PENE DALAM MENING SISWA KELAS IV M
UNIVERSITAS I FAKUL PROGRAM STUDI
NERAPAN METODECO-OP CO-OP
NINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA IV MI NAHDLATUL UMMAH SIDAYU GRE
SKRIPSI
Oleh:
ATIK MUSLIYATI NINGSIH NIM. D07212004
S ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA ULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAI JUNI 2016
CARA RESIK
AYA
ABSTRAK
Atik Musliyati Ningsih, 2016. Penerapan Metode Co-op co-op dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV MI Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik. Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing, Zudan Rosyidi, SS. MA.
Kata Kunci : Metode Co-op co-op, Keterampilan Berbicara.
Keterampilan berbicara siswa kelas IV MI Nahdlatul Ummah Sidayu masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia bahwa dari 31 siswa, ada 51,7% atau 16 siswa yang belum tuntas dan 15 siswa sudah tuntas. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran monoton dan guru kurang variatif dalam
menggunakan metode. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode op
co-op dalam penelitian ini.
Rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan metode co-op co-op pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ummah Golokan Sidayu Gresik untuk meningkatkan keterampilan berbicara? (2) Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik setelah
mengunakan metode co-op co-op?
PTK ini menggunakan model Kurt Lewin yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi
dan penilaian performance. Data yang terkumpul kemudian dianalisis.
Penerapan metode co-op co-op berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan
dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa. Aktivitas guru mengalami peningkatan dari 75% pada siklus I menjadi 91% pada siklus II. Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari 72% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berbicara siswa. Skor rata-rata kelas meningkat dari 73 pada siklus I menjadi 80,22 pada siklus II. Prosentase ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 61% kemudian meningkat pada siklus II sebesar 80,64%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode co-op co-op dapat
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN MOTTO... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... v
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... vi
ABSTRAK... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR RUMUS... xv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tindakan yang Dipilih ... 7
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Lingkup Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian... 8
BAB II : KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara ... 10
1. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 10
2. Tujuan Berbicara ... 11
3. Penilaian Keterampilan Berbicara ... 13
C. Tinjauan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 16
1. Karakteristik Bahasa Indonesia ... 16
2. Materi Menyampaikan Pesan yang Diterima Melalui Telepon ... 18
BAB III : PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 21
B. Setting Penelitian... 24
C. Variabel yang Diteliti ... 25
D. Rencana Tindakan ... 25
E. Data dan Cara Pengumpulan... 33
F. Analisis Data ... 41
G. Indikator Kinerja ... 43
H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 44
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
1. Hasil Pra siklus ... 46
2. Hasil Siklus I ... 48
3. Hasil Siklus II ... 75
B. Pembahasan ... 99
1. Penerapan metodeco-op co-opdalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV MI Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik... 99
2. Peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas IV MI Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik dengan menggunakan metodeco-op co-op... 101
BAB V : SIMPULAN A. Simpulan ... 104
B. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.1 Sedangkan menurut Chair Alwasilah, bahasa merupakan alat komunikasi dalam proses berkomunikasi secara formal dan abstrak.2
Bahasa sebagai alat komunikasi pada prinsipnya digunakan oleh para pemakainya untuk membawa pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Kebutuhan pemakai bahasa adalah agar mampu merujuk objek ke dunia nyata, misalnya mampu menyebut nama, keadaan, peristiwa, dan ciri-ciri benda dengan kata-kata tersebut ke dalam kalimat-kalimat sehingga mampu menyusun proposisi yaitu rangkaian kata yang membentuk prediksi tentang benda, orang atau peristiwa.3
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi seseorang dalam berinteraksi antar sesama. Dalam berinteraksi antar sesama, setiap negara di dunia ini memiliki bahasa persatuan masing-masing. Jika ingin berinteraksi antar sesama bangsa, maka harus menguasai bahasa persatuan yang dimilikinya. Seperti halnya kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki Bahasa Indonesia
1
Cormentyna Sitanggang, et al.,Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 116. 2
Chair Alwasilah,Sosiologi Bahasa,(Bandung: PT. Angkasa, 2004), 1. 3
2
sebagai bahasa persatuan. Jika ingin berinteraksi atau berkomunikasi antar sesama, maka harus mempelajari dan menguasai Bahasa Indonesia.
Dalam mempelajari Bahasa Indonesia, kita harus menguasai empat kemampuan berbahasa, diantaranya keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Walaupun keempat keterampilan tersebut harus ada dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, akan tetapi dari keempat keterampilan terdapat dua keterampilan yang merupakan dasar dari pembelajaran Bahasa Indonesia, salah satunya adalah keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara dianggap sebagai keterampilan yang sangat penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, karena berbicara merupakan suatu yang aplikatif dalam bahasa dan merupakan tujuan awal seseorang belajar suatu bahasa. Hanya saja, ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berbicara ini, karena dua faktor tersebut memiliki dominasi keberhasilan pembelajaran berbicara. Dua faktor tersebut yaitu kemampuan dari seorang guru dan metode yang digunakannya.4
Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran apapun termasuk Bahasa Indonesia hendaklah bervariasi agar pembelajaran tidak monoton dan bisa membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicaranya. Tetapi pada kenyataannya penggunaan metode yang tidak variatif telah ditemukan peneliti di MI Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik. Guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut lebih sering menggunakan metode
4
3
langsung dan melaksanakan pembelajaran apa adanya sesuai dengan yang ada di buku. Sehingga siswa yang memiliki keterampilan berbicara kurang baik cenderung sulit dalam menjelaskan atau mengungkapkan sesuatu yang ada dalam pikirannya.
Siswa kelas IV yang memiliki kesulitan dalam hal keterampilan berbicara ini terdapat 51,7%, artinya dari 31 siswa terdapat 16 siswa yang kesulitan. Hal tersebut dilihat dari hasil tes performance siswa. Diperoleh bahwa ketika siswa diminta untuk mengemukakan isi pesan dalam percakapan telepon dan mencontohkan penyampaian pesannya, ada 10 siswa yang keterampilan berbicaranya sudah bagus dalam melafalkan huruf dan menguasai konsep, lancar dalam berbicara, dan tepat dalam menggunakan pola tata bahasa. Ada 5 siswa yang pemahaman dan pelafalannya sudah bagus, namun struktur bahasanya kurang sesuai dengan pola tata bahasa dan kurang lancar dalam berbicara. Ada 16 siswa yang keterampilan berbicaranya kurang, masih terjadi kesalahan dalam menggunakan pola tata bahasa, pemahamannya masih kurang yaitu terkadang kalimat yang dibicarakan tidak sesuai dengan materi, kurangnya kelancaran dalam berbicara, dan terkadang pelafalannya tercampur dengan lafal daerah.5
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti akan melakukan penelitian tentang Penerapan Metode Co-op co-op dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV MI Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik.
