BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA
NOMOR 52 TAHUN 2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPT PUSKESMAS KABUPATEN BARITO KUALA YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPKBLUD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BARITO KUALA,
Menimbang :a. bahwa dengan telah ditetapkannya sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPKBLUD) secara penuh, maka perlu adanya petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
b. bahwa untuk tertib administrasi dan kepastian hukum, maka petunjuk pengelolaan keuangan untuk Puskesmas yang menerapkan PPKBLUD perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati Barito Kuala;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 27 Tahun 1959 tentang penetapan UndangUndang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai UndangUndang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
2. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) Sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 703/MENKES/ SK/IX/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan barang dan Jasa pada Instansi Pemerintah Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum di Lingkungan Departemen Kesehatan;
15. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor 50/PB/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Oleh Satuan Kerja Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PKBLU);
16. Keputusan Bupati Barito Kuala Nomor 188.45/ 259 / KUM / 2016 tentang Tentang Penetapan Izin Operasional Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala; 17. Keputusan Bupati Barito Kuala Nomor 188.45/91/Kum/2016
Tentang Penetapan Puskesmas dengan kawasan Perkotaan, Pedesaan, Terpencil dan Sangat Terpencil di Kabupaten Barito Kuala.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan: PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPT PUSKESMAS KABUPATEN BARITO KUALA YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPKBLUD).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Barito Kuala.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kabupaten Barito Kuala.
5. UPT Puskesmas Kabupaten Barito Kuala adalah Unit Pelaksana Teknis pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPKBLUD).
6. Dewan Pengawas Puskesmas yang selanjutnya disebut Dewan Pengawas adalah orang yang bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pengelolaan UPT Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala
7. Kepala UPT adalah Kepala UPT Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala yang telah menerapkan PPKBLUD 8. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPKBLUD) adalah kegiatan yang
pertanggung jawaban, akuntabilitas kinerja, surplus dan defisit.
9. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, yang disingkat PPK BLUD, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan, kepuasan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.
10. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, yang disingkat BPKAD adalah Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Barito Kuala yang memiliki tugas melaksanakan pengelolaan keuangan daerah dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.
11. Rencana Kerja Anggaran yang disingkat RKA adalah Rencana dan Anggaran sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
12. Rencana Bisnis dan Anggaran Puskesmas yang selanjutnya disingkat RBA Puskesmas adalah dokumen angaran perencanaan bisnis dan penganggaran tahun anggaran bersangkutan yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran Puskesmas.
13. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidahkaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.
14. Pembiayaan dan tarif adalah perhitungan biaya per unit (unit cost) layanan atau hasil perinvestasi dana atas pertimbangan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, azas keadilan dan kepatutan serta kompetisi yang sehat.
15. Rencana strategis bisnis mencakup :
a. Visi, yaitu suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan;
b. Misi, yaitu sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan ber hasil dengan baik;
c. Program strategis, yaitu program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul ; dan
d. Pengukuran pencapaian kinerja, yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggambarkan apakah hasil kegiatan tahun berjalan dapat tercapai dengan disertai analisis atas faktorfaktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tercapainya kinerja tahun berjalan. 16. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk kas dan tagihan
BLUD yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode anggaran bersangkutan yang tidak perlu dibayar kembali.
17. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh BLUD.
18. Biaya adalah sejumlah pengeluaran yang mengurangi ekuitas dana lancar untuk memperoleh barang dan/atau jasa untuk keperluan operasional BLUD.
ekonomis yang dapat meningkatkan kemampuan BLUD dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
20. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas didapat atau dibayar.
21. Rekening kas Puskesmas adalah rekening tempat penyimpanan uang Puskesmas yang dibuka oleh Kepala UPT Puskesmas pada Bank milik Pemerintah atau swasta untuk menampung seluruh penerimaan pendapatan dan pembayaran pengeluaran Puskesmas.
22. Laporan keuangan konsolidasi adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas akuntansi sehingga tersaji sebagai suatu entitas pelaporan.
23. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Puskesmas yang selanjutnya disingkat DPA Puskesmas adalah dokumen yang memuat pendapatan dan biaya, proyeksi arus kas, jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Puskesmas.
24. Rencana Strategis Bisnis Puskesmas yang selanjutnya disingkat Renstra Bisnis Puskesmas adalah dokumen lima tahunan yang memuat visi, misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja dan arah kebijakan operasional Puskesmas.
25. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidahkaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.
26. Nilai omset adalah jumlah seluruh pendapatan operasional yang diterima oleh Puskesmas yang berasal dari barang dan/atau hasil usaha lainnya.
27. Nilai aset adalah jumlah aktiva yang tercantum dalam neraca Puskesmas pada akhir suatu tahun buku tertentu, dan merupakan bagian dari aset pemerintah daerah yang tidak terpisahkan.
28. Tarif adalah imbalan atas barang dan/atau jasa yang diberikan oleh Puskesmas termasuk imbalan hasil yang wajar dari investasi dana, dapat bertujuan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya perunit layanan.
BAB II
PENGELOLAAN KEUANGAN PUSKESMAS Bagian Pertama
Perencanaan dan Penganggaran Pasal 2
(1) Puskesmas wajib menyusun :
a. Renstra Bisnis Puskesmas dengan mengacu kepada Rencana Strategis Daerah.
b. RBA Puskesmas tahunan dengan mengacu kepada Renstra Bisnis Puskesmas.
keuangan lima tahunan Puskesmas.
(3) Kepala UPT Puskesmas wajib menyusun RBA Puskesmas, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran berakhir.
