SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Riyo Juana NIM: B71212069
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016
ix ABSTRAK
RIYO JUANA, NIM. B71212069, 2016 : Tobat Seorang Pecandu Narkoba Dalam Film Hijrah Cinta (Analisis Semiotik Model Roland Barthes). Skripsi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Suranbaya.
Kata Kunci : Tobat, Pecandu Narkoba, Film, Semiotik
Fokus masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana gambaran tobat seorang pecandu narkoba dan juga bagaimana makna denotasi dan konotasi dalam film “Hijrah Cinta”. Adapun tujuan ini adalah untuk mengetahui dan memahami proses tobat dan makna denotasi dan makna konotasi yang ada dalam film.
Film adalah alat komunikasi massa yang memperoleh lembaga-lembaga komunikasinya dalam bentuk bayangan hidup diatas bayangan putih, hal ini dilakukan atas bayangan proyektor, sedangkan filmnya sendiri adalah rentetan foto diatas seoid.
Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode kualitatif diskriptif. data yang telah diproses penulis kemudian dianalisis menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Penyajian data dianalisis sesuai dengan rumusan atau model Roland Barthes dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultur yang diharapkan oleh penggunanya. Teori Roland Barthes merupakan penerus pemikiran Saussure dengan mengembangkan perbedaan penanda dan petanda kearah yang lebih dinamis.
Dari hasil penelitian ini, bahwa tobat seorang pecandu narkoba dari film Hijrah Cinta adalah lebih banyak bergaul dengan orang-orang sholeh, menjahui perbuatan dosa dan mendekatkan diri kepada Allah.
Makna tobat denotatif dalam film Hijrah Cinta adalah penggambaran seorang pemuda yang suka mengkonsumsi narkoba namun berkat cinta dan doa dari orang tua akhirnya sadar. Makna tobat secara konotatif dalam film Hijrah Cinta merupakan kisah seorang pecandu narkoba yang sadar akan doa istri.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR BAGAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
F. Sistematika Penelitian ... 10
BAB II KERANGKA TEORITIK ... 12
c. Bahaya Mengkomsunsi Narkoba ... 18
d. Narkoba dan Agama ... 19
3. Film ... 20
a. Pengertian Film ... 20
b. Sejarah Film dan Perkembangannya ... 22
c. Jenis Film ... 26
d. Pengaruh Film ... 28
e. Film sebagai Media Dakwah ... 31
xi
g. Kelebihan Dan Kekurangan Film Sebagai Dakwah ... 34
4. Simiotik Roland Barthes ... 35
B. Penelitian Terdahulu Yamg Relevan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Metode Penelitian ... 39
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 39
2. Unit Analisis ... 42
3. Jenis dan sumber data ... 43
a. Jenis Data ... 43
b. Sumber Data ... 44
4. Tahap Penelitian ... 44
5. Teknik Pengumpulan Data ... 47
6. Teknik Analisis Data ... 48
a. Analisis Semiotik ... 48
b. Semiotika Pendekatan Roland Barthes ... 53
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 57
A. Diskripsi Objek Penelitian ... 57
1. Profil Film Hijrah Cinta ... 57
2. Sinopsis ... 58
3. Profil Pemain Film Hijrah Cinta ... 59
B. Penyajian Data ... 64
C. Analisis Data ... 78
BAB V PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Taubat secara epistimologis (bahasa), taubat berasal dari kata kerja (taaba) yang terbentuk dari huruf (ta), (wau) dan (ba), menjadi (tawaba),
makna kataini berkisar kepada pulang kembali, dan penyesalan.1 Sedangkan menurut istilah agama dijumpai beragam pengertian yang prinsipnya
bermuara pada satu makna, yaitu kembali pada ajaran agama Islam, Muhammad bin Ka’b Al-Qarzhi berkata,”tobat itu diungkapkan oleh empat
hal, yaitu beristihfar dengan lidah, melepskannya dari tubuh, berjanji dalam hati tidak mengulanginya kembali serta meninggalkan sahabat-sahabat yang buruk.2
Taubat adalah penyesalan yang melahirkan kesungguhan tekad dan niat untuk kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan. Hakikatnya adalah
menyesali dimasa lalu, dan meninggalkannya dimasa sekarang, serta bertekad untuk bersungguh-sungguh tidak menggulanginya kembali dimasa mendatang. Ketiga hal ini terhimpun pada waktu terjadinya taubat. Pada
waktu tersebut dia menyesal, meninggalkan dan bersungguh-sungguh bertekad. Saat itu dia juga kembali pada penghambaan kepada sang
pencipta. Kembali ini merupakan hakikat taubat.
1
Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Taubat Surga Pertama Anda (Jakarta: Pustaka ImamAsy-Syafi’I, 2007), hal. 9.
2
Taubat adalah langkah awal, langkah tengah, dan langkah akhir. Artinya, seorang hamba yang menemukan jalan akan senantiasa bertaubat,
tak pernah tinggal sampai dia mati. Dan apabila dia pindah ketempat lain, taubat pun ikut bersamanya dan selalu menyertainya. Jadi taubat merupakan
langkah pemula bagi seseorang hamba dan juga langkah akhir. Allah Taala berfirman yang bunyinya: “dan bertaubatlah kalian semua kepada ku
(Allah), hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS,An
-Nuur:31)3
Salah satu komponen terpenting dalam dakwah tidak lain yaitu
media, media yang dapat digunakan sebagai media dakwah yang efesien adalah media komunikasi massa (media massa), dalam konteks komunikasi massa film menjadi salah satu media atau saluran penyampaian pesannya,
apakah pesan itu verbal atau nonverbal.
Film juga seperti halnya buku, Film adalah media khusus dari segi
budaya, sebuah media yang penting. Dalam hal ini, hubungan film-penonton memiliki lebih banyak kesamaan dengan buku dari pada dengan televisi. Sama seperti orang membeli buku, orang juga membeli tiket bioskop.
Karena khalayak adalah konsumen yang sebenarnya, kekuasaan lebih banyak tergenggam di dalam film dibandingkan televisi.4
Film di Indonesia semakin berkembang seiring berjalannya waktu yang makin lama makin modern, peran film tentunya sangat berpengaruh terhadap pandangan hidup masyarakat. Seiring berkembangnya film,
3
Ahmad Faridh, Pembersih Jiwa (Bandung: Penerbit Pustaka, 1990), hal. 213.
4
muncul film-film yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, kriminal, gaya hidup populer, dan hal-hal negatif lainnya. Efek pesan yang
ditimbulkan pada film dalam kemasan simbolik ada yang dirasakan secara langsung oleh khalayak bisa berupa perubahan emosi namun ada pula yang
berdampak sangat panjang, nilai-nilai seperti itu tertanam dalam pikiran masyarakat yang menontonnya dan kemudian bila tersebar dalam masyarakat disadari atau tidak, dapat menjadi sebuah gaya hidup, cara pikir,
mitos ataupun ideologi. Semua itu merupakan hasil bentukan dari muatan informasi dan hiburan yang di sajikan oleh perfilman indonesia.
