkan dari jasa besar Kiai Gede dan para pengikutnya.

iai Gede membangun Sebuah Masjid yang bernama Masjid Kiai Gede, Mesjid ini menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di Kotawaringin. Masjid Kiai Gede dibangun pada tahun 1632 Miladiyah atau tahun 1052 Hijriyah, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah (1650-1678 M), raja keempat dari Kesultanan Banjarmasin.

2.2 Awal Mula Kerajaan Islam Di Kalimantan

Pada waktu islam berkembang diseluruh kepulauaan indonesia kerajaan majapahit hindu diperintah oleh brawija putera angka wijaya, yang kemudian mengalami keruntuhan raja yang dirobohkan kerajaan majapahit ialah raden patah dengan delapan menterinya yaitu Sunan Ampel.Sunan Giri.Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus, Ngundung dan Sunan Demak. Mulai itulah agama islam disebar diseluruh indonesia . yang menjadi islam sesungguhnya adalah haji purwa putera brawijaya maesa tandrana dan lari ke cirebon. Dicirebon agama islam disebarkan oleh syech bin maulana malik syech ibrahim yang bergelar sultan gunung jati.

(14)

(1) (kerajaan banjar masin tahun 1540 dalam pemerintahan pangeran samudra (yang kemudian di islamkan bernama pangeran suriansyah atau maruhum); (2) kota waringin tahun1620. Sultannya yang pertama ratu bagawan; (3) pasir (tanah grogot) tahun 1600. Didirikan oleh orang arab yamg menikah dengan seorang puteri sultan (puteri petung); (4) kutei (kutai) tahun 1600. Diperintah oleh raka mahkota; (5) berau dan bulongan tahun 1700, diperintah oleh raja adipati ; (6) pontianak tahun 1450; (7) matan tahun 1743, didirikan oleh seorang arab bernama syarif husin; dan (8) mempawa tahun 1750, juga oleh seorang arab bernama syarif husin.

Mula-mula kerajaan hindu berperang dengan kerajaa islam, tetapi akhirnya kerajaan hindu menyerah , yaitu kerajaan hindu dicandi laras dan candi agung juga ditanjung pura dan lain-lain. Sebagian rakyat memeluk agama islam termasuk sebagian rakyat dayak dipantai-pantai. Rakyat dayak yang telah masuk islam , ialah yang sering disebut sebagai dayak melayu, yang kebanyakkan di kuala kapuas , tumpung laung (barito) dan beberapa kampung melayu, sebenarnya mereka tetap suku dayak , hanya sudah memeluk agama islam.

Pangeran samudra (suriansyah) pernah meminta seorang puteri bernama biang lawai untuk dijadikan istri. Biang lawai, adalah adik patih dadar, patih muhur, dan mengijin perkawinan, hanya dengan perjanjian tidak akan di islamkan.mula-mula oleh pangeran samudra, disanggupi, tetapi sesudah sampai istana, putri itu dikabarkan diislamkan. Kabar tersebut sampai kepada patih muhur bersaudara, menimbulkan amarah patih rumbih dari kahayan , patih muhur dari bakumpai (barito)dengan ilmu gaib, berhasil merampas saudaranya kembali, biang lawai, dari istana sultan dan dibawanya kesungai katan.

Pangeran samudra memerintah balatentaranya untuk mencari perempuan tersebutdipedelaman. Tetapi karena balatentara patihn muhur sangat hebat, maka mundur lah balatentara sultan.

(15)

pertahanan didanau karam bersebrangan dengan negeri goha kahayan. Mereka menyebrangi danau tersebut dan dipasang dundang, bambu yang diruncingkan dibawah jembatans ehingga sewktu-wktu jembatan tersebut dapat diputuskan jika balatentara sultan lewatatas jembatan dan luka-luka terkena bambu yang diruncingkan dibawahnya. Perahu-perahu mereka dapat dirampas oleh patih rumbih ditengelamkan . sekarang tempat tersebut dinamai berayar yang artinay “berlayar”.

Diantara tempat pertempuran-pertempuran tersebut dengan bentengnya ialah sungai muhur (barito), parabingan, (pangkoh) bukit rawi, tewang pajagen, tewah, hulu kaspuas dan lain-lain.