5
4
Metode Co-op co-op termasuk salah satu metode pembelajaran yang berkelompok (kooperatif). Siswa-siswi belajar bersama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas dengan penekanan pada saling support diantara anggota.6 Alasan peneliti menggunakan metode co-op co-op karena selain belum diterapkan di kelas ini, metode tersebut juga merupakan metode yang mengharuskan siswa untuk mempelajari sub topik materi yang telah dipilihnya secara mandiri, sehingga siswa akan merasa mempunyai kewajiban dan harus bisa mempelajari sub topik tersebut untuk diajarkan kepada tim yang lain. Selain alasan tersebut, peneliti juga telah melakukan kajian dari penelitian-penelitian terdahulu bahwa metode co-op co-optelah memberikan hasil yang baik.
Hasil dari penelitian-penelitian terdahulu antara lain; Pertama,
penelitian dari Christina Laelaem yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Co-op co-opuntuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Cerita Siswa Kelas V SDN Masangan Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN yang berjumlah 22 siswa. sedangkan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi, tes, dan hasil wawancara. Hasil penelitian ini bahwa kemampuan membaca cerita siswa kelas V SDN Masangan mengalami peningkatan secara signifikan. Hal tersebut dapat diketahui dari ketuntasan belajar siswa mulai dari pra siklus sebesar 57,95%,
6
5
siklus I sebesar 65,68%, dan siklus II sebesar 78,18%, peningkatan sebesar 21% dari pra siklus sampai tindakan siklus II.7
Kedua, penelitian dari Amiruddin yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op co-op pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 106178 Desa Baru Kecamatan Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 106178 Desa Baru sebanyak 27 orang siswa. Adapun hasil dari penelitian ini adalah pada siklus I diperoleh tingkat ketuntasan hasil belajar secara klasikal yaitu 16 orang siswa (59%) yang mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 67. Sedangkan pada siklus II diperoleh tingkat ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebanyak 26 orang siswa (96%) yang mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 82,2. Dengan demikian maka dapat dikatakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 106178 Desa Baru Kec. Batang Kuis pada pelajaran matematika.8
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Venny Yekti Handayani yang berjudulPeningkatan Pemahaman Konsep Perjuangan Masa Penjajahan Belanda di Pulau Jawa Melalui MetodeCo-op co-op.Subjek penelitian ini
7
Christina,Penerapan Metode Pembelajaran Co-op co-op untuk meningkatkan kemampuan
membaca cerita siswa kelas V SDN Masangan Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan, (Pasuruan: 2010).
8
Amiruddin,Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model
6
adalah siswa kelas V SD Negeri Krendetan yang berjumlah 19 siswa. Sumber datanya adalah dokumentasi, hasil observasi, hasil angket, tes, dan hasil wawancara. Nilai rata-rata kelas yaitu sebelum tindakan sebesar 6,6, pada siklus I naik menjadi 68,7, dan pada siklus II naik menjadi 89,2, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metodeco-op co-opdapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan masa penjajahan Belanda di Pulau Jawa pada siswa kelas V SD Negeri Krendetan Purworejo tahun ajaran 2012/2013.9 Kelebihan dari metodeco-op co-opini adalah dapat meningkatkan keberanian dan kemandirian siswa serta melatih siswa untuk lebih aktif. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah sulit untuk diterapkan pada kelas yang gemuk dan membutuhkan persiapan yang matang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diuraikan peneliti adalah keterampilan berbicara siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik. Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode co-op co-op pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ummah Golokan Sidayu Gresik untuk meningkatkan keterampilan berbicara?
9
Venny Yekti, et al.,Peningkatan Pemahaman Konsep Perjuangan Masa Penjajahan Belanda di
7
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik setelah mengunakan metodeco-op co-op?
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh peneliti pada siswa kelas IV dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu dengan meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan mengunakan metode co-op co-op. Pada metode co-op co-op siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam menguasai mata pelajaran Bahasa Indonesia, karena dengan metode co-op co-op siswa dapat melatih kemandirian dan keberanian untuk mengungkapkan sesuatu atau pendapat. Maka peneliti dalam hal ini mengajak peserta didik agar mudah dalam hal keterampilan berbicara Bahasa Indonesia melalui penerapan metode tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat di tentukan tujuan penelitian diantaranya, sebagai berikut:
8
2. Mengetahui peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik setelah mengunakan metodeco-op co-op.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal tersebut dibawah ini:
1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas IV MI Nahdlatul Ummah Golokan Sidayu Gresik semester II tahun ajaran 2015/2016, karena kelas ini terdapat kesulitan dalam hal keterampilan berbicara.
2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV Semester II materi menyampaikan pesan dengan Kompetensi Dasar 6.2 Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai acuan bagi penulis lain dalam menyusun karya ilmiah mengenai penerapan metode
9
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
1) Dapat meningkatkan keprofesionalan peneliti dalam mengajar. 2) Peneliti dapat berbagi metode dalam pembelajaran, terutama
metode co-op co-op dalam mengajarkan materi menyampaikan pesan.
b. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan penguasaan materi menyampaikan pesan. 2) Dapat memudahkan siswa dalam menerima materi
menyampaikan pesan karena menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
3) Dapat berinteraksi dengan kelompok diskusinya dan bekerja sama dengan baik.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.
0
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Keterampilan Berbicara
Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan.10 Menurut pendapat lain, keterampilan adalah kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan akal, fikiran, ide, dan kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu.11
Sedangkan pengertian berbicara adalah pengucapan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.12 Pendapat lain diungkapkan Nuraeni bahwa berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara ke pendengar.13
Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kecakapan atau keahlian yang dimiliki seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata yang menghasilkan suatu informasi atau gagasan.