(4) Rancangan RBA Puskesmas disampaikan kepada Kepala Daerah Kabupaten Barito Kuala melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala untuk mendapatkan pengesahan.
Pasal 3
(1) Visi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), memuat suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan.
(2) Misi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), memuat sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana sesuai dengan bidangnya dan berhasil dengan baik.
(3) Program strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), memuat program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai sampai dengan kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul.
(4) Pengukuran pencapaian kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) memuat ukuran yang dilakukan dengan menggambarkan pencapaian hasil kegiatan dengan disertai analisis atas faktorfaktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tercapainya kinerja.
(5) Rencana pencapaian lima tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), memuat rencana capaian kinerja pelayanan tahunan selama 5 (lima) tahun.
(6) Proyeksi keuangan lima tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), memuat perkiraan capaian kinerja keuangan tahunan selama 5 (lima) tahun.
Bagian Kedua Penganggaran
Pasal 4
Penyusunan RBA Puskesmas disusun berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, APBD dan APBN, dan sumbersumber pendapatan Puskesmas lainnya.
Pasal 5
RBA Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan kegiatan Puskesmas dengan berpedoman pada pengelolaan keuangan Puskesmas,
Pasal 6
a. Kinerja tahun berjalan; b. Asumsi mikro dan makro; c. Target kinerja;
d. Analisis dan perkiraan biaya satuan; e. Perkiraan harga;
f. Anggaran pendapatan dan biaya; g. Besaran prosentase ambang batas; h. Prognosis laporan keuangan;
i. Perkiraan maju (forward estimate);
j. Rencana pengeluaran investasi/modal; dan
k. Ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA APBD.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan usulan program, kegiatan, standar pelayanan minimal dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan.
Pasal 7
(1) Kinerja tahun berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, meliputi pencapaian kinerja tahun berjalan.
(2) Asumsi makro dan mikro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 aya t (1) huruf b antara lain meliputi tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai kurs, tarif, dan volume pelayanan.
(3) Target kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, meliputi antara lain perkiraan pencapaian kinerja pelayanan dan perkiran keuangan pada tahun yang direncanakan.
(4) Analisis dan perkiraan biaya satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf d, merupakan perkiraan biaya per unit penyedia barang dan/atau jasa pelayanan yang diberikan, setelah memperhitungkan seluruh komponen biaya dan volume barang
(6) Anggaran pendapatan dan biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf f, merupakan rencana anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan yang dinyatakan dalam satuan uang yang tercermin dari rencana pendapatan dan biaya.
(7) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf g, merupakan besaran persentase perubahan anggaran bersumber dari pendapatan operasioanal yang diperkenankan dan ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional Puskesmas.
(8) Prognosis laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h, merupakan perkiraan realisasi keuangan tahun berjalan seperti tercermin pada laporan operasional, neraca, dan laporan arus kas.
(9) Perkiraan maju ( forward estimate ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i, merupakan perhitungan kebutuhan dana untuk tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.
Pasal 6 ayat (1) huruf j, merupakan rencana pengeluaran dana untuk memperoleh aset tetap.
(11) Ringkasan pendapatan dan biaya utuk konsolidasi dengan RKAAPBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal l 6 ayat (1) huruf k, merupakan ringkasan pendapatan dan biaya dalam RBA yang disesuaikan dengan format RKAAPBD.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipersamakan sebagai RKA SKPD.
Pasal 9
(1) RBA Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 disampaikan kepada BPKAD untuk selanjutnya disampaikan kepada Tim Anggaran Pendapatan Daerah untuk dilakukan penelaahan.
(2) RBA Puskesmas, yang telah dilakukan penelaahan oleh Tim Anggaran Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(1) Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, Kepala UPT melakukan penyesuaian terhadap RBA untuk ditetapkan menjadi RBA definitif.
(2) RBA definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipakai sebagai dasar penyusunan DPA Puskesmas untuk diajukan kepada BPKAD.
(1) DPA Puskesmas paling sedikit mencakup seluruh pendapatan dan belanja, proyeksi, arus kas, serta jumlah dan kualitas jasa dan atau barang yang akan dihasilkan Puskesmas
(2) BPKAD sesuai dengan kewenangannya, mengesahkan DPA Puskesmas paling lambat tanggal 31 Desember menjelang awal tahun anggaran. ditandatangani oleh Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya dengan Kepala UPT antara lain memuat kesanggupan untuk meningkatkan :
c. manfaat bagi layanan masyarakat; d. menerapkan praktek bisnis yang sehat.
(5) DPA Puskesmas menjadi dasar dari penarikan dana bersumber dari APBN dan atau APBD oleh Puskesmas
(6) Penarikan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (5), digunakan untuk belanja pegawai, belanja modal, barang dan/atau jasa, dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. a. Jasa layanan Umum;
b. Jasa layanan JKN;
c. Jasa layanan Jampersal Daerah ;
d. Lainlain pendapatan BLUD Puskesmas yang sah.
Pasal 13
(1) Pendapatan Puskesmas yang bersumber dari jasa layanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, berupa imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat umum. (2) Pendapatan Puskesmas yang bersumber dari jasa layanan JKN
sebagaimana dana kapitasi dari BPJS.
(3) Pendapatan Puskesmas yang bersumber dari jasa layanan Jampersal daerah imbalan yang diperoleh dari jasa layanan persalinan yang diberikan kepada masyarakat yang berdomisilidan mempunyai KTP Barito Kuala.
