PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MIND
MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR
ILMU GIZI DASAR SISWA KELAS XI
SMK SANDHY PUTRA 2 MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Tata Boga
OLEH
METHO POLTAK SIHOMBING
NIM. 5113142026
PENDIDIKAN TATA BOGA
FAKULTAS TEKNIK
x
ABSTRAK
Metho Poltak Sihombing. 5113142026: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Ilmu Gizi Dasar Siswa Kelas XI SMK Sandhy Putra 2 Medan. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan. 2015.
Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui hasil belajar ilmu gizi dasar sebelum diberi penerapan pada siswa kelas XI SMK Sandhy Putra 2 Medan (2) Untuk mengetahui hasil belajar ilmu gizi dasar yang diberi penerapan model pembelajaran Mind Mapping pada siswa kelas XI SMK Sandhy Putra 2 Medan; (3) Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar ilmu gizi dasar siswa kelas XI SMK Sandhy Putra 2 Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester genap SMK Sandhy Putra 2 Medan yang mendapatkan materi ilmu gizi dasar sebanyak 2 kelas yang berjumlah 50 siswa. Sampel penelitan diambil dengan teknik total sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar ilmu gizi dasar sebelum diberi penerapan model Mind Mapping (X1) dan tes hasil belajar ilmu gizi dasar setelah diberi penerapan model pembelajaran Mind Mapping (X2). Teknik analisis yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada materi ilmu gizi dasar pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping diperoleh rata-rata sebesar 74,76 dan standar deviasi 7,45 dengan tingkat kecenderungan nilai yang cukup sebesar 48% dan kategori tinggi sebesar 52%, sedangkan dikelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional diperoleh nilai rata-rata 65,24 dengan standar deviasi 13,24 dengan tingkat kecenderungan nilai yang kurang 12%, kategori cukup 56% dan kategori tinggi sebesar 32%. Dari hasil perhitungan uji hipotesis untuk post tes diperoleh t hitung > t tabel (3,14 > 1,678), maka Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan pada penerapan model pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar ilmu gizi dasar pada siswa kelas XI SMK Sandhy Putra 2 Medan.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Skripsi ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Negeri Medan dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Ilmu Gizi Dasar Siswa Kelas XI SMK Sandhy Puta 2 Medan”. Meskipun penyusunan ini telah diupayakan
seoptimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan serta penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sedalam–
dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa arahan,
motivasi serta dorongan kepada :
1. Ibu Dra. Nuwairi Hilda, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan waktu, nasehat, arahan kepada penulis dari awal hingga
proposal ini terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik.
3. Bapak Prof. Dr. Sumarno, M.Pd selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Teknik.
4. Ibu Dr. Dina Ampera, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan
ii
5. Ibu Dr.Erli Mutiara,M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan serta arahan selama perkuliahan.
6. Ibu Dra. Fatma Tresno Ingtyas, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga.
7. Ibu Dr. Erli Mutiara, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Tata Boga
8. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.
9. Teristimewa kepada Ayahanda M. Sihombing dan Ibunda L. br. Manullang yang
telah memberikan dukungan baik moral dan materil selama proses pekuliahan.
10. Terimakasih kepada kakak saya D.R.Br.Sihombing beserta keluarga, kepada adik
saya tercinta Patar Struggle Sihombing, C.S.Pak yang telah memberikan
dukungan baik moral dan materil selama proses pekuliahan.
11. Terimakasih kepada Lidya Fitri Silalahi S.Pd yang telah memberikan banyak
bantuan doa dan dukungan selama peneliti menyusun skripsi ini.
12. Terimakasih kepada teman- teman terbaik saya Arnold B.L.G. S.Pd, Erna
Sihombing, S.Pd, Idha Dhani Simbolon S.Pd, Dahlia Hutasoit S.Pd, Monalisa
Silitonga S. Pd, Novelita Pane, Lethares Panjaitan, Paulus Sembiring, Andre
Sembiring, Darminto Kemit, Samuel Pratama Samosir, Wahyuni Syafitri
Dly, Roymansyah Pasaribu, Heru Pradigna S. Pd, Ranty Meliani Siregar,
Wasadea, Kumala Pontas, Rasyid, Rahmad Hidayat,dan seluruh teman- teman
tata boga angkatan 2011, 2012, dan 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu
iii
INCULTURA, teman- teman satu kost serta teman- teman yang lain yang telah
ikut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi saya ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas segala keterbatasan
yang ada. Untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran, serta masukan yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan proposal ini. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Medan, September 2016
iv
a. Pengertian model pembelajaran ... 22
b. Model pembelajaran mind mapping ... 23
c. Jenis- jenis mind mapping ... 24
d. Konsep Spider Concept Map ... 24
e. Model Pembelajaran Konvensional ... 25
B. Penelitian Yang Relevan ... 25
C. Kerangka Berpikir ... 26
D. Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Desain Penelitian ... 37
v
C. Populasi Dan Sampel penelitian ... 40
1. Populasi ... 40
2. Sampel ... 40
D. Prosedur Penelitian ... 41
E. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ... 42
1. Instrumen Penelitian ... 42
2. Uji Coba Instrumen ... 43
3. Indeks Kesukaran ... 46
4. Daya Pembeda ... 46
F. Teknik Analisis Data ... 47
1. Deksriptif Data ... 47
2. Uji Kecenderungan ... 48
3. Uji Persyaratan Analisis Data ... 48
a. Uji Normalitas Liliefors ... 48
b. Uji Homogenitas ... 49
c. Uji Hipotesis ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A.Deskripsi data penelitian...50
1. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Saat Pretest dan Postest ... 51