10
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka).
11
Sikaladi, “Definisi dan Pengertian Keterampilan”(Juli, 2013).
http://keterampilansikaladi.blogspot.co.id/2013/07/definisi-atau-pengertian-keterampilan.html?m=1
12
Acep Hermawan,Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 135. 13
✁✁
Kecakapan dalam mengungkapkan suatu informasi/ gagasan atau yang disebut dengan keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, karena keberanian untuk berbicara, bertanya dan mengungkapkan gagasan sangat mendukung dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.14
2. Tujuan Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara memiliki tujuan utama yaitu agar para pelajar mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik dan wajar, maka sudah seharusnya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan, pembicara harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya.
Tujuan umum dari keterampilan atau kemahiran berbicara adalah sebagai berikut :
1) Membiasakan murid bercakap-cakap dengan bahasa yang fasih. 2) Membiasakan murid menyusun kalimat yang timbul dari dalam
hati dan perasaannya dengan kalimat yang benar dan jelas.
3) Membiasakan murid memilih kata atau kalimat, lalu menyusunnya dalam bahasa yang indah, serta memperhatikan penggunaan kata pada tempatnya.15
✂✄
Nuraeni,Pembelajaran Bahasa Indonesia SD dan Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia, (Yogyakarta : PT BPG, 2002), 87.
✂☎
✆✝
Pembelajaran dalam melatih keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan. Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut:16
a. Kemudahan Berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara hingga mampu mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun dihadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.
b. Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut dapat dicapai.
c. Bertanggung Jawab
Latihan berbicara yang bagus, menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan,
✞6
Iskandarwassid, Dadang Sunendar,Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja
✟✠
tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.
d. Membentuk Pendengaran yang Kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program ini. Di sini peserta didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara.
e. Membentuk Kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Tujuan keterampilan berbicara seperti yang dikemukakan di atas akan dapat dicapai jika program pengajaran dilandasi prinsip-prinsip yang relevan, dan pola KBM yang membuat para peserta didik secara aktif mengalami kegiatan berbicara.
3. Penilaian keterampilan berbicara
Keberhasilan suatu kegiatan tentu memerlukan penilaian. Pengajaran keterampilan berbicara merupakan salah satu kegiatan dalam pembelajaran. Untuk menilai keterampilan berbicara seseorang sekurang-kurangnya harus ada enam yang diperhatikan, yaitu:17
a) Lafal, yaitu ketepatan dalam mengucapkan kata.
b) Struktur bahasa, yaitu ketepatan susunan kata dan kalimat yang diucapkan.
✡☛
☞✌
c) Kefasihan, yaitu kelancaran seseorang dalam berbicara.
d) Pemahaman terhadap topik yang dipelajari atau yang diucapkan.
B. MetodeCo-op co-op
Co-op co-opmerupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada tugas pembelajaran dan siswa mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan yang harus ditugaskan kepada mereka. Setiap siswa mempunyai topik mini yang harus diselesaikan dan setiap kelompok memberikan kontribusi yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Metode Co-op co-opmemberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia dan selanjutnya memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sekelasnya.
Menurut Slavin, model ini menempatkan tim dalam kooperasi antara satu dengan yang lainnya untuk mempelajari sebuah topik di kelas.18 Di sini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan moderator dalam mengambil simpulan pada saat diskusi berlangsung. Dengan mempelajari sendiri, mendiskusikan, menemukan dan menghayati sendiri konsep-konsep penting yang terkandung dalam materi yang dibahas, diharapkan dapat meningkatkan
✍8
✎✏
pemahaman siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri, serta keterampilan sosial mereka, di samping peningkatan hasil belajar siswa itu sendiri.
Adapun langkah-langkah dari metode Co-op co-op adalah sebagai berikut :
1. Guru melakukan presentasi singkat terkait garis besar tema pembelajaran. 2. Setiap kelompok siswa memilih topik pembelajaran yang sesuai dengan
tema pembelajaran.
3. Kemudian mereka membaginya menjadi sejumlah subtopik sesuai jumlah siswa dalam kelompok. Setiap siswa satu subtopik.
4. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab dalam mempelajari dan mengajarkan bahan ajar dalam subtopik yang dipelajarinya kepada anggota satu timnya.
5. Setiap tim kemudian melakukan presentasi di hadapan seluruh kelas. 6. Refleksi bagi seluruh kelas.19
Kelebihan dari metodeCo-op co-opadalah sebagai berikut : a. Dapat mendorong keberanian siswa dalam berbicara.
b. Dapat menjadikan siswa percaya diri.
c. Dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kerja sama antar siswa. Kekurangan dari metodeCo-op co-opadalah sebagai berikut : a. Tidak dapat diterapkan pada kelas besar.
✑9
✒6
b. Dapat menimbulkan kondisi kelas yang ramai sehingga membuat siswa kurang berkosentrasi dalam menyampaikan penjelasannya kepada temannya.
C. Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Karakteristik Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, sekaligus mengembangkan kemampuan beripikir kritis dan kreatif. Peserta didik dimungkinkan untuk memperoleh kemampuan berbahasanya dari bertanya, menjawab, menyanggah, dan beradu argumen dengan orang lain. Sebagai alat ekspresi diri, bahasa Indonesia merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.20
Kegiatan pembelajaran berbahasa Indonesia, terdapat 4 komponen yang harus dicapai oleh siswa yaitu :
20
Permendikbud No.57 Tahun 2014 tentang Kurikulum SD,“Pedoman Pembelajaran Tematik
✓✔
a. Mendengar : keterampilan mendapatkan keterangan, kabar dengan menggunakan alat indra telinga dan dilakukan dengan sungguh-sungguh.
b. Menulis : keterampilan membuat huruf dan angka yang disusun menurut aturan tertentu sehinggga terkandung maksud di dalamnya. c. Membaca : keterampilan menangkap penjelasan dari sesuatu yang
tertulis.
d. Berbicara : keterampilan mengeluarkan kata-kata yang bermakna. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya mengamati masalah dalam komponen berbicara.