(4) Pendapatan Lainlain pendapatan BLUD Puskesmas yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf f, antara lain :
lainlain pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan BLUD Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesehatan yang menerapkan PPK BLUD.
(3) Seluruh pendapatan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada BPKAD setiap triwulan.
(4) Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tercantum dalam lampiran I Peratuan Bupati ini.
Pasal 15
(1) Biaya Puskesmas terdiri dari biaya Operasional dan Non Operasional. (2) Biaya Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup
seluruh biaya yang menjadi beban Puskesmas, dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya.
(3) Biaya Non Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup seluruh biaya yang menjadi beban Puskesmas, dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya.
(4) Biaya Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dialokasikan untuk membiayai program peningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung pelayanan.
(5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis, program dan kegiatan.
Pasal 16
(1) Biaya Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), terdiri dari :
a. biaya pelayanan kesehatan, meliputi : 1) biaya pegawai;
2) biaya barang dan jasa;
b. biaya pendukung pelayanan kesehatan, meliputi : 1) Biaya pegawai;
2) Biaya barang dan jasa; 3) Biaya modal;
(2) Biaya pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup seluruh biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan kesehatan.
(3) Biaya pendukung pelayan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, mencakup seluruh biaya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan kesehatan.
Pasal 17
Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), terdiri dari :
a. biaya bunga;
b. biaya administrasi bank;
c. biaya kerugian penjualan aset tetap; d. biaya kerugian penurunan nilai; e. biaya non operasional lainlain.
(1) Seluruh pengeluaran Puskesmas yang bersumber dari dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a sampai f disampaikan kepada Bagian Keuangan Setda Kabupaten Barito Kuala setiap triwulan.
(2) Seluruh pengeluaran biaya Puskesmas yang bersumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan menerbitkan SPM, pengesahan dilampiri dengan Surat Pertanggungjawaban (SPJ).
(3) Format SPJ sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum pada Lampiran II Peratuan Bupati ini.
(4) Format laporan pengeluaran (realisasi biaya) sebagaimana dimaksud ayat (2), tercantum dalam lampiran III Peratuan Bupati ini.
(5) Format SPM tercantum dalam lampiran IV Peraturan Bupati ini.
Pasal 19
(1) Pengeluaran biaya Puskesmas diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan.
(2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), merupakan pengeluaran biaya yang disesuaikan dan signifikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA yang telah ditetapkan secara definitif.
(3) Fleksibilitas pengeluaran biaya Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku untuk biaya puskesmas yang berasal dari pendapatan selain dari APBN/APBD dan hibah terikat.
(4) Fleksibilitas perubahan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Puskesmas dapat melakukan perubahan RBA Puskesmas dan DPA Puskesmas setiap triwulan dengan persetujuan BPKAD.
(5) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) akan dilakukan perhitungan kumulatif pada anggaran perubahan tahun berjalan.
(6) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, Puskesmas mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBD kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Kuala melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 20
(1) Ambang batas RBA Puskesmas , sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2), ditetapkan dengan besaran persentase.
(2) Besaran persentase sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional Puskesmas, (3) Besaran persentase sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan
dalam RBA Puskesmas, dan DPA Puskesmas oleh BPKAD.
(4) Persentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi, dapat dicapai, terukur, rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bagian Keempat Pengelolaan Kas
Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dilaksanakan melalui rekening kas Puskesmas.
Pasal 22
(1) Dalam rangka pengelolaan kas, Puskesmas menyelenggarakan halhal sebagai berikut :
a. merencanakan penerimaan dan pengelolaan kas;
b. melakukan pemungutan pendapatan dan atau tagihan; c. menyimpan kas dan mengelola rekening bank;
d. melakukan pembayaran;
e. mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek untuk memperoleh pendapatan;
f. memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh tambahan.
(2) Pengelolaan kas Puskesmas dilaksanakan berdasarkan praktek bisnis yang sehat.
(3) Penarikan dana yang bersumber dari APBN dan atau APBD dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku.
(4) Rekening bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dibuka oleh Kepala UPT Puskesmas pada Bank
(1) Puskesmas dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan Puskesmas.
(2) Piutang Puskesmas dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab serta memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisinis yang sehat dan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
(3) Puskesmas melaksanakan penagihan piutang pada saat piutang jatuh tempo.
(4) Untuk melaksanakan tagihan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Puskesmas menyiapkan bukti dan administrasi penagihan serta menyelesaikan tagihan atas piutang Puskesmas.
(5) Penagihan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang sulit ditagih dapat dilimpahkan kepada Kepala Daerah dengan dilampiri buktibukti valid yang sah.
(6) Piutang Puskesmas dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang. (7) Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang sebagaimana
Pasal 24
(1) Puskesmas dapat melakukan pinjaman/utang sehubungan dengan kegiatan operasional dan atau perikatan peminjaman dengan pihak lain atas persetujuan Kepala Daerah.
(2) Pinjaman/utang Puskesmas, dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.
(3) Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek ditujukan hanya untuk belanja operasional termasuk untuk menutup defisit kas.
(4) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang ditujukan hanya untuk belanja modal/pengeluaran investasi. (5) Pinjaman jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terlebih
dahulu wajib mendapat persetujuan Kepala Daerah.
(6) Perikatan peminjaman dilakukan oleh Pejabat yang berwenang secara berjenjang berdasarkan nilai pinjaman.
(7) Kewenangan peminjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dengan peraturan Bupati Barito Kuala.
Pasal 25
(1) Puskesmas wajib membayar bunga dan pokok utang yang telah jatuh tempo.