Tentang tersebarnya agama islam dari banten kedaerah kalimantan dapat kita baca artikel kerajaan islam dari banten di karang an R. Muchtadi dalam almanak muhamadyah 1357 H (1938) hlm. 166 dan 169, antara lain ditulis : aliudin sultan banten bergelar abu mufakir muhamad aliudin, dia beramah tamah dengan kompeni, dan mendapat kebebasan sisa utang kerajaan banten sebanyak 60.000 ringgit, bekas menempuh landak (tahun 1698 ditentukan , bahwa landak dan sukadana diserahkan pada kompeni. Daerah pantai barat kalimantan diperintah oleh sultan abdurahman yang mendirikan kota pontianak.

Sultan muhamad aliudin hanya berputera seorang saja dan meninggal ketika masih kanak-kanak tahun1786. Sultan zainal abidin dari banten memasuki landak, matan. Tahun 1699. Kapal kompeni /VOC dan 75 pecalang banten berlayar kesukadana diperintahkan oleh sultan agung (pangeran agung), keponakan sultan banten yang bergelar panebahan.

(16)

2.3 Kerajaan Islam Di Kalimantan 2.3.1 Kesultanan Pasir

Dahulunya rakyat dayak pasir, diperintahkan oleh kepala-kepala dari rakyat dayak sendiri . ada seorang kepala suku dayak yang sangat berpengaruh , yang bernama tamanggung tokio, mengusulkan agar didaerah daerah dikepali oleh sorang kepala suku dan untuk itu diminta sultan yang dekat tempat tinggalnya. Mereka telah berangkat dengan perahu yang penuh bermuatan emas dan perak, yang dianugrahkan kepada nya kepada raja yang baru , mereka telah pergi ke utara dan selatan, tetapi tak ada mendapat seorangpun yang dipandang cakap. Tamanggung tokio sangatlah sedih sampai tidak minum dan makan , kemudian dalam mimpinya ia melihat seorang tua yang berkata kepadanya:

Untuk mendapat raja, baiklah engkau pergi kelaut, dan disitu engkau memperoleh sepotong bambu, yang ruasnya tarapung apung dilaut ambilah bambu itu, dan bungkuslah dengan sutra kuning, karena didalam bambu itu ada sebutir telur yang harus dirabun diberi asap dupa, menyan dan garu. Dan dari telur itu nanti akan dilahirkan seorang raja perempuan.

Pada esokkan harinya sesudah dia bangun, tamanggung tokio menuruti pesan perempuan dalam mimpinya . sesudah 3 hari 3 malam telur itu didupakan, maka terbelah dua lah buluh itu dan dari telur itu pecah pula dan dilahirkan seorang bayi puteriyang cantik jelita. Anak itu sama sekali tidak mampu menyusu, setelah berusaha dapatlah ia diberi makanan dengan susu kerbau putih: lambat laun menjadi akil balig.

Puteri inilah yang diangkat jadi raja *(ratu pasir) , dan waktu ia berumur 15 tahun ia telah dinikahnkan , tetapi malang sekali ia tidak mendapat keturunan sihingga harus diceraikan beberapa kali.

(17)

(gresik), terus dikawin kan dengan sang puteri . orang yang dari gresik tersebut dicarinya dukun agar membuang sari bambu yang ada pada sang puteri sehingga bisa melahirkan 2 puteri dan satu putera. Puetri yang tertua dikawinkan dengan seorang arab yang membawa agama islam dipasir (1600). Yang putera sesudah ibunda mangkat, mengantikan duduk disingasana. Inilah cerita ringkas dari raja pasir, yang berasal dari sebutir telur dan bersuamikan putera arab dari jawa. 2.3.2 Kesultanan Banjar (1526-1905).

Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri 1520, masuk Islam 24 September 1526, dihapuskan Belanda 11 Juni 1860, pemerintahan darurat/pelarian berakhir 24 Januari 1905) adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.

Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.

2.3.3 Kesultanan Kotawaringin

(18)

Kotawaringin pada masa Sultan Mustain Billah. Pada mulanya Kotawaringin merupakan keadipatian yang dipimpin oleh Dipati Ngganding. Kerajaan Pagatan (1750). Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah aliran sungai Kusan, sekarang wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Wilayah Tanah Kusan bertetangga dengan wilayah kerajaan Tanah Bumbu (yang terdiri atas negeri-negeri: Batu Licin, Cantung, Buntar Laut, Bangkalaan, Tjingal, Manunggul, Sampanahan).