Adapun tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik dapat :
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.
b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
c. Memahami bangsa Indonesia dan dapat menggunakan dengan tepat dan efektif dalam berbagai tujuan.
d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
✕8
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah dan intelektual manusia Indonesia.21
2. Materi
Telepon merupakan salah satu alat komunikasi. Dengan telepon jarak antara dua orang yang berbicara terasa semakin dekat. Namun, kita perlu memerhatikan salam, menyebutkan identitas dengan jelas, menyebutkan orang yang dicari, menyampaikan tujuan, menutup pembicaraan dengan sopan.
Cara menggunakan telepon sebagai berikut: a. Angkatlah gagang telepon
b. Luruskan bagian gagang telepon untuk telinga dan bagian untuk berbicara! ingat lho, jangan terbalik.
c. Dengarkan nada panggil. Bila tidak ada nada panggil berarti telepon tidak dapat digunakan.
d. Tekan nomor telepon yang dituju!
e. Tunggulah sampai terdengar suara halo atau salam!
Pesan adalah perintah, nasihat, permintaan, amanat yang
disampaikan melalui orang lain. Jika mendapat pesan, kamu harus
menyampaikannya, karena itu adalah amanat.
Apa yang akan kamu lakukan, jika mendapat pesan tapi kamu lupa
untuk menyampaikannya? Agar tidak lupa, ikuti langkah-langkah berikut.
a. Dengarkan pesan baik-baik.
21
✖9
b. Tulis pesan yang kamu terima.
c. Sampaikan pesan dengan sopan.
Perhatikan percakapan telepon berikut ini:
Winda terpilih menjadi anggota paduan suara di sekolahnya. Ia akan
pergi berlatih di sekolah. Sore itu, sebelum berangkat ia menelepon
temannya yang bernama Santi. Ia akan menanyakan ihwal latihan paduan
suara tersebut.
Winda : Halo, selamat sore.
Santi : Selamat sore.
Winda : Saya Winda, bisa bicara dengan Santi?
Santi : Oh, kamu Win. Ini saya, Santi. Apa kabar, Win?
Winda : Kabarku baik-baik saja. Bisa tidak kalau aku titip pesan buat
Siska?
Santi : Bisa saja, pesan apa?
Winda : Pak Erwin tadi pesan kepada saya, agar Siska membawa pianika
untuk latihan paduan suara sore nanti.
Santi : Baiklah kalau begitu, nanti akan aku sampaikan.
Winda : Terima kasih banyak, San.
Santi : Sama-sama.
Winda : Selamat sore.
✗0
Dalam menyampaikan pesan, kalian harus mengetahui isi dan pesan
yang akan disampaikan kepada orang yang berkepentingan dan pesan
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
tindakan kelas (PTK). Alasan peneliti memilih penelitian tindakan kelas
karena banyak sekali manfaatnya. Selain peneliti akan memperoleh banyak
pengalaman tentang praktek pembelajaran secara efektif, PTK juga
bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman peneliti dan guru terhadap
pembelajaran yang menjadi tugas utamanya, serta dapat mengembangkan dan
melakukan inovasi pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan
senantiasa tampak baru di kalangan peserta didik dan meningkatnya kualitas
pembelajaran.22
PTK adalah suatu kegiatan penelitian yang mencermati sebuah objek
dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu yang berbentuk
rangkaian siklus untuk memperoleh data atau informasi, dengan tujuan dan
bermanfaat dalam meningkatkan mutu bagi suatu hal yang diminati.23Pada
intinya PTK merupakan penelitian untuk memperbaiki suatu kelas yang
memiliki suatu masalah.
PTK mempunyai karakteristik meliputi; (1) bersifat siklus; (2) bersifat
longitudinal; (3) bersifat partikular spesifik; (4) bersifat parsipatoris; (5)
bersifat emik (bukan etik); (6) bersifat kolaboratif atau kooperatif; (7) bersifat
kauistik; (8) menggunakan konteks alamiah kelas; (9) mengutamakan
22
Mulyasa, Praktek Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009)
23
22
kecukupan data buka keterwakilan; (10) bermaksud mengubah kenyataan,
dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan
bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis; (11) mengidentifikasi,
menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar
pembelajaran bermutu; (12) meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru
dalam masalah-masalah pembelajaran; (13) mengeksplorasi dan membuahkan
kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran.
Selain mempunyai karakteristik, PTK juga mempunyai prinsip-prinsip
meliputi; (1) tidak mengganggu KBM; (2) tidak menyita waktu; (3)
metodologi andal; (4) merupakan masalah guru; (5) konsisten terhadap
prosedur etika; (6) permasalahan terkait dalam misi sekolah.
Adapun model dalam PTK ini antara lain; (1) model Kurt Lewin; (2)
model Kemmis dan Mc Taggart; (3) model John Elliot; (4) model Dave
Ebbut. Dari beberapa model tersebut, peneliti memilih model dari Kurt
Lewin. Alasan peneliti memilih model Kurt Lewin karena model ini memiliki
langkah-langkah yang lebih mudah dan lebih sederhana jika dibandingkan
dengan model PTK lain yang lebih detail.
Model penelitian tindakan dari Kurt Lewin yaitu berbentuk spiral dari
siklus yang satu ketika ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.24 Secara keseluruhan,
empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang
digambarkan dalam bentuk spiral, seperti pada gambar di bawah ini.
24
[image:32.595.135.506.109.568.2]
23
Gambar 3.1 Alur PTK Model Kurt Lewin
Penelitian ini direncanakan dengan mengimplementasikan penelitian
tindakan kelas model Kurt Lewin yang meliputi komponen-komponen:
1. Perencanaan
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan media pembelajaran,
lembar observasi yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen
untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan dalam RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
3. Pengamatan
Pada tahap ini, yang harus dilakukan peneliti adalah mengamati
24
4. Refleksi
Pada tahap ini, yang harus dilakukan peneliti adalah mencatat
hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil
pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan
penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK tercapai.25
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di MI Nahdlatul
Ummah yang terletak di desa Golokan kecamatan Sidayu kabupaten
Gresik.
2. Waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan pada minggu pertama
dan kedua bulan maret pada tahun pelajaran 2015/2016.
3. Subjek penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Nahdlatul Ummah Golokan Sidayu
Gresik. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumah 31
siswa, terdiri dari 18 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.
