Kajian Ekonomi Regional Banten
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta ridha-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten Triwulan III 2010 dapat diselesaikan dan diterbitkan. Kajian Ekonomi Regional yang diterbitkan secara periodik setiap triwulan, merupakan salah satu perwujudan peranan Bank Indonesia Serang kepada stakeholders baik Kantor Pusat Bank Indonesia maupun stakeholders daerah dalam memberikan informasi maupun analisis terhadap kondisi terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa mendatang.
Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta outlook perekonomian ke depan. Berdasarkan asesmen pada Triwulan III 2010, perkembangan kinerja perekonomian Banten secara umum semakin membaik dengan pertumbuhan sebesar 6,13% (yoy).
Sementara itu perkembangan inflasi Banten berada pada kondisi yang relatif masih terjaga pada level 4,59% (yoy), yang diperkirakan didorong cukup kuat oleh adanya peningkatan administered prices berupa kenaikan tarif dasar listrik. Kinerja perbankan relatif stabil walaupun cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Diprakirakan kinerja perekonomian pada triwulan mendatang dapat lebih baik dibandingkan triwulan laporan yang merupakan dampak positif dari kinerja berbagai sektor saat ini dan prospeknya di periode ke depan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Provinsi di Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Banten.
Serang, 9 November 2010
TTD
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Kondisi Makro Ekonomi Regional Halaman 1
Sisi Permintaan Halaman 1 Sisi Penawaran Halaman 8
Bab II Perkembangan Inflasi Daerah Halaman 21 Perkembangan Inflasi Banten Halaman 21 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Halaman 31 Boks 1. Upaya Stabilisasi Harga di Wilayah Banten Halaman 35
Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman 39 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Halaman 40 Perkembangan Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat Halaman 47
Perkembangan Intermediasi Perbankan Syariah Halaman 47 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Halaman 49 Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman 49 Boks2. Pemberdayaan Sektor Riil Melalui Pengembangan UMKM
Komoditas Bahan Makanan
Halaman 51
Bab IV Keuangan Daerah Halaman 55 Pendapatan Daerah Halaman 55
Belanja Daerah Halaman 57
Bab V Kesejahteraan Masyarakat Halaman 59 Ketenagakerjaan Halaman 59 Kesejahteraan Masyarakat Halaman 62
Bab VI Prospek Perekonomian Halaman 65 Pertumbuhan Ekonomi Halaman 65 Inflasi Halaman 73
Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian dan Survei
Kantor Bank Indonesia Serang
Jl. Yusuf Martadilaga No. 12 Serang – Banten Ph : 0254 – 223788
Fax : 0254 – 223875
ii
viii
BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan III 2010 dicerminkan oleh terus
membaiknya kinerja komponen sektoral maupun pengeluaran secara simultan hingga
mengalami akselerasi pada level pertumbuhan sebesar 6,13% (yoy). Tercatat
pertumbuhan ekonomi Banten pada Triwulan III 2010 mencapai level 6,13% (yoy) yang lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,80% (yoy) atau tertinggi sepanjang
Triwulan I 2008 hingga saat ini.
Membaiknya ekspektasi konsumen pada periode laporan mendorong tingkat
konsumsi pada level yang kuat dengan kecenderungan meningkat, sementara itu
ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dan prospek perekonomian yang relatif baik
diperkirakan berpengaruh cukup signifikan terhadap gairah investasi dan kinerja
sektoral. Berdasarkan indikator survei kepada konsumen dan pelaku usaha di Banten maupun
nasional, terindikasi adanya kecenderungan perbaikan persepsi pelaku ekonomi terhadap
kondisi perekonomian saat ini. Berdasarkan proyeksi yang dilakukan oleh International
Monetary Fund pada World Economic Outlook 2010, pada tahun 2010 ekonomi dunia
bertumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya khususnya negara-negara di kawasan
ASEAN. Selain itu, tren penguatan nilai Rupiah terhadap USD hingga akhir Triwulan III 2010
diperkirakan juga berimbas positif terhadap perekonomian Indonesia termasuk Banten.
1.1.
SISI PERMINTAAN
Relatif tingginya pertumbuhan dari sisi permintaan karena ditopang oleh
meningkatnya seluruh komponen, terutama konsumsi swasta dan pemerintah serta
ekspor. Tingkat konsumsi swasta diperkirakan tumbuh kuat dengan tendensi meningkat, yang
didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan,
yang dibantu oleh pembiayaan perbankan yang relatif tinggi. Tingginya tingkat konsumsi
masyarakat tersebut juga dicerminkan oleh indikator-indikator survei. Membaiknya kinerja
sektoral khususnya sektor industri pengolahan yang merupakan kontributor terbesar PDRB
Banten kemudian mendorong optimisme investor maupun calon investor untuk menanamkan
modalnya di Banten. Sementara itu menguatnya permintaan internasional mampu mendorong
2
Tabel I.1 Pertumbuhan PDRB Banten Sisi Permintaan (% yoy)
Tw III* Tw IV* Tw I* Tw II* Tw III*
1. Konsumsi Swasta 5,25 5,00 5,21 5,60 5,80 5,95
2. Konsumsi Pemerintah 5,00 6,00 4,60 3,50 3,87 5,10
3. Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) 7,54 6,10 7,08 7,80 7,92 7,96
4. Ekspor -1,42 0,61 0,17 1,45 1,85 2,10
5. Impor -0,99 1,23 0,42 1,85 1,82 1,85
4,64 4,82 4,69 5,48 5,80 6,13
Uraian No.
PDRB
2009*
2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten, *) Perkiraan Bank Indonesia
1.1.1.
Konsumsi
Tingkat konsumsi masyarakat pada periode laporan diperkirakan tetap kuat dengan
pertumbuhan yang meningkat pada perkiraan level 5,95% (yoy). Menguatnya daya beli
masyarakat oleh meningkatnya pendapatan dari bonus dan tunjangan serta adanya stimuli
peningkatan konsumsi seiring perayaan keagaaman diperkirakan menjadi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan laju konsumsi masyarakat Banten pada periode laporan. Sementara itu di
pedesaan, Indeks Nilai Tukar Petani Banten berada di atas level 100, yang mengindikasikan
adanya penguatan daya beli dan konsumsi masyarakat pedesaan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2010
Angsuran/Cicilan 6,20 8,30 6,90 6,60 9,10 9,50 15,8 9,50 8,00 Simpanan 12,1 15,3 16,0 13,8 16,3 14,5 18,9 16,7 14,3 Konsumsi 81,8 76,4 77,0 79,6 74,6 75,9 65,3 73,9 77,7
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Grafik I.1. Perkembangan Perkiraan Tingkat Konsumsi, Simpanan dan Angsuran
Masyarakat Banten
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik I.2. Indeks Keyakinan Konsumen
dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Banten
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009 2010
Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja
Grafik I.3. Indeks Kondisi Penghasilan dan
Ketersediaan Lapangan Kerja Banten
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Tabel I.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani per Sub Sektor Provinsi Banten
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pangan 92,94 95,80 98,29 100,06 100,81 Hortikultura 105,90 104,79 102,57 103,25 108,73 Perkebunan Rakyat 106,27 104,53 102,41 104,15 102,16 Peternakan 108,61 107,41 105,32 103,93 107,24 Perikanan 98,64 96,78 96,21 96,21 98,38 NTP 98,77 99,67 100,11 101,18 103,09
NTP per Sub Sektor 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten
Dukungan pembiayaan dari perbankan maupun perusahaan multifinance diperkirakan
akan tetap kuat dan mempengaruhi peningkatan konsumsi pada Triwulan III dan
Triwulan IV 2010 khususnya melalui pembelian kendaraan bermotor jenis sepeda
motor. Di samping itu, kemudahan persyaratan yang diberikan oleh ATPM/dealer mobil juga
turut mendukung peningkatan pembelian kendaraan bermotor. Namun, kondisi gangguan
cuaca, kenaikan Tarif Dasar Listrik, dan peningkatan permintaan musiman, diprakirakan akan
meningkatkan laju inflasi di Triwulan III 2010 sehingga akan menahan peningkatan konsumsi
4
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2008 2009 2010
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Grafik I.4. Perkembangan Impor Barang
Konsumsi Tidak Tahan Lama dan Semi
Tahan Lama Banten
Sumber: Bank Indonesia
-150 -100 -50 0 50 100 150
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010
%
y
o
y
Consumer Goods Not Elswhere Specified (Semi-Durable) Consumer Goods Not Elswhere Specified (Non-Durable)
Grafik I.5. Perkembangan Impor Barang
Konsumsi Tidak Tahan Lama dan Tahan
Lama Banten
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Tetap kuatnya tingkat konsumsi masyarakat yang didukung oleh stimulus perayaan keagamaan
juga tercermin dari tingginya penggunaan sarana angkutan air melalui pelabuhan Merak.