2. Data Postest Hasil Belajar Pada Kelas Eksperimen...52
3. Data Post test Hasil Belajar Pada Kelas Kontrol ... 53
B.Uji Persyaratan Analisis ... 54
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Mind Mapping ... 22
2. Desain Penelitian ... 43
3. Data Jumlah Siswa Kelas XI SMK Sandhy Putra 2 ... 45
4. Kisi-Kisi Instrumen ... 47
5. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 54
6. Distribusi Frekuensi Skor Pretest ... 55
7. Distribusi Frekuensi Skor Pretest ... 56
8. Distribusi Frekuensi Data Post tes Kelas Mind Mapping ... 57
9. Distribusi Frekuensi Data Post tes Pada Kelas Konvensional ... 59
10. Tingkat Kecenderungan Data Pre tes Hasil Belajar antara Kelas Eksperimen ... 60
11. Tingkat Kecenderungan Data Pre tes Hasil Belajar antara Kelas Kontrol ... 61
12. Tingkat Kecenderungan Data Post tes Hasil Belajar Antara Kelas Eksperimen .... 62
13. Tingkat Kecenderungan Data Post tes Hasil Belajar antara Kelas Kontrol ... 63
14. Uji Normalitas Data ... 64
15. Uji Homogenitas ... 65.
16. Uji Hipotesis Data Pretes ... 66
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. RPP convensional 2. RPP Mind Mapping 3. Silabus
4. Skenario pembelajaran Mind Mapping 5. Tabel validasi tes
6. Soal tes penelitian 7. Surat izin uji instrumen 8. Surat balasan uji instrumen 9. Surat izin observasi
10.Surat balasan observasi 11.Surat izin penelitian 12.Persetujuan judul 13.Permohonan meja hijau
14.Rekapitulasi nilai pre tes dan post tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
15.Perhitungan rata- rata (X1), simpangan baku (S1), dan varians (s2) nilai hasil belajar siswa
16.Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian 17.Uji Normalitas Data
18. Uji Homogenitas
19.Uji Hipotesis Nilai Pretes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 20.Pengujian Hipotesis
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mewujudkan masyarakat
yang berkualitas. Dunia pendidikan sekarang dituntut untuk senantiasa melakukan
inovasi dalam pembelajaran pada berbagai aspeknya, mulai dari visi, misi, tujuan,
program, layanan, metode, model, strategi, teknologi, proses, sampai evaluasi.
Seperti yang kita lihat di Negara kita Indonesia, lembaga pendidikan di Indonesia
senantiasa selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, baik dari segi
kurikulum, fasilitas, sarana dan prasarana serta kualitas guru (pendidik).
Adanya berbagai pembaharuan dalam pengembangan kurikulum, sarana
dan prasarana merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan demikian, pendidikan mempunyai pengaruh inovatif terhadap
kondisi-kondisi kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, menuju
sistem sosial yang dinamis serta modernisasi masyarakat.
Salah satu cerminan kualitas pendidikan di sekolah adalah hasil belajar
yang dicapai oleh siswa di sekolah tersebut. Hal itu sejalan dengan pendapat
Dimyati dan Mujdiono (2000:20) bahwa “hasil belajar merupakan suatu puncak
dari proses belajar”. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat adanya evaluasi
yang guru lakukan setelah selesai menjelaskan materi pelajaran. Menurut Sudjana
(2009:3) bahwa “hasil belajar siswa padahakikatnya adalah perubahan tingkah
2
psikomotorik. Sehingga hasil belajar merupakan ukuran atau standar kepada
peserta didik guna melihat perubahan kemampuan peserta didik dalam bidang
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan),dengan
demikian hasil belajar siswa pada suatu mata pelajaran tertentu merupakan salah
satu indikator kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Peningkatan
kualitas ilmu pendidikan pada jenjang pendidikan dilakukan pada semua
kelompok mata pelajaran yang tertuang dalam standar isi.
SMK Sandhy Putra 2 Medan adalah salah satu sekolah bidang kejuruan.
Ilmu gizi dasar merupakan mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan yang wajib
diambil dan dipahami oleh setiap siswa kelas XI bidang keahlian tata boga. Dalam
hal ini, peran seorang pendidik sangat diperlukan dimana pendidik harus mampu
mengajarkan pelajaran tersebut semenarik mungkin, sehingga membuat siswa
cepat mengerti dan paham akan materi yang diajarkan.
Dari survey yang dilakukan dilapangan dengan mendengar pendapat guru mata
pelajaran ilmu gizi dasar bahwasanya hasil belajar siswa kelas XI tata boga untuk
mata pelajaran ilmu gizi dianggap rendah yaitu nilai rata-rata 7,0 masih lebih
rendah dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh
Depdiknas yaitu 7,5.Untuk hasil belajar siswa yang dibawah rata-rata nilai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) maka siswa akan diberi ujian dan remedial.Dengan
skala kriteria 0-100% dan kriteria ideal ketuntasan belajar adalah 75% untuk
kurikulum tingkat satuan pendidikan (Depdiknas, 2013). Berdasarkan daftar nilai
ulangan harian siswa kelas XI boga-1 dengan jumlah siswa 25 orang terdapat 37%
3
jumlah siswa 25 orang terdapat 40% jumlah siswa yang dikategorikan tuntas pada
bidang studi ilmu gizi dasar. Oleh sebab itu, pendidik harus mampu
mengimplementasikan model pembelajaran yang inovatif seperti salah satunya
model pembelajaran Mind Mapping. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan
model pembelajaran yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian
pemahaman murid. Model pembelajaran Mind Mapping merupakan suatu teknik
pembuatan catatan catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu,
seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ring
ka an,membuat struktur, pengumpulan ide ide, untuk membuat catatan, kuliah,
rapat, debat, dan wawancara (http:// cuapfhiieear. blogspot. Com /2012 /2013 /mo
del pembelajaran mind mipping.hmtl).
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1
970. Menurutnya Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara
harafiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2013 :4). Mind Map
adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi keluar otak. Model pembelajaran Mind Mapping
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa serta kreativitas siswa. Dimana dalam
membuat mind mapping siswa akan dikatakan kreatif karena dalam mencatat
mind mapping, siswa harus membuatnya semenarik mungkin, karena dalam penyerapan informasi, otak kita lebih mudah menyerap hal yang berwarna,
bergambar, berbentuk, daripada sesuatu yang lurus dan tidak berwarna.
