Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Vol.1, No.1, Juni 2016 : 13 – 22 ISSN 2527 - 7502
________ ____________ ____________ ____________ ___________ ____________ ____________ ____________ _________________ ____________ ____________ ____________ ___________ ____________ ____________ ____________ _____ ____________ ____________ ____________ ___________ ____ ____________ ____________ ____________ ___________ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ _____ ____________ ____________ ____________ ___________ _
Dampak Insentif Pajak Per umahan Ter hadap Potensi Pener imaan
Pajak Negar a Dan Peningkatan Pendapatan Masyar akat : Kasus
Pr ovinsi Papua
Towaf Totok Ir awan
Fakultas Ekonomi Univer sitas Islam Att ahir iyah E-mail : [email protected] able to addr ess the backlog of 13.5 milli on housing uni ts for owner ship status and 7.6 mil lion unit s for r esidential status. The hi gh pr ice of land has led to the high pr ice of the house so that low -income communi ties (MBR) is not able to r each out to make a home pur chase. In additi on to t he high pr ice of land, tax factor s al so cont r i but e to the high pr ice of t he house. The gover nment pl ans t o issue a pol icy for t he pr ovi si on of t ax i ncentives, i e abolish VAT on home-for mi ng mater ial t r ansaction. Thi s poli cy i s expected to house pr ices become cheaper , so the demand for housing i ncr eases, and encour age the r elevant sector s to i ntensify its r ole in t he const ruction of houses. It is expected to r epl ace the lost tax potenti al and i ncr ease incomes. Anal ysi s of the impact of tax incent ives housing to potential state r evenue and an incr ease in people's income, especially in Papua pr ovince i s usi ng t he table IO because in addi tion to looking at the r ole each sector can also see the impact on t axes (income t ax 21 Pph 25 Pph, VAT), and incomes (wage). Al though i n the shor t-t er m impact i s still small, but ver y r ewar di ng in the long r un.
1.
Pendahuluan
Kebutuhan per umahan semaki n meningkat seir ing ber tambahnya jumlah penduduk. Namun demikian, kecepatan penyediaan per umahan baik oleh Pemer intah maupun sw asta tidak mampu memenuhi cepatnya peningkatan kebutuhan per umahan. Ber dasark an data BPS tahun 2012, backlog per umahan dar i konsep kepemilikan sebanyak 13,5 juta unit , sedangk an dar i konsep hunian sebanyak 7,6 jut a unit. Diper kir akan jumlah ter sebut akan ter us meningkat apabila k emampuan penyediaan per umahan tidak mampu mengikuti laju per tumbuhan per mintaannya.
Salah satu penyebab adanya backlog per umahan adalah mahalnya har ga lahan khususnya di w ilayah per k otaan. Tingginya har ga lahan menyebabkan har ga r umah menjadi mahal, sehi ngga akses masyar akat ter hadap per umahan menjadi ter batas. Hal ini ter utama dialami oleh masyar akat ber penghasilan r endah ( MBR). Selama i ni sebagi an besar MBR dalam memenuhi kebutuhan huniannya dilakukan dengan car a mengontr ak r umah, tinggal di r umah susun sew a (r usunaw a), tinggal di r umah saudar a atau tinggal di r umah or ang tua.
Tingginya har ga r umah selain kar ena mahalnya harga lahan di per kotaan, juga dikar enakan adanya pengenaan pajak tr ansaksi penjualan r umah yang menyebabkan har ga r umah semakin mahal, sehingga sulit dijangk au oleh MBR. Oleh kar ena itu, untuk mengatasi hal ini, Pemer intah per lu member ikan insentif pajak ber upa pembebasan PPN yang dapat memicu peningkatan volume pembangunan kaw asan per umahan dan per mukiman.
Pengur angan pajak ber dampak pada menur unnya har ga r umah. Menur unnya har ga r umah mendor ong peningkatan per mint aan per umahan dan per mukiman, k ar ena har ga r umah dapat ter jangkau oleh MBR. Disamping itu, hal ini juga dapat mendor ong pembangunan sektor per umahan yang dapat member ikan efek pengganda atau multiplier effect terhadap ber k embangnya industr i lai n yang mer upak an bagian komponen r umah. Komponen pembentuk r umah dapat ber upa bahan mater ial dan sumber daya manusia (lapangan ker ja).