Berdasarkan informasi, diperkirakan jumlah penumpang yang menggunakan sarana
pengangkutan laut dari pelabuhan tersebut mencapai 150.000 orang, lebih tinggi
dibandingkan dengan pada puncak arus mudik tahun sebelumnya dengan total sekitar 142.000
orang. Begitu pula dengan penggunaan moda angkutan darat kereta api, pada awal Ramadhan
penjualan tiket kereta api di Stasiun Kota Serang dengan berbagai tujuan telah 100% terjual,
lebih baik dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari
langkah PT. Kereta Api yang telah menerapkan sistem pemesanan tiket online untuk tujuan luar
kota yang direspon secara baik pula oleh masyarakat di Kota Serang.
1.1.2.
Investasi
Kinerja investasi Banten diperkirakan stabil dengan kecenderungan meningkat secara
moderat pada periode laporan sebesar 7,96% (yoy). Salah satuprodusen besar subsektor
industri alas kaki dengan orientasi 100% ekspor, melakukan investasi perluasan senilai USD 21
juta pada Semester I 2010 yang merupakan nilai investasi tertinggi dibandingkan dengan
perusahaan sejenis. Adanya permasalahan terkait dengan ketenagakerjaan di negara lain, relatif
rendahnya angka labour turn over di wilayah ini serta kondisi keamanan yang cukup kondusif
meningkatkan potensi peningkatan investasi pada subsektor tersebut di Triwulan III 2010.
Kondisi ini didukung oleh tingginya permintaan ekspor dari negara tujuan utama seperti USA.
Tercatat, ekspor produk alas kaki dari Banten pada bulan Juli dan Agustus 2010 sebesar USD
287,74 juta yaitu hampir mencapai 40% dibandingkan ekspor alas kaki semester I 2010 sebesar
Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia Serang, diperoleh informasi tentang permintaan luar
negeri yang membaik dan membuka peluang sub sektor industri alas kaki untuk melakukan
ekspansi sehingga meningkatkan kinerja sub sektor industri alas kaki ke depan. Perusahaan
sepatu dengan orientasi ekspor memprediksi bahwa permintaan di masa datang terus
membaik, sehingga mendorong beberapa perusahaan sepatu untuk melakukan ekspansi
dengan melakukan pembangunan pabrik baru di wilayah Provinsi Banten. Ekspansi tersebut
memiliki nilai lebih dari USD 80 juta dan diperkirakan akan menyerap lebih dari 20.000 tenaga
kerja.
Sementara itu, investasi swasta dalam bentuk pembangunan properti komersial maupun
residensial di Banten khususnya di Tangerang juga berkembang pesat. Kondisi perekonomian
yang membaik dan tingkat suku bunga perbankan yang relatif stabil serta perolehan laba bersih
yang bertumbuh tinggi pada berbagai pengembang besar di Banten mendukung keyakinan
pelaku usaha dan investor untuk berekspansi serta meningkatkan investasi pada sektor properti.
-200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800
-10 20 30 40 50 60 70
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
R
ib
u
T
o
n %
y
-o
-y
Volume Impor Barang Modal Growth (RHS)
Grafik I.6. Perkembangan Impor Barang
Modal Banten
Sumber: Bank Indonesia
-1.000 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000
-10 20 30 40 50 60
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
R
ib
u
T
o
n %
y
-o
-y
Volume Impor Alat Transportasi untuk Industri Growth (RHS)
Grafik I.7. Perkembangan Impor Alat
Transportasi untuk Industri
Sumber: Bank Indonesia
1.1.3.
Ekspor – Impor
1Tabel I.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten Tahun 2010
Tw I Tw II Tw III*
Nilai 1.712.109.151 1.918.230.241 1.332.591.356
Volume 890.166.123 885.678.810 649.345.488
Nilai 3.884.236.067 3.777.695.224 2.433.759.560
Volume 2.498.979.854 2.621.985.716 2.022.979.419
Impor Ekspor
Uraian 2010
Sumber: Bank Indonesia (* Sampai dengan Agustus 2010)
1
6
Kinerja ekspor terindikasi meningkat, khususnya pada produk-produk utama ekspor
seperti alas kaki, tekstil dan besi/baja. Ekspor produk baja dari Banten sepanjang Triwulan
III 2010 diperkirakan meningkat, seiring dengan tingginya kebutuhan baja internasional.
