• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN NILA Ore

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN NILA Ore"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Manajemen Akuakultur Tawar

Yang dibimbing oleh M. Fachri, S.Pi., M.Sc.

Disusun Oleh :

Dini Islamiya (145080501111066)

Dhany Ardiansyah (145080501111067)

Bily Juliadi (145080501111073)

Bayu Dwi Prakoso (145080501111076) Afani Setiawan Wicakso (145080507111004) Feri Ardianza Saputra (145080507111006) Desta Inas Fauziyah (145080507111008) Ummu Uhibbah Amalia (145080507111009) Hamidah Tsana Januarti (145080507111013)

Oktavia jayanti (145080507111014)

Indriyani Endah Swar (145080507111018)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya yang diberikan, kami mampu menyelesaikan makalah kami yang berjudul Manajemen Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang bertujuan untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Akuakultur Tawar tahun akademik 2017. Kami mengucapkan rasa terima kasih kami kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan doa dan dukungan untuk lebih giat dalam menuntut ilmu. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing matakuliah Manajemen Akuakultur Tawar yang senantiasa memberikan ilmu kepada kami, serta teman–teman mahasiswa budidaya perairan angkatan 2014 yang senantiasa membantu dalam memberikan referensi–referensi demi kelengkapan makalah ini. Namun, makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan didalamnya. Kami berharap kritik dan saran guna menjadi cambuk agar kami dapat lebih giat untuk belajar dan memperbaiki diri dalam menulis makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita. Atas perhatian saudara, kami mengucapkan terimakasih.

Malang, 23 Maret 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR...ii

1. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...1

1.3 Manfaat...2

2. PEMBAHASAN...3

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)...3

2.2 Habitat dan Penyebaran...3

2.3 Syarat Penentuan Lokasi dan Tipe Karamba...4

2.4 Tipe Karamba yang Digunakan...6

2.5 Manajemen Kualitas Air...8

2.6 Manajemen Pemberian Pakan...9

2.7 Manajemen Penyakit...11

3.PENUTUP... 13

3.1 Kesimpulan...13

3.2 Saran...14

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Tabel kesesuaian parameter perairanuntuk budidaya karamba...4

Gambar 2. Tabel Sistem Penilaian Kesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya...6

Gambar 3. Evaluasi Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya...6

Gambar 4. Gambar Keramba di tambak. Umumnya diterapkan di daerah pesisir...8

(5)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Saat ini permintaan akan ikan air tawar naik cukup tinggi untuk kebutuhan domestik & luar negeri. Untuk kebutuhan domestik saja sudah kewalahan, hal ini di karenakan hasil ikan laut tidak bisa dipastikan hasilnya karena pengaruh dari cuaca dan kondisi laut sekarang yang sudah tercemar sehingga untuk mencari ikan laut agak susah, sedangkan permintaan akan ikan terus meningkat. Salah satu alternatif untuk memenuhi pasar adalah budidaya ikan air tawar, diantaranya budidaya ikan nila. Dimana ikan nila memiliki rasa daging yang khas dengan kandungan omega dan gizi yang cukup tinggi, sehingga dijadikan sebagai sumber protein yang mudah didapat, serta memiliki harga jual yang terjangkau oleh masyarakat.

Budidaya ikan pada sistem KJA merupakan salah satu cara budidaya ikan menggunakan jaring dan rakit sedemikian rupa sehingga dapat mengapung di permukaan air. Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting di sector perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang persdiaaan pangan nasional, penciptaan lapangan kerja serta mendatangkan penerimaan Negara dari ekspor. Budidaya perikanan juga berperan dalam mengurangi beban sumberdaya laut. Di samping itu budidaya itu budidaya di anggap sebagai sector penting untuk mendukung perkembangan ekonomi pedesaan (Siregar et all., 2014).