Dengan demikian, per ger akan ekonomi di suat u w ilayah akan meningkat seir ing dengan kegiatan pembangunan per umahan. Pemer intah dapat memper oleh sumber‐sumber pajak dar i sektor lain yang t ur ut berk embang seir ing dengan pembangunan per umahan ter sebut. Peningkatan iklim investasi di bidang per umahan mendor ong per tumbuhan sektor per dagangan dan jasa, ser ta penyer apan tenaga ker ja kar ena akt ivitas pembangunan per umahan ter sebut. Disamping itu, peningkatan pendapatan sekt or lain yang ter kait dengan per umahan, seper ti industr i kayu dan logam, industr i kar et , industr i ker amik, industr i alumunium dan industr i l ainnya akan mendapat kan dampak positif ber upa peningkatan pendapat an.
Dar i ur aian di atas per lu dilakukan analisis hubungan antar a hilangnya k esempatan Pemer intah dal am memper oleh pajak langsung at as tr ansaksi penjualan r umah k ar ena dibebaskan PPN nya dengan kesempat an memper oleh pajak dar i tr ansaksi penjualan komponen pembentuk r umah dar i pelaku industr i lainnya. Dampak lain ter hadap peningkatan kesejahter aan masyar akat yang terlibat langsung dal am pr oses pembangunan per umahan juga menjadi per timbangan untuk dilakukan analisis.
Melihat besar nya mult ipl ier effect yang ber asal dar i pembangunan kaw asan per umahan dan per mukiman ter hadap kegiatan per ekonomian per kotaan maka di per lukan suatu kajian mengenai dampak insentif pajak per umahan ter hadap pot ensi pener i maan pajak negara dan peningkatan pendapatan masyar akat yang dapat dijadikan sebagai bahan r ekomendasi dalam penentuan insentif pajak yang dapat diber ik an untuk memfasilitasi masyar ak at ber penghasilan r endah dalam memper oleh r umah.
2.
Tinjauan Pustaka
a. I nput Bruto (Gr oss Input) : meli puti input pr imer dan input antar a
b. I nput Primer (Primar y I nput), disebut juga sebagai Nilai Tambah Br uto (NTB) ): t er dir i dar i bal as jasa tenaga ker ja, sur plus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. c. I nput Antara (Int er mediat e I nput) : adal ah I nput yang dipakai habis dalam pr oses
pr oduksi, ter dir i dar i bar ang-bar ang t idak t ahan lama (<1t ahun ).
Sement ar a out put adal ah ni lai (bi asanya dalam Rupi ah) yang dikeluar kan dar i hasi l pr oses pr oduksi. Ter dapat 3 jenis out put diantar anya adal ah:
a. Output Utama : adalah Output yang pali ng banyak dihasi lkan ( tujuan utama pr oduksi). b. Output I kutan : adal ah Out put yang dihasilkan ber samaan dengan output utama dengan
menggunakan t eknologi yang sama. (misalnya : pabr i k ber as, output i kutannya adalah dedak)
c. Output Sampingan : adalah Output yang di hasil kan ber samaan dengan output utama namun menggunakan teknologi yang ber beda.
Gambar 1. Hubungan Input dan Output dalam Proses Pr oduksi
Kerangka Dasar Tabel I -O
For mat Tabel I-O ter dir i dar i suatu ker angka mat r ik ber ukur an n x n dimensi yang dibagi menjadi empat kuadr an dan tiap kuadran mendiskr ipsikan suatu hubungan ter tentu. Secar a singkat Tabel I-O dapat disajikan pada Gambar 2. di baw ah ini.
3.
Metode Penelitian
Data yang di gunakan untuk mel akukan kajian ini adal ah Tabel IO Pr ovinsi Papua t ahun 2010. Pengunaan Tabel IO adalah untuk menganalisis dampak insentif pajak per umahan terhadap potensi pendapatan pajak negar a dan peningkatan pendapatan masyar akat di Pr ovinsi Papua.
Ker angka analisis unt uk mengukur dampak insentif pajak per umahan terhadap potensi pener imaan pajak negar a dan peningkatan pendapatan masyar akat adalah menggunak an asumsi seper ti yang dibangun dalam ker angk a pikir per hitungan pada gambar 3 dan 4 dibaw ah.