Di sisi lain, film merupakan salah satu alat komunikasi massa, tidak dapat dipungkiri antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Ini berarti bahwa dari permulaan
sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi. Selain itu film dianggap sebagai media yang pas dalam memberikan influence
(pengaruh) bagi masyarakat umum. Penonton film seringkali terpengaruh dan cenderung mengikuti seperti halnya peran yang ada dalam film tersebut. Maka hal ini dapat menjadi peluang yang baik bagi pelaku dakwah ketika
efek dari film tersebut bisa diisi dengan konten-konten keislaman.
Peran serta teknologi komunikasi (TV, internet, media cetak,
merupakan media komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan tapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dengan kelebihan-kelebihan itulah,
film dapat menjadi media tabligh yang efektif, dimana pesan-pesannya dapat disampaikan kepada penonton secara halus dan menyentuh relung hati
tanpa mereka merasa digurui.5
Hal ini senada dengan ajaran Allah SWT bahwa untuk mengkomunikasikan pesan, hendaknya dilakukan secara qawlan sadidan,
yaitu pesan yang dikomunikasikan dengan benar, menyentuh, dan membekas dalam hati.6 Dengan karakter nya yang dapat berfungsi sebagai qawlan sadidan inilah, film diharapkan dapat menggiring pemirsanya
kepada ajaran Islam yang akan menyelamatkan. Film ini banyak mengandung pesan baik dan dapat menggugah hati mereka yang
melihatnya, dalam pesan itulah disebut dakwah. Pengertian dakwah sendiri adalah pekerjaan mengkomunikasikan pesan Islam kepada manusia. Secara
lebih operasional, dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang definitive yang rumusannya bisa diambil dari Al-Qur’an dan Hadits, atau dirumuskan oleh Da’i, sesuai dengan ruang lingkup
dakwahnya. Dakwah ditujukan kepada manusia, sementara manusia bukan hanya telinga dan mata tetapi makhluk yang berjiwa, yang berfikir dan
5
Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 209
6
merasa, yang bisa menerima dan bisa menolak sesuai dengan persepsinya
terhadap dakwah yang diterima.7
Banyak sekali di dunia perfilman menampilkan dan menyuguhi masyarakat dengan berbagai film menarik. Masyarakat yang ingin menghabiskan waktu untuk mencari hiburan, salah satunya dengan datang
ke bioskop. Banyak film menarik yang membuat hati para remaja tergugah
salah satunya yaitu film Hijrah Cinta.
Film Hijrah Cinta adalah salah satu film yang mewarnai perfilman di Indonesia di tahun 2014 memiliki daya tarik tersendiri untuk diteliti. Antusiasme penonton sungguh luar biasa untuk Film Hijrah Cinta.
Hijrah Cinta adalah sebuah film garapan Multivision Plus yang menceritakan kehidupan almarhum Ustadz Jefri Al-Buchori. Dengan di
surtadarai oleh indra gunawan dan dirilis pada 24 juni 2014. Film ini diangkat dari kisah tentang kehidupan Almarhum Ustadz Jefri Al Buchori
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Uje.
Banyak pelajaran yang dapat diambil dari film ini, tentang pilihan hidup, karena pada hakekatnya hidup itu pilihan, hidup kita mau jadi apa
dan bagaimana kita yang menentukan. Dan banyak menginspirasi buat generasi muda untuk tidak terjerumus dengan namanya narkoba yang bisa
menghancurkan masa depan dan impiannya, dan bahwa kehidupan dunia itu
7
hanya sementara dan kehidupan yang kekal itu adalah akhirat. Lakukanlah yang terbaik dalam hidup ini tidak ada kata terlambat.
Adapun peneliti memilih film ini untuk dianalisis dengan menggunakan analisis semiotik dikarenakan didalam film ini terdapat
banyak pelajaran tentang proses seseorang yang lupa akan tuhannya akan tetapi pada akhirnya dia kembali kepadanya. Selain itu juga film ini cocok untuk dianalisis dengan semiotik model Roland Barthes dengan tanda-tanda
dan juga makna-makna yang ada dalam analisis semiotik model Roland Barthes ini.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, maka perlu kiranya peneliti memfokuskan permasalahannya dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses tobat seorang pecandu narkoba dalam film hijrah cinta?
2. Bagaimana makna denotatif dan makna konotatif dalam film hijrah cinta?
C. Tujuan Penelitian
Begitupun dengan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses tobat seorang pecandu narkoba dalam film Hijrah Cinta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu masukan dan pengembangan penelitian bagi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
khususnya dalam hal penelitian komunikasi dakwah di media audio visual. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai gambaran
taubat seorang narkoba yang terdapat dalam film, lebih bisa memahami analisis framing dalam menganalisa film, dan dapat memberikan masukan
bagi para pengelola film untuk selalu berkarya dalam menghasilkan film-film yang berkualitas yang mengandung nilai-nilai islami agar memberikan
manfaat bagi para penontonnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memberi masukan baru bagi para pembacanya serta mampu memberikan pemahaman tentang analisis framing dalam film berjudul Hijrah Cinta.
Dapat di gunakan sebagai salah satu pendukung evaluasi kelebihan
dan kekurangan film yang telah dibuat sebelumnya, sehingga untuk kedepannya dapat menghasilkan film yang lebih berkualitas.
E. Definisi Konseptual
Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau
menyatakan suatu ide (gagasan).8 Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori
yang dikembangkan sesuai dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman atau ketumpang tindihan makna dalam masalah penelitian ini.
Peneliti uraikan sebagai berikut : 1. Taubat
Taubat adalah penyesalan yang melahirkan kesungguhan tekad dan
niat untuk kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan. Hakikatnya adalah menyesali dimasa lalu, dan meninggalkannya dimasa sekarang, serta
bertekad untuk bersungguh-sungguh tidak menggulanginya kembali dimasa mendatang. Ketigahal ini terhimpun pada waktu terjadinya taubat. Pada waktu tersebut dia menyesal, meninggalkan dan bersungguh-sungguh
bertekad. Saat itu dia juga kembali pada penghambaan kepada sang pencipta. Kembali ini merupakan hakikat taubat.
2. Film
Film merupakan drama yang disajikan melalui media teknologi audiovisual yang lengkap. Dalam proses produksinya tentu tidak berbeda
jauh dengan drama atau teater yang biasa kita saksikan di panggung-panggung seni pentas. Terdapat aktris, sutradara, dialog, alurcerita, setting
dan lain-lain. Yang berbeda adalah terletak pada cara pengemasannya. Jika drama hanya bisa kita saksikan sekali saja dalamsatu waktu dan setting tempatnya cenderung monoton, maka berbeda dengan drama, film memiliki
8
tehnik perekaman melalui teknologi canggih yaitu kamera, sehingga dapat disaksikan berulangkali. Film juga bisa beberapa kali pindah setting tempat
sesuai dengan tema adegan yang diambil.
3. Semiotika Roland Barthes
Semiotika Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna
ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).
Dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Kata konotasi
berasal dari bahasa latin connotare, ”menjadi makna” dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah/berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk
lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional.