Tercatat volume ekspor produk baja dari Banten sepanjang Juli dan Agustus 2010 meningkat
sangat signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sejak bulan Ramadhan dan
menjelang Idul Fitri permintaan baja domestik cenderung stabil, namun kondisi pasar baja
internasional menunjukkan tren yang meningkat. Sementara itu, harga baja di pasaran
internasional diperkirakan akan meningkat hingga Triwulan IV 2010 karena meningkatnya
permintaan baja dari China, kuatnya permintaan dari negara-negara Asia lainnya, serta mulai
berkurangnya stok baja dunia. Kinerja ekspor utama Banten lainnya seperti kertas dan produk
kertas, tekstil, pakaian jadi dan alas kaki cenderung bertumbuh meningkat, sementara
produk-produk unggulan lainnya seperti logam tidak mengandung besi, dan mineral bukan logam
cenderung stabil. -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 0 100 200 300 400 500 600 700 800
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
% y -o -y U S D J u ta
Nilai Ekspor Growth (RHS)
Grafik I.8. Perkembangan Nilai Ekspor
Banten
Sumber: Bank Indonesia
(40,00) (30,00) (20,00) (10,00) -10,00 20,00 30,00 40,00 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
U
S
D
J
u
ta % y
-o
-y
Volume Ekspor Growth (RHS)
Grafik I.9. Perkembangan Volume Ekspor
Banten
Sumber: Bank Indonesia
Tabel I.3. Perkembangan Ekspor Produk-produk Utama Banten (Manufactured Goods)
Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10
Volume 48.577.689 53.525.181 51.419.965 55.240.985 51.475.868 47.293.624 46.383.648 52.774.744
Growth -30,34 7,36 9,21 22,90 6,19 -17,85 6,58 27,84
Volume 10.717.517 11.688.262 12.646.114 13.009.098 11.491.609 11.578.649 11.712.976 11.969.891
Growth 25,71 19,18 25,64 18,50 7,57 10,37 11,70 17,29
Volume 16.125.224 8.261.149 17.747.640 4.876.896 7.373.542 7.316.749 3.399.420 55.056.626
Growth -81,52 -58,16 -63,91 -43,73 31,01 40,89 703,18 136,62
Volume 7.518.114 6.984.034 7.956.951 7.600.449 7.716.708 8.367.234 8.391.766 9.792.076
Growth 184,97 84,81 83,96 45,90 29,32 18,29 17,01 22,11
Volume 15.550.197 15.744.711 18.586.544 21.063.502 19.818.902 24.269.692 21.573.976 22.247.089
Growth 24,23 97,51 132,37 104,87 94,47 126,00 88,18 39,93
Mineral bukan logam Logam Tidak Mengandung Besi Besi/Baja Tekstil
Kertas dan Produk Kertas
Uraian
Tabel I.4. Perkembangan Ekspor Produk-produk Utama Banten (Miscellanous
Manufactured Articles)
Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10
Volume 5.417.620 5.228.275 5.422.386 4.386.873 3.929.706 4.222.831 4.112.060 4.117.264 Growth 8,51 14,61 11,44 2,84 -4,97 -8,33 -9,29 -3,51 Volume 2.980.881 2.884.538 2.765.231 2.763.647 3.050.976 3.931.621 3.842.569 3.587.583 Growth 8,54 0,69 5,39 6,22 -8,09 22,89 12,07 20,95 Volume 8.419.483 6.807.355 6.928.695 8.858.967 8.920.657 9.458.630 8.963.996 8.108.070 Growth 41,01 18,83 38,15 38,18 24,29 43,15 74,46 64,32
Uraian
Furnitur Pakaian Jadi Alas Kaki
Sumber: Bank Indonesia
Di sisi lain, impor Banten cenderung stabil pada periode laporan. Dari Grafik I.10, secara
umum pertumbuhan impor Banten terindikasi masih relatif stabil bila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Impor barang modal yang masih cenderung melambat diperkirakan
menahan laju impor barang yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tingginya persediaan
pada periode sebelumnya oleh pelaku ekonomi/industri yang disebabkan oleh kondisi harga
yang relatif rendah pada periode tersebut, sehingga pada triwulan laporan cenderung tidak
melakukan atau mengurangi impor barang modal.
-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
% y o y U S D J u ta
Nilai Impor Growth (RHS)
Grafik I.10. Perkembangan Nilai Impor
Banten
Sumber: Bank Indonesia
-100 -50 0 50 100 150 0 200 400 600 800 1.000 1.200
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
U
S
D
J
u
ta % y
o
y
Volume Impor Growth
Grafik I.11. Perkembangan Volume Impor
Banten
Sumber: Bank Indonesia
-200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
%
y
o
y
Growth Volume Impor Banten Growth Volume Impor Barang Konsumsi Growth Volume Impor Barang Modal Growth Volume Impor Bahan Baku/Penolong
Grafik I.12. Perkembangan Impor Barang Konsumsi, Barang Modal dan Bahan
Baku/Penolong Banten
8
1.1.4.
Konsumsi Pemerintah
Realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan semakin baik dan terus mendekati
targetnya dengan perkiraan mencapai sekitar 79,24% hingga akhir Triwulan III 2010.
Belanja Pemerintah Provinsi Banten hingga semester I 2010 yang tercatat pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten mencapai sebesar Rp 888,26 miliar
atau sebesar 35,37% terhadap total belanja tahun 2010. Dari prognosis APBD Banten tahun
2010 diproyeksikan realisasi belanja pemerintah provinsi Banten hingga akhir tahun 2010
sebesar Rp 2,50 triliun, belanja daerah hingga Triwulan III 2010 diperkirakan dapat mencapai Rp
1,70 triliun atau sekitar 67,54% lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja daerah
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 63,85%. Realisasi belanja modal pemerintah
Provinsi Banten yang pada tahun 2010 dapat mencapai 99,43% diperkirakan dapat membantu
tingkat investasi Banten khususnya melalui pembangunan infrastruktur.
Tabel I.5. Persentase Realisasi APBD Banten
Tw I Tw II Tw III Tw I - Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III* Tw I - Tw III*
APBD Banten 2.366,62 2.366,62 2.525,07 2.525,07 2.525,07 2.525,07 2.511,27 2.511,27 2.511,27 2.511,27 Realisasi per Triwulan 136,57 720,43 755,27 1.612,27 808,55 2.420,82 293,86 594,40 807,78 1.696,04
Persentase realisasi 5,77% 30,44% 29,91% 63,85% 32,02% 95,87% 11,70% 23,67% 32,17% 67,54% 2010
2009
Uraian 2009
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten (angka Tw III 2010 merupakan
perkiraan Bank Indonesia)
1.2.
SISI PENAWARAN
Pertumbuhan ekonomi terus berlanjut pada level yang tinggi sebesar 6,13% (yoy)
seiring dengan meningkatnya kinerja sektoral secara umum di Banten. Berbagai sektor
utama seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, dan beberapa sektor lainnya bertumbuh relatif tinggi pada
Triwulan III 2010. Beberapa sektor ekonomi yang terindikasi sedikit melambat pun tetap
tumbuh pada level yang tinggi, yaitu sektor pertambangan dan penggalian; sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Membaiknya perekonomian nasional
yang diindikasikan dari membaiknya tendensi bisnis di Indonesia berimbas positif terhadap
berbagai sektor di Banten. Tingginya laju perekonomian di Banten terlihat dari indeks
perkembangan realisasi kegiatan usaha di Banten yang terus meningkat, meningkatnya gairah
dan ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi bisnis, serta adanya ekspansi usaha khususnya di
Tabel I.6. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III*
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
3,91
3,45 5,21 5,87 5,89 ↑
Pertambangan dan Penggalian 11,37 5,78 6,26 8,93 8,56 ↓ Industri Pengolahan 1,64 1,95 2,06 2,49 2,60 ↑ Listrik, Gas dan Air Bersih 4,56 5,52 12,67 11,07 12,39 ↑ Bangunan 8,73 3,54 5,87 6,97 7,39 ↑ Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,22 7,99 8,23 8,43 9,70 ↑ Pengangkutan dan Komunikasi 10,02 11,16 11,82 11,98 12,17 ↑ Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
11,93
9,57 8,08 7,60 6,99 ↓
Jasa-jasa 5,42 5,08 6,22 6,70 5,11 ↓
PDRB 4,64 4,82 5,48 5,80 6,13 ↑
2010
2009 Ket
Sektor
Sumber: BPS Provinsi Banten, Triwulan III 2010 merupakan angka sangat sementara
85 90 95 100 105 110 115
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
2006 2007 2008 2009 2010
Indeks Tendensi Bisnis
Grafik I.13. Perkembangan Indeks
Tendensi Bisnis Nasional
Sumber: BPS
-30,00 -20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III
2008 2009 2010
S
a
ld
o
B
e
rs
ih
Realisasi Kegiatan Usaha
Grafik I.14. Perkembangan Realisasi
Kegiatan Usaha
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
1.2.1.
Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
Sektor pertanian meningkat secara moderat pada Triwulan III 2010 pada level 5,89%
(yoy). Musim kemarau basah pada Triwulan III 2010 yang menyebabkan kondisi kecukupan air
tanah menjadi memadai selayaknya dan mendorong peningkatan produksi padi di sentra-sentra
produksi di Banten, sehingga dapat mencapai target pada tahun 2010 sebesar 2,03 juta ton.