Kebanyakan dari siswa mengalami kesulitan dalam hal keterampilan
berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, metode
pembelajaran yang digunakan sebagai solusi dalam masalah tersebut
adalah metode co-op co-op dan metode ini belum pernah diterapkan pada
25
25
sekolah ini. Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian adalah
Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai isi pesan.
C. Variabel yang Diteliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah penerapan
metode co-op co-op terhadap materi menyampaikan pesan yang diterima
melalui telepon pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV. Disamping
variabel tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu:
1. Variabel input : Siswa kelas IV MI Nahdlatul Ummah Golokan
Sidayu Gresik.
2. Variabel proses : Penerapan metode co-op co-op
3. Variabel output : Keterampilan berbicara materi menyampaikan
pesan yang diterima melalui telepon mata pelajaran Bahasa Indonesia.
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model siklus. Setiap
siklus terdiri atas beberapa tahap, antara lain: tahap membuat rencana
tindakan, melaksanakan tindakan, mengadakan pengamatan atau observasi,
dan mengadakan refleksi.
Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal pelaksanaan
adanya kekurangan, maka peneliti bisa mengulang dengan siklus kedua untuk
26
belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya sampai apa
yang diinginkan berhasil.
Siklus I
1. Menyusun Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti membuat rancangan RPP, mempersiapkan
media kertas yang berisi topik atau materi yang akan dibahas,
mempersiapkan instrumen untuk menganalis data mengenai proses
pembelajaran berlangsung dan hasil tindakan yaitu lembar observasi guru
dan siswa, dan instrumen penilaian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran dengan
materi menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon dengan
menerapkan metode co-op co-op. Adapun kegiatan yang dilakukan guru
pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
1) Guru mengondisikan siswa agar tertib, dengan megatur tempat
duduk siswa.
2) Guru mengucapkan salam.
3) Guru dan siswa berdoa bersama kemudian dilanjutkan dengan guru
menanyakan kabar atau kesehatan siswa.
4) Guru memotivasi siswa dengan melakukan ice breaking berupa
27
5) Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman
sehari-hari siswa.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut
dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa mendengarkan penjelasan guru terkait materi atau tema
pembelajaran yang akan didiskusikan yaitu materi menyampaikan
pesan yang diterima melalui telepon.
2) Siswa dibagi menjadi lima kelompok.
3) Setiap kelompok siswa memilih topik pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran. Kemudian mereka membaginya menjadi
sejumlah subtopik sesuai jumlah siswa dalam kelompok dan setiap
siswa mendapat satu subtopik.
4) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab dalam mempelajari
dan mengajarkan bahan ajar dalam subtopik yang dipelajarinya
kepada teman satu timnya.
5) Setiap tim kelompok melakukan presentasi di depan kelas. Pada
tahap ini, guru menilai performance dari presentasi siswa sebagai
penilaian non tes.
6) Setiap kelompok menanggapi hasil presentasi kelompok lain.
7) Siswa diberikan penguatan dan umpan balik oleh guru.
c. Kegiatan Penutup
28
2) Siswa diajak secara bersama-sama merefleksikan materi yang telah
diajarkan pada hari ini.
3) Siswa diberikan kegiatan tindak lanjut dengan membaca materi
yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya secara individu di
rumah masing-masing.
4) Guru dan siswa berdoa bersama.
5) Guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam.
3. Tahap Observasi
Tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi
menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon di kelas IV MI
Nahdlatul Ummah Golokan Sidayu Gresik untuk pengumpulan data
proses pembelajaran yang akan dianalisis dan diolah. Hal yang dilakukan
peneliti adalah mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa. Dalam
pengamatan atau observasi tersebut, guru menggunakan instrumen
penelitian berupa lembar observasi siswa dan guru. Lembar pengamatan
ini diisi oleh peneliti dan dilaksanakan saat proses pembelajaran
berlangsung.
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan selama proses
29
b. Melaksanakan pertemuan untuk mendiskusikan dengan guru mata
pelajaran tentang hasil temuan-temuan yang diperoleh dalam proses
pembelajaran berlangsung.
c. Jika dalam siklus pertama penelitian ini belum berhasil atau masih
banyak hal-hal yang perlu diperbaiki, maka peneliti akan melakukan
revisi untuk perbaikan pada siklus kedua.
Siklus II
1. Menyusun Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti membuat rancangan RPP yang merupakan
perbaikan dari RPP siklus I, mempersiapkan media kertas yang berisi
topik atau materi yang akan dibahas, mempersiapkan reward,
mempersiapkan instrumen untuk menganalis data mengenai proses
pembelajaran berlangsung dan hasil tindakan yaitu lembar pedoman yang
berupa pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara, lembar observasi guru
dan siswa, dan instrumen penilaian keterampilan berbicara.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran dengan
materi menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan
RPP. Adapun kegiatan yang dilakukan guru pada siklus II adalah sebagai
berikut:
a. Pendahuluan
1) Guru mengondisikan siswa agar tertib, dengan megatur tempat
30
2) Guru mengucapkan salam.
3) Guru dan siswa berdoa bersama kemudian dilanjutkan dengan guru
menanyakan kabar atau kesehatan siswa.
4) Guru memotivasi siswa dengan melakukan ice breaking berupa
tepuk diam, tepuk semangat, dan nyanyian-nyanyian.
5) Apersepsi.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut
dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa mendengarkan kembali penjelasan guru terkait materi
menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon untuk
mereview.
2) Perwakilan tiga siswa diminta guru untuk mempraktekkan
percakapan tentang menyampaikan pesan yang diterima melalui
telepon di depan kelas. Sedangkan siswa yang lain
memperhatikannya.
3) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru
terkait percakapan yang dipraktekkan temannya.
4) Siswa dibagi menjadi lima kelompok.
5) Perwakilan setiap kelompok siswa maju ke depan untuk memilih
topik pembelajaran yang disediakan guru. Kemudian mereka
membaginya menjadi sejumlah subtopik sesuai jumlah siswa dalam
31
6) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab dalam mempelajari
dan menyampaikan materi dalam subtopik yang dipelajarinya
kepada teman satu timnya.
7) Bagi kelompok yang semua anggotanya sudah mengajarkan atau
menyampaikan subtopik yang dipelajarinya kepada satu timnya dan
siap untuk presentasi ke depan kelas, mereka dengan serempak
teriak “horey.. kami siap !”