Semiotika Roland Barthes merupakan semiotika terkemuka dari
Perancis dalam bukunya Mythologies (1927) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Perancis, seperti steak dan
frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa yang terjadi tanpa mengatakan” dan
Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literature atau apa yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh
Boneka Barbie menunjukan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun 1959, dengan tinggi 11,5 inci. Sementara konotasi dari Barbie,
secara kontras penuh kontroversi.9
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pemahaman skripsi ini, maka penulis akan membuat sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Berisikan : a) Latar Belakang, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian: Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis, e)
Definisi Konsep: Taubat, Film, dan Semiotika Roland Barthes, g) Sistematika Pembahasan: BAB I: Pendahuluan, BAB II: Kerangka Teoretik,
BAB III: Metode Penelitian, BAB IV: Penyajian Data, dan BAB V: Penutup.
BAB II Kerangka Teoritik
Berisikan : Dalam bab ini memiliki empat pokok bahasan, yakni : a) kerangka teoritik : Tobat, Narkoba, Film, b) Penelitian terdahulu yang
relevan.
BAB III Metodologi Penelitian
9
Berisikan: a) Pendekatan dan Jenis Penelitian, b) Unit Analisis, c) Jenis dan Sumber Data, d) Tahap Penelitian, e) Teknik Pengumpulan Data,
e) Teknik Analisis Data.
BAB IV Penyajian Data
Berisikan : Dalam bab ini membahas a) diskripsi obyek penelitian, b) penyajian data, c) analisis data
BAB V Penutup
12 BAB II
KERANGKA TEORITIK A. Kajian Pustaka
1. Tobat
a. Pengertian Tobat
Dalam bahasa arab, kata tobat diambil dari huruf ta,wawu, dan ba’, menunjukkan pada arti pulang (al-ruju’) dan kembali (al-audah). Adapun
maksud tobat kepada Allah adalah pulang kepadanya, kembali ke haribaannya, dan berdiri didepan pintu surgannya.1
Tobat secara bahasa artinya kembali. Secara istilah artinya kembali kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Menyerah diri pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. Yakni
kesal, sedih, susah serta rasa tidak patut atas dosa-dosa yang pernah kita dilakukan sehingga menangis. Hati terasa pecah-pecah bila mengingati
dosa-dosa yang dilakukan itu. Memohon agar Allah yang Maha Pengampun akan menerima tobat kita. Hati menyesal akan perbuatan dosa yang kita lakukan itu menjadikan anggota-anggota lahir (mata, telinga, kepala, kaki,
tangan, kemaluan) tunduk dan patuh dengan syariat yang Allah telah tetapkan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan-perbuatan itu
kembali.
1
Bertaubat kepada Allah swt., kata dasarnya tauban, taubatan, dan mataban. Maksudnya insyaf dari kemaksiatannya dan menyesalinya. Orang
yang bertobat disebut tabi’in. Allah menerima tobatnya, maksudnya Allah mengampuninya dan kembali memberikan karunia kepadanya.2
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 222 :
إ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (Al-Baqarah [2] : 222).
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ ‘ulumuddin, tobat
merupakan istilah yang tergabung dari tiga variabel , yaitu ilmu, keadaan dan amal. Ilmu akan menghasilkan keadaan dan keadaan akan menghasilkan
amal. Semuannya merupakan sunnatullah yang tidak bisa diubah.3
Menurut Sahl bin Abdullah At Tasturi berkata: “taubat adalah menggantikan gerakan-gerakan yang tercela dengan gerakan-gerakan yang
terpuji dan demikian itu tidak sempurna kecuali dengan menyendiri, diam, makan-makanan yang halal.”4
Subtansi tobat adalah kembali kepada Allah dengan melaksanakan apa yang dicintainya dan meninggalkan apa yang dibencinya. Oleh karena itu Allah menggantungkan keberuntungan yang mutlak kepada pelaksanaan
perintah dan meninggalkan larangan. Al-Qur’an menyebutkan kata tobat dan devinisinya sebayak 85 kali, di dalamnya Allah menjelaskan tentang
2
Manal Abu Hasan, Meniti Jalan Taubat, (Jakarta: Cakra Lintas Media, 2010), hal. 383.
3
Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali Ke Cahaya Allah,(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2000), hal. 65.
4
bagaimana orang-orang terdahulu bertaubat, serta balasan dan pahala yang diberikan kepada orang yang bertaubat, dan siksannya yang didapatkan oleh
orang yang bertaubat dalam kehidupan nyata.5 Dengan tobat seseorang hamba akan mendapatkan ampunan dari Allah. Allah berfirman:
ر فغل ي إ
bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar” (QS : taha 82)Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya At-Taubah wal Inabah tobat yang sebenarnya memiliki beberapa tanda, diantarannya sebagai berikut:6
1) Bergaul dengan orang-orang yang saleh dan menjauhkan diri dari teman-teman yang buruk.
2) Menjadi lebih baik setelah tobat dibanding sebelumnya.
3) Segera meninggalkan perbuatan dosannya dan melakukan ketaatan. 4) Orang yang bertaubat selaludisertai rasa takut kepada Allah, dan tidak
pernah merasa aman dari azab Allah sekejappun.
5) Menjauhkan dunia dari hatinya dan mengarahkan diri ke akhirat.
6) Hatinya terjaga dari kelalaian yaitu selalu mengingat Allah sambil disertai penyesalan dan rasa takut, dan ini sesuai denagn besarnya kesalahan.
5
Ibnu Qayum AL-Jauziyah, Tobat Kembali kepada Allah, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hal. 16.
6
Dilihat dari pengertian, tobat dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang dikatakan tobat jika: bergaul dengan orang yang soleh dan
menjauhkan diri dari teman yang buruk, menjadi lebih baik, baik sikap, tingkah laku maupun keimanan dibandingkan sebelum tobat, segera
meninggalkan perbuatan dosannya dan melakukan ketaatan dengan meningggalkan apa yang dilarang Allah dan melaksanakan apa yang di perintah Allah, orang yang bertaubat biasanya dihantui rasa takut kepada
Allah dan tidak pernah merasa aman dari azab Allah artinya dia selalu hati-hati dalam melakukan sesuatu karena Allah selalu mengawasinya,
Menjauhkan dunia dari hatinya dan mengarahkan diri ke akhirat yaitu lebih baik melakukan ibadah-ibadah yang selama ini dia tinggalkan, hatinya terjaga dari kelalaian yaitu selalu mengingat Allah disertai penyesalan dan
rasa takut, dan ini sesuai dengan banyaknya kesalahan. Karena tobat adalah berhijrah dari kesesatan menuju kebenaran untuk menggapai rahmat Illahi,
kembali kepada ajaran Islam, dengan tidak mengulangi dosa tersebut.
b. Syarat sah atau diterimanya Tobat 1) Harus menghentikan maksiat.
2) Harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya. 3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan itu kemali.
4) Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak dengan minta maaf atas kesalahannya atau mengembalikan apa yang harus
dikembalikannya.7
2. Narkoba
a. Pengertian Narkoba
Narkoba singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan-bahan adiktif. Sedangkan secara istilah narkoba adalah obat, bahan, atau zat dan
bukan tergolong makanan jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, bepengaruh terutama pada kerja otak dan sering menyebabkan
ketergantungan8. Akibatnya kerja otak berubah meninngkat atau menurun demikian pula fungsi organ tubuh lain. Makanya narkoba tergolong racun bagi tubuh, jika digunakan tidak sebagaimana mestinya.
b. Pecandu Narkoba
Pecandu Narkoba adalah seorang penyalahgunaan narkoba yang
telah mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif lain (narkoba), baik secara fisik maupun psikis.