Gangguan berupa banjir dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) khususnya untuk sawah
di wilayah Serang dan Lebak, diperkirakan tidak banyak mempengaruhi produksi padi pada
triwulan laporan. Dalam rangka meminimalisasi gangguan OPT tersebut di masa datang,
Pemerintah Kabupaten Lebak telah menghimbau kepada para petani untuk melakukan tanam
10
Berdasarkan data ARAM II 2010, produksi padi di wilayah Banten pada tahun 2010
dapat mencapai 1,89 juta kg Gabah Kering Giling, atau meningkat sekitar 2,52% (yoy)
dibandingkan tahun sebelumnya. Sasaran indikatif Pemerintah Provinsi Banten terhadap
produksi padi mencapai 2,03 juta ton GKG pada tahun 2010. Target tersebut didukung oleh
adanya musim kemarau basah dengan curah hujan yang diperkirakan masih tetap tinggi hingga
bulan Agustus 2010 dan masuknya musim penghujan pada akhir Triwulan III 2010. Kondisi ini
justru mendukung sektor tanaman bahan makanan terutama pertanian pada sawah tadah
hujan di Banten. Selain itu, peningkatan produktivitas padi juga didukung oleh adanya program
peningkatan produktivitas padi sawah dan padi ladang yang dilakukan melalui bantuan
langsung benih unggul (BLBU) dan cadangan benih nasional (CBN).
Tabel I.7. Perkiraan Awal Musim Hujan dan Sifat Hujan di Wilayah Banten
Semester II 2010
Irigasi (Ha) Non Irigasi (Ha)
1. Pandeglang bagian barat Sep I – Sep III AN 1.652,54 29.475,78 2. Pandeglang bagian utara, Serang
bagian Selatan Sep II – Okt I N 1.196,28 15.942,15 3. Lebak bagian barat, Pandeglang
bagian timur Sep II – Okt I AN 2.039,35 22.758,85 4. Serang bagian utara, Tengerang
bagian utara, DKI Jakarta bagian
utara, Bekasi bagian utara Nov I – Nov III AN 12.551,28 63.830,01 5. Serang bagian tenggara, Tangerang
bagian selatan Sep III - Okt II N 5.018,01 30.993,61
No. Daerah Awal Musim
Hujan Antara Sifat Hujan
Luas Sawah
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ket: (AN: di Atas Normal, N: Normal)
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan yang cenderung meningkat
diperkirakan juga disebabkan oleh meningkatnya kinerja sektor pertanian Banten.
Membaiknya kinerja sektor pertanian Banten khususnya subsektor tanaman pangan
menyebabkan indeks NTP tanaman pangan semakin meningkat dan menunjukkan adanya
peningkatan daya beli petani pada sektor tersebut.
84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 Ju n -0 8 Ju l-0 8 A g u st -0 8 S e p -0 8 O k t-0 8 N o p -0 8 D e s-0 8 Ja n -0 9 Fe b -0 9 M a r-0 9 A p r-0 9 M e i-0 9 Ju n -0 9 Ju l-0 9 A g u st -0 9 S e p -0 9 O k t-0 9 N o p -0 9 D e s-0 9 Ja n -1 0 Fe b -1 0 M a r-1 0 A p r-1 0 M e i-1 0 Ju n -1 0 Ju l-1 0
Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan
Grafik I.5. Perkembangan Indeks NTP Tanaman Pangan Banten
Tabel I.8. Indeks Nilai Tukar Petani per Subsektor
Tw III Tw IV Tw I Tw II Juli Agustus
Pangan 92,94 95,80 98,29 100,06 101,14 100,51 Hortikultura 105,9 104,79 102,57 103,25 108,53 109,44 Perkebunan Rakyat 106,27 104,53 102,41 104,15 104,69 102,02 Peternakan 108,61 107,41 105,32 103,93 105,68 106,42 Perikanan 98,64 96,78 96,21 96,21 97,50 97,56
NTP 98,77 99,67 100,11 101,18 103,19 102,92
NTP per Sub Sektor 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten
Sementara itu, kinerja subsektor pertanian hortikultura, peternakan dan perikanan
cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan subsektor tanaman pangan
pada Triwulan III 2010 sehingga menyebabkan peningkatan Nilai Tukar Petani
subsektor tersebut. Meningkatnya kinerja subsektor hortikultura, peternakan dan perikanan
diperkirakan dapat menopang sektor pertanian untuk tumbuh stabil dengan tendensi sedikit
lebih baik dibandingkan dengan Triwulan II 2010.
1.2.2.
Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian bertumbuh pada level yang tinggi sebesar
8,56% (yoy) namun mengalami sedikit perlambatan. Faktor utama penyebabnya
adalah melambatnya ekspor mineral bukan logam maupun logam tidak mengandung
besi pada periode laporan. Pada Triwulan III 2010 terlihat adanya tren penurunan ekspor
barang-barang galian. Terlihat pada grafik I.16, volume ekspor mineral tidak mengandung
logam dan logam bukan besi menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Bahkan
pada ekspor logam bukan besi (non ferrous metal) terindikasi menurun sejak triwulan
sebelumnya. Perlambatan pada sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan juga
mempengaruhi perlambatan kebutuhan pembiayaan perbankan untuk sektor tersebut. Pada
posisi Agustus 2010, kredit perbankan untuk sektor pertambangan dan penggalian tercatat
sebesar Rp 228,61 miliar dengan level pertumbuhan sebesar 47,26% (yoy) yang relatif
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
(80,00) (60,00) (40,00) (20,00) -20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
-50 100 150 200 250
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III*
2008 2009 2010
R
p
M
il
ia
r %
y
-o
-y
Kredit Sektor Pertambangan Growth (RHS)
Grafik I.16. Perkembangan Kredit untuk Sektor Pertambangan Berdasarkan Lokasi
Proyek di Banten
12
-150 -100 -50 0 50 100 150 200 250
-5 10 15 20 25 30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2008 2009 2010
R
ib
u
T
o
n
%
y
o
y
Volume Ekspor Mineral Tidak Mengandung Logam Growth (RHS)
Grafik I.17. Perkembangan Volume Ekspor
Mineral Tidak Mengandung Logam
Banten
Sumber: Bank Indonesia
-100 -50 0 50 100 150 200
-1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2008 2009 2010
R
ib
u
T
o
n
%
y
o
y
Volume Ekspor Logam Non Besi Growth (RHS)
Grafik I.18. Perkembangan Volume Ekspor
Logam Bukan Besi Banten
Sumber: Bank Indonesia
1.2.3.
Sektor Industri Pengolahan
Perkembangan sektor industri pengolahan terus menunjukkan kinerja yang
meningkat. Pertumbuhan sektor tersebut pada Triwulan III 2010 berada pada level
2,60% (yoy). Kinerja berbagai perusahaan pada sektor industri pengolahan di Banten
terindikasi terus membaik. Subsektor industri baja, kertas dan kimia yang merupakan
industri-industri utama di Banten terindikasi meningkat, seiring dengan membaiknya perekonomian
domestik tahun 2010 yang diproyeksikan dapat bertumbuh mencapai 6,6% (yoy) oleh IMF dan
pertumbuhan ekonomi dunia yang dapat mencapai sekitar 4,6% (yoy) pada tahun 2010.