1 mapping, akan membuat siswa menjadi kritis dalam berpikir, cepat menghafal dan cepat menyerap informasi yang disajikan.
Menurut pendapat Istarani, (2011:2) mengatakan bahwa “pembelajaran
memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada
“apa yang dipelajari siswa”. Pembelajaran melalui model bertujuan untuk
membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) didalam lingkungan sosial dan
memecahkan dilema dengan bantuan kelompok.Oleh karena itu belajar melalui
model berarti pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan
(desain) sebagai upaya membelajarkan siswa.Itulah sebabnya dalam belajar, siswa
tidak hanya beinteraksi dengan guru sebagai sumber belajar, tetapi mungkin
berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan, yaitu menjadikan siswa mengerti dengan
yang kita ajarkan dan memperoleh hasil belajar yang baik.
Melalui pembelajaran, siswa diharapkan mudah mengerti, paham serta
mendapatkan hasil belajar yang tinggi. Dari uraian diatas, timbullah keinginan
penulis untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
5
B.Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka masalah
yang ada dalam penelitian ini dapat teridentifikasi, adapun identifikasi masalah
yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa hasil belajar mata pelajaran ilmu gizi dasar masih rendah?
2. Apakah proses belajar mengajar pada mata pelajaran ilmu gizi dasar di SMK
Sandhy Putra 2 Medan masih menggunakan model konvensional?
3. Apakah siswa kesulitan dalam mengingat dan memahami materi mata
pelajaran ilmu gizi dasar dengan menggunakan model konvensional?
4. Bagaimana interaksi antar siswa dan guru saat proses pembelajaran?
5. Apakah model pembelajaran Mind Mapping sudah atau belum pernah
digunakan sebagai model pembelajaran di SMK Sandhy Putra 2 Medan untuk
mata pelajaran ilmu gizi dasar?
C.Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan sarana serta mengingat luasnya
permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi
permasalahan dalam pembahasan penelitian agar penelitian ini terarah, ruang
lingkup yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang diteliti adalah model pembelajaran mind mapping
2. Hasil belajar siswa yang diteliti adalah hasil belajar kognitif gizi seimbang.
a. Pengertian gizi seimbang
b. Manfaat perencanaan menu seimbang
6
d. Cara memilih bahan makanan sesuai gizi seimbang
e. Pedoman umum gizi seimbang
3. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMK Sandhy Putra 2 MedanTahun
Pelajaran 2015/2016.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah maka rumusan masalah yang dipilih, yaitu :
1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran ilmu gizi dasar?
2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran mind mapping pada mata pelajaran ilmu gizi dasar?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran mind mapping dapat mempengaruhi
hasil belajar ilmu dasar gizi siswa kelas XI SMK Sandhy Putra 2 Medan?
E.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai hal:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran ilmu gizi dasarkompetensi
gizi seimbang.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran mind mapping pada mata pelajaran ilmu gizi dasarkompetensi
7
3. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran mind mapping dapat
mempengaruhi hasil belajar pada mata pelajaran ilmu gizi dasarkompetensi
gizi seimbang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu gizi dasar
dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping.
2. Bagi Guru
Sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dalammata
pelajaran ilmu gizi dasar.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan untuk menginformasikan kepada guru-guru tentang model
pembelajaran Mind Mapping.Meningkatkan kualitas dan mutu sekolah
khususnya hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Mind Mapping pada saat proses belajar mengajar dikemudian hari.
4. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan berpikir serta untuk
meningkatkan pemahaman dalam hal mencapai hasil belajar siswa yang
tinggi dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping pada
8
5. Bagi Lembaga Pendidikan Tata Boga, sebagai referensi mahasiswa untuk
melaksanakan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Mind
Mapping terhadap hasil belajar mata pelajaran ilmu gizi dasardi SMK
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A.Kajian Teori
1. Hasil Belajar Ilmu Gizi Dasar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses mengembangkan daya pikir, dan
merupakan suatu informasi bagi siswa. Prosesnya melalui presepsi, penyimpanan
informasi, dan pemanfaatan kembali informasi tersebut untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam
membangun makna atau pemahaman. Belajar juga merupakan peristiwa yang
terjadi secara sadar dan disengaja, artinya seseorang yang terlibat dalam peristiwa
belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu sehingga terjadi
perubahan pada dirinya sebagai akibat dari kegiatan yang disadari dan disengaja
dilakukannya tersebut. Perubahan tersebut harus bersifat relatif, permanen, tahan
lama dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.
Menurut Sudirman (2008:20) “belajar adalah perubahan tingkah laku
atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”.Yang artinya dengan
belajar, tingkah laku, penampilan dan pengetahuan seseorang akan berubah,
karena dengan belajar seseorang akan mengetahui mana yang baik dan tidak untuk
10
10
yang dilakukan seperti membaca buku, mengamati sesuatu hal,mendengarkan info
rmasi maupun materi serta meniru hal-hal yang memberikan pengaruh positif
untuk dirinya. Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam
diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada hakikatnya
tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
Sedangkan Arsyad (2007:1) menyatakan bahwa: Belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.
Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseoang dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan
pada tingkat pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), atau keterampilannya
(psikomotor).
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru sebagai pengalaman individu itu sendiri. Perubahan yang terjadi setelah
seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, sikap, dan nilai. Ciri khas bahwa seseorang telah melakukan
kegiatan belajar ialah dengan adanya perubahan pada diri orang tersebut, yaitu
11
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam hal ini Slameto (2010:54) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :
a) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi
dua bagian, yakni: 1). faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat
tubuh dan 2) faktor psikologis meliputi kecerdasan, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan.
b) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) faktor yakni: lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah
dan faktor lingkungan masyarakat.
Dengan demikian disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa diatas akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut.