Awalnya kita dulu sepakat menamai barang haram itu “narkoba”
dengan kepanjangan narkotika dan obat berbahaya. Lama-kelamaan disadari bahwa kepanjangan narkoba tersebut keliru, sebab istilah obat “berbahaya”
dalam ilmu kedokteran obat-obatan yang tidak boleh dijual bebas karena
7
Muhammad Fadholi, Keutamaan Budi Dalam Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, tt), hlm. 387.
8
pemberiannya dapat membahayakan bila tidak melalui pertimbangan medis. Jenis obat seperti itu sangat banyak dan sifatnya tidak tergolong narkoba,
misalnya antibiotik, obat jantung, obat darah tinggi, dan lain sebagainnya. Semua obat tersebut adalah obat-obat berbahaya, tetapi bukan narkoba.9
Ketergantungan narkoba adalah dorongan untuk menggunakan narkoba terus-menerus, dan apabila pemakaiannya dihentikan gejala putus zat. Berat ringannya gejala putus zat bergantung pada jenis narkoba, dosis
yang digunakan, serta lama pemakaian. Makin tinggi dosis yang digunakan dan makin lama pemakaiannya, makin hebat gejala sakitnya.
1) Pemakai
Istilah pemakaian narkoba secara terus-menerus tidak berarti harus setiap hari. Pemakaian tiap akhir pekan sudah dapat dikatakan
terus-menerus. Pemakaian narkoba secara berlebihan tidak menunjukkan jumlah atau dosisnya, tetapi yang paling penting adalah akibat yang ditimbulkan dari pemakaian narkoba tersebut.
Seperti halnya gangguan pada salah satu fungsi, seperti fisik, psikologis atau sosial. Pada tahap pemakaian ia masih dapat
menghentikannya. Jika telah terjadi ketergantunggan, ia sulit kembali ke pemakaian sosial, betapapun ia berusaha. Satu caranya adalah menghentikan sama sekali pemakaiannya dan atau mati.
9
2) Kecanduan
Kecanduan dalam diri seseorang dapat dilihat dengan berbagai
tahap, yaitu apabila terdapat rasa keinginan kuat secara kompulsif untuk memakai narkoba berkali-kali, lalu muncul kesulitan mengendalikan
penggunaan narkoba, baik dalam usaha menghentikannya ataupun mengurangi tingkat pemakaian. Ciri lain, terjadi gejala putus zat jika pemakaiannya dihentikan atau jumlah pemakakain dikurangi.
Lalu ciri toleransi, jumlah narkoba yang diperlukan makin besar agar diperoleh pengaruh yang sama terhadap tubuh. Mengabaikan alternatif
kesenangan lain dan meningkatnya waktu yang digunakan untuk memperoleh narkoba. Terus memakai, meski disadari akibat yang merugikan dan merusak tersebut.
Para pecandu tidak bisa berhenti begitu saja. Jika berhenti pemakaian, timbul gejala putus obat. Putus obat, akan berdampak pada
intoksikasi, yaitu keracunan oleh narkoba. Di sini terjadi kerusakan pada organ tubuh dan otak, hilang kesadaran. Dan dapat terjadi kerusakan otak dan menjadi gila atau kematian.
c. Bahaya Mengkonsumsi Narkoba
Narkoba memunculkan sekian banyak madharad dan (nyaris) tidak
ada manfaatnya. Beberapa jenis narkoba hanya ada manfaatnya jika dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, pengobatan, dan medis. Syaratnya harus dalam pengawasan ahlinya yang berkompeten secara ketat dan terarah.
memiliki tiga sifat jahat yaitu: habitual, adiktif, dan toleran, ketiga sifat itu yang menyebabkan pemakai narkoba terperosok dalam jebakan: maju lebur,
muncur hancur. Ketiga sifat inilah yang membuat pemakai narkoba menjadi budak setia selamanya atau mati merana sia-sia.10 Di luar itu semua, maka
narkoba bisa merusak fisik dan psikis, raga dan jiwa.
Narkoba yang dikonsumsi akan masuk dalam peredaran darah, kemudian mengganggu pusat syaraf dan otak. Narkoba potensial
mengganggu pikiran, perasaan, mental, dan perilaku para pemakainya. Para pemakai narkoba, lama kelamaan akan mengalami perubahan kepribadian,
sifat, tabi’at, karakter, dan tidak mampu lagi mempergunakan akal sehatnya. Para pemakai narkoba sering mengalami keterasingan dan tereksternalisasi dari dirinya sendiri, dan menderita depresi berat. Singkatnya, para pemakai
narkoba acab kali mengalami perubahan dari pribadi yang baik menjadi buruk, dari pribadi yang sehat menjadi sakit. Puncaknya, para pemakai
narkoba sering kali meninggal karena over dosis atau ditangkap polisi dan dipenjarakan.
d. Narkoba dan Agama
Agama-agama besar dunia ternyata lahir tidak jauh dari sumber penghasil bahan yang sekarang digolongkan sebagai narkotika. Tiga abad
sebelum nabi isa lahir, opium sudah dipergunakan sebagai obat di Mesir, bahkan dijadikan mata uang. Di Mesir opium dikenal sebagai obat tidur dan
10
penenang sementara itu ganja telah dipakai oleh penduduk Asia kecil pada abad lima sebelum masehi, oleh memperoleh kesenangan dan kegembiraan.
Dalam kisah seribu satu malam yang mansyur itu serta ekspedisi tetang islam ke andalusia, beberapa penulis barat bercerita tentang
penggunaan ganja dan hasish. Tetapi di jaman Nabi Muhammad, kisah opium dan ganja tidak terungkap secara jelas, kecuali masalah khamer, yaitu minuman keras beralkohol yang memabukkan.
Suatu ketika, Nabi Muhammad pernah menegur seseorang yang bernama Ibnu Suwaid yang membuat minuman beralkohol dari anggur dan
kurma. Ibnu Suwait berkata bahwa minuman beralkohol yang dibikinnya akan dipakai sebagai obat. Lalu, Nabi Muhammad memperingatkan bahwa minuman beralkohol bisa memunculkan banyak penyakit dan madharad,
dari pada manfaat. Tapi, dalam episode perjalanan umat Islam dari masa ke masa, ternyata khamer masih juga dikonsumsi oleh banyak orang. Inilah
yang menjadi salah satu model dan kelemahan sejarah peradaban Islam.
