54 A. Pengertian Metodologi Penelitian
Menurut Sugiyono (2010 : 6) metode penelitian pendidikan diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Menurut Arikunto (2006 : 219) metode penelitian adalah cara yang
dipakai dalam pengumpulan data. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang dipakai dalam
pengumpulan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan,
dan dibuktikan, sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan deskriptif yaitu suatu metode penelitian
yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang
sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian
(Arikunto, 2010:3). Penelitian ini menekankan pada pengumpulan data,
menyusun data, analisis data dan interpretasi data.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang mendalam
dan terperinci dari fenomena yang terjadi pada objek penelitian mengenai
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan
statistika di kelas XI MA Miftahul Ulum Pagendingan Galis Pamekasan.
C.Penentuan Subjek Penelitian Populasi
Menurut Sugiyono (2010:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MA
Miftahul Ulum Pagendingan Galis Pamekasan yang juga merupakan sampel dalam
penelitian ini, karena pada MA Miftahul ulum hanya terdapat satu kelas untuk
kekas XI.
D. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, tujuan dalam penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2010:308). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan observasi, lembar angket dan tes.
1. Observasi
Arikunto (2006: 156) mengatakan bahwa observasi atau yang
disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (pengamatan
langsung). Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah observasi
sistematis yaitu “observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman
antara lain adalah aktifitas siswa selama pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Menurut Ngalim Purwanto (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008 : 122),
1. kelebihan-kelebihan observasi adalah sebagai berikut:
a. Data observasi diperoleh secara langsung dengan mengamati kegiatan
praktik peserta, sehingga data tersebut dapat lebih objektif.
b. Data yang diperoleh dari observasi mencakup berbagai aspek
kepribadian individu, sehingga dalam pengolahannya tidak berat
sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari
kecakapannya.
c. Dalam situasi yang relatif bebas, dalam arti tanpa adanya
tekanan-tekanan dari luar, individu yang diamati tidak merasa sendirian, ia
melakukan kegiatan dan mengeksperesikan kebiasaan, minat serta
sifat-sifatnya secara spontan.
2. Kelemahan-kelemahan observasi adalah sebagai berikut :
a. Memerlukan sejumlah skill yang baik, yang harus dapat dipertanggung
jawabkan.
b. Mengetahui bahwa para observer diselidiki, maka kemungkinan sengaja
menimbulkan kesan yang menyenangkan.
c. Tingkah laku yang sama yang di manifestasikan oleh bermacam-macam
individu, belum tentu mempunyai arti yang sama bagi
pengamat-pengamat yang berlainan, sehingga jika hal itu terjadi dapat mengurangi
d. Memakan waktu yang relatif lama.(Ngalim Purwanto dalam Basrowi
dan Suwandi, 2008 : 123).
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan observasi adalah
sebagai berikut :
a. Sebelum terjun ke latar penelitian yang sebenarnya calon peneliti atau
peneliti hendaknya dilatih terlebih dahulu.
b. Latihan hendaknya dibimbing oleh peneliti yang sudah banyak
pengalaman
c. Latihan pada awalnya dilakukan pada latar buatan dan berakhir pada
latar sebenarnya. (Basrowi dan Suwandi, 2008 : 124)
2. Angket
Angket disebut juga kuesioner. Arikunto (2006:151) menyebutkan
kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket dalam penelitian ini
berisikan sejumlah pertanyaan tertulis yang mengungkapkan pengetahuan,
sikap dan pendapat siswa tentang penerapan pembelajaran matematika di
kelas. Lembar angket diberikan setelah pemberian pos tes. Jenis angket
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dimana
jawabannya sudah disediakan siswa hanya memilih saja.
Menurut Arikunto (2006 : 152), kelebihan dari penggunaan angket
adalah sebagai berikut :
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan
menurut waktu senggang responden
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak
malu-malu menjawab.
e. Dapat dibuat tes standar sehingga bagi semuau responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Menurut Arikunto (2006 : 152-153), kelemahan dari penggunaan
angket adalah sebagai berikut :
a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehinga ada pertanyaan
yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali
kepadanya.
b. Seringkali sukar dicari validitasnya.
c. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. d. Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.
e. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada
yang terlalu lama sehingga terlambat.
Cara mengatasi kelemahan angket adalah sebagai berikut :
a. Memberikan penjelasan kepada responden tentang pentingnya angket
dalam penelitian dan memberikan penjelasan dari setiap pertanyaan. b. Meminta kepada responden untuk menjawab pertanyaan dengan benar atu
jujur.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2006:150). Tes yang digunakan berupa tes essay objektif yaitu
(essay), sehingga dengan demikian jawaban yang diinginkan adalah
berbentuk uraian bebas.
Langkah-langkah membuat tes uraian sebagai berikut:
a. Menyusun kisi-kisi soal (kisi-kisi instrumen penilain)
b. Membuat butir-butir soal
c. Membuat kunci jawaban
d. Melakukan uji coba instrumen penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan uji coba terhadap
instrumen penelitian di mana uji coba instrumen dilaksanakan di MA
Miftahul Qulub Polagan Galis yang mempunyai KKM ( ketuntasan kriteria
minimal ) yaitu 70 yang setara dengan tempat penelitian yang
dilaksanakan yaitu di MA Miftahul Ulum pagendingan pamekasan yang
bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya tes, sesuai dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Validitas Tes
Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,
2006:168).Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinngi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Untuk mengetahui validitas tes, peneliti menggunakan
r
xy=
N Σ XY−(Σ X)(Σ Y)
√
(
N Σ X2−(Σ X)2
)
(N Σ Y2−(ΣY)2) ( Arikunto, 2006:170)
Keterangan :
r
xy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel yΣ X = jumlah (variabel x)
ΣY = jumlah (variabel y)
ΣXY = jumlah perkalian x dan y
N = jumlah responden
Setelah nilai rxy diperoleh, maka langkah selanjutnya mengadakan
interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi tersebut sebagai
berikut:
Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa suatu butir soal
valid jika harga rhitung> rtabelpada taraf signifikan 5%.Tabel yang
digunakan adalah tabel r product moment.
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitas sering diartikan keterandalan. Artinya suatu tes
memiliki keterandalan bilamana tes tersebut dipakai mengukur
berulang-ulang hasil yang sama. Rumus yang digunakan untuk mencari
reliabilitas tes digunakan rumus alpha sebagai berikut :
r
11=(
[
k
(k−1)
]
)
(
[
1−Σ σb
2
σt2
]
)
(Arikunto, 2006: 196)r
11 = reliabilitas instrumenk = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σ σ b2 = jumlah varians butir
σ t2 = varians total
Sedangkan untuk memperoleh jumlah varians butir soal tes dicari
terlebih dahulu varians setiap butir soal dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
σ2
=
Σ X2
−(Σ X)
2
N N
(Arikunto, 2009:110)
Keterangan :
σ 2 = varian
Σ x2 = jumlah kuadrat skor butir
Σ x = jumlah skor butir
N = jumlah siswa
Setelah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya yaitu
mengkonsultasikan dengan tabel r-prodact moment (taraf signifikan
5%).Jika r11> rtabel maka instrimen tersebut reliable.
c. Tingkat Kesukaran
Suatu tes tidak boleh terlalu mudah dan juga tidak boleh
sukar.Sebuah item yang terlalu mudah sehingga dapat dijawab dengan
benar oleh semua anak bukanlah merupakan item yang mempunyai
Untuk mengukur tingkat kesukaran dalam instrumen tes, rumus
yang digunakan yaitu :
TK = ST
IT
x 100% (Priatna, 2003:77)
Keterangan :
TK : Tingkat kesukaran
ST : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada satu butir soal yaang
diolah.
IT : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada satu
butir soal tersebut.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :
0% - 15% : Sangat sukar
16% - 30% : Sukar
31% - 70% : Mudah
71% - 85% : Sedang
86% - 100%: Sangat mudah (Karnoto dalam Priatna, 2003 : 77)
d. Daya Beda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara responden yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang kurang pandai (berkemampuan rendah).
Penentuan daya pembeda butir soal dilakukan dengan cara
mengurutkan skor siswa dari yang tertinggi ke terendah. Selanjutnya
mengambil 27% dari skor kelompok atas dan 27% dari skor kelompok
Untuk mengetahui daya pembeda digunakan rumus sebagai
berikut:
DP = SA−SB
IA
x 100% (Priatna, 2003:77)
Keterangan :
DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
SA : jumlah skor kelompok atas pada soal yang diolah
SB : jumlah skor kelompok bawah pada soal yang diolah
IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
Kriteria tingkat daya pembeda yang digunakan adalah
Negatif – 10% : sangat buruk
10% - 19% : buruk
20% - 29% : agak baik
30% - 49% : baik
50% ke atas : sangat baik
Semua butir soal yang mempunyai nilai daya pembeda negatif sebaiknya
dibuang (Karnoto dalam Priatna, 2003:77).
E. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika, digunakan
analisis data deskriptif dengan menghitung :
Penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode kooperaratif tipe jigsaw, satu orang pengamat dengan
kriteria penilaian:
A = Dengan bobot 4
B = Dengan bobot 3
C = dengan bobot 2
D = Dengan bobot 1
Sedangkan aktifitas siswa yang di observasi meliputi 4 aspek, yaitu :
1. Memperhatikan penjelasan guru
a. Mendengarkan penjelasan guru (diberi skor 4) b. Mendengarkan tapi berbicara (diberi skor 3) c. Tidak mendengarkan (diberi skor 2)
d. Tidak mendengarkan tapi berbicara (diberi skor 1)
2. Mengerjakan tugas yang diberikan guru a. Mengerjakan tugas (diberi skor 4)
b. Mengerjakan tapi berbicara (diberi skor 3) c. Tidak mengerjakan tugas (diberi skor 2)
d. Tidak menngerjakan tapi berbicara (diberi skor 1) 3. Bertanya kepada guru
a. Sering bertanya (diberi skor 4) b. Jarang bertanya (diberi skor 3)
c. Jarang bertanya tapi berbicara (diberi skor 2) d. Tidak bertanya (diberi skor 1)
b. Menjawab tapi berbicara (diberi skor 3) c. Jarang menjawab (diberi skor 2)
d. Tidak pernah menjawab (diberi skor 1)
Untuk mengetahui nilai aktivitas siswa secara keseluruhan
digunakan rumus:
NA =
∑
n∑
aKeterangan :
NA = Nilai akhir
n = Nilai setiap aspek yang diamati
a = Aspek yang diamati
dengan katagori penentuan nilai akhir sebagai berikut:
0,00 – 1,29 = kurang
1,50 – 2,29 = cukup
2,50 – 3, 29 = baik
3,50 – 2,00 = sangat baik
2. Angket
Dalam mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, peneliti menggunakan rumus penelitian dalam bentuk prosentase
yang dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Prosentase respon siswa = A
B x 100% (Trianto,
2009:243)
A = Banyak yang memilih ya
B = Jumlah siswa(responden)
Respon siswa dianggap positif jika prosentase rata-rata jawaban siswa
yang menjawab “ya” ¿ 60%, sedangkan respon siswa dianggap negatif
jika prosentase rata-rata jawaban siswa yang menjawab “ya”< 60%.
3. Tes
Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang
dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Seorang siswa secara
individu dikatakan tuntas belajarnya apabila ia memperoleh nilai minimal
70 (KKM MA Miftahul Ulum Pagendingan Galis Pamekasan untuk bidang
studi matematika). Menurut Depdikbud dalam Trianto (2009:241), suatu
kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas
tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Ketuntasan
belajar dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Ketuntasan belajar secara klasikal =
∑
x∑
N×1000 0
(Arafiq dalam
Wildan,2011:43)
Keterangan : ∑ x : Jumlah siswa yang tuntas belajar secara individu