8) Setiap tim kelompok melakukan presentasi di depan kelas. Pada
tahap ini, guru menilai performance dari presentasi siswa sebagai
penilaian non tes.
9) Setiap kelompok menanggapi hasil presentasi kelompok lain.
10)Tiga kelompok pertama yang presentasi akan mendapatkan reward
dari guru.
11)Siswa diberikan penguatan dan umpan balik oleh guru.
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2) Mengadakan evaluasi (beberapa siswa menyampaikan pendapatnya
tentang pembelajaran yang telah berlangsung dan perbedaan antara
pembelajaran pertama dan kedua)
3) Siswa diajak secara bersama-sama merefleksikan materi yang telah
32
4) Siswa diberikan kegiatan tindak lanjut dengan membaca materi
yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya secara individu di
rumah masing-masing.
5) Guru dan siswa berdoa bersama.
6) Guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam.
3. Tahap Observasi
Tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi
menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon untuk pengumpulan
data proses pembelajaran yang akan dianalisis dan diolah. Hal yang
dilakukan peneliti adalah mengamati dan mencatat aktivitas guru dan
siswa. Dalam pengamatan atau observasi tersebut, guru menggunakan
instrumen penelitian berupa lembar observasi siswa dan guru. Lembar
pengamatan ini diisi oleh peneliti dan dilaksanakan saat proses
pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Menganalisa dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan pada siklus 2. Jika hasil dari pembelajaran siklus 2
telah mencapai indikator kinerja maka tidak perlu di lakukan siklus
33
E. Data dan Cara Pengumpulan
1. Sumber Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru
dan siswa.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil performance siswa ketika
proses pembelajaran berlangsung.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diambil atau dilakukan peneliti
adalah teknik observasi, wawancara, non tes, dokumentasi. Teknik
pengumpulan data tersebut dilakukan oleh peneliti diupayakan agar
mendapatkan data yang valid, maka peneliti melakukan pengumpulan
data dengan cara diantarannya sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik penelitian yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap suatu obyek
baik secara langsung maupun tidak langsung.26 Metode observasi
dalam penelitian ini digunakan untuk pengumpulan data mengenai
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran, penerapan
metode co-op co-op. Oleh karena itu, diperlukan lembar observasi
guru dan siswa.
26
[image:43.595.138.515.157.701.2]
34
Tabel 3.1
Format lembar observasi siswa
No Indikator / Aspek yang di Amati
Skor Penilaian
1 2 3
1 PERSIAPAN
Siswa dibangkunya waktu pelajaran akan dimulai Kerapian siswa dalam berseragam
Siswa sudah siap untuk belajar dengan bukunya
2 KEGIATAN PENDAHULUAN
Siswa menjawab salam
Siswa berdo’a bersama
Siswa menjawab kabar hari ini
Siswa bersemangat setelah guru memberikan motivasi dengan bernyanyi
Siswa merespon apersepsi / motivasi yang diberikan oleh guru
Siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran
disampaikan
3 KEGIATAN INTI
Siswa memusatkan perhatian pada saat guru menjelaskan materi menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon Siswa antusias ketika diperkenalkan dan dijelaskan oleh guru materi menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon
Siswa membentuk kelompok dan memilih topik yang disediakan oleh guru dengan tertib
Setiap kelompok membagi beberapa sub topik sesuai dengan anggota kelompoknya dengan tertib
Setiap anggota kelompok mengerjakan tugas/ mempelajari sub topiknya dengan semangat dan tertib
Siswa menyampaikan hasil tugasnya kepada kelompoknya dengan semangat dan tertib
Setiap kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas dengan tepat
Siswa menyimak hasil presentasi kelompok lain
4 PENUTUP
Siswa menyimpulkan materi menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai isi pesan
Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung
Siswa membaca do’a bersama
35
Keterangan:27
Pengisian lembar observasi siswa dengan memberi tanda checklist (√)
a. Jika tingkat partisipasi peserta didik terhadap aspek yang diamati
81%-100% atau menunjukkan sikap yang positif = 3
b. Jika tingkat partisipasi peserta didik terhadap aspek yang diamati
61%-80% atau menunjukkan sikap yang cukup positif = 2
c. Jika tingkat partisipasi peserta didik terhadap aspek yang diamati
kurang dari 61% atau menunjukkan sikap yang kurang positif = 1
Tabel 3.2
Format lembar observasi guru
No Kegiatan Skor
4 3 2 1
1 KEGIATAN PENDAHULUAN
1) Guru mengondisikan siswa agar tertib, dengan megatur tempat duduk siswa.
2) Guru mengucapkan salam.
3) Guru dan siswa berdoa bersama kemudian
dilanjutkan dengan guru menanyakan kabar atau kesehatan siswa.
4) Guru memotivasi siswa dengan melakukan ice breaking berupa nyanyian-nyanyian.
5) Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman sehari-hari siswa.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada
pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.
2 KEGIATAN INTI
7) Siswa mendengarkan penjelasan guru terkait
materi atau tema pembelajaran yang akan didiskusikan.
8) Siswa dibagi menjadi lima kelompok.
9) Setiap kelompok siswa memilih topik
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran.
Kemudian mereka membaginya menjadi
sejumlah subtopik sesuai jumlah siswa dalam kelompok dan setiap siswa mendapat satu subtopik.
10) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab
27
[image:44.595.129.519.184.735.2]
36
dalam mempelajari dan mengajarkan bahan ajar dalam subtopik yang dipelajarinya kepada teman satu timnya.
11) Setiap tim kelompok melakukan presentasi di depan kelas.
12) Setiap kelompok menanggapi hasil presentasi kelompok lain.
13) Siswa diberikan penguatan dan umpan balik oleh guru.
3 KEGIATAN PENUTUP
14) Siswa dan guru menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
15) Siswa diajak secara bersama-sama
merefleksikan materi yang telah diajarkan pada hari ini.
16) Siswa diberikan kegiatan tindak lanjut dengan membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya secara individu di rumah masing-masing.
17) Guru dan siswa berdoa bersama.
18) Guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan
salam.