3. Film
a. Pengertian Film
Film adalah sekumpulan gambar-gambar bergerak yang dijadikan satu untuk disajikan ke penonton (publik). Film mempunyai kelebihan
pendengaran, dengan penglihatan dan pendengaran inilah penonton dapat melihat langsung nilai-nilai yang terkandung dalam film.11
Film adalah alat komunikasi massa yang memperoleh lembaga-lembaga komunikasinya dalam bentuk bayangan hidup diatas bayangan
putih, hal ini dilakukan atas bayangan proyektor, sedangkan filmnya sendiri adalah rentetan foto diatas seoid.12
Film menunjukan kita pada jejak-jejak yang ditinggalkan pada
masa lampau, cara menghadapi masa kini, dan keinginan manusia untuk masa yang akan datang, sehingga dengan perkembangannya film bukan lagi
sekedar menampilkan citra bergerak (Moving Images), namun juga diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu, seperti halnya politik, kapitalisme, dan hak-hak asasi manusia.13
Esensi film adalah gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal dengan istilah gambar hidup, dan memang gerakan itulah yang merupakan unsur pemberi hidup
kepada suatu gambar yang betapapun sempurnanya teknik yang dipergunakan, belum mendekati kenyataan hidup sehari-hari, sebagaimana
halnya dengan film. Untuk meningkatkan kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi dengan suara yang dapat berupa dialog atau musik. Dalam film yang baik, dialog dan musik hanya dipergunakan apabila film tidak, atau
11
Syukriyadi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal. 93
12
Yoyon Mudjiono, Komunikasi Penyiaran Islam (Surabaya: Fak. Dakwah, IAIN Surabaya), hal 76
13
kurang mampu memberi kesan yang jelas kepada komunikan melalui gerakan saja, sehingga dialog maupun musik merupakan alat bantu penguat
ekspresi.
Di samping suara dan musik, warna juga mempertingkat nilai “kenyataan” pada film, sehingga unsur “sungguh-sungguh terjadi” dan
“sedang dialami oleh khalayak” pada saat film diputar, makin terpenuhi.
Dengan demikian, film merupakan suatu sarana komunikasi yang
mengaktualisasi suatu kejadian untuk dinikmati pada saat tertentu oleh khalayak, seakan-akan sedang mengalami apa yang dibawakan oleh film secara nyata. Oleh karena itu film mampu mengatasi masalah hambatan
waktu seakan-akan “menarik suatu kejadian dari masa lampau ke masa kini”, dan ini dapat disaksikan dan dialami oleh khalayak film.
Ciri khas film adalah sebagai mana telah dikatakan tadi - gerakan. Gerakan ini dapat dilakukan oleh pelaku film atau oleh kamera yang digerakkan. Gerakan ini meningkatkan “perasaan mengalami kenyataan”
pada pihak khalayak.14
b. Sejarah Film dan Perkembangannya
Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh
percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah
14
Walter Hagemann. Der Film, Wesen und Gestalt, Kurt von Winckel Verlag, Heidelberg
diproduksi dan enak ditonton. Film adalah serangkaian gambar diam yang bila ditampilkan pada layar,15 menciptakan ilusi gambar karena bergerak .
Berlaku sebaliknya Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan
latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli percaya.bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya Film memberi dampak
pada setiap penontonnya,Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau sungguh-sungguh terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan
pesan ideologis di dalamnya, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir para penontonnya. Sebagai gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Pada hakikatnya, semua film
adalah dokumen sosial dan budaya yang membantumengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan sekalipun ia tak pernah dimaksudkan
untuk itu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari
seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dibioskop). Yang kedua, film
diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti dipandang dalam hubungannya
15
dengan produk-produk lainnya. Sebagai komunikasi (communication), film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh para individu
dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).16
Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan mayarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Oey Hong Lee Misalnya, menyebutkan, “film sebagai alat komunikasi massa
yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pada akhir abad ke 19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi
perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dapat lebih mudah menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur tehnik, politik, ekonomi,sosial
dan demografi yang merintangi surat kabar pada massa pertumbuhannya dalam abad ke 18 dan permulaan abad ke 19” film, kata Oey Hong Lee,
mencapai puncaknya diantara perang dunia I dan perang dunia II, namun kemudian merosot tajam setelah tahun 1945, seiring dengan munculnya media televisi.
Namun, seiring dengan kebangkitan film pula muncul film-film yang mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Inilah yang kemudian
melahirkan berbagai studi komunkasi massa. Sayangnya, perkembangan studi komunikasi kerap berkutat sekitar kajian mengenai dampak media. Selama beberapa dekade, paradigma yang mendominasi penelitian
16
komunikasi tidak jauh beranjak dari “model komunikasi mekanistik”, yang pertama kali diintroduksir oleh Shannon dan Weaver. Komunikasi selalu
diasumsikan oleh paradikma ini sebagai etintas pasif dalam menerima pengaruh dari media massa.
Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Sejak itu, maka merebahlah berbagai penelitian yang hendak
melihat dampak film terhadap mayarakat. Ini, misalnya, dapat dilihat dari sejumlah penelitian film yang mengambil berbagai topik seperti: pengaruh
film terhadap[ perkembangan anak, film terhadap agresivitas, film dan politik, dan seterusnya.17
Pada awal 1960-an, banyak teknik film yang dipamerkan, terutama
teknik-teknik penyuntingan untuk menciptakan adeganadegan yang menegangkan. Penekanan juga diberikan lewat berbagai gerak kamera serta
tarian para pendekar yang sungguh-sungguh bisa bersilat. Juga menambahkan trik penggunaan tali temali, yang tak tertangkap oleh kamera, yang memungkinkan para pendekar itu terbang atau melenting-lenting
dengan nyaman dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, teknik-teknik mutakhir dilakukan dengan memanfaatkan sinar laser, seni memamerkan
kembang api dan berbagai peralatan canggih yang lain.
Jika diingat, setiap pembuat film hidup dalam masyarakat atau dalam lingkungan budaya tertentu, proses kreatif yang terjadi merupakan
17
pergulatan antara dorongan subyektif dan nilai-nilai yang mengendap dalam diri.18
c. Jenis Film
Seiring perkembangan zaman, film pun semakin berkembang, tak
menutup kemungkinan berbagai variasi baik dari segi cerita, aksi para aktor dan aktris, dan segi pembuatan film semakin berkembang. Dengan berkembangnya produksi perfilman, produksi film pun menjadi lebih
mudah, film-film pun akhirnya dibedakan dalam berbagai macam menurut cara pembuatan, alur cerita dan aksi para tokohnya. Adapun jenis-jenis film
yaitu:
1) Film Dokumenter
Film jenis ini sedikit berbeda dengan film-film kebanyakan. Jika
rata-rata film adalah fiksi, maka film ini termasuk film non fiksi, dimana film ini menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai
macam tujuan.19
2) Film Laga (Action Movies)
Film Action memiliki banyak efek menarik seperti kejar-kejaran
mobil dan perkelahian senjata, melibatkan stuntmen. Mereka biasanya melibatkan kebaikan dan kejahatan, jadi, perang dan kejahatan adalah
bahasan yang umum di film jenis ini. Film Action biasanya perlu sedikit usaha untuk meyimak, karena plotnya biasanya sederhana.
18
Marselli Sumarno. Dasar-Dasar Apresiasi Film. (Jakarta: PT. Grasindo. 1996), hal. 11-12.
19
3) Petualangan (Adventure)
Film ini biasanya menyangkut serorang pahlawan yang
menetapkan pada tugas untuk menyelamatkan dunia atau orang-orang yang dicintai.
4) Animasi (Animated)
Film menggunakan gambar buatan, seperti babi yang berbicara untuk menceritakan sebuah berita. Film ini menggunakan gambaran tangan
suatu frame pada suatu waktu, tetapi sekarang dibuat dengan komputer. 5) Komedi (Comedies)
Film lucu tentang orang-orang yang bodoh atau melakukan hal-hal yang tidak biasa yang membuat penonton tertawa.