Tabel I.9. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara Maju di Dunia
2010 2011
Dunia 3,0 -0,6 4,6 4,3
USA 0,4 -2,4 3,3 2,9
Eropa 0,6 -4,1 1,0 1,3
Jepang -1,2 -5,2 2,4 1,8
UK 0,5 -4,9 1,2 2,1
Canada 0,5 -2,5 3,6 2,8
Negara Maju Lainnya 1,7 -1,2 4,6 3,7
Proyeksi 2009
2008 Area
Sumber: World Economic Outlook Update July 2010, IMF
Meningkatnya permintaan domestik maupun internasional, serta ekspektasi pelaku usaha
terhadap perekonomian mendatang diperkirakan dapat mendorong peningkatan kinerja sektor
industri pengolahan pada periode mendatang. Tren meningkatnya European Purchasing
Manager Index pada Triwulan III 2010 juga mengindikasikan adanya ekspektasi yang semakin
membaik terhadap kondisi bisnis global pada masa mendatang di Eropa. Kondisi tersebut
memacu ekspor dari Indonesia termasuk Banten ke negara tujuan ekspor seperti Eropa
khususnya untuk produk alas kaki, serta komoditas kertas dan produk kertas pada saat ini dan
Grafik I.19. European Purchasing Managers’ Index
Sumber: Bloomberg
-60 -40 -20 0 20 40 60
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2009 2010
S
al
d
o
B
e
rs
ih
Industri Pengolahan
Grafik I.20. Indeks Ekspektasi Kegiatan
Usaha Sektor Industri Pengolahan
Wilayah Banten 6 Bulan yang Akan
Datang
Sumber: Bank Indonesia
(40,00) (30,00) (20,00) (10,00) -10,00 20,00 30,00 40,00
-5 10 15 20 25 30
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III*
2008 2009 2010
R
p
T
ri
li
u
n %
y
-o
-y
Kredit Sektor Industri Pengolahan Growth (RHS)
Grafik I.21. Perkembangan Kredit untuk
Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan
Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja subsektor industri pengolahan utama seperti besi/baja, kimia, kertas terus menunjukkan
perbaikan. Permintaan baja domestik sempat mengalami sedikit perlambatan pada bulan
Ramadhan namun diperkirakan kembali stabil setelah perayaan Idul Fitri 1431 H. Kondisi ini
akan terus meningkat hingga Triwulan IV 2010 seiring dengan kebutuhan yang tinggi untuk
pembangunan proyek-proyek infrastruktur pemerintah dan swasta (seperti untuk kebutuhan
industri otomotif dan suku cadang yang meningkat) serta permintaan dunia yang diproyeksikan
terus meningkat hingga akhir tahun 2010. Permintaan besi dan baja nasional diproyeksikan
dapat tumbuh sekitar 5%-10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana sekitar 55%
terhadap total kebutuhan (sekitar 5 juta ton) dapat dipenuhi oleh pasar domestik dan sisanya
14
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2008 2009 2010
Angka Indeks Industri Baja
Grafik I.22. Indeksasi Industri Besi dan Baja dari Banten
Sumber: Produsen Baja Banten
Sementara itu, meningkatnya harga bahan baku baja berupa bijih besi maupun scrap dan
meningkatnya permintaan, diperkirakan akan mendorong harga baja dunia terus meningkat.
Harga baja dunia pada awal tahun 2010 relatif rendah, tetapi pada bulan Maret-April 2010
terdorong meningkat seiring dengan asumsi perekonomian dunia yang membaik. Adanya
sentimen negatif dari fenomena krisis di Eropa menekan kenaikan harga baja dunia pada
Mei-Juni 2010, baru pada sejak awal Triwulan III 2010 harga baja mulai kembali meningkat.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh pemangkasan produksi baja oleh berbagai produsen di
dunia dan meningkatnya permintaan, seperti permintaan baja China yang oleh World Steel
diperkirakan Association dapat meningkat sekitar 10% pada tahun 2010.
-200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800
-10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
R
ib
u
T
o
n
%
y
o
y
Volume Ekspor Besi/Baja Growth (RHS)
Grafik I.23. Perkembangan Ekspor Besi
dan Baja dari Banten
Sumber: Bank Indonesia
-500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2007 2008 2009 2010
U
S
D
/t
o
n
Harga Ekspor Besi dan Baja
Grafik I.24. Rata-rata Harga Ekspor Besi
dan Baja dari Banten
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu pada subsektor industri kimia, terdapat salah satu produsen kimia terbesar di
Banten meningkatkan produksi bahan baku plastik mudah terurai dan ramah lingkungan
[polyethylene degradable asrene-SF5008E) secara bertahap sesuai permintaan pasar. Untuk
tahap awal, tingkat produksi produk yang baru diproduksi mulai Agustus 2010 tersebut hanya
mencapai 2.500 hingga 3.000 per bulan. Kapasitas produksi terpasang mencapai kisaran
70.000 ton per tahun atau sekitar 6.000 ton per bulan, sehingga pada periode ke depan
kapasitas produksi akan ditingkatkan sesuai dengan permintaan bahan baku plastik ramah
-60 -40 -20 0 20 40 60 80 -20 40 60 80 100 120 140 160
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
R ib u T o n % y o y
Volume Ekspor Bahan Kimia Growth (RHS)
Grafik I.25. Perkembangan Ekspor Bahan Kimia dari Banten
Sumber: Bank Indonesia
Meningkatnya permintaan kertas pada Semester I 2010 telah mendorong kenaikan harga bubur
kertas baik serat pendek maupun serat panjang pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Peningkatan permintaan dunia dan peningkatan harga pulp dan kertas hingga
pertengahan tahun 2010 menjadi penyebab peningkatan penjualan dan laba bersih
perusahaan. Diperkirakan pertumbuhan usaha dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di
sub sektor tersebut dapat mencapai 10%-20% hingga akhir tahun 2010. Salah satu produsen
pulp dan kertas dengan skala besar di Banten akan meningkatkan kapasitas produksi
pulp/bubur kertas menjadi sekitar 2,4 juta ton pada tahun 2010, dimana pada tahun
sebelumnya hanya berkisar 2 juta ton per tahun. Pasokan bahan baku kayu yang mencukupi
serta kondisi kapasitas mesin yang memadai diharapkan dapat mendukung pencapaian target
tersebut. Dengan peningkatan produksi pulp tersebut, maka kapasitas produksi kertas dapat
ditingkatkan dari sekitar 700.000 ton pada tahun 2009 menjadi sekitar 800.000 ton pada
tahun 2010. -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 -10 20 30 40 50 60 70 80
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2008 2009 2010
R ib u T o n % y o y
Volume Ekspor Kertas dan Produk Kertas Growth (RHS)
Grafik I.26. Perkembangan Ekspor Kertas
dan Produk Kertas Banten
Sumber: Bank Indonesia
-100 200 300 400 500 600 700 800 900 1.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2007 2008 2009 2010
U S D /t o n
Harga Ekspor Kertas dan Produk Kertas
Grafik I.27. Perkembangan Rata-rata Harga
Ekspor Kertas dan Produk Kertas Banten
Sumber: Bank Indonesia
1.2.4.
Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan terlihat semakin meningkat pada periode laporan yang
bertumbuh cukup tinggi sebesar 7,39% (yoy). Membaiknya ekspektasi pelaku dunia usaha
16
mampu memberikan imbas positif yang signifikan terhadap kinerja sektor bangunan di Banten.
Optimisme dari pengembang-pengembang besar yang direalisasikan melalui pembangunan
berbagai properti komersial maupun residensial khususnya di wilayah Tangerang dan Serang
diperkirakan akan terus terjaga positif hingga triwulan mendatang. Sementara itu, tren
penurunan suku bunga kredit yang semakin membaik seiring dengan dipertahankannya BI Rate
pada level 6,5% hingga September 2010 semakin memberikan kemudahan akses pembiayaan
melalui kredit sehingga mendorong peningkatan minat masyarakat untuk membeli properti.