���� �� ��ℎ� =skor perolehan skor maksimal x 100
Keterangan:28
Pengisian lembar observasi Guru dengan memberi tanda checklist (√)
1 = Kurang (tidak dilakukan, tidak efektif, tidak tepat waktu). 2 = Cukup (dilakukan, tidak efektif dan tidak tepat waktu). 3 = Baik (dilakukan, kurang efektif, tidak tepat waktu). 4 = Sangat Baik (dilakukan, efektif, tepat waktu).
b. Dokumentasi
Dokumentasi ialah laporan tertulis yang berupa gambar,
dokumen-dokumen resmi, foto mengenai peristiwa yang isinya
memberikan penjelasan atas gambaran terhadap suatu peristiwa.
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
data-data foto serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ada
28
37
pada proses pembelajaran kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul
Ummah dengan penerapan metode co-op co-op yang bertujuan
sebagai penunjang hasil penelitian.
c. Wawancara
Wawancara merupakan metode penelitian dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan.29 Peneliti menggunakan teknik
wawancara ini untuk pengumpulan data pendapat guru dan siswa
mengenai penerapan metode co-op co-op dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pedoman wawancara
[image:46.595.135.525.180.570.2]kepada siswa dan guru.
Tabel 3.3
Lembar pedoman wawancara Pra siklus kepada siswa
Nama Siswa :
Tanggal :
1. Apakah kalian suka pelajaran Bahasa Indonesia?
2. Menurut kalian apakah mudah dalam belajar Bahasa Indonesia terutama materi
menyampaikan pesan telepon?
3. Apakah kalian selalu memperhatikan guru kalian saat menerangkan pelajaran
Bahasa Indonesia?
4. Apakah kalian merasa butuh untuk belajar Bahasa Indonesia?
29
[image:47.595.138.523.127.712.2]
38
Tabel 3.4
Lembar pedoman wawancara setelah siklus kepada siswa
Nama Siswa :
Tanggal :
1. Apakah kamu suka materi menyampaikan pesan telepon?
2. Kesulitan apa yang kamu hadapi dalam mempelajari materi menyampaikan pesan
telepon?
3. Bagaimana tanggapan kalian terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan
metode co-op co-op?
4. Apakah kalian lebih mudah memahami materi menyampaikan pesan telepon
ketika menggunakan metode co-op co-op?
Tabel 3.5
Lembar pedoman wawancara pra siklus kepada guru
Nama Guru :
Tanggal :
1. Apa pendapat anda terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia terutama materi
menyampaikan pesan melalui telepon?
2. Metode apa yang anda gunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi
menyampaikan pesan melalui telepon?
3. Apakah kendala yang Bapak dan siswa alami saat menerapkan metode/media
yang anda gunakan?
4. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas IV saat Bapak menyampaikan materi
menyampaikan pesan melalui telepon?
5. Apakah siswa kelas IV sangat aktif saat anda menyampaikan pelajaran?
Tabel 3.6
Lembar pedoman wawancara setelah siklus kepada guru
Nama Guru :
Tanggal :
1. Bagaimana menurut Bapak tentang metode co-op co-op?
2. Apakah Bapak mengetahui tentang langkah-langkah dalam menerapkan
metode co-op co-op?
3. Menurut Bapak apakah keuntungan menerapkan metode co-op co-op ini dalam
pembelajaran bahasa Indonesia materi menyampaikan pesan telepon di kelas IV?
4. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan metode
39
d. Non Tes
Non tes merupakan alat ukur yang sistematik untuk melihat
tingkat keberhasilan keterampilan berbicara. Non tes digunakan
peneliti untuk mendapat data keterampilan berbicara dengan materi
menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon kelas IV MI
Nahdlatul Ummah dengan menerapkan metode co-op co-op. Oleh
[image:48.595.135.524.264.682.2]karena itu diperlukan rubrik penilaian performance.
Tabel 3.7
Rubrik penilaian mengemukakan isi pesan
Nama siswa Aspek Yang Dinilai
Lafal Struktur
bahasa
Kefasihan Pemahaman
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Tabel 3.8
Kriteria penilaian rubrik penilaian30
Kriteria Skor
3 2 1
Lafal Kejelasan dan ketepatan pengucapan dapat dipahami
Sesekali terjadi kesalahan sehingga timbul kesukaran memahami
Susah dipahami
30
40 Struktur bahasa Tidak membuat kesalahan Sedikit sekali membuat kesalahan Sering membuat kesalahan, sehingga kadang-kadang mengaburkan pengertian
Kefasihan Pembicaraan lancar sekali
Pembicaraan tersendat-sendat tapi tidak tertenti
Pembicaraan sering terhenti dan pendek-pendek
Pemahaman Dapat memahami percakapan dan berbicara sesuai dengan isi Dapat memahami sebagian besar percakapan Tidak mampu memahami maksud percakapan
Skor Maksimal : 12
Nilai = skor perolehan x 100 (Rumus 3.1) 12
Tabel 3.9
Rubrik penilaian mencontohkan penyampaian pesan
Nama siswa Aspek Yang Dinilai
Lafal Struktur
bahasa
Kefasihan Pemahaman
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Tabel 3.10
Kriteria penilaian rubrik penilaian
Kriteria Skor
3 2 1
Lafal Kejelasan dan ketepatan pengucapan dapat dipahami Sesekali terjadi kesalahan sehingga timbul kesukaran memahami Susah dipahami Struktur bahasa Tidak membuat kesalahan
Sedikit sekali membuat kesalahan Sering membuat kesalahan, sehingga kadang-kadang mengaburkan pengertian
[image:49.595.141.526.113.747.2]
41
lancar sekali sendat tapi tidak
tertenti
terhenti dan pendek-pendek
Pemahaman Dapat memahami percakapan dan berbicara sesuai dengan isi
Dapat memahami sebagian besar percakapan
Tidak mampu memahami maksud percakapan
Skor Maksimal : 12
Nilai = skor perolehan x 100 (Rumus 3.2) 12
F. Analisis Data
Analisis data dalam PTK bisa dilakukan dengan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis data kualitatif dapat digunakan untuk
menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang
dilakukan guru. Sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk
menentukan peningkatan keterampilan berbicara siswa sebagai pengaruh dari
setiap tindakan yang dilakukan guru. Berikut adalah penjelasannya:
1. Analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif bisa dilakukan dengan melalui tiga tahap.
Berikut adalah tahap-tahap yang perlu dilakukan adalah:
a. Reduksi data
Reduksi data yaitu kegiatan menyeleksi data sesuai dengan
fokus masalah. Peneliti melakukan pengelompokan atau kategorisasi
data berdasarkan fokus penelitian, data dipilih dan dipilah-pilah sesuai
rumusan masalah dan tujuan penelitian.31
b. Beberan (display)
31
42
Beberan yaitu peneliti mendeskripsikan data sehingga data yang
telah terorganisir jadi bermakna. Mendeskripsikan data bisa dilakukan
dalam bentuk naratif, membuat grafik atau menyusunnya dalam
bentuk tabel.