(2) Kepala UPT dapat melakukan pelampauan pembayaran bunga dan pokok sepanjang tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan dalam RBA Puskesmas.
Bagian Keenam Investasi Pasal 26
(1) Puskesmas dapat melakukan investasi sepanjang memberi manfaat bagi peningkatan pendapatan dan pelayanan kepada masyarakat serta tidak mengganggu likuiditas keuangan Puskesmas.
(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang atas persetujuan Kepala Daerah.
Pasal 27
(1) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) merupakan investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan pemanfaatan surplus kas jangka pendek.
(3) Karakteristik investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah :
c. beresiko rendah.
Pasal 28
Puskesmas tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan Kepala Daerah.
(2) Pendapatan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran sesuai RBA.
Bagian Ketujuh Kerjasama
Pasal 30
(1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, Puskesmas dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain atas izin Kepala Daerah. (2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, ekonomis dan saling menguntungkan.
Pasal 31
(1) Kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (1), antara lain :
a. kerjasama operasi; b. sewa menyewa ;
c. usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi Puskesmas
(2) Kerjasama operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan ikatan antara Puskesmas dengan pihak lainnya, melalui pengelolaan manajemen dan proses operasional secara bersama dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
(3) Sewa menyewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan hak penggunaan/pemakaian barang/alat Puskesmas kepada pihak lain atau sebaliknya dengan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk jangka waktu tertentu, baik sekaligus maupun secara berkala.
(4) Usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan kerjasama dengan pihak lain yang menghasilkan pendapatan bagi Puskesmas dengan tidak mengurangi kualitas pelayanan umum yang menjadi
(1) Hasil kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 merupakan pendapatan Puskesmas.
(2) Pendapatan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran sesuai RBA Puskesmas.
Pengadaan Barang/Jasa Pasal 33
(1) Pengadaan barang/jasa pada Puskesmas dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi pangadaan barang/jasa pemerintah.
(2) Pengadaan barang/jasa dilakukan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktek bisnis yang sehat.
Pasal 34
(1) Puskesmas selaku Unit Pelaksana Teknis pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesehatan yang melaksanakan PPK BLUD diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ayat (1) apabila terdapat alasan efektifitas dan/atau efisiensi.
(2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), diberikan terhadap pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari pendapatan fungsional, yaitu :
a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat;
c. hasil kerjasama dengan pihak lain; dan
d. lainlain pendapatan BLUD Puskesmas yang sah. Pasal 35
(1) Pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat 2 diatur sebagai berikut:
a) Pengadaan dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000, (Lima Puluh juta rupiah) dapat dilakukan dengan swakelola;
b) Pengadaan dengan nilai diatas Rp.50.000.000, (Lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000, (Dua ratus juta rupiah) dilakukan dengan cara Pembelian Langsung:
c) Pengadaan dengan nilai diatas Rp. 200.000.000, (Dua ratus juta rupiah) Sampai dengan Rp. 500.000.000, (Lima ratus juta rupiah) dilakukan dengan cara Penunjukan langsung;
d) Pengadaan dengan nilai diatas Rp. 500.000.000, (Lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000.000, (Satu Milyar rupiah) dilakukan dengan cara Pemilihan Langsung;
e) Pengadaan dengan nilai diatas Rp. 1.000.000.000, (Satu Milyar rupiah) dilakukan dengan cara Pelelangan/Tender.
(2) Ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan Kepala UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dapat menjamin keter sediaan barang dan/atau jasa yang lebih bermutu, lebih murah, proses pengadaan yang sederhana dan cepat serta mudah menyelesaikan dengan kebutuhan untuk mendukung kelancaran pelayanan Puskesmas.
Pasal 36
apabila memenuhi kriteria tertentu yang diatur dalam Standar Operasional dan Prosedur (SOP).
Pasal 37
Penetapan Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi dengan Prakualifikasi : 1. Seleksi Umum/seleksi terbatas, dilakukan terhadap nilai pekerjaan di atas
Rp.500.000.000, (Lima ratus Juta rupiah);
2. Seleksi Langsung, dilakukan terhadap pekerjaan dengan nilai diatas Rp. 200.000.000, (Dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000, (lima ratus juta rupiah);
3. Penunjukan langsung, dengan nilai pekerjaan sampai dengan Rp. 200.000.000, (Dua ratus juta rupiah).
Pasal 38
Pengadaan Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi dengan Prakualifikasi : 1. Berdasarkan Kontrak Kerja Sama Operasional (KSO) yang ditandatangani
Oleh Kepala UPT dengan Pihak ketiga sesuai dengan SOP/Protap;
2. Penyerahan pekerjaan oleh penyedia barang/jasa sesuai dengan Surat Pesanan dan ditandatangani oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Puskesmas/Pejabat yang Berwenang.
Pasal 39
Pengadaan barang/jasa yang dananya berasal dari hibah terikat dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberian hibah, atau ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang berlaku bagi Puskesmas sepanjang disetujui pemberi hibah.
Pasal 40
(1) Pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, dilakukan oleh pelaksana pengadaan barang/jasa.
(2) Kelancaran dalam pengadaan barang/jasa di Puskesmas dibentuk Layanan Pengadaan Barang/Jasa yang ditetapkan dengan keputusan Kepala UPT.
(3) Layanan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas melaksanakan pengadaan barang/jasa guna keperluan Puskesmas.
(4) Layanan Pengadaan Barang/Jasa, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari personil yang memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan.