6) Horor
Menggunakan rasa takut untuk merangsang penonton. Musik, pencahayaan dan set (tempat buatan manusia di studio film di tempat film
ini dibuat) yang semuanya dirancang untuk menambah perasaan takut para penonton.
7) Romantis
Film percintaan membuat kisah cinta romantis atau mencari cinta yang kuat dan murni dan asmara merupakan alur utama dari film ini.
Kadang-kadang, tokoh dalam film ini menghadapi hambatan seperti keuangan, penyakit fisik, berbagai bentuk deskriminasi, hambatan psikologis atau keluarga yang mengancam untuk memutuskan hubungan
8) Drama
Film ini biasanya serius, dan sering mengenai orang yang sedang jatuh cinta atau perlu membuat keputusan besar dalam hidup mereka.
Mereka bercerita tentang hubungan antara orang-orang. Mereka biasanya mengikuti plot dasar di mana satu atau dua karakter utama harus mengatasi
kendala untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
d. Pengaruh Film
Film memberikan pengaruh yang besar pada jiwa manusia. Dalam
satu proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologi. Ketika proses decording terjadi, para
penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dengan peran film. Penonton bukan hanya dapat memahami atau merasakan seperti yang dialami oleh salah satu pemeran, lebih dari itu mereka juga seolah-olah
mengalami sendiri adegan-adegan dalam film. Pengaruh film tidak hanya sampai disitu. Pesan-pesan yang termuat dalam film akan membekas dalam
jiwa penonton. Lebih jauh pesan itu akan membentuk karakter penonton.20
Pengaruh film terhadap jiwa manusia disebabkan karena, pertama disebabkan oleh suasana didalam gedung bioskop dan kedua dikarenakan
sifat dari media itu sendiri, pada saat film akan dimulai, lampu-lampu dimatikan, pintu-pintu ditutup, sehingga dalam ruangan itu gelap sekali.
Tiba-tiba tampak pada layar besar yang dihadapannya tampak
20
gambar yang merupakan cerita yang pada umumnya bersifat drama. Seluruh mata tertuju pada layar, segenap perhatian dan seluruh perasaan tercurah
pada film.21
Dalam film, orang-orang pandai menimbulkan emosi penonton,
teknik film baik pengaturannya maupun peralatannya telah berhasil menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan. Menikmati cerita dalam film berlain dengan buku. Cerita dari buku
disajikan dengan perantara huruf yang berderet secara mati, huruf-huruf itu mempunyai tanda, tanda-tanda itu mempunyai arti hanya dialam sadar, sebaliknya film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku
dalam cerita yang dipertunjukan itu dengan jelas tingkah lakunya dan dapat mendengarkan suara pada pelaku yang serta pada suara-suara lainnya yang
bersangkutan dengan cerita yang dihidangkan. Apa yang dilihatnya pada layar bioskop seolah-olah kejadiannya nyata yang terjadi dihadapan matanya.
Ada beberapa efek atau pengaruh film terhadap penonton, diantaranya :
a. Kapasitas didalam memberi kritik dan reaksi tinggi
b. Keinginan individu-individu sendiri untuk melibatkan dirinya dalm
situasi yang sedang dihadapi.
21
c. Tingkat kesadaran individu bahwa dia berada di dunia yang nyata diantara lingkungan orang-orang banyak.22
Kekurangan film sebagai media dakwah, pakar komunikasi Rogers dan Shoemaker menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pesan yang
disampaikan dari sumber kepada penerima. Komunikasi yang menyebar melalui media massa akan memilik dampak vertikal (mengalami taraf internalisasi/penghayatan) apalagi jika para tokoh (opinion-leaders) ikut
serta menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lainnya, lazarfueld menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan mempengaruhi masyarakat penerimanya.23
Perlu disadari bahwa film indonesia semakin hari semakin heboh. Banyak produksi-produksi film yang sekarang tidak sesuai dengan
norma-norma dan malah menimbulkan efek-efek negatif pada lingkungan masyarakat. Bisa dilihat bahwa sering kali telinga kita mendengar kata-kata
jorok yang sering tanpa sadar ditiru oleh para pendengar seperti kata “jancok, anjing, bangsat, dan masih banyak lagi yang lain”. Dan juga
sering kali mata kita melihat hal-hal yang tidak senonoh atau adegan-adegan
porno seperti halnya adegan mesra-mesraan, menampar, berantem, dan lain-lain yang tanpa sadar malah menjadi doktrin bagi para konsumennya.
Sengaja maupun tidak sengaja kita dihadapkan dengan hal tersebut.
22
Yoyon Mudjiono, Komunikasi Penyiaran Islam (Surabaya: Fak. Dakwah, IAIN Surabaya), hal. 62.
23
Kebanyakan film yang marak sekarang hanya mementingkan bisnis semata bukan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa.
e. Film Sebagai Media Dakwah
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pegirim kepada komunikan,
pesan merupakan isyarat atau simbol yang disampaikan oleh seseorang untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa pesan itu akan mengutarakan atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri orang lain yang hendak
diajak berkomunikasi.24
Dakwah secara istilah ialah mendorong (memotivasi) umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah
berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar supaya mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.25 Dan masih banyak Ulama’
yang berpendapat tentang pengertian dakwah tersebut, diantaranya:
1) H. Endang S. Anshari, Dakwah berarti menyampaikan (Tabligh) Islam
kepada Manusia secara lisan, maupun secara tulisan, ataupun secara lukisan.
2) Ahamd Mansyur Suryanegara mengatakan bahwa dakwah adalah
aktivitas menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada tingkah laku pelaku pembahrunya. Oleh karena itu, yang menjadi
1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 23.
25
inti dari tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seorang dan masyarakat secara kultural.26
3) Ahmad Ghalwasy dalam kitabnya ad-da’wat al-islamiyyat mendefinisikan dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan
segenap usaha yang bermacam-macam yang mengacu kepada upaya penyampaian ajaran islam kepada seluruh manusia yang mencakup aqidah, syariat, dan akhlak.27
4) Syekh Ali Mahfud dalam kitabnya Hidayatul mursyidin, mengatakan dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebijakan dan
mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
5) Shekh Muhammad Khidr Husain dalam bukunya Dakwah ila al-Ishlah mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotivasi manusia
agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf Nahi Munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.28
f. Film sebagai Kajian Semiotika
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis
struktur atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh Van Zoest, film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk
26
Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Syafei, Metode Pengembangan Dakwah, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm. 28.
27
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Prenada Media, Jakarta, 2006, hlm. 6.
28
berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian
gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yaitu tanda-tanda yang
menggambarkan sesuatu. Ciri gambar-gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjukkannya. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang
dinotasikannya.29
Semiotik sebagai suatu cara untuk mengkaji tentang film.
Semiotika beroperasi dalam wilayah tanda. Film dikaji melalui sistem tanda, yang terdiri dari lambang baik verbal maupun yang berupa ikon atau gambar.