c. Penafsiran/ pemaknaan
Penafsiran/ pemaknaan oleh peneliti yaitu membuat kesimpulan
berdasarkan deskripsi data. Proses analisis dan interpretasi data dalam
PTK diarahkan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan
untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian.32
2. Analisis data kuantitatif
a. Untuk interpretasi terhadap penyekoran atau hasil nilai yang
diperoleh dari lembar observasi siswa dan guru digunakan ketetapan
[image:51.595.134.514.247.618.2]penilaian terhadap aktivitas siswa dan guru sebagai berikut:
Tabel 3.11
Kriteria ketetapan penilaian aktivitas siswa dan guru33
Tingkat keberhasilan Kriteria
Nilai 80 – 100 Nilai 60 - 79 Nilai kurang dari 60
Baik Cukup Kurang
b. Untuk menghitung prosentase ketuntasan keterampilan berbicara
secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut :34
� � � �= ��� � � � �
��� � 100% (Rumus 3.3)
32
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Kencana, 2009), 106.
33
Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013), 130.
34
43
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, seorang
siswa dikatakan mencapai ketuntasan atau berhasil apabila telah
mencapai taraf nilai 70. Sedangkan, kelas dapat dikatakan tuntas
belajar apabila di dalam kelas tersebut terdapat 75% siswa yang telah
mencapai nilai KKM ≥ 70.
c. Untuk mengetahui rata-rata keterampilan berbicara kelas pada
digunakan rumus sebagai berikut :
� � � �= ������ � � � � � ���
��� � � ��� 100% (Rumus 3.4)
Suatu kelas dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai
nilai rata-rata kelas minimal 70.35
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk
mngetahui tingkat keberhasilan kegiatan penelitian tindakan kelas dalam
meningkatkan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Indikator
kinerja harus realistik dan dapat diukur (jelas cara mengukurnya).36
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut:
1. Setelah penelitian, keterampilan berbicara siswa pada pelajaran Bahasa
Indonesia materi menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon
meningkat yaitu mencapai KKM ≥ 70. Dilihat dari pengukuran sebelum
35
Moh. Hanif, Guru Mata Pelajaran Bhasa Indonesia Kelas IV, wawancara pribadi, MI Nahdlatul
Ummah Sidayu Gresik, 05 Oktober 2015.
36
44
mengunakan metode co-op co-op dan sesudah mengunakan metode
co-op co-co-op.
2. Skor rata-rata keterampilan berbicara kelas pada materi menyampaikan
pesan yang diterima melalui telepon menjadi ≥ 70.
3. Meningkatnya persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan
minimal belajar ≥ 75%.
4. Nilai observasi aktivitas siswa minimal mencapai 80
5. Nilai observasi aktivitas guru minimal mencapai 80
H. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi. Disini
yang menjadi kolaborator adalah guru yang bersangkutan. Selain menjadi
kolaborator guru juga berperan sebagai observator bersama-sama dengan
peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Mereka bertanggung jawab
penuh pada penelitian tindakan kelas ini. Peneliti dan kolaborator terlibat
sepenuhnya dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada
tiap-tiap siklusnya. Adapun tim peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Guru kolaborasi
Nama : Moh. Hanif, S.Pd.I sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
kelas IV di MI Nahdlatul Ummah Golokan Sidayu Gresik.
Tugas : Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran,
45
observasi siswa dan guru, serta terlibat dalam perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
2. Peneliti
Nama : Atik Musliyati Ningsih
Status : Mahasiswa
Tugas : Menyusun perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi,
pelaksana kegiatan, membuat lembar observasi, menyusun
instrumen penilaian keterampilan berbicara siswa, menilai
instrumen keterampilan berbicara siswa, melakukan diskusi
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Kegiatan pra siklus dilakukan dengan melakukan wawancara
kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Guru mata pelajaran
tersebut mengatakan bahwa masalah utama terkait dengan keterampilan
berbicara. Beliau menganalisis dari hasil performance siswa bahwa ada 15
siswa yang tuntas dan 16 siswa belum tuntas. Selain itu, beliau
menjelaskan bahwa ada 10 siswa yang keterampilan berbicaranya sudah
bagus dalam melafalkan huruf dan menguasai konsep, lancar dalam
berbicara, dan tepat dalam menggunakan pola tata bahasa. Ada 5 siswa
yang pemahaman dan pelafalannya sudah bagus, namun struktur
bahasanya kurang sesuai dengan pola tata bahasa dan kurang lancar dalam
berbicara. Ada 16 siswa yang keterampilan berbicaranya kurang, masih
terjadi kesalahan dalam menggunakan pola tata bahasa, pemahamannya
masih kurang yaitu terkadang kalimat yang dibicarakan tidak sesuai
dengan materi, kurangnya kelancaran dalam berbicara, dan terkadang
pelafalannya tercampur dengan lafal daerah. Berikut adalah hasil
[image:56.595.140.500.143.631.2]
49
Tabel 4.1
Nilai performance siswa kelas IV MI Nahdlatul Ummah Golokan Sidayu
No Nama Nilai Ket.
1 Ahmad Fauzi 55 TT
2 Ahmad Shohibul Ainil Khamal 65 TT
3 Ainur Rosidah 75 T
4 Amellia 78 T
5 Andriani Lestari Safitri 80 T
6 Belani Duliya Insani 65 TT
7 Fara Nindya Az Zahra 50 TT
8 Fika Wardatul Janah 80 T
9 Khildan Ash Kahfi 82 T
10 Moh Agung Wahyudi 