Pasal 41
Penunjukan pelaksana pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (3), dilakukan dengan prinsip :
1. Objektivitas, dalam hal penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas moral, kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan barang/jasa, tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya pengadan barang/jasa;
pertentangan kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukan pejabat lain baik langsung maupun tidak langsung; dan 3. Saling uji (cross check), dalam hal berusaha memperoleh informasi dari
sumber yang berkompeten, dapat dipercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mendapat keyakinan yang memadai dalam melaksanakan penunjukan pelaksana pengadaan lain.
Pasal 42
(1) Bentuk pertanggungjawaban untuk sewa lahan/barang dilengkapi dengan kontrak kerjasama yang ditandatangani oleh kedua pihak, dengan kwitansi sebagai tanda pembayaran lunas;
(2) Pelaksanaan kontrak kerjasama sebagaimana pada ayat (1) dilakukan setelah diadakan penelitian terhadap keabsahan dan kejelasan dokumen pendukung yang dijadikan obyek dalam kontrak kerjasama, dan dijadikan sebagai lampiran kontrak yang tak terpisahkan;
(3) Bentuk dan format kontrak kerjasama mengikuti peraturan perundang undangan yang berlaku;
(4) Pendapatan yang dihasilkan sebagaimana pada ayat (1) disetorkan dalam lainlain pendapatan puskesmas yang sah;
(5) Mekanisme pengadaan barang/jasa diluar ruang lingkup pedoman ini mengikuti peraturan perundangundangan yang berlaku.
Bagian Kesembilan Pengelolaan Barang
Pasal 43
(1) Barang inventaris milik Puskesmas dapat dialihkan kepada pihak lain dan atau dihapuskan berdasarkan pertimbangan ekonomis.
(2) Pengalihan kepada pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan atau dihibahkan.
(3) Barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan barang pakai habis, barang untuk diolah atau dijual, barang lainnya yang tidak memenuhi persyaratan sebagai aset tetap.
(4) Penerimaan hasil penjualan barang inventaris sebagai pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pendapatan Puskesmas.
(5) Pengalihan dan atau penghapusan barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), dilaporkan kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah dan dituangkan dalam laporan keuangan Puskesmas.
Pasal 44
(1) Puskesmas tidak dapat mengalihkan dan atau menghapus aset tetap, kecuali atas persetujuan Kepala Daerah.
(2) Aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan Puskesmas atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
(4) Penerimaan hasil penjualan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan pendapatan Puskesmas
(5) Pengalihan dan atau penghapusan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilaporkan kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
(6) Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi Puskesmas harus mendapat persetujuan Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 45
(1) Tanah dan bangunan Puskesmas disertifikatkan atas nama Pemerintah Daerah.
(2) Tanah dan bangunan yang tidak digunakan Puskesmas untuk penyelenggaraan tugas pokok, fungsinya dapat dialihkan oleh Kepala UPT dengan persetujuan Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Bagian Kesepuluh Surplus dan Defisit Anggaran
Pasal 46
(1) Surplus anggaran Puskesmas merupakan selisih lebih antara realisasi biaya Puskesmas pada satu tahun anggaran.
(2) Surplus anggaran Puskesmas dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya untuk direncanakan penggunaannya pada tahun berikutnya kecuali atas permintaan Kepala Daerah sesuai kewenangannya disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas Puskesmas.
Pasal 47
(1) Defisit anggaran Puskesmas merupakan selisih kurang antara realisasi pendapatan dengan realisasi biaya Puskesmas pada satu tahun anggaran. (2) Defisit anggaran Puskesmas dapat diajukan usulan pembiayaannya pada
tahun anggaran berikutnya kepada BPKAD. Bagian Kesebelas Penyelesaian Kerugian
Pasal 48
Setiap kerugian Daerah pada Puskesmas yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang diselesaikan dengan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai penyelesaian kerugian daerah.
Bagian Keduabelas Penata usahaan
Pasal 49
Penatausahaan keuangan Puskesmas paling sedikit memuat : 1. pendapatan/biaya;
3. utang/piutang;
(1) Penatausahaan keuangan yang bersumber dari BLUD Puskesmas dilakukan secara tertib, efektif, efisien, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Penatausahaan keuangan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan order kas yang disetujui oleh masingmasing bidang dan pengguna anggaran, untuk mengajukan permohonan dana sesuai dengan surat pertanggung jawaban yang diajukan.
(3) Bendahara pengeluaran mencairkan dana dari kas Puskesmas atas persetujuan dari Kepala UPT dengan menerbitkan Bukti Kas Keluar.
(4) Setiap teriwulan selambatlambatnya tanggal 10 bulan berikut, Puskesmas mengajukan Surat Permintaan Pengesahan (SP2) kepada Bupati melalui Bagian Keuangan untuk mendapatkan pengesahan atas penerimaan dan pengeluaran sebagaimana tercantum dalam lampiran V Peraturan Bupati ini.
(5) SP2 dilampiri dengan Laporan Pertanggungjawaban (SPJ) sebagai berikut : a. Laporan realisasi anggaran
b. Laporan aliran kas
c. Salinan Rekening Koran Bank d. Laporan Neraca
(6) Laporan disusun sesuai dengan Kebijakan dan Pedoman Akuntansi Puskesmas.
(7) Berdasarkan SPJ dan SP2 setelah dilakukan verifikasi maka Bagian Keuangan Menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM), sebagai pengesahan atas pengeluaran dan penerimaan Puskesmas.
(8) Format Order Kas sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI Peratuan Bupati ini.
(9) Format Bukti Kas Keluar sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII Peratuan Bupati ini.