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang ada, maka rumusan masalah pokok yang dibahas adalah :

1. Bagaimana cara manajemen budidaya serta kualitas air ikan nila pada sistem karamba jaring apung (KJA)?

2. Apa saja syarat-syarat penentuan lokasi dan tipe karamba yang digunakan?

3. Bagaimana cara manajemen pemberian pakan (tipe pakan) serta menanggulangi penyakit ikan nila pada sistem karamba jaring apung (KJA)?

1.3 Manfaat

Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara manajemen budidaya serta kualitas air ikan nila pada sistem karamba jaring apung (KJA).

2. Untuk mengetahui Apa saja syarat-syarat penentuan lokasi dan tipe karamba yang digunakan.

(7)

2. PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh ilmuwan adalah telah dirumuskan oleh Trewavas (1980) dalamSuyangto (2010) sebagai berikut:

Filum : Chordata

Bentuk badan nila pipih ke samping memanjang. Sedangkan warna tubuh nila umumnya putih kehitaman dan merah, sehingga dikenal sebagai nila hitam dan nila merah. Tubuh nila hitam berwarna kehitaman, makin keperut makin terang. Mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat 6-12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan punggungnya terdapat garis-garis miring. Sedangkan nila merah mempunyai warna tubuh merah, termasuk sirip-siripnya, atau merah pada bagian punggung dan putih kemerahan pada bagian perut (Kordi, 2013).

2.2 Habitat dan Penyebaran

Ikan nila berasal dari sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan nila sudah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik.

(8)

adalah 7-8. Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup diperairan dingin, yang umumnya bersuhu dibawah 21o C. Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38oc dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-30o C. Pada suhu 14o C atau pada suhu tinggi 38o C pertumbuhan ikan nila akan terganggu.

Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas (air asin) dari pada nila betina. ikan nila berukuran kecil relatif lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas daripada ikan nila yang berukuran besar.

2.3 Syarat Penentuan Lokasi dan Tipe Karamba

Menurut Junaedi dan Affan (2012), faktor yang mempengaruhi budidaya menjadi dua yaitu faktor lingkungan meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus dan faktor kualitas perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, amoniak dan silikat). Pengelompokan ini didasarkan atas pengaruh paramete,parameter dari faktor lingkungan akan mempengaruhi daya tahan hidup ikan laut sementara faktor kualitas akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan daya tahan hidup ikan. Berikut syarat pembatas kehidupan dan perkembangan komoditas budidaya dan nilai parameter kesesuaiannya

Gambar 1.Tabel kesesuaian parameter perairanuntuk budidaya karamba

Menurut Junaedi dan Affan (2012), penentuan tingkat kesesuaian budidaya untuk masing-masing parameter didasarkan dari pengaruh parameter terhadap komoditas budidaya. Sistem skor 1 sampai 4 digunakan dalam penelitian ini dengan rincian tingkat kesesuaian sebagai berikut :

(9)

2. Cukup layak / sesuai bersyarat : dapat dimanfaatkan untuk budidaya, namun membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang cukup besar 3. Layak / sesuai : dapat dimanfaatkan untuk budidaya, dengan sedikit

membutuhkan biaya, tenaga dan waktu

4. Sangat layak / sangat sesuai : sesuai dimanfaatkan untuk budidaya ikan laut dalam KJA.

(10)

Gambar 2. Tabel Sistem Penilaian Kesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya

Keterangan :

1. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002) yaitu 5 : Baik

(11)

1. : Kurang

2. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh variabel dominan.

Hasil evaluasi dari sistem penilaian kesesuaian lokasi bagi budidaya diperlihatkan pada tabel berikut :

Gambar 3. Evaluasi Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya

2.4 Tipe Karamba yang Digunakan

Menurut Amri dan Khairuman (2008), karamba untuk pemeliharaan ikan nila sama dengan karamba yang dimanfaatkan untuk pembudidayaan jenis ikan lainnya. Bahan yang digunakan umumnya terbuat dari bambu atau kayu dengan ukuran 3 x 2 x1 m atau menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Karamba biasa ditempatkan di sungai, kali, danau, dan waduk. Pemilihan lokasi berdasarkan pada penempatan karamba, yakni karamba yang diletakkan di permukaan air; karamba di bawah permukaan air; dan karamba yang diletakkan di dasar perairan.