Gambar 3. Kerangka Berpikir Perhitungan Dampak Insentif Pajak Perumahan Terhadap Potensi Pajak Negar a
Pada gambar 3 dapat di jelaskan sebagai ber ikut:
1) Unt uk menghitung dampak insent if pajak per umahan ter hadap pot ensi pener imaan paj ak, per tama-tama yang har us di lakukan adalah menent ukkan var i abel per mi nt aan akhi r yang akan digunakan untuk menghi tung potensi pajak. Dal am hal ini, apabi la di lihat dar i Tabel I nput -Output (I O) maka var iabel per mintaan akhi r yang di lihat adalah pengel uar an pemer int ah (gover nment expendit ure) dan konsumsi r umah tangga (household consumption). Kedua per mi ntaan akhir i ni memiliki per il akunya masing-masi ng, yai tu per il aku pengel uar an dan per i laku konsumsi. besar an t er t entu untuk per hi tungan dampak i nsentif pajak per umahan yaitu koefisien pajak. 4) Dalam hal ini aki bat adanya insentif pajak per umahan maka dapat mendor ong peningkat an
per mint aan per umahan yang secar a makr o akan mempengar uhi sektor-sektor ekonomi l ainnya untuk tumbuh sehingga mengakibat kan peningkat an penyer apan t enaga ker ja dan sur plus usaha di sektor pelaku usaha.
5) Peningkatan penyer apan tenaga ker ja ber dampak pada peningkat an pajak per seor angan ( Pph 21) dan peningkatan sur plus usaha ber dampak pada peningkatan pajak badan ( Pph 25). 6) Peningkatan konsumsi masyar akat kar ena adanya insenti f pajak per umahan menyebabkan
konsumsi out put sektor -sektor lainnya menjadi meningkat sehingga menyebabkan peningkat an upah dan gaji tenaga ker j a. Peni ngkat an upah dan gaji menyebabkan peningkatan konsumsi. Peningkat an konsumsi mer upakan salah satu indi kator adanya peningkatan kesejaht er aan masyar akat.
Sement ar a i tu, untuk menghitung peni ngkat an kesejahter aan masyar akat ada beber apa asumsi yang ditetapkan:
1) I nsentif pajak per umahan mempengar uhi konsumsi masyar akat ke sektor -sektor ekonomi l ainnya.
2) Sektor -sektor ekonomi lainnya mengal ami peningkatan kegiatan yang ber pengar uh ter hadap peningkat an upah dan gaji par a peker ja (U)
3) Peningkatan upah dan gaji ini mendor ong peningkatan konsumsi masyar akat. Meningkat nya konsumsi masyar akat mer upakan sal ah satu indikat or adanya peningkatan kesejaht er aan masyar akat.
4) Unt uk meli hat adanya dampak insenti f pajak ter hadap peningkat an kesejahter aan masyar akat maka diasumsikan kondisi per t ama tanpa adanya insentif pajak (C0) dan kondi si kedua adanya i nsentif pajak yang di ber i kan oleh Pemer int ah (C1) .
Secar a mat emati s per hi tungan dampak insentif pajak per umahan ter hadap pot ensi pener imaan negar a dan peni ngkatan pendapatan masyar akat seper ti disampai kan dibaw ah ini :
Tanpa Insentif Pajak Perumahan ( Pph 21)
Tn0 = t (1-A)-1 Gn0
Keter angan:
Tn0 = matr iks Penciptaaan Pajak Per seor angan (Pph 21) tanpa adanya insenti f pajak per umahan/ pengel uar an pemer intah
Gn0 = pengeluar an pemer i ntah tanpa insentif pajak per umahan
Dengan I nsentif Pajak Perumahan ( Pph 21)
Tn1 = t ( 1-A)-1 Gn1
Keter angan:
Tn1 = matr iks Penciptaaan Pajak Per seor angan (Pph 21) dengan adanya insent if pajak per umahan/ pengel uar an pemer intah
t = diagonal matr iks koefisien pajak per seor angan (Pph 21) (1-A)-1 = matr iks kebali kan (angka pengganda output)
Gn1 = pengeluar an pemer i ntah dengan insentif pajak per umahan
Tanpa Insentif Pajak Per umahan ( Pph 25)
Tn0 = t (1 -A)-1 Gn0
Keter angan:
Tn0 = matr iks Penciptaaan Pajak Badan (Pph 25) tanpa i nsentif pajak per umahan/ pengeluaran pemer i ntah
t = diagonal matr iks koefi sien pajak badan (Pph 25)
(1-A)-1 = matr iks kebalikan (angka pengganda output)
Gn0 = pengel uar an pemer intah tanpa insentif pajak per umahanDengan Insentif Pajak Perumahan ( Pph 25 )
Tn = t (1 -A)-1 Gn1
Keter angan:
Tn = matr iks Penciptaaan Pajak Badan (Pph 25) dengan i nsentif pajak per umahan/ pengeluaran pemer i ntah
t = diagonal matr iks koefi sien pajak badan (Pph 25)
(1-A)-1 = matr iks kebalikan (angka pengganda output)
Gn0 = pengel uar an pemer intah dengan insenti f pajak per umahan4.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel 3 Potensi PPN
Tabel 4 . Potensi Peningkatan Kesejahter aan Masyar akat
5.