Pasal 51
(1) Penatausahaan keuangan yang bersumber dari APBD yaitu setiap bulan Puskesmas mengajukan Surat Penyediaan Dana (SPD) atas pengeluaran Puskesmas yang bersumber dari APBD.
(2) Kepala Bagian Keuangan selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) menerbitkan Surat Penyedia Dana (SPD) atas anggaran dan pengeluaran Puskesmas.
(3) Surat Penyedia Dana (SPD) diterbitkan sesuai dengan Perencanaan Anggaran Kas yang disusun setiap bulan.
(4) Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.
(5) Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk menerbitkan SP2D atas beban pengeluaran Puskesmas.
Umum Daerah (BUD)/Kuasa BUD berdasarkan SPM yang diajukan oleh
Puskesmas menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat.
Pasal 53
(1) Setiap transaksi keuangan Puskesmas harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib.
(2) Akuntansi dan laporan keuangan Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan, pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan ekuitas dana.
(4) Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu kepada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya
Pasal 54
(1) Laporan keuangan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) sekurangkurangnya meliputi laporan realisasi anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan, disertai mengenai laporan kinerja .
(2) Laporan keuangan unitunit usaha/layanan yang diselenggarakan Puskesmas dikonsolidasikan dalam laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Lembar muka laporan keuangan unitunit usaha/layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimuat sebagai lampiran laporan keuangan Puskesmas.
(4) Laporan keuangan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berkala kepada Kepala Bagian Keuangan Sekretaris Daerah Kabupaten Barito Kuala melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala, sesuai dengan kewenangannya, untuk dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
(5) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada Kepala Daerah, sesuai dengan kewenangannya, paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode laporan berakhir.
(6) Laporan keuangan Puskesmas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Kuala.
(7) Penggabungan laporan keuangan Puskesmas adalah laporan keuangan Puskesmas dan Pemerintah Daerah disesuaikan dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
(8) Laporan pertanggungjawaban keuangan Puskesmas diaudit oleh pemeriksa eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Pasal 55
(1) Kepala UPT bertanggung jawab terhadap kinerja operasional Puskesmas sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan dalam RBA Puskesmas. (2) Kepala UPT mengikhtisarkan dan melaporkan kinerja operasional
Puskesmas secara terintegrasi dengan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1).
(1) Pembinaan Puskesmas, dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala.
(2) Pengawasan terhadap Puskesmas dilakukan secara periodik oleh Inspektorat atau Dewan Pengawas Puskesmas Kabupaten Barito Kuala. (3) Badan Pengawas lainnya dapat didatangkan untuk melakukan
pengawasan, dan atau audit/pemeriksaan atas usulan Bupati sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku.
(4) Pembinaan keuangan Puskesmas, dilakukan oleh BPKAD.
Pasal 57
(1) Pengawasan operasional Puskesmas dilakukan pengawas internal.
(2) Pengawasan internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Satuan Pengawas Internal (SPI) yang berkedudukan langsung di bawah Kepala UPT Puskesmas.
a. Keseimbangan antara manfaat dan beban; b. Kompleksitas manajemen;
c. Volume dan/atau jangkauan pelayanan.
Pasal 59
(1) Pangawas internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 bersamasama jajaran manajemen Puskesmas menciptakan dan meningkatkan pengendalian internal Puskesmas.
(2) Fungsi pengendalian internal Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), membantu manajemen Puskesmas dalam hal ini :
a. Pengamanan harta kekayaan;
b. Menciptakan akurasi system informasi keuangan; c. Menciptakan efisiensi dan produktifitas;
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan praktek bisnis yang sehat.
(3) Kriteria dan persyaratan yang dapat diusulkan menjadi pengawas internal antara lain :
a. mempunyai etika, integritas dan kapabilitas yang memadai;
BAB IV REMUNERASI
Pasal 60
(1) Kepala UPT, Dewan Pengawas, dan pegawai Puskesmas dapat diberikan remunerasi sesuai dengan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.
(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atau prestasi, pesangon, dan/atau pensiun.
Pasal 61
(1) Penetapan remunerasi Puskesmas mempertimbangkan faktorfaktor : a. ukuran dan jumlah aset yang dikelola Puskesmas, tingkat pelayanan
serta produktifitas;
b. pertimbangan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis; c. kemampuan pendapatan Puskesmas;
d. kinerja operasional Puskesmas, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan mempertimbangkan antara lain indikator keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.
(2) Ketentuan mengenai remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dan ditetapkan kemudian oleh Kepala UPT atas persetujuan Dewan Pengawas.
BAB V
EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA Pasal 62
(1) Evaluasi dan penilaian kinerja Puskesmas dilakukan setiap tahun oleh Kepala Daerah dan/atau Dewan Pengawas terhadap aspek keuangan dan non keuangan.
(2) Evaluasi dan penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian hasil pengelolaan Puskesmas sebagaimana ditetapkan dalam Renstra dan RBA Puskesmas.
Pasal 63
Evaluasi dan penilaian kinerja dari aspek keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, dapat diukur berdasarkan tingkat kemampuan Puskesmas dalam :
1. memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan (rentabilitas);
2. memenuhi kewa jiban jangka pendeknya ( likuiditas ); 3. memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas);
4. kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai pengeluaran.
Pasal 64
Pasal 58 ayat (1) dapat diukur berdasarkan perspektif pelanggan, proses internal pelayanan, pembelajaran, dan pertumbuhan.