Film menentukan ceritanya dengan cara khususnya sendiri. Kekhususan film adalah mediumnya, cara pembuatannya dengan
kamera dan pertunjukkanya dengan proyektor dan layar. Begitulah, sebuah film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodekan pesan yang disampaikan.30
Film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Tata bahasa itu terdiri atas semacam
unsur yang akrab,seperti pemotongan, pemotretan jarak dekat (close up), pemotretan dua (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran gambar (zoom in), pengecilan gambar (zoom out),
29
Alex Sobur, Komunikasi Semiotika, Rosda Karya, Bandung, 2006, hal. 128.
30
memudar (fade), pelaturan (dissolve), gerakan lambat (slow motion), gerakan yang dipercepat, efek khusus (spesial effect). 31
g. Kelebihan dan Kekurangan Film sebagai Media Dakwah
Sebagaimana disebutkan diatas tentang berbagai macam media
dakwah, yang mana salah satunya adalah melalui film. Tentunya sebagai media dakwah, film memiliki sisi positif dan negatif. Berikut adalah kelebihan dari film sebagai media dakwah:
1) Selain menyuguhkan suara, film juga menampilkan gambar yang mana membuat seseorang lebih memilih film karena
menyuguhkan yang bervariatif berupa suara dan gambar.
2) Media film yang menghadirkan pesan yang hidup dalam setiap adegannya akan lebih mudah diingat dan menjadi sesuatu yang
berkesan bagi penontonnya.
3) Khusus bagi khalayak anak-anak dan kalangan orang dewasa
cenderung menerima secara bulat, tanpa lebih banyak mengajukan pertanyaan terhadap seluruh kenyataan situasi yang disuguhkan film.
4) Film juga dapat mempengaruhi emosi penonton.
5) Pengajaran seperti shalat, manasik haji, dan do’a-do’a juga
dengan mudah didapatkan melalui media film tersebut.
31
Film sebagai media dakwah tidak sepenuhnya memberikan kelebihan, ada juga kekurangan yang diberikan dari film sebagai
media dakwah. Adapun kekurangan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Dakwah melalui media terlebih film ini memerlukan biaya yang
relatif mahal.
2) Kurangnya keteladanan yang diperankan oleh para artis karena perbedaan karakter ketika berada didalam dan diluar panggung.
Karena cerita yang disuguhkan dalam film ini bersifat tersirat, maka terkadang tidak semua penonton dapat menangkap secara jelas
makna apa yang terkandung dalam film tersebut.
4. Semiotika Roland Barthes
Semiotika Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan
konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Kata konotasi
berasal dari bahasa latin connotare, ”menjadi makna” dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah/berbeda dengan kata (dan
Semiotika Roland Barthes merupakan semiotika terkemuka dari Perancis dalam bukunya Mythologies (1927) memaparkan konotasi
kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Perancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa yang terjadi tanpa mengatakan”
dan menemukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis ideologinya.
Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literature atau apa yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh
Boneka Barbie menunjukan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun 1959, dengan tinggi 11,5 inci. Sementara konotasi dari Barbie, secara kontras penuh kontroversi.32
B. Penelitian terdahulu yang relevan
NO Skripsi Karya Persamaan Perbedaan
1
39 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan jalan keluarnya. Muchammad Nazir dalam bukunya “metode penelitian” menyatakan bahwa penelitian merupakan suatu
penyelidikan yang sangat hati-hati, secara teratur dan terus menerus untuk memecahkan suatu masalah.1 Sehingga dengan kata lain, metodelogi ini
menjadi pisau bedah bagi penelitian untuk mengupas penelitian, sehingga tercipta hasil karya penelitian yang akurat. Yaitu dengan menggunakan data yang pasti dengan membaca informasi tertulis, berfikir dan melihat objek.
Dengan demikian peneliti memaparkan serta menjabarkan secara rinci dan menyeluruh sehingga menghasilkan suatu bentuk data yang menyeluruh.2
Metodologi atau pendekatan yang dilakukan dalam penelitian adalah pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentu penelitian yang
ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan. Fenomena itu bisa berupa
1
Muchammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Aksara, 1989), hal. 15.
2
bentu, aktivitas, karateristik, perubahan, hubungan, dan persamaan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Dalam penelitian kualitatif akan melakukan
penggambaran secara mendalam tentang situsi atau proses yang diteliti. Karena sifatnya ini peneliti kualitatif tidak berusaha menguji hipotesis.
Penelitian kualitatif adalah kumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang yang tertarik secara alamiah.3 Peneliti dalam hal ini akan mendeskripsikan apa yang didapatkan
dari hasil di lapangan.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis. Tetapi, perlu memandangnya
sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan dalam bukunya Introduction to Qualitatif yang
diterjemahkan oleh Arief Furqon, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data diskriptif baik ucapan maupun tulisan dan perilaku
3
yang dapat diambil dari orang-orang atau subyek itu sendiri.4 Selain itu peneliti menggunakan model deskriptif karena peneliti yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginteprestasi.5
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis semiotik. Menurut Bogdam dan Guba seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong yaitu pendekatan kualitatif adalah produser penelitian
yang menghasilkan data diskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan angka-angka) hal ini ditunjukkan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa dan aktivitas sosial lainnya.6 Dalam
penelitian ini data disajikan dalam bentuk cuplikan frame dari scene-scene khususnya yang mengandung gambaran taubat pecandu narkoba dalam film
hijrah cinta. Data-data tersebut kemudian diinterpektasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi-referensi lain secara ilmiah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.7
4
Robert Bogdan, Steven J. Taylor, Introduction to Qualitatif Methode, (Surabaya: Terjemah Arif Furqon, Usaha Nasional, 1992), hal. 21-22.
5
MulyanaDedi, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002), hal.148.
6
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.6.
7
Metode penelitian ini akan menggunakan analisis model Roland Barthes. Pada semiotik Roland Barthes ini, peneliti dapat mengetahui
tentang bagaimana tobat seorang pecandu narkoba yang terjadi dalam film Hijrah Cinta dan menggemukakan makna dari hal-hal yang tersembunyi
dibalik sebuah pesan teks.
2. Unit Analisis
Unit analisisnya adalah film Hijrah Cinta yang di sutradarai oleh
Indra Gunawan yang menceritakan tentang kisah hidup almarhum ustad Jefry Al-Buchori tatkala Beliau masih menkonsumsi narkoba dan smpai dia hijrah kejalan yang benar. Dalam film ini dilengkapi dengan unsur drama,
cinta, dan tobat. Secara keseluruhan durasi film Hijrah Cinta adalah 123 menit yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan analisis semiotik
model Roland Barthes.
Pada penelitan ini yang termasuk dalam ruang lingkup penelitiannya adalah shot dan scene yang telah dipilih, hanya shot dan scene
yang memiliki muatan tobat seorang pecandu narkoba yang dianalisis. Analisis semiotika digunakan pada analisis media dengan asumsi media
dikomunikasikan oleh seperangkat tanda, dan film merupakan salah satu fenomena komunikasi yang sarat akan tanda-tanda tersebut. Dalam film
3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam bentuk kata-kata dan tindakan serta sumber yang tertulis. Sedangkan sumber data dalam
penelitian ini disesuaikan dengan apa yang dikonsepkan oleh Lofland, bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambah seperti dokumen dan
lain-lain. 8
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:
1) Data Primer
Jenis data dikumpulkan untuk kepentingan penelitian ini adalah data deskriptif yaitu transkip dan sinopsis dari film Hijrah
Cinta untuk mengetahui tobat seorang narkoba apa saja dalam film ini. Transkrip yaitu kumpulan dialog berdasarkan cerita tersebut
yang menunjukkan transkrip dalam film ini adalah dialog begitupun dengan sinopsis, sinopsis yaitu cerita singkat tentang isi yang terdapat dalam film.