Keter batasan dan Agenda Penelitian Mendatang
Sebagai r i set pendahuluan, penel itian ini memi liki keter batasan ant ar a lain : per tama, ukur an sampel yang digunakan masih ter batas dan li ngkup satu wilayah. Riset lanjutan disar ankan untuk menambah ukur an sampel dan w ilayah penelit ian untuk memper oleh hasil dapat digener ali sasi lebih luas. Kedua, desain penelit ian menggunakan desai n cr oss-sectional sehi ngga memili ki ket er batasan pada kausalitas hubungan. Riset l anjutan dapat dilakukan menggunakan desai n peneliti an longi tudinal yang akan member i kan t ambahan dan dukungan kuat untuk hubungan kausal dal am peneli tian ini . Ket iga, data i nput -output yang disaji kan ol eh Badan Pusat St ati sik masi h mencampur kan data per umahan dengan bangunan. Oleh kar ena it u, dalam peneli tian mendatang diper l ukan pemisahan secar a tegas sektor per umahan dar i sektor bangunan, sehi ngga dar i hasil kajian dapat di ketahui secar a lebi h jel as dampak insentif pajak per umahan ter hadap potensi pener imaan negar a dan peningkatan kesejaht er aan masyar akat .
6.
Kesimpulan
Dar i hasil analisis diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: pert ama, dalam insentif pajak per umahan ter dapat dua perilaku yang har us diper hatikan yaitu per ilaku pengeluar an yang dilakukan pemer intah dan per ilaku konsumsi yang dilakukan oleh konsumen at au masyar akat. Pemer intah melakukan pengeluar an berupa insentif pajak yang dapat ber pengar uh pada upah dan gaji, suplus usaha dan pajak t idak langsung. Sementar a masyar akat melakukan tambahan konsumsi kar ena adanya insentif pajak per umahan yang digunakan untuk mengonsumsi output dar i sektor -sektor ekonomi t er kait sekt or per umahan sehingga mendor ong peningk at an upah dan gaji yang ber pengar uh pada peningkatan konsumsi. Peningkatan konsumsi mer upakan salah satu indikator adanya peni ngkatan kesejahter aan masyar ak at .
Kedua, hasil per hitungan dampak insentif pajak per umahan ter hadap potensi pener imaan pajak neger a dan peningkatan kesejahat er aan menunjukkan bahw a kebijakan insentif ter sebut member ikan potensi pener imaan pajak negar a ber upa pajak per seor angan (Pph 21), pajak badan (pph 25) dan pajak tidak langsung PPN), sert a peningkatan kesejahter aan masyar akat.
Implikasi dar i temuan di at as adal ah : per tama, pember ian insentif pajak per umahan per lu ter us dilakukan meskipun dalam jangk a pendek dampak nya ter hadap pot ensi pener imaan pajak negar a masih kecil baik dar i Pph 21, PPh 25 maupun PPN dibandingkan jumlah insentif pajak yang diber ikan. Namun dalam jangka panjang dampak ber ganda yang diciptak annya sangat besar untuk pembangunan per ekonomian Pr ovinsi Papua. Kedua, per lunya penyusunan Tabel Input Out put Per umahan di tingkat pr ovinsi untuk menget ahui per anan sektor per umahan khususunya pembangunan perumahan untuk MBR dalam per ekonomian suatu daer ah, sehingga akan memudahkan Pemer intah untuk member ikan insentif k epada daerah-daer ah yang memiliki per hatian secar a baik dalam pembangunan per umahan bagi masyar akat ber penghasilan r endah. Ketiga, per lunya penggunaan indikator peningk at an k esejahter aan masyar akat sebagai indi kator utama dalam penilaian dampak insentif pajak per umahan, kar ena kontr i businya umumnya lebih besar dibandingkan dengan kontr ibusi dar i potensi pener imaan negar a seper ti dar i Pph 21, Pph 25 dan PPN.
Daftar Pustaka
Kuncor o, M, (2012). Akonomika Anglomer asi: Dinamika dan Dimensi Spasial Kluster Industr i Indonesia. Yogyakar ta : UPP STIM YKPN
Nazar a, S. (1997). Analisis Input Output. Jakar ta : Lembaga Pener bit Fakult as Ekonomi Univer sit as Indonesia
Nugr oho, I, dan Danur i, R. (2012). Pembangunan Wilayah: Per spektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakar ta : LP3ES