Tetap tingginya investasi dalam bentuk properti (yang relatif tidak mengalami penyusutan nilai)
juga menjadi pendorong peningkatan sektor properti. Selama periode Semester I 2010,
berbagai pengembang yang berlokasi di Banten berhasil membukukan laba bersih yang lebih
tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2009.
Tabel 1.10. Kinerja Beberapa Emiten Properti Semester I 2010
2009 2010 2009 2010 2009 2010
Alam Sutera Realty 66,52 123,94 86,32 232,86 396,77 70,39 28,56 31,24 Summarecon Agung 68,72 101,63 47,89 255,24 677,63 165,49 26,92 15,00 Bumi Serpong Damai 125,07 182,55 45,96 535,63 606,91 13,31 23,35 30,08 Lippo Karawaci 208,56 221,06 5,99 284,86 292,27 2,60 73,22 75,64
Laba Bersih (Rp Miliar)
Emiten Growth
(%)
Pendapatan (Rp
Miliar) Growth
(%)
Margin Laba Bersih (%)
Sumber: Laporan Keuangan Emiten per Juni 2010, Bursa Efek Indonesia
-150,00 -100,00 -50,00 0,00 50,00 100,00 150,00
T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III
2008 2009 2010
S
a
ld
o
B
e
rs
ih
Realisasi Kegiatan Usaha
Grafik I.28. Perkembangan Indeks
Realisasi Kegiatan Usaha di Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
-50,00 -40,00 -30,00 -20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III*
2009 2010
%
y
o
y
Konsumsi ruko dan rukan
Grafik I.29. Perkembangan Indeks Realisasi
Kegiatan Usaha di Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
1.2.5.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan mengalami peningkatan kinerja
yang cukup tinggi pada Triwulan III 2010 sebesar level 9,70% (yoy). Relatif kuatnya
konsumsi pada Triwulan III 2010 diperkirakan memberikan dorongan positif terhadap kinerja
pendapatan tahunan, besarnya Tunjangan Hari Raya pada tahun ini, pembelian barang tahan
lama yang meningkat dan membaiknya outlook perekonomian nasional diperkirakan akan
meningkatkan kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara itu meningkatnya
daya beli masyarakat di pedesaan khususnya petani tanaman pangan diprediksi juga menjadi
faktor yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat dan kinerja sektor ini.
Perkembangan tingkat hunian hotel di Banten untuk triwulan laporan juga diperkirakan akan
terus mengalami tren peningkatan seperti tahun sebelumnya.
-80,00 -60,00 -40,00 -20,00 0,00 20,00 40,00 60,00
T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III
2008 2009 2010
S a ld o B e rs ih
Realisasi Kegiatan Usaha
Grafik I.30. Perkembangan Indeks
Realisasi Kegiatan Usaha Sektor
Perdagangan di Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia 53,11 54,21 56,66 58,54 56,5 61,14 48 50 52 54 56 58 60 62
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2009 2010
%
Tingkat Hunian Hotel
Grafik I.31. Perkembangan Tingkat Hunian
Hotel di Banten
Sumber: Survei Harga Properti Komersial, Bank Indonesia 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2008 2009 2010
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Grafik I.32. Perkembangan Indeks
Ketepatan Waktu Pembelian Barang
Tahan Lama di Banten
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
(5,00) -5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 -1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III*
2008 2009 2010
R p T ri li u n % y -o -y
Kredit Sektor Perdagangan Growth (RHS)
Grafik I.33. Perkembangan Kredit untuk
Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi
Proyek di Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
1.2.6.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi yang meningkat sebesar 12,17% (yoy)
pada triwulan laporan diperkirakan didorong oleh peningkatan pembiayaan yang
signifikan dari perbankan dan terus membaiknya sektor industri pengolahan. Pada
18
bertumbuh sangat tinggi sebesar 271,13% (yoy) dengan nominal Rp 1,39 triliun. Tingginya
pembiayaan perbankan untuk sektor tersebut diperkirakan mendorong peningkatan kinerja dari
sektor pengangkutan dan komunikasi. Diperkirakan kredit perbankan tersebut juga
dipergunakan untuk membiayai impor alat transportasi untuk kebutuhan non industri yang
bertumbuh tinggi hingga pertengahan Triwulan III 2010.
(50,00) -50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00
-200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III*
2008 2009 2010
R
p
M
il
ia
r %
y
-o
-y
Kredit Sektor Pengangkutan Growth (RHS)
Grafik I.34. Perkembangan Kredit untuk
Sektor Pengangkutan Berdasarkan Lokasi
Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
-200,00 0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1000,00 1200,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010
%
y
o
y
Transport Equipment (Non Industrial)
Grafik I.35. Perkembangan Impor Alat
Transportasi (Non Industri) Banten
Sumber: Bank Indonesia
505,97
349,10
39,92
8,1713,3417,075,55 23,51 0,00
100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00
%
y
o
y
Telephone Set
Grafik I.36. Perkembangan Impor Telephone Set Banten
Sumber: Bank Indonesia
1.2.7.
Sektor-sektor Lainnya
Sektor listrik, gas dan air diperkirakan bertumbuh cukup tinggi pada level 12,39%
(yoy) pada Triwulan III 2010 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
11,07% (yoy). Kinerja sektor listrik, gas dan air pada periode laporan yang terlihat meningkat
didorong adanya pembiayan perbankan yang masih bertumbuh tinggi dan peningkatan
kebutuhan impor barang-barang terkait kelistrikan, gas dan air hingga pertengahan Triwulan III
-50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 -1 2 3 4 5 6
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III*
2008 2009 2010
R p T ri li u n % y -o -y
Kredit Sektor LGA Growth (RHS)
Grafik I.37. Perkembangan Kredit untuk
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
0 20 40 60 80 100 120 140 160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010
U
n
it
Electricity, Gas, Steam and Hot Water
Grafik I.38. Perkembangan Impor
Barang-barang Kelistrikan, Gas dan Air Banten
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, sektor keuangan, persewaan relatif melambat pada Triwulan III 2010
pada level 6,99% (yoy). Pertumbuhan kredit untuk lokasi proyek di Banten yang relatif
melambat pada level sekitar 25,23% (yoy) dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya
yang bertumbuh pada level 36,47% (yoy) diperkirakan memberikan efek perlambatan terhadap
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada periode laporan. Selain itu adanya
indikasi over supply pada persewaan ruko-ruko dan pergudangan di beberapa kota/daerah
industri juga menjadi salah satu penyebab perlambatan pada sektor ini.
Sektor jasa-jasa juga terlihat melambat pada level 5,11% (yoy) yang terindikasi dari
menurunnya ekspektasi pelaku usaha akan kondisi usaha sektor jasa di triwulan
laporan dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia, menunjukkan bahwa
pada pelaku usaha banyak yang cenderung menahan ekspansi usahanya. Namun
demikian, dukungan pertumbuhan kredit perbankan untuk sektor jasa sosial kemasyarakatan
yang tinggi dapat menahan perlambatan sektor jasa.
-20 0 20 40 60 80 100 120
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2009 2010 Sa ld o B e rs ih Jasa-jasa
Grafik I.39 Perkembangan Kredit untuk
Sektor Jasa Dunia Usaha Berdasarkan
Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
-50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00 -500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III*
2008 2009 2010
R p M il ia r % y -o -y
Kredit Sektor Jasa Sosial Masyarakat Growth (RHS)
Grafik I.40 Perkembangan Kredit untuk
Sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
20
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Banten sebesar 4,59% (yoy) terlihat relatif terjaga dan berada di bawah level
inflasi nasional sebesar 5,80% (yoy) pada Triwulan III 2010. Berdasarkan hasil disagregasi
inflasi, tekanan inflasi dari kelompok volatile foods khususnya padi-padian dan
bumbu-bumbuan serta kelompok administered price khususnya kenaikan tarif dasar listrik cukup besar
dengan tendensi yang meningkat. Sementara itu, tekanan inflasi inti juga cukup kuat karena
membaiknya perekonomian yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat.