2) Data Sekunder
8
Tambahan atau data pelengkap yang sifatnya untuk melengkapi data yang sudah ada seperti: buku-buku refrensi, serta
situs-situs yang berkaitan dengan film Hijrah Cinta.
b. Sumber Data
Sumber data terdiri dari dua macam yakni sumber data utama atau primer dan sumber data pelengkap atau skunder
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah rekaman video film Hijrah Cinta, sedangkan data sekunder atau data pelengkap yaitu
bahan-bahan tertulis seperti buku, artikel, video arsip maupun dokumen dan juga sumber data internet yang mendukung penelitian untuk memperoleh data yang relevan.
4. Tahapan Penelitian
Dalam tahapan ini dilakukan tahapan-tahapan penelitian agar
penelitian ini bisa lebih sistematis dan juga bisa lebih optimal. Berikut tahapan-tahapan penelitian, antara lain:
a. Penjajakan
Penelitian ini berawal dari kegiatan penjajakan atau menjajaki permasalahan yang menjadi pusat perhatian peneliti. Mencari ruang
lingkup peneliti yang sesuai dengan pusat penelitian yang akan dilakukan.9
b. Mencari dan Menetukan Tema
9
Dalam kegiatan ini peneliti terlebih dahulu bmencari permasalahan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian serta menentukan tema,
peneliti mencari beberapa materi yang berhubungan dengan film untuk mencari obyek penelitian. Peneliti menyeleksi dan mencari judul yang
menarik dan aktual namun tetap sesuai dengan kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan konsentrasi Radio dan Televisi (RTV). Kemudian membuat matriks usulan judul yang telah disetujui oleh
jurusan yang kemudian berlanjut pada pembuatan proposal penelitian. Judul penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah “Tobat Seorang
Pecandu Narkoba Dalam Film Hijrah Cinta” (Analisis Semiotik Model
Roland Barthes).
c. Menentukan Metode Dan Menyusun Desain Penelitian
Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah menentukan tema adalah menentukan metode penelitian yang digunakan dalam
melakukan penelitian. Karena yang diteliti adalah tobat pecandu narkoba dalam film, maka metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menganalisis data menggunakan
analisis semiotik medel Roland Barthes. Adapun metode ini digunakan sebagai alat pembedah dalam menganalisis data yang menjadi objek
penelitian yakni film Hijrah Cinta.
Sedangkan desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan yang akan dilakukan, yaitu dengan awalnya membuat matrik
akhirnya membuat proposal. Beberapa pakar penelitian mengatakan bahwa apabila desain penelitian telah siap, maka separuh kerja dari
penelitian tersebut telah rampung.
d. Diseminarkan
Setelah proposal disetujui oleh dosen pembimbing, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan ujian proposal untuk diseminarkan kepada para penguji proposal yang telah ditunjuk untuk menjadi penguji.
e. Menyiapkan Peralatan Penelitian
Pada tahap ini peneliti menyiapkan egala keperluan penelitian yang
dibutuhkan mulai dari, bulboint, buku dan kertas, serta handphone. Peneliti melakukan penelitian terhadap film yang akan diteliti yaitu film Hijrah Cinta.
f. Melakukan Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi dan pengamatan pada
film Hijrah Cinta, mencari bagaimana tobat seorang pecandu narkoba yang terkandung dalam film tersebut.
g. Verifikasi Data
Tahap ini dimana peneliti malakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil yang diperoleh dari proses penelitian yang dilakukan dengan penggunaan kalimat yang mudah dipahami, dan dilakukan
h. Analisis Data
Pada tahap ini proses penganalisaan data dari hasil data yang
diperoleh dengan menggunakan metode yang ditentukan sebelumnya. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan, serta mendeskripsikan kedalam
bentuk tulisan hasil penelitian yang sesuai dengan fokus penelitian yang sudah ditentukan, yakni tobat seorang pecandu narkoba dalam film Hijrah Cinta.
i. Penulisan Skripsi
Langkah terakhir adalah dimana penulis mulai menyusun skripsi
dari hasil laporan penelitian yang telah kita teliti dan kemudian diujikan, lalu dievaluasi dan bila ada kekurangan maka direvisi untuk melakukan perbaikan. Hal ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang
dilakukan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian. Data diartikan fakta tersebut ditemui oleh peneliti ketika melakukan sebuah penelitian. Oleh karena itu, seorang pengumpul data (peneliti) adalah orang
yang benar-benar mampu membaca fakta serta bisa membawa pulang fakta dalam arti semua berupa data-data hasil penelitian. Maka di dalam skripsi
Observasi adalah kegiatan paling utama dan teknik pengumpulan data yang lazim dipakai peneliti kualitatif.10 Dengan menggunakan teknik
pengumpulan data ini mengenai hal-hal yang tertulis bisa melalui sinopsis, gambar, ataupun rekaan makna dari film “Hijrah Cinta”.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah menghimpun dokumen, memilih dokumen sesuai dengan tujuan penelitian, menerangkan, mencatat serta
menafsirkan dan menghubung-hubungkannya dengan fenomena lain.11 Dalam hal ini penulis melakukan penghimpunan dan pengamatan melalui film “Hijrah Cinta”.
6. Teknik Analisis Data
Beberapa permasalahan seperti yang dikemukakan dirumusan masalah
akan dipecahkan dirumusan masalah akan dipecahkan dengan menggunakan analisis semiotik yang mengacu pada teori Roland Barthes membuat model
sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Melalui analisis semiotik ini, kita tidak hanya mengetahui bagaimana tobat dilakukan melainkan juga bagaimana tobat yang benar. Simbol-simbol apa yang
digunakan untuk mewakili tobat-tobat melalui film yang disusun pada saat disampaikan pada khalayak, berikut adalah cara untuk menganalisis
menggunakan analisis semiotik:
a. Analisis Semiotik
10
Jalaludin Rakhmad, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hal.83.
11
Istilah semiotik berasal dari bahasa yunani “semeion” yang berarti
“tanda”. Tanda di sini didefinisikan sebagai suatu atas dasar konvensi
sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.12 Sedangkan secara terminologis dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Dimana aliran konotasi pada waktu menelaah sistem tanda tidak berpengaruh pada makna primer, tetapi melalui makna
konotasi.13
Semiotika berasal dari kata Yunani: Semeion yang berarti tanda. Dalam pandangan pilihan penjelajahan semioika sebagai metode kajian
kedalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karna ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai
fenomena bahasa. Dengan kata lain bahasa disajikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika bila seluruh
praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.14
Semiologi menurut Saussure seperti dikutip Hidayat, berdasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia
membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, di belakangnya
12
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), hal. 7.
13
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Media, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2001), hal. 95.
14