a. Karamba di Permukaan Air

Karamba ini ditempatkan di permukaan air yang duapertiga bagian terendam di dalam air dan sepertiga bagian di atas permukaan air, terutama digunakan di danau atau waduk yang airnya dalam dan arusnya tenang. Karamba umumnya terbuat dari bamboo atau kayu. Agar posisinya tetap stabil, karamba diikatkan di pohon atau dibuatkan tambatan.

b. Karamba di Bawah Permukaan Air

(12)

besi, atau bahan lainnya. Agar karamba tidak hanyut, sebaiknya karamba diikat di pohon atau tambatan.

c. Karamba di Dasar Perairan

Karamba ini umumnya digunakan di perairan yang sempit dan tidak terlalu dalam. Perairan yang cocok adalah sungai-sungai kecil dengan lebar sekitar 2 m. Dasar perairan sebaiknya agak keras sehingga bias sekaligus digunakan sebagai alas karamba. Karamba biasanya dibenamkan sedalam 20 cm di dasar perairan.

Menurut Saparinto (2010), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha budi daya ikan dengan karamba, yaitu sebagai berikut.

- Karamba yang diletakkan pada badan perairan, terutama di sungai dapat menghambat arus sungai, jebaakn sedimentasi, dan tempat tersangkutnya sampah yang hanyut di sungai apabila tidak diatur dengan baik.

- Apabila perairan tercemar dengan bahan-bahan yang berbahaya,, akan dapat langsung mengenai ikan budi daya, tanpa dapat dicegah atau diminimalisir.

(13)

Gambar 5. Gambar karamba di sungai. Salah satu budidaya ikan yang banyak diterapkan

2.5 Manajemen Kualitas Air

Karamba jaring apung memiliki kualitas air yang stabil sehingga produksi dapat lebih tinggi. Kendala yang dihadapi dalam pembesaran ikan nila yaitu pemberian pakan yang kurang efektif dan kualias air serta padat penebaran yang belum optimal. Lingkungan tempat budidaya berlangsung terutama parameter kualitas air juga harus dipertimbangkan untuk menjaga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan nila memiliki batasan toleransi yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Ikan nila yang masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan, dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar (Rejeki et al., 2013).

(14)

disebabkan oleh pembalikan massa air (turnover). Peristiwa pembalikan massa air biasanya terjadi saat pergantian musim kemarau ke musim hujan yang menyebabkan berubahnya distribusi vertikal suhu yang selanjutnya menimbulkan perubahan kandungan oksigen terlarut secara vertikal. Peningkatan oksigen terlarut akan meningkatkan nafsu makan ikan. Ikan akan menurunkan pengambilan makanan (food intake) pada kondisi okseigen terlarut rendah dan hal tersebut berdampak pada penurunan pertumbuhan (Boyd, 1990 dalam Zahidah et al., 2015).

Parameter kualitas air terpenting selain oksigen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah konsentrasi ammonia. Konsentrasi ammonia akan meningkat seiiring dengan meningkatnya biomassa ikan yang dipelihara.ammonia dalam air pada pemeliharaan KJA terutama berasal dari sisa pakan/pakan yang tidak termanfaatkan dan sisa metabolisme berupa urine dan feses. Sisa metabolisme berbanding lurus dengan biomassa ikan, oleh karena itu semakin tinggi biomassa ikan, maka akan semakin banyak ammonia yang masuk kedalam perairan. Konsentrasi ammonia yang semakin meningkat akan mempengaruhi pertumbuhan ikan peliharaan sehubungan dengan meningkatnya efek toksik yang ditimbulkan oleh meningkatnya konsentrasi amonia. Toksisitas ammonia meningkat sejalan dengan peningkatan suhu dan pH. Konsentrasi ammonia yang tinggi akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan yaitu (1) menurunkan pengambilan oksigen yang disebabkan rusaknya insang, (2) dibutuhkan energi lebih banyak untuk proses detoksifikasi, (3) adanya gangguan osmoregulasi, (4) kerusakan fisiologis jaringan. Untuk mengendalikan konsentrasi ammonia agar tetap berada dalam level yang optimal dapat dilakukan dengan menurunkan jumlah pakan yang diberikan, aerasi, pengapuran, pemupukan dengan menggunakan fosfor dan introduksi bakteri tertentu (Sumiarsih, 2014 dalam Zahidah et al., 2015).