Dimana faktor internal dan faktor eksternal saling mempengaruhi tingkat belajar,
yaitu hasilnya yang tinggi yang disebut berprestasi tinggi dan hasil belajar siswa
yang rendah disebut berprestasi rendah.
b. Pengertian Hasil Belajar
Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat atau diukur dari
pencapaian hasil belajarnya. Hal itu sejalan dengan pendapat Dimyati dan
Mudjiono (2006:20) bahwa “hasil belajar merupakan suatu puncak dari proses
belajar “. Dimana hasil belajar merupakan suatu tolak ukur yang akan digunakan
guru untuk melihat kemampuan peserta didik dalam memahami dan mengerti
akan materi yang diajarkan oleh pendidik. Hasil belajar tersebut terjadi terutama
12
Hasil belajar dapat diperoleh oleh guru dari perbuatan, nilai-nilai, dan
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersepsi, dan keterampian yang diperoleh
dari siswa dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas.Yang harus diingat, hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang dikategorikan
oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dapat dilihat secara
fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2010:7).
Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki
penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Perubahan perilaku akibat kegiatan
belajar dapat diketahui dari hasil belajar siswa.
Sejalan dengan pendapat Purwanto (2011:46) “ hasil belajar adalah
perubahan perilkau siswa akibat belajar”. Dimana perubahan perilaku disebabkan
karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah materi yang diberikan dalam
proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.
Menurut Sudjana (2009 : 3) “hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
luas mencakup bidang aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik”. Sehingga
hasil belajar merupakan ukuran atau standar kepada peserta didik guna melihat
perubahan kemampuan peserta didik dalam bidang kognitif (pengetahuan), afektif
13
c. Hasil Belajar Ilmu Gizi Dasar
Menurut Hariyani Sulistyioningsih (2012), gizi berasal dari bahasa arab
“Al Gizzai” yang artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. Al Gizzai
juga dapat diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Ilmu Gizi
adalah ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya
agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal. Pemberian makanan yang
sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang mencerna
makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi lain seperti sakit,
hamil, menyusui.
Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan
5 kelompok zat gizi (karbohidrat , protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam
jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu,
manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali
dalam tubuh. Apabila kelompok zat gizi tersebut diuraikan lebih rinci, maka
terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi.
Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan
kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi
kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C
tetapi miskin vitamin A.
Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka
akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan
14
satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain,
sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk mencapai
masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis
bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan.
Keterangan di atas juga berarti ada saling ketergantungan antar zat gizi.
Misalnya penyerapan yang optimun dari masukan vitamin A memerlukan
kehadiran lemak sebagai zat pelarut dan mengangkut vitamin A ke seluruh bagian
tubuh. Selain itu, apabila cadangan mangan (Mn) di dalam tubuh kurang, maka
vitamin A juga tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal. Contoh lain,
diperlukan vitamin C yang cukup dalam makanan untuk meningkatkan
penyerapan zat besi (Fe).
Gizi Seimbang
a). Pengertian Gizi Seimbang
Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu
sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang
cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002). Menu
seimbang adalah menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah
dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta
pertumbuhan dan perkembangan (Hariyani, 2012). Peranan berbagai kelompok
bahan makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang yang berbentuk kerucut,
15
Tahun 1992 diselenggarakan kongres gizi internasional di Roma yang
membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai untuk menghasilkan kualitas
sumber daya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi penting dari kongres
tersebut adalah anjuran kepada setiap negara agar menyusun pedoman umum gizi
seimbang (PUGS). Departemen Kesehatan RI (2005) mengeluarkan pedoman
praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan tertuang dalam
13 pesan dasar sebagai berikut:
1. Konsumsi makanan yang beranekaragaman.
Tidak ada satu jenis makanan pun yang mengandung semua jenis zat
gizi,yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat ,tumbuh kembang dan
produktif. Hal ini menyebabkan setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam
makanan; kecali bayi umur 0-6 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu
(ASI).
Makanan yang beranekaragaman yaitu makanan mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. Apabila
terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain.
Mengonsumsi makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Konsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan
kenaikan berat badan. Energi yang berlebih disimpan sebagai cadangan di dalam
16
menyebabkan kegemukan,yang biasanya disertai berbagai gangguan kesehatan,
seperti tekanan tinggi, penyakit jantung, penyakit kencing manis, dan yang
lainnya.
Sebaliknya, apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan energi
kurang,maka cadangan energi dalam tubuh yang berada dalam jaringan otot/lemak
akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila hal ini berlanjut
maka dapat menurunkan produktivitas kerja, prestasi belajar dan kreativitas.
Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan
energi atau sekitar 3-4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan
akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan
tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan kegemukan .
3. Komsumsi makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
Karbohidrat memiliki fungsi utama sebagai penyedia energi bagi tubuh.
Oleh karena itu konsumsilah karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh tubuh dan sisanya dipenuhi oleh protein,
lemak, vitamin, mineral, dan air.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dariutuhan
kebutuhan energi.
Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari sebaiknya
15-25% dari kebutuhan energi. Selain berpotensi tinggi kalori, lemak juga relatif
lama berada dalam sistem pencernaan dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat,sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama. Jika
17
konsumsi makanan lain sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi yang lain tidak
terpenuhi.
Kebiasaan mengonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat
menyebabkam penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner.
Resiko penyakit jantung koroner akan menurun dengan membiasakan
mengonsumsi ikan karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam
lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding
pembuluh darah.
5. Gunakan garam beryodium
Peraturan yang tertuang dalam Keppres No.69 tahun 1994 mengharuskan
semua garam yang beredr di Indonesia mengandung yodium. Kebijaksanaan ini
berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian gangguan kesehatan akibat
kekurangan yodium (GAKY) di Indonesia. GAKY (Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium) merupakan masalh gizi yang serius karena dapat
menyebabkan penyakit gondok dan kretin. Kekurangan unsur yodium dalam
makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang .
6. Makan makanan sumber zat besi (Fe)
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel
darah merah . Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan. Sumber utama zat
besi adaalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna
hijau tua. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan zat besi adalah rendahnya
tingkat penyerapan zat besi di dalam tubuh,terutama sumber zat besi dari nabati
18
lebih tinggi dibandingkan zat besi yang berasal dari pangan nabati (non
heme),yaitu mencapai 10-20%.
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan .
Pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman lain pada awalnya
diberikan sampai usia 4 bulan, namun kemudian menjadi sampai 6 bulan seiring
dengan berbagai penelitian yang membuktikan bahwa kebutuhan bayi sampai usia
6 bulan dapat tercukupi hanya dengan ASI. Pemberian ASI harus dilakukan
segera setelah bayi dilahirkan (dalam waktu 30 menit setelah lahir). Setelah enam
bulan kepada bayi diberikan makanan pendamping dsan pemberian ASI tetap
diteruskan sampai bayi berumur 2 tahun.
8. Biasakan makan pagi
Makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan data
tahan saat bekerja, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan konsentrasi
dan memudahkan menyerap informasi. Kebiasaan makan pagi juga membantu
seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari.Jenis hidangan untuk
makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih
baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan
sumber zat pengatur. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki resiko menderita
gangguan kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah ndengan tanda-tanda
antara lain: lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan.
9. Minum air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.
Cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum, hendaknya tidak
19
cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, dan dapat
menurunkan resiko penyakit batu ginjal. Mengonsumsi cairan yang tidak terjamin
keamanannya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare dan
keracunan berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air.
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat
badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot, serta memperlambat proses
penuaan .
11. Hindari minum minuman beralkohol.
Kebiasaan meminum minuman beralkohol dapat mengakibatkan
terhambatnya proses penyerapan zat gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting,
penyakit gangguan hati, serta kerusakan saraf otak dan jaringan .
12. Makan makanan yang aman bagi kesehatan bertentangan
Selain harus sehat, makanan yang dikonsumsi juga harus aman bagi
kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan
bahan kimia berbahaya, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.
Agar makanan atau masakan dapat memenuhi syarat-syarat halal dan aman untuk
dikonsumsi, maka sejak bahan makanan tersebut ditanam/diternakkan sampai siap
disantap, makanan harus diperlakukan secara baik dan benar. Perlakuan ini pada
tahap budidaya disebut cara budidaya yang baik, pada tahap pengolahan di pabrik
disebut cara produksi yang baik, dan tahap pengolahan di rumah tangga disebut
20
13. Baca label pada makanan yang dikemas.
Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa setiap produk
makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan. Label pada makanan
yang dikemas berisi keterangan tentang isi, jenis dan ukuran bahan-bahan yang
digunakan, susunan zat gizi, tanggal kedaluwarsa dan keterangan penting lain,
beberapa singkatan dalam label antara lain:
MD: makanan yang dibuat di dalam negeri, ML: makanan luar negeri (import),
Exp: tanggal kedaluwarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih layak
dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi.
Singkatan lain adalah SNI: Standar Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa
mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan, SP: Sertifikat Penyuluhan.
Gambar 1. Piramida Makanan
Sumber : http//www.gizi.net
b). Manfaat Perencanaan Menu Seimbang
Menurut (Hariyani, 2012) kegiatan menyusun menu dengan perencanaan
yang baik memberikan manfaat sebagai berikut:
21
2. Variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur sehingga dapat menghindari
kebosanan yang disebabkan pengulangan jenis bahan makanan dan cara
pengolahan.
3. Susunan hidangan dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan atau biaya
yang tersedia.
4. Menghemat waktu dan tenaga.
5. Menu yang terencena dengan baik dapat menjadi alat pendidikan gizi yang
baik, karena menu yang baik mengajarkan pola makan yang baik.
c). Syarat Menu Yang Baik
Menurut (Hariyani, 2012). Menu dikatakan baik apabila memenuhi
persyaratan berikut:
1. Pola menu seimbang
2. Aspek warna dan kombinasi
3. Tekstur dan konsistensi
4. Rasa dan aroma
5. Ukuran dan bentuk potongan
6. Suhu
7. Popularitas
8. Penyajian menarik
22
d). Cara Memilih Bahan Makanan
Dalam menyusun menu seimbang diperlukan pengetahuan bahan
makanan karena nilai gizi setiao bahan makanan tiap golongan tidak sama (
Almaitser, 2003).
1. Golongan makanan pokok
Jenis padi-padian merupakan bahan makanan pokok yang memiliki kadar
protein yang lebih tinggi dari umbi –umbian. Jika bahan makanan pokok yang
digunakan bearasal dari umbi-umbian,maka harus disertai dengan lauk dalam
jumlah yang lebih besar. Porsi makanan pokok yang dianjurkan dalam sehari
untuk orang dewasa adalah sebanyak 300-500 gram beras atau sebanyak 3-5
piring nasi dalam sehari.
2. Golongan lauk
Lauk sebaiknya terdiri dari campuran hewani dan nabati. Lauk hewani
memiliki nilai bilologik yang tinggi dibandingkan nabati. Porsi lauk hewani yang
dianjurkan untuk orang dewasa dalam satu hari adalah 100 gram setara dengan 2
ptong ikan/daging/ayam, sedangkan porsi nabati dalam sehari sebanyak 100-150
gram atau 4-6 potong tempe.
3. Golongan sayuran
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayuran daun berwarna
hijau dan oranye mengandung lebih banyak provitamin A,selain itu sayuran
berwarna hijau juga kaya kalsium, zat besi, asam solfat, dan vitamin C. Porsi
sayuran yang dianjurkan dalam sehari untuk orang dewasa adalah 150-200 gram
23
4. Golongan buah
Buah berwarna kuning banyak mengandung provitamin A, sedangkan
bnyak mengandung vitamin C buah asam. Porsi buah yang dianjurkna untuk
prang dewasa dalam sehari adalah 2-3 potong atau 200-300 gram.