2.1. Perkembangan Inflasi Banten
Dari Triwulan I 2010 hingga akhir Triwulan III 2010 perkembangan inflasi Banten cukup
menggembirakan dengan level yang tetap berada di bawah level nasional bahkan
dengan selisih/deviasi yang semakin besar. Inflasi tahunan Banten pada akhir Triwulan III
2010 berada pada level 4,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar
5,80% (yoy), sehingga deviasinya menjadi sebesar -1,21%. Meskipun angka inflasi Banten
masih berada pada koridor sasaran inflasi nasional pada kisaran 5%±1% (yoy), namun pada
Triwulan III 2010 mulai terjadi peningkatan tekanan inflasi terutama disebabkan oleh adanya
gejolak dari sisi supply.
11,01 9,73
9,19
3,213,122,752,992,863,203,713,163,503,35 4,445,32
5,63 4,59
0 2 4 6 8 10 12
1 2 3 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010
%
y
-o-y
Inflasi Banten
Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
-4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009 2010
%
y
o
y
Deviasi Nasional Banten
Grafik II.2 Perbandingan Inflasi Banten dan
Nasional
Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI
Sementara itu, secara triwulanan terjadi kenaikan inflasi yang cukup signifikan pada
Triwulan III 2010. Pada bulan September 2010 inflasi triwulanan Banten mencapai level
2,23% (qtq) lebih tinggi dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya, yang mencapai 0,7%
22
makanan, perumahan dan sandang adalah kelompok yang mengalami kenaikan harga relatif
paling tinggi pada triwulan laporan.
Tabel II.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan (% qtq) Banten per Kelompok
Kelompok Tw I '10 Tw II '10 Tw III '10
Umum 0,70 1,43 2,23
Bahan Makanan 0,70 4,88 4,49
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1,48 0,78 0,91
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,54 0,21 2,32
Sandang 0,84 1,28 3,34
Kesehatan 1,21 0,72 1,30
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,28 0,10 0,41
Transportasi dan Komunikasi 0,13 0,10 1,18
Sumber: BPS Provinsi Banten
Inflasi bulanan Banten mengalami tren yang relatif menurun pada Triwulan III 2010
dengan level sebesar 0,34% (mtm) pada akhir triwulan laporan. Berbagai kelompok
komoditas cenderung mengalami penurunan indeks harga kecuali kelompok sandang dan
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sementara itu, walaupun kenaikan
indeks harga bulanan kelompok bahan makanan relatif tinggi pada level 0,60% (mtm) pada
akhir Triwulan III 2010, namun angkanya relatif telah mulai menurun dibandingkan pada awal
Triwulan II 2010. Salah satu penyebabnya adalah indeks subkelompok bumbu-bumbuan yang
terus menurun hingga mengalami deflasi sebesar -4,38% (mtm) pada bulan September 2010
sempat mengalami kenaikan indeks harga sebesar 36,96% (mtm) pada bulan Juni 2010 yang
disebabkan adanya gangguan pasokan.
Tabel II.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (% mtm) Banten per Kelompok
Kelompok Juli '10 Agt '10 Sep '10
Umum 0,99 0,89 0,34
Bahan Makanan 3,43 0,43 0,60
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,08 0,72 0,10
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,15 2,07 0,09
Sandang 0,17 1,20 1,94
Kesehatan 0,26 0,92 0,12
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,30 0,17 (0,05)
Transportasi dan Komunikasi 0,61 0,20 0,37
Sumber: BPS Provinsi Banten
2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas
Adanya shock dari sisi supply seperti yang terjadi pada kelompok bahan makanan dan
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Triwulan III 2010,
mendorong peningkatan kenaikan harga pada kelompok-kelompok dengan kontribusi
besar terhadap inflasi Banten. Kelompok bahan makanan mengalami kenaikan indeks harga
terhadap inflasi sebesar 2,05%. Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar mengalami kenaikan indeks harga sebesar 3,65% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan
akhir triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh adanya kenaikan administered price yaitu Tarif
Dasar Listrik sejak bulan Juli 2010.
Tabel II.3. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil Inflasi Tahunan (%) Banten per Kelompok
Komoditas Banten
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Andil Tw
III '10
Umum 3,11 2,86 3,16 4,44 4,59 4,59
Bahan Makanan 2,58 1,81 1,16 7,90 9,00 2,05
Makmin, Rokok dan Tbk 10,11 8,35 5,73 5,54 4,57 0,89
Perum, Air, LGA dan BB 2,93 3,15 3,30 2,12 3,65 0,87
Sandang 7,90 7,17 5,21 7,24 6,85 0,34
Kesehatan 8,17 6,77 5,08 4,26 3,81 0,16
Pend, Rekreasi dan Olahraga 3,53 6,15 5,87 5,32 5,05 0,33
Trans, Kom dan Jasa Keu -4,59 -4,29 1,30 1,20 -0,31 -0,05
KELOMPOK
2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Kelompok bahan makanan mengalami kenaikan indeks harga sebesar 9,00% (yoy)
pada akhir Triwulan III 2010 yang relatif lebih tinggi dibandingkan kedua triwulan
sebelumnya. Bahkan pada bulan Juli 2010, kelompok tersebut mengalami kenaikan indeks
harga sebesar 11,52% (yoy) yang disebabkan oleh kenaikan harga yang sangat signifikan
sebesar 85,34% (yoy) pada sub kelompok bumbu-bumbuan. Namun menuju akhir Triwulan III
2010, terlihat adanya penurunan tekanan inflasi dari sub kelompok tersebut yang didorong
oleh mulai masuknya masa panen cabe. Sub kelompok padi-padian juga memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap inflasi Banten pada Triwulan III 2010.
Tabel II.4. Inflasi Tahunan (% yoy) per Sub Kelompok Bahan Makanan Banten
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Bahan Makanan 2,58 1,81 1,16 7,90 9,00
Padi-padian, Umbi-umbian -0,05 1,94 3,59 6,35 16,03 Daging dan Hasil-hasilnya -3,04 4,49 0,36 0,80 8,85
Ikan Segar 1,95 -1,65 -3,46 -1,83 -1,28
Ikan Diawetkan -6,75 -6,68 -6,90 2,76 5,46 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -2,73 -1,95 -2,19 0,97 3,88 Sayur-sayuran 5,54 -10,37 -5,79 6,79 2,98 Kacang - kacangan 9,55 -0,18 0,40 3,62 3,10 Buah - buahan 25,51 26,58 22,46 20,57 12,52 Bumbu - bumbuan 24,26 15,69 7,77 67,97 35,44 Lemak dan Minyak -13,38 -1,50 -4,58 -6,38 -4,33 Bahan Makanan Lainnya 9,57 5,07 2,89 2,67 1,96
Sub Kelompok 2009 2010
24
21,61 20,74
7,77
21,49 26,57 67,97
85,34
57,55
35,44
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
%
y
o
y
Bumbu-bumbuan
Grafik II.3 Perkembangan Kenaikan Indeks
Harga Tahunan Sub Kelompok
Bumbu-bumbuan
Sumber: BPS Provinsi Banten
9,00 16,03
8,85
-1,28 5,46 3,88
2,98 3,10 12,52
35,44
-4,33 1,96 2,05 0,93 0,25
-0,04
0,04 0,09 0,05 0,03 0,22 0,69
-0,07 0,00
-10-5 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Inflasi (% yoy) Andil Inflasi (%)
Grafik II.4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi
per Sub Kelompok Bahan Makanan
Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Sementara itu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
tren perlambatan kenaikan indeks harga dibandingkan dua triwulan sebelumnya
terutama pada sub kelompok makanan jadi. Sumbangan kelompok ini terhadap inflasi
Banten menempati posisi kedua tertinggi sekitar 0,89%. Tingkat konsumsi masyarakat yang
tinggi terhadap kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta tingkat inflasi
kelompok tersebut yang cukup tinggi pada periode laporan menyebabkan andilnya terhadap
inflasi Banten menjadi tinggi pula. Sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol terlihat
mengalami peningkatan tren kenaikan harga sejak awal tahun 2010. Adanya kenaikan tarif
cukai rokok dan kenaikan harga tembakau diperkirakan menjadi pemicu meningkatnya harga
rokok yang kemudian mendorong peningkatan indeks harga sub kelompok tersebut.