BAB VI
TARIF PELAYANAN Pasal 65
(1) Tarif pelayanan kesehatan harus memperhatikan kepentingan : a. Masyarakat miskin.
b. Kontinuitas dan pengembangan layanan. c. Asas keadilan
d. Kemampuan daya beli masyarakat dan tarif Puskesmas.
(2) Tarif pelayanan kesehatan dihitung dan disusun berdasarkan perhitungan biaya per unit layanan (Unit Cost) dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
(3) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengenai tarif layanan BLUD dapat dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(4) Sistem remunerasi/pembagian jasa pelayanan dan jasa medis untuk Pegawai, Dewan Pengawas dan Dewan Pembina bersumber dari komponen tarif pelayanan Puskesmas diatur sesuai dengan indikator standar medis dan keperawatan serta kompetensi yang ditetapkan dengan keputusan Kepala UPT Puskesmas
(5) Pembayaran gaji bagi tenaga kontrak ditetapkan dengan keputusan Kepala UPT Puskesmas sesuai dengan kemampuan keuangan Puskesmas.
(6) Remunerasi yang ditujukan untuk Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas dan Dewan Pembina diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
BAB VII KETENTUAN LAIN
Pasal 66
Investasi yang telah dimiliki atau dilakukan Puskesmas sebelum ditetapkan menjadi PPKBLUD Puskesmas, dianggap telah mendapat persetujuan investasi dari Kabupaten Barito Kuala, sesuai dengan kewenangannya, pada saat Puskesmas ditetapkan menjadi PPKBLUD.
Pasal 67
Pada saat mulai berlakunya peraturan Kabupaten Barito Kuala semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan Puskesmas yang telah ada, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Bupati ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 68
Keputusan Kepala UPT Puskesmas Kecamatan Kabupaten Barito Kuala.
Pasal 69
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah.
Ditetapkan di Marabahan
Pada tanggal 3 Desember 2016
BUPATI BARITO KUALA,
H. HASANUDDIN MURAD
Diundangkan di Marabahan Pada tanggal 4 Januari 2017
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA,
H. SUPRIYONO
Lampiran I : Peraturan Bupati Barito Kuala Nomor 52 Tahun 2016
Tanggal 3 Desember 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO KUALA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ... Jl. ………...…………
LAPORAN PENDAPATAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PUSKESMAS …… TRIWULAN ... TAHUN ……….
N
o Uraian
Anggara n Dalam
DPA
Realisasi S/D Triwulan
Lalu
Realisas i Triwula
n ini
Realisas i S/D Triwula
n ini
Lebih (Kurang) 1. Jasa Layanan
Umum
2. Jasa Layanan ……..
3. Jasa Layanan ……..
4. Jasa Layanan Jampersal 5. Jasa Layanan
……. 6. Lainlain
sah. JUMLAH
Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(………...) NIP. ……….
………..20………. Kepala UPT Puskesmas,
(………..) NIP. ……….
Lampiran II: Peraturan Bupati Barito Kuala Nomor 52 Tahun 2016
Tanggal 3 Desember 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO KUALA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ...
Jl. ………
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BIAYA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
Puskesmas
Sehubungan dengan pengeluaran biaya BLUD Puskesmas Triwulan … Tahun Anggaran ……… sebesar RP. ………….. ( ………. ), yang berasal dari pendapatan : Jasa Layanan, Hibah, Hasil Kerjasama dan Lainlain Pendapatan yang Sah, adalah tanggung jawab kami.
Pengeluaran biaya tersebut telah dilaksanakan dan dikelola berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dalam kerangka pelaksanaan DPA, dan dibukukan sesuai Standar Akuntansi yang berlaku pada BLUD dan bukti bukti pengeluaran ada pada kami.
Demikian surat Pernyataan ini dibuat untuk mendapatkan pengesahan pengeluaran biaya BLU Puskesmas.
……….., ………
Kepala UPT Puskesmas ,
NIP.
BUPATI BARITO KUALA,
(...)
lampiran III : Peraturan Bupati Barito Kuala Nomor 52 Tahun 2016
Tanggal 3 Desember 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO KUALA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ...
Jl. ………
LAPORAN REALISASI BIAYA
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PUSKESMAS TRIWULAN ………… TAHUN …….
N
o Uraian
Anggar an Dalam
DPA
Realisa si S/D Triwula
n Lalu
Realisa si Triwula
n ini
Realisa si S/D Triwula
n ini
Lebih (Kurang
)
1 2 3 4 5 6 7
A
. Biaya Operasional 1 Biaya Pelayanan
a. Biaya pegawai b. Biaya bahan
c. Biaya jasa layanan d. Biaya pemeliharaan e. Biaya barang dan jasa
BUPATI BARITO KUALA,
f. Biaya depresiasi g. Biaya pelayanan lainnya
Jumlah
2 Biaya Umum dan Administrasi a. Biaya pegawai b. Biaya administrasi kantor
c. Biaya pemeliharaan d. Biaya barang dan jasa e. Biaya promosi
f. Biaya depresiasi g. Biaya umum dan
administrasi lainnya Jumlah
B
. Biaya Non Operasional a. Biaya bunga
b. Biaya administrasi bank
c. Kerugian penjualan aset tetap
d. Kerugian penurunan nilai kurs
e. Biaya non operasional lainnya
Jumlah C
. Pengeluaran Investasi a. Pembelian surat berharga
b. Pengeluaran pembelian tanah c. Pengeluaran pembelian gedung d. Pengeluaran untuk
peralatan dan mesin e. Pengeluaran untuk sarana fisik lainnya Jumlah
D
. Pengeluaran Pendanaan/Pembiayaan a. Pembayaran pokok hutang
b. Pembayaran bunga c. Pembayaran
administrasi, komisi, provisi, denda
Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(………...) NIP. ……….