2.3.4 Kesultanan Sambas (1675)

(19)

2.3.5 Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir pada 1960. Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton. Dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II pada tanggal 22 September 2001.

2.3.6 Kesultanan Berau (1400).

Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Berau sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-14 dengan raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat pemerintahannya berada di Sungai Lati, Kecamatan Gunung Tabur.[3] Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung.Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8

2.3.7 Kesultanan Sambaliung (1810).

(20)

dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah keturunan dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama Pangeran Tua dan satunya lagi bernama Pangeran Dipati. Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang menimbulkan insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma. Raja Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan ibukota kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810. (Tanjung Batu Putih kemudian menjadi kerajaan Sambaliung).

2.3.8 Kesultanan Gunung Tabur (1820).

Kesultanan Gunung Tabur adalah kerajaan yang merupakan hasil pemecahan dari Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Kesultanan ini sekarang terletak dalam wilayah kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur.

2.3.9 Kesultanan Pontianak (1771).

(21)

2.3.10 Kerajaan Tidung

Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utara Kalimantan Timur, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu.

2.3.11 Kesultanan Bulungan(1731).

Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan sekarang. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1731, dengan raja pertama bernama Wira Amir gelar Amiril Mukminin (1731–1777), dan Raja Kesultanan Bulungan yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958).

2.4 Peninggalan Sejarah Kerajaan Islam Di Kalimantan 2.4.1 Keraton Kadriah (kota Pontianak)

Keraton Kadriah Pontianak merupakan pusat pemerintahan Pontianak tempo dulu, struktur bangunannya terbuat dari kayu yang sangat kokoh, didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alqadrie pada tahun 1771. keraton ini memberikan daya tarik khusus bagi para pengunjung dengan banyaknya artefak atau benda-benda bersejarah seperti beragam perhiasan yang digunakan secara turun-temurun sejak jaman dahulu. Di samping itu, koleksi tahta, meriam, benda-benda kuno, barang pecah belah dan foto keluarga yang telah mulai pudar, menggambarkan kehidupan dan kejayaan kerajaan ini dimasa lampau. 2.4.2 Keraton Amantubillah (Pontianak)

(22)

tulisan “ Mempawah harus maju, malu dengan adat” pada pintu gerbang istana

2.4.3 Keraton Ismahayana (Kab. Landak)

Keraton Ismahayana Landak terletak sekitar 50 meter disebelah barat sungai pinyuh yang membelah kota ngabang. Istana ini berupa rumah panggung khas melayu Kalimantan Barat yang memanjang kebelakang dengan fondasi, lantai dan dinding, serta atap sirap dari kayu belian sebagai bahan utamanya. Terdapat beberapa koleksi peninggalan Kesultanan Landak yang tergolong sebagai warisan budaya dan sejarah, diantaranya mahkota Sultan Landak, keris “si kanyut”, sepasang pedang sakti, tempat tidur panembahan dan istrinya, duplikat payung kebesaran Sultan, dua kipas raja, seperangkat gamelan, dan Al-Quran kuno. Selain itu, ada juga artefak-artefak lain seperti meriam “si penyuk” dan empat buah meriam lainnya, lontar silsilah raja dan sejarah singkat Kesultanan Landak, foto-foto keluarga raja, bendera Kesultanan, serta perlengkapan upacara perkawinan adat berupa timbangan kayu.

2.4.4 Keraton Surya Negara (Kab. Sanggau)

(23)

2.4.5 Keraton Matan (Kab. Ketapang)

Matan yang berarti “Tanah Keselamatan” merupakan kerajaan yang memilki sejarah panjang. Kerajaan Matan ini merupakan saksi bisu perjalanan sejarah masyarakat dan pemerintah Kabupaten Ketapang. Sekaligus dinasti terakhir Kerajaan Tanjungpura beragama hindu yang pernah berdiri sejak abad 9. baru setelah tahun 1451 raja-raja Tanjungpura memeluk agama islam dengan nama Keraja-rajaan Matan yang dipimpin raja pertama bercirikan islam yakni pangeran Giri Kusuma. Koleksi unik terdapat di keraton ini adalah Meriam “Padam Pelita” dan sepasang tempayan bersejarah.