5. Susu dan olahannya
Susu merupakan sumber kalsium yang baik, tetapi sedikit sekali
mengandung zat besi dan vitamin C. Porsi susu yang dianjurkan dalam sehari
sebanyak satu gelas.
6. Menu yang disusun biasanya juga mengandung gula dan minyak, penggunaan
gula biasanya sebanyak 25-35 gram/hari ( 2 ½ - 3 ½ sdt), sedangkan minyak
sebanyak 25-50 gram/hari (2 ½ - 5 sdt).
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan model pembelajaran merupakan hal yang
penting untuk diterapkan karena model merupakan suatu penunjang pembelajaran
yang bak dilakukan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materinya.
Model merupakan interprestasi terhadap hasil observasi dan pengukuran
yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran merupakan landasan
praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar
yang dirancang berdasarkan analisis tehadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan
24
guru di kelas. Dan disisi lain model pembelajaran juga diartikan sebagai pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun
tutorial. Sejalan dengan itu model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan.
Hal itu diperkuat dengan pendapat Arends (dalam Suprijono
2010:45-46), menurutnya “model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Model
pembelajaran dapat didefinisi dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar, seperti yang dijelaskan diatas model pembelajaran
berhubungan pada tujuan pembelajaran dan pengelolaan kelas, karena beda model
pembelajaran yang diimplementasikan oleh seorang guru maka tujuan dan
pengelolaan kelasnya akan berbeda pula.
Merujuk pemikiran Joyce (dalam Suprijono 2010:45-46), fungsi model
adalah “each ,model guides us as we design instruction to help students achine
various objectives”. Yang berarti bahwa model pembelajaran berfungsi pula
sebagi pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu
peserta didik mendapatkan informasi, ide. Model pembelajaran berfungsi pula
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik
25
sejalan dengan pengertian menurut Istarani (2011:1)”model pembelajaran adalah
seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum
sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang
terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam poses belajar
mengajar.
b. Model Pembelajaran Mind Mapping
Pembelajaran yang diawali dengan penyuguhan konsep atau
permasalahan yang harus dibahas dengan berbagai alternatif-alternatif
pemecahannya disebut dengan Mind Mapping. Jadi, model pembelajaran Mind
Mapping ialah penyampaian ide atau konsep serta masalah dalam pembelajaran
yang kemudian dibahas dalam kelompok kecil sehingga melahirkan berbagai
alternatif-alternatif pemecahannya. Sebagai dasar dari penggunaan model
pembelajaran mind mapping adalah konsep sebagai dasar utama berpijak dan
masalah sebagai bahan dasar pijakan yang akan dibicarakan dalam pembelajaran.
Menurut Wycoff (dalam http://chanatha.wordpress.com/2010/12/26/mind
-mapping) berpendapat bahwa “pemetaan-pikiran atau peta pikiran adalah alat
pembuka pikiran yang ajaib”. Yang artinya jika kita mampu memetakan pikiran
kita, maka kita akan mudah mengorganisasikan pemikiran kita secara
menyeluruh. Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony
Buzan tahun 1970. Menurutnya Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif,
efektif, dan secara harfiah akan “memetakan”pikiran-pikiran kita. (Buzan,
2013:4). Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam
26
DePorter dan Hernacki (2008:dalamhttp://chanatha.wordpress.com/2010/
12/26/mind mapping/) mengungkapkan bahwa “peta pikiran menggunakan
pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide yang berkaitan,
seperti peta jalan digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan
merencanakan”. Dengan peta pikiran kita dapat memfungsikan kemampuan visual
dan sensorik otak kita untuk belajar, mengelompokkan dan merencanakan sseuatu
hal.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping adalah
cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil
informasi itu ketika dibutuhkan dengan memfungsikan kemampuan visual dan
sensorik otak kita.
c. Jenis – Jenis Mind Mapping
Dalam mengembangkan pembelajaran Mind Mapping (peta konsep)
menurut Trianto (2009), peta konsep terdapat empat macam yaitu pohon jaringan,
rantai kejadian, peta konsep siklus, peta konsep laba-laba.
1. Pohon Jaringan (Network Tree)
Peta konsep ini berupa ini gagasan pokok dibuat dalam bentuk segi
empat, sedangkan pada garis penghubung menjelaskan kaitan antara konsep yang
satu dengan konsep yang lainnya. Peta konsep pohon jaringan cocok digunakan
menvisualisasikan hal-hal berikut : (a) Menunjukkan sebab-akibat, (b) Suatu
hirarki, (c) Prosedur yang bercabang, (d) Istilah-istilah yang berkaitan dan dapat
27
2. Rantai Kejadian (Event Chain)
Trianto (2009), mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian dapat
digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu
prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian
hal pertama yang dilakukan adalah menemukan satu kejadian yang mengawali
rantai itu, kemudian temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutan
sampai mencapai suatu hasil. Peta konsep Jenis ini cocok digunakan untuk
memvisualisasikan hal-hal berikut : a). Memberikan tahap-tahap dari suatu proses.
b). Langkah-langkah dalam suatu prosedur linier. c). Suatu urutan kejadian.
3. Peta konsep Siklus (Cycle Concept Map)
Dalam peta konsep siklus rangkaian tidak menghasilkan suatu hasil final.
Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali kejadian awal. Karena
tidak ada hasil dan siklus itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus
cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaiman suatu rangkaian
kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang
berulang-ulang.
4. Peta Konsep laba-laba (Spider Concept Map)
Peta konsep "laba-laba", merupakan peta konsep yang dibuat dengan
menempatkan ide sentral dari sebuah topik di tengah peta. Gagasan utama
ditandai dengan kaki yang memancar keluar. Setiap jumlah rincian atau ide
bawahan dapat melekat pada ide utama yang terkait. Cabang dari setiap kaki dapat
mencakup rincian pendukung, fakta, dan contoh. Peta konsep laba – laba dapat
28
untuk mengatur ide-ide atau brainstorming ide-ide untuk proyek penulisan. Peta
konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah
pendapat, ide berangkat dari suatu ide-ide sentral, sehingga dapat memperoleh
sejumlah besar ide bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan
dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita
dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan
istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah-istilah itu menjadi lebih berguna dengan
menuliskannya di luar konsep utama. Salah satu keuntungan dari laba-laba peta
adalah dapat membantu siswa membuat asosiasi (hubungan sebab-akibat) dan
melihat hubungan antara konsep sentral, ide utama, dan rincian pendukung.