………..20………. Kepala UPT Puskesmas,
(………..) NIP. ……….
Lampiran IV: Peraturan Bupati Barito Kuala Nomor 52 Tahun 2016
Tanggal 3 Desember 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO KUALA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ...
Jl. ………
SURAT PERINTAH MEMBAYAR PENGESAHAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH Puskesmas…..
TRIWULAN ... TAHUN………..
N
o Uraian
Anggar an Dalam
DPA
Realisa si S/D Triwula
n Lalu
Realisa si Triwula
n ini
Realis asi S/D Triwul
an ini
Lebih (Kuran
g)
1 2 3 4 5 6 7
A. Biaya Operasional 1 Biaya Pelayanan
a. Biaya pegawai b. Biaya bahan
c. Biaya jasa layanan
BUPATI BARITO KUALA,
d. Biaya pemeliharaan e. Biaya barang dan jasa
f. Biaya depresiasi g. Biaya pelayanan lainnya
Jumlah
2 Biaya Umum dan Administrasi a. Biaya pegawai b. Biaya administrasi kantor
c. Biaya pemeliharaan d. Biaya barang dan jasa
e. Biaya promosi f. Biaya depresiasi g.Biaya umum dan
administrasi lainnya B. Biaya Non Operasional
a. Biaya bunga
b. Biaya administrasi bank
c. Kerugian penjualan aset tetap
d. Kerugian penurunan nilai kurs
e. Biaya non
operasional lainnya Jumlah
C. Pengeluaran Investasi a. Pembelian surat berharga
b. Pengeluaran pembelian tanah c. Pengeluaran pembelian gedung d. Pengeluaran untuk
peralatan dan mesin e. Pengeluaran untuk sarana fisik lainnya Jumlah
D. Pengeluaran Pendanaan/ Pembiayaan
a. Pembayaran pokok hutang
b. Pembayaran bunga c. Pembayaran
Jumlah
Mengesahkan, Kepala Bagian Keuangan Sekretaris Daerah Kabupaten
Barito Kuala
(………...) NIP. ……….
………..20………. Kepala UPT Puskesmas,
(………..) NIP. ……….
Lampiran V : Peraturan Bupati Barito Kuala Nomor 52 Tahun 2016
Tanggal 3 Desember 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO KUALA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ...
Jl. ………
Nomor : .../.../SP.2/PUSK I Kepada :
Lamp. : 1 (satu ) bendel Yth. Bupati Barito Kuala Cq. Kepala Bagian Keuangan Setda
Kabupaten Barito Kuala di
Periha
l : Surat Permintaan Pengesahan
Barito Kuala. SURAT PERMINTAAN PENGESAHAN (SP.2)
PUSKESMAS………… KABUPATEN BARITO KUALA
TRIWULAN / BULAN : ... TAHUN ANGGARAN …….. BUPATI BARITO KUALA,
Dengan ini kami mohon disahkan pengeluaran dan penerimaan Puskesmas : 1. Unit/Organisasi Daerah : Puskesmas ………...
2. Unit Kerja Daerah yang terkait :
3. Kegiatan Unit : Penunjang Kegiatan Kantor. 4. Tujuan Kegiatan :
5. a. Penanggung Jawab Kegiatan
Nama :
Jabatan : Kepala UPT Puskesmas…….,
Kecamatan…………. Kabupaten Barito Kuala.
Alamat :
b. Bendahara/Pemegang Kas
Nama :
Jabatan : Bendahara Pengeluaran
Alamat :
Adapun rincian realisasi penerimaan dan pengeluaran adalah sebagai berikut : A. Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran :
1. Penerimaan
1.1 Triwulan / bulan ini : 1.2 s/d Triwulan / bulan lalu :
Jumlah : Rp. Terbilang :
(...) 2. Pengeluaran
2.1 Triwulan / bulan ini : 2.2 s/d Triwulan / bulan lalu :
Jumlah : Rp. Terbilang :
(...)
B. Lampiran terdiri dari :
1. Laporan Pengeluaran Puskesmas………. Kabupaten Barito Kuala Triwulan/Bulan ...Tahun ...
2. Buktibukati asli pengeluaran sejumlah Rp. ...
3. Laporan Realisasi Anggaran Triwulan/Bulan ... Tahun…………
KEPALA UPT,
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH Puskesmas……. Kecamatan
KABUPATEN Barito Kuala
_____________________________
BENDAHARA PENGELUARAN,
____________________________
BUPATI BARITO KUALA,
Lampiran VI: Peraturan Bupati Barito Kuala Nomor 52 Tahun 2016
Tanggal 3 Desember 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO KUALA
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS ... Jl. …...………
Contoh Format Order Kas
KEPALA UPT,
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH Puskesmas……. Kecamatan
KABUPATEN Barito Kuala
_____________________________
BENDAHARA PENGELUARAN,
____________________________
BUPATI BARITO KUALA,
H. HASANUDDIN MURAD
Lampiran VII: Peraturan Bupati Barito Kuala Nomor 52 Tahun 2016
Tanggal 3 Desember 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO KUALA
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS ... Jl. ………
Contoh Format Bukti Kas Keluar
tanggal
Dibayar kepada ::
Total
Bendahara Pengeluaran Diterima oleh
Disetujui oleh:
KEPALA UPT,
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH Puskesmas…….
Kecamatan
KABUPATEN Barito Kuala
BUPATI BARITO KUALA,