2.4.6 Rumah Melayu (Kab. Ketapang)

Pada arsitektur traditional melayu terkandung nilai budaya yang tinggi. Hal ini terlihat dari bentuk bubungan yang tidak lurus. Tetapi agak mencuat ke kanan dan ke kiri. Dapat disimpulkan bahwa para ahli pembuat rumah melayu jaman dahulu telah memikirkan faktor keindahan pada bubungan rumah yang mereka diami. Letak rumah melayu pada jaman dahulu menghadap ke arah matahari terbit. Ini berarti mengharapkan berkah dan rahmat seperti halnya matahari pagi yang bersinar cerah.

2.4.7 Keraton Al Mukarramah (Kab.Sintang)

Seorang belanda. Sampai saat ini kompleks Istana Sintang masih terawat dengan baik. Dihalaman istana, terdapat sebuah meriam dan situs batu kundur, yaitu sebuah batu peninggalan Demong Irawan sebagai lambang berdirinya Kerajaan Sintang. Di serambi depan istana terpajang salinan Undang-undang Adat Kerajaan Sintang yang terbuat pada masa pemerintahan Sultan Nata (disalin ulang pada tahun 1939) serta silsilah raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Sintang. Sedangkan pada bangunan sisi barat dan timur tersimpan koleksi meriam, naskah Al-Quran tulisan tangan pada masa Sultan Nata.

(24)

2.4.8 Keraton Alwatzikhoebillah (Kab. Sambas)

Kuno tapi terawat dengan baik. Hijau dan sejuk. Begitulah kira-kira kesan yang muncul ketika menginjakkan aki di istana Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas ini, bangunan istana didominasi dengan warna kuning sebagai warna khas melayu yang melambangkan kewibawaan dan keluhuran budi pekerti. Terdapat pula bekas kolam pemandian keluarga sultan di samping kanan istana dan rumah kediaman keluarga sultan yang berada di belakang istana. Pada sore hari, pengunjung akan berdecak kagum melihat pesona istana ini yang eksotik, apalagi di lihat dari atas perahu yang berjalan perlahan-perlahan di atas Sungai Sambas Kecil.

2.4.9 Rumah Adat Dayak Sebujit (Kab. Bengkayang)

Rumah adat dayak sebujit yang bernama “Balug” ini terletak di kampung sebujit kecamatan siding Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat ini merupakan rumah adat dayak yang dimilki suku dayak Bidayuh. Khasanah masyarakat dayak bidayuh menggambarkan kebersamaan dan sangat menghormati setiap tamu yang datang. Benda-benda pusaka masih tetap menjadi simbol keperkasaan dan manjadi kebanggan masyarakat sebagai peninggalan leluhur yang harus tetap dijaga dan dihormati, sehingga ritual upacara adat tetap dilaksanakan setiap tahunnya. Salah satu upacara yang dikenal adalah upacara nyobeng yaitu upacara memandikan tengkorak manusia untuk keselamatan kampung dari bencana maupun malapetaka yang mungkin akan datang juga sebagai simbol penghormatan terhadap roh leluhur.

(25)

ini justru memberikan kesan bersahaja dan sedikit kesuraman karena terkikis hantaman cuaca selama ratusan tahun. Namun, rumah besar Hiap Sin ini merupakan bangunan ala kombinasi timur barat satu-satunya yang tertua dan masih berdiri kokoh di Singkawang.

2.4.11 Rumah Betang ( Rumah Adat Dayak KalBar)

(26)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah Islam datang ke Indonesia terutama di Pulau Kalimantan banyak perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat yang sama. Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah.

3.2 Saran

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri, "Potret Masyarakat Madani di Indonesia", dalam Seminar Nasional tentang "Menatap Masa Depan Politik Islam di Indonesia", Jakarta:

International Institute of Islamic Thought, Lembaga Studi Agama dan Filsafat UIN Jakarta, 10 Juni 2003

Ali Daud, Muhammad, Asas-Asas Hukum Islam, Jakarta: Rajawali, 1991, Cet . ke-2

Antonio, Muhammad Syafi'I, Bank Syari'ah: Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Anwar, M. Syafi'i, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik tentang Cendekiawan Muslim Orde Baru, Jakarta: Paramadina, 1995

Azra, Azyumardi, Islam reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999

Http://NovalBunglon.blogspot.com

Referensi

Dokumen terkait