2.6 Manajemen Pemberian Pakan

(15)

dedak halus tepung bungkil kacang, ampas kelapa, dan sebagainya pun

dapat tumbuh dengan baik. Untuk memacu pertumbuhan nila, pakan yang

diberikan harus mengandung protein 25-30%. Sedangkan pada benih ikan

nila diberi pakan berupa zooplankton seperti Rototaria, Copepoda dan

Cladocera (Kordi, 2013).

Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa

mengonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah, ikan

ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang

disukai ikan adalah zooplankton (plankton hewani), seperti

Rotifera

sp.,

Moina

sp., atau

Daphnia

sp. Selain itu,juga memangsa alga atau lumut

yang menempel pada benda-benda dihabitat hidupnya. Ikan nila juga

memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budi daya. Jika telah

mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan

tambahan, misalnya pelet (Amri dan Khairuman, 2003).

(16)

yakni 5m x 5m x 3m, kemungkinan perlu dipertimbangkan untuk

menurunkan frekuensi pemberian pakan menjadi 2 kali /hari, serta

memperhitungkan bobot total ikan yang dipelihara untuk penentuan

jumlah pakan yang diberikan, sehingga pakan yang diberikan tidak terlalu

banya yang terbuang dan menjadi bahan cemaran bagi lingkungan

budidaya itu sendiri.

2.7 Manajemen Penyakit

Budidaya ikan yang sudah dilakukan adalah budidaya di karamba jaring apung laut dan di tambak. Seiring berkembangnya usaha budidaya ikan di karamba jaring apung laut maupun di tambak terdapat pula beberapa masalah yang sering mengganggu sehingga menghambat perkembangan usaha tersebut, salah satunya adalah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit ikan.selain itu, keadaan ikan yang stress dan daya tahan tubuh ikan yang lemah mudah terserang penyakit. Penyakit dapat menular dari ikan yang saling bersentuhan. Semakin banyaknya ikan yang terserang penyakit, dapat membuat usaha budidaya makin merugi (Bunga, 2008 dalam Fidyandini dan Kismiyati, 2012).

Menurut Komarudin dan Slembrouck (2005), untuk mencegah timbulnya parasit dan penyakit ikan dapat dilakukan beberapa metode :

 Sebelum digunakan, alat dan jarring yang digunakan harus bersih  Melakukan desinfeksi peralatan secara rutin untuk mencegah patogen  Menjaga ikan budidaya selalu berada dalam keadaan yang optimal

(kepadatan ikan yang tepat, kualitas air yang baik, prosedur budidaya yang benar)

 Melakukan vaksinasi benih ikan

 Penempatan keramba jarring apung yang sesuai

Pengobatan yang harus dilakukan apabila ikan terserang penyakit yaitu dengan penggunaan obat berdasarkan criteria berikut:

 Tidak dilarang

 Obat yang tepat untuk penyakit yang tepat  Banyak tersedia

(17)
(18)

3.PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Budidaya ikan pada sistem KJA merupakan salah satu cara budidaya ikan menggunakan jaring dan rakit sedemikian rupa sehingga dapat mengapung di permukaan air.

 Bentuk badan nila pipih ke samping memanjang. Sedangkan warna tubuh nila umumnya putih kehitaman dan merah, sehingga dikenal sebagai nila hitam dan nila merah.

 Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam tetapi juga dipelihara di Karamba Jaring Apung (KJA) yang berada di perairan umum seperti waduk, dan danau.

 Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas (air asin) dari pada nila betina. ikan nila berukuran kecil relatif lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas daripada ikan nila yang berukuran besar.

 faktor yang mempengaruhi budidaya menjadi dua yaitu faktor lingkungan meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus dan faktor kualitas perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, amoniak dan silikat).

 karamba untuk pemeliharaan ikan nila sama dengan karamba yang dimanfaatkan untuk pembudidayaan jenis ikan lainnya.

 Bahan yang digunakan umumnya terbuat dari bambu atau kayu dengan ukuran 3 x 2 x1 m atau menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Karamba biasa ditempatkan di sungai, kali, danau, dan waduk.

(19)

 Keadaan ikan yang stress dan daya tahan tubuh ikan yang lemah mudah terserang penyakit. Penyakit dapat menular dari ikan yang saling bersentuhan.

3.2 Saran

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K dan A. Khairuman. 2003. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif.

AgroMedia Pustaka. Jakarta. 146 hlm.

Amri, K dan Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. AgroMedia Pustaka: Jakarta Selatan.

Erlania, Rusmaedi, A.B. Prasetio dan J. Haryadi. 2010. Dampak

manajemen pakan dari kegiatan budidaya ikan nila (

Oreochromis

niloticus

) di keramba jaring apung terhadap kualitas perairan Danau

Maninjau.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

621-631.

Fidyandini, H. P., S. Subekti dan Kismiyati. 2012. Identifikasi dan prevalensi ektoparasit pada ikan bandeng (Chanos chanos) yang dipelihara di karamba jarring apung UPBL Situbondo dan ditambak desa bangunrejo kecamatan jabon Sidoarjo. 1(2) : 91-112.

Junaidi M. dan Affan. 2012. Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya keramba jaring apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas air di perairan pantai timur Bangka Tengah. Depik, 1(1):78-85.

Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur. TESIS. Universitas Diponegoro. Semarang.

Komarudin, O. 2005. Petunujuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia,

Rejeki, S., S. Hastuti dan T. Elfitasari. 2013. Uji coba budidaya nila larasati di karamba jaring apung dengan padat tebar berbeda. Jurnal Saintek Perikanan. 9 (1) : 29-39 29.

(21)

Siregar,Gustina., H.Sunarno dan Samsidar. 2014. Strategi pengembangan ikan nila (Oreochromis nilaoticus). Agrium.18(3) : 235-244.

Susanto, H. 2007. Budidaya Ikan di Pekarangan Edisi Revisi.PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Gambar

Gambar 1.Tabel kesesuaian parameter perairanuntuk budidaya karamba
Gambar 2. Tabel Sistem Penilaian Kesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya
Gambar 3. Evaluasi Penilaian Kesesuaian  Perairan untuk Lokasi Budidaya
Gambar 4. Gambar Keramba di tambak. Umumnya diterapkan di daerah pesisir
+2

Referensi

Dokumen terkait

Struktur Komunitas dan Kelimpaban Fitoplankton dalam Kaitannya dengan Kandungan Unsur Hara (Nitrogen dan FosCor) dari Budidaya Ikan dalam Karamba .Jaring Apung di Waduk Ir.

Kontribusi Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah pada Karamba Jaring Apung di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri terhadap Pendapatan Rumah Tangga ... Kendala

: Mata kuliah rekayasa akuakultur (Aquaculture Engineering) ini mencakup rekayasa wadah budidaya (kolam, tambak, dan karamba jaring apung), rekayasa pakan ikan, baik pakan

Handayani, R.I., 2015, Akumulasi Logam Berat Kromium (Cr) Pada Daging Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) dalam Karamba Jaring Apung (KJA) di Sungai Winongo Yogyakarta,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa cacing yang ditemukan pada ikan kerapu tikus ( Cromileptes altivelis ) pada Karamba Jaring Apung di Perairan Laut

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa cacing yang ditemukan pada ikan kerapu tikus ( Cromileptes altivelis ) pada Karamba Jaring Apung di Perairan Laut

Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis parameter fisika kimia kualitas air pada areal budidaya Ikan Kuwe di karamba jaring apung di Desa Tuntung Timur

Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Pakan Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus dalam Karamba Jaring Apung di Balai Budidaya Laut