Informasi yang berkaitan dengan berbagai topik dapat diatur menggunakan peta
konsep laba-laba. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk menvisualiasikan
hal-hal berikut :
a. Tidak menurut hirarki
b. Kategori yang tidak paralel
c. Hasil curah pendapat.
Dari ke empat macam peta konsep diatas, Peta Konsep laba-laba (Spider concept
Map) yang akan diterapkan dalam penelitian ini seperti gambar berikut.
29
manfaat
Cara memilih bahan pengertian
syarat
Menurut Buzan (2013:4) “
30
2. Pastikan Peralatan Sudah Lengkap
Jangan biarkan peralatan yang tidak lengkap di meja kerja Anda membuat
Anda menunda. Sebelum memulai membuat mind map, pastikan semua perlatan
sudah tersedia di meja Anda. Peralatan yang dibutuhkan dalam membuat
mindmap adalah kertas gambar persegi panjang, spidol berwarna atau pensil
warna, dan tentunya buku yang akan dibuat mind mapnya.
3. Tuliskan Kalimat Utama (Tema Besar) di Tengah Kertas
Tuliskan satu tema besar pada bagian tengah kertas. Ini akan menjadi tema
besar mind map. Anda bisa menuliskannya dengan huruf besar dan warna
mencolok, atau bisa juga memberikan bentuk atau gambar khusus agar lebih
menarik perhatian. Jika bukan tipe orang yang bisa menggambar, cukuplah hanya
dengan menuliskannya dan buat lingkaran atau bentuk lain untuk melingkarinya.
4. Buat Cabang Untuk Tiap Judul
Kebanyakan eror dalam membuat mindmap adalah tidak cukupnya ruang
menuliskan semua poin penting dalam satu kertas. Untuk menyiasatinya, kita bisa
membuat cabang untuk tiap judul terlebih dahulu. Hal ini untuk memastikan ada
ruang yang cukup untuk menuangkan gagasan dalam bentuk mind map Jika tidak
dibuat demikian, kebanyakan orang akan menyelesaikan satu judul terlebih
dahulu, baru pindah ke judul yang lain. Terkadang judul-judul yang terakhir tidak
31
5. Buat Cabang Sub Judul pada Setiap Judul
Setelah membuat cabang pada untuk setiap judul, buatlah cabang pada
setiap judul untuk menuliskan sub judul. Lakukan ini pada setiap judul sampai
selesai.
6. Gunakan Warna Berbeda untuk Tiap Judul
Agar memudahkan otak kita memahami mindmap dengan cepat, berilah
warna yang sama pada masing-masing judul dan sub judul, sehingga satu judul
hanya menggunakan satu warna.
7. Gunakan Satu Kata/Frase
Setiap judul dan sub judul pada mindmap haruslah dituliskan dalam satu
kata atau frase saja.
Dari uraian tersebut, mind mapping adalah teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Mind mapping memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat dalam diri seseorang. Dengan
adanya keterlibatan kedua belahan otak, maka akan memudahkan seseorang untuk
mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun
secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya
memudahkan otak dapat menyerap informasi yang diterima. Mind mapping yang
dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena
bebedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya.
Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada diruang kelas pada
32
proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar
siswa terutama dalam pembuatan mind mapping.
Terdapat 6 langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang
menggunakan model pembelajaran peta konsep. Langkah-langkah itu ditunjukkan
pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Mind Mapping
Fase Tingkah Laku Guru
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
e. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang
biasa diterapkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
(http:// mediadunia.blogspot.com/2013/01/model pembelajarankonvension.
Pemerintah telah berusaha menciptakan suatu model pembelajaran yang inovatif
yang dituangkan dalam peraturan Menteri nomor 41 tahun 2007, namun hal ini
33
Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran konvensional adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan pendahuluan, guru mengonsentrasikan siswa pada materi yang akan
dipelajari dengan memberikan apersepsi. Peran siswa pada tahap ini adalah
mendengarkan penjelasan guru.
2. Kegiatan inti, terdapat proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Proses
tersebut diterapkan guru dengan memberikan informasi kepada siswa. Peran
siswa pada tahap ini adalah menyimak informasi yang diberikan guru.
Terkadang siswa membentuk kelompok untuk melaksanakan praktikum dan
mendiskusikan hasil praktikum.
3. Kegiatan penutup, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran dan memberikan tes. Peran siswa pada tahap ini adalah
menyimpulkan hasil pembelajaran dan menjawab tes yang diberikan guru.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa dilakukan di
kelas, namun masih terdapat kekeliruan dalam pengimplementasiannya. Guru
masih dominan dalam proses pembelajaran dan cenderung memberikan pelayanan
yang sama untuk semua siswa. Hal inilah yang menjadi landasan dasar
penghambat prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing siswa.
B. Penelitian Yang Relevan.
Hasil penelitian Andiga Bagus Nur Rahma Putra dalam skripsinya yang
berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Menggunakan Peta Pikiran
34
Pada Siswa Kelas XI SMK N 6 Malang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang siknifikan antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
mind mapping dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional. Dari hasil perhitungan menggunakan spss 16.0 bahwa terhitung
bernilai 7,634 dengan signifikan bernilai 0,000. Nilai signifikan yang bernilai
lebih kecil daripada = 0,05 yang berarti keputusan yang diperoleh adalah
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes
kemampuan akhir kelas eksperimen dan kontrol.