Tabel II.5. Inflasi Tahunan (% yoy) per Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok
dan Tembakau Banten
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Makmin, rokok dan tembakau 10,11 8,35 5,73 5,54 4,57
Makanan Jadi 10,59 8,01 5,86 5,00 3,56
Minuman yang Tidak Beralkohol 11,23 8,48 6,23 6,85 5,36
Tembakau dan Minuman Beralkohol 7,49 9,01 4,70 5,80 6,71
Sub Kelompok 2009 2010
4,57
3,56
5,36
6,71
0,89
0,40 0,19 0,32
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00
Makmin, rokok dan tembakau
Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol
Tembakau dan Minuman Beralkohol
%
Inflasi (% yoy) Andil Inflasi (%)
Grafik II.5 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi per Sub Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Pemberlakuan kenaikan tarif dasar listrik pada awal Triwulan III 2010 diperkirakan
menjadi pemicu utama meningkatnya indeks harga kelompok perumahan, listrik, gas,
air dan bahan bakar pada Triwulan III 2010. Perkiraan tersebut didasarkan pada kenaikan
indeks harga sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air yang cukup signifikan pada
Triwulan III 2010. Pada akhir Triwulan III 2010, kenaikan indeks harga tahunan sub kelompok
tersebut mencapai kisaran 7,63% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks
harga kelompok perumahan, listrik, gas, air dan bahan bakar yang berada pada level 3,65%
(yoy). Sub kelompok bahan bakar dan penerangan memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap inflasi Banten sekitar 0,51%. Selain itu, sub kelompok biaya tempat tinggal juga
memberikan kontribusi yang besar pula terhadap kenaikan indeks harga kelompok perumahan
dan inflasi Banten secara keseluruhan sekitar 0,25%. Adanya kenaikan harga bahan-bahan
bangunan dan sewa rumah diperkirakan memberikan andil besar terhadap peningkatan
tekanan kenaikan harga kelompok tersebut.
Tabel II.6. Inflasi Tahunan (% yoy) per Sub Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar Banten
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 2,93 3,15 3,30 2,12 3,65
Biaya Tempat Tinggal 2,66 2,32 2,36 2,29 1,97
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 1,24 2,92 3,70 1,64 7,63
Perlengkapan Rumahtangga 5,23 4,68 4,25 2,31 2,08
Penyelenggaraan Rumahtangga 7,00 7,01 6,00 3,05 2,68
Sub Kelompok 2009 2010
26
3,65
1,97
7,63
2,08 2,68
0,87 0,25 0,51
0,04 0,07 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 P er u m ah an , L G A d an B a h a n B a ka r B ia ya T em p at T in g g a l B ah an B a ka r, Pe n e ra n g an d a n A ir Pe rl e n g ka p a n R u m a h ta n g g a Pe n ye le n g g ar a an R u m a h ta n g g a %
Inflasi (% yoy) Andil Inflasi (%)
Grafik II.6 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi per Sub Kelompok Perumahan, Air, Listrik,
Gas dan Bahan Bakar Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Peningkatan harga emas diperkirakan menjadi penyumbang terbesar kenaikan indeks
harga kelompok sandang pada periode laporan. Pada akhir Triwulan III 2010 kelompok
sandang mengalami perubahan indeks harga tahunan sebesar 6,85% (yoy). Tren peningkatan
harga emas dunia sejak awal Triwulan II 2010 masih berlanjut hingga periode laporan. Naiknya
harga emas dipicu pula perkiraan bahwa Bank Sentral USA akan menerapkan kebijakan
pelonggaran moneter, yang berdampak pada meningkatnya harga emas. Kenaikan harga emas
dunia tersebut menyebabkan kenaikan harga emas dalam negeri.
Tabel II.7. Inflasi Tahunan (% yoy) per Sub Kelompok Sandang Banten
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Sandang 7,90 7,17 5,21 7,24 6,85
Sandang Laki-laki 13,15 13,10 12,44 11,64 6,83
Sandang Wanita 3,74 3,77 3,60 2,80 3,35
Sandang Anak-anak 4,11 4,28 3,33 2,53 3,10
Barang Pribadi dan Sandang Lain 9,76 6,75 1,72 12,45 14,85
Sub Kelompok 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten
6,85 6,83
3,35 3,10 14,85
0,34 0,08 0,05 0,03 0,18
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 Sandang Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain %
Inflasi (% yoy) Andil Inflasi (%)
Grafik II.7 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi
per Sub Kelompok Sandang Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Grafik II.8 Perkembangan Harga Emas
Dunia
Pada akhir Triwulan III 2010 kelompok kesehatan menngalami perubahan indeks harga
sebesar 3,81% (yoy) dengan kontribusi terhadap inflasi Banten sekitar 0,16%. Tren
penurunan indeks harga terjadi pada sub kelompok jasa kesehatan serta perawatan jasmani
dan kosmetika, sementara perubahan indeks harga pada sub kelompok obat-obatan dan sub
kelompok jasa perawatan jasmani cenderung meningkat. Adanya peningkatan tarif puskesmas,
ongkos bidan dan obat-obatan dengan resep diperkirakan memberikan tekanan yang cukup
besar terhadap kenaikan indeks harga kelompok kesehatan.
Tabel II.8. Inflasi Tahunan (% yoy) per Sub Kelompok Kesehatan Banten
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Kesehatan 8,17 6,77 5,08 4,26 3,81
Jasa Kesehatan 8,86 8,36 9,33 7,16 4,87
Obat-obatan 3,83 0,17 -1,03 -1,17 1,64
Jasa Perawatan Jasmani 4,53 6,39 5,06 3,54 7,01
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 9,79 8,23 4,31 4,28 3,47
Sub Kelompok 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten
3,81
4,87
1,64
7,01
3,47
0,16 0,07 0,01 0,02 0,06
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 K e se h at a n Ja sa K e se h at a n O b a t-o b a ta n Ja sa P e ra w a ta n Ja sm an i P er a w a ta n Ja sm a n i d a n K o sm e ti ka %
Inflasi (% yoy) Andil Inflasi (%)
Grafik II.9 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi per Sub Kelompok Kesehatan Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami perubahan
indeks harga sebesar 5,05% (yoy) yang cenderung menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya dengan kontribusi terhadap inflasi Banten sekitar 0,33%. Penurunan tren
kenaikan indeks harga dari kelompok tersebut dipicu terutama oleh turunnya indeks harga sub
kelompok rekreasi, terutama pada komoditas elektronik seperti VCD/DVD player, televisi
berwarna, playstation, computer dan beberapa peralatan elektronik lain. Hal ini diperkirakan <