Hasil penelitian Sondang Admaja Samosir dalam skripsinya yang
berjudul Pengaruh Penggunaan Model Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap
Kemampuan Menulis Kerangka Deskripsi Oleh Siswa Kelas XI SMK N 1
Sidikalang Kab. Dairi Pada Tahun Pembelajaran 2013/2014 memperoleh hasil uji
hipotesis yang menunjukkan bahwa t0 > ttable , yaitu 14,99 > 2,02 pada taraf
signifikansi 5% dengan df=N-1 yaitu 40-1=39. Hal ini membuktikan bahwa
penggunaan model peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan
menulis karangan deskripsi memeiliki mpengaruh yang positif yaitu berupa
perubahan yang signifikansi dengan presentase pengaruh yang diberikan yaitu
98%.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan diatas menunjukkan
keberhasilan penerapan model pembelajaran mind mapping terhadap hasil belajar
siswa. Hal tersebut yang menjadi acuan penulis untuk mencoba penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran mind mapping dalam pembelajaran kejuruan
35
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mendukung keberhasilan
siswa dalam belajar. Untuk itulah dalam pembelajaran dikelas diharapkan guru
mampu menggunakan model pembelajaran yang dapat mendorong dan
memotivasi peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan
pembelajaran yang dapat memotivasi peningkatan hasil belajar siswa dan dapat
menunjang pencapaian tujuan.
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang
berorientasi pada guru, dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran didominasi
oleh guru. Dengan model ini guru mengkomunikasikan pengetahuannya pada
siswa dalam bentuk pokok bahasan dan metode yang banyak dipakai adalah
metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Pada model pembelajaran
konvensional suasana pembelajaran juga cenderung vakum, guru berceramah
memberikan informasi, sedangkan siswa hanya diam mendengarkan dan mencatat
informasi yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat menimbulkan kejenuhan dan
kebosanan pada siswa.
Model Pembelajaran Mind Mapping merupakan salah satu model yang
memberikan kepada pelajar sejumlah konsep untuk lebih mudah mengingat materi
pelajaran ilmu gizi dasar karena memusatkan perhatian pada pengembangan
kemampuan kreatif dan lebih mengutamakan pengajaran yang interaktif dan
dinamis sehingga dapat dijadikan solusi dalam memilih model pembelajaran.
Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan
36
menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi keluar otak.
Dengan model pembelajaran Mind Mapping, ilmu gizi dasar dapat diikuti dan
dipelajari siswa dengan tenang karena pikiran siswa akan lebih aktif dalam
memahami materi ilmu gizi dasar yang rumit dan banyak teori. Model
pembelajaran Mind Mapping akan membuat siswa lebih tertarik mempelajari
materi ilmu gizi dasar dan siswa dapat memahami konsep gizi seimbang secara
baik dan mendalam. Model pembelajaran Mind Mapping sangat cocok digunakan
dalam mengajar ilmu gizi dasarm. Hal ini diharapkan dapat membuat hasil belajar
dalam mempelajari ilmu gizi dasar meningkat. Karena itu model pembelajaran ini
potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan
sosial disamping yang berdimensi intelektual.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (2006) Hipotesis penelitian merupakan jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan peneliti, sampai teruji melalui data yang
terkumpul. Dengan demikian hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari
suatu penelitian yang perlu diuji kebenarannya.
Berdasarkan kajian dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan diatas,
maka hipotesis penelitian diajukan sebagai berikut:
Ho : Tidak ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Mind
Mapping Terhadap Hasil Belajar Ilmu Gizi Dasar Siswa Kelas XI SMK
Sandhy Putra 2 Medan.
Ha : Ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap
60 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Hasil belajar ilmu gizi dasar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional cenderung cukup dengan rata-rata 65,24.
2. Hasil belajar ilmu gizi dasar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Mind Mapping cenderung tinggi dengan rata-rata 74,76.
3.Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Mind Mapping
terhadap hasil belajar ilmu gizi dasar pada siswa kelas XI SMK Sandhy Putra
2 Medan. Dengan demikian, bahwa hasil belajar ilmu gizi dasar dengan
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping lebih tinggi dibandingkan
hasil belajar siswa menggunakan model konvensional.
B.Saran
1. Hasil belajar ilmu gizi dasar dengan menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping cenderung tinggi sebanyak 52 persen. Maka diharapkan model Mind Mapping ini bisa menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar
siswa. Tingkat kecenderungan hasil belajar siswa rata-rata masih banyak
61
59 membuat variasi mengajar yang menarik perhatian dan dapat memotivasi siswa
sehingga proses belajar mengajar akan lebih baik dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Dari hasil penelitian ada pengaruh model pembelajaran Mind Mapping terhadap
hasil belajar siswa sehingga diharapkan guru dapat menggunakan model
pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang akan dibahas dengan model
pembelajaran yang lebih bervariatif sehingga siswa dapat meningkatkan hasil
62
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Buzan.(2013).How To Make the Most of Your Creative Mind : Learning Technologies.
B.uno (2011). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Bagus, Andika. (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Kewirausahaan Pada Siswa Kelas XI SMK N 6 Malang”.
Dimyanti dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran (Rev. ed). Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali, (2011), Psikologi Pedidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Hamid. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung : Alfabeta. Irianto dan Waluyo. (2010 ). Gizi Dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama
Widya.
Istarani.(2011). Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sagala, (2008) Macam-macam pendekatan pembelajaran:Bandung :CV. Alfabeta.
Samosir, Admaja .(2014). “Pengaruh Penggunaan Model Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Menulis Kerangka Deskripsi Oleh Siswa Kelas XI SMK N 1 Sidikalang Kab. Dairi Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.
Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Buchori .
Sudjana. (2010). Metoda Statistika (Rev. ed). Bandung: PT. Tarsito Bandung. Sulistyoningsih, Hariani (2012). Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu
(2012). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar (Rev.ed). Bandung: Rosdakarya.
Sugiyono, 2010 . Statistika untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta
63
(http://cuapfhiieear.blogspot.com/2012/2013/model pembelajaran mind mipping.h
mtl).
http://www.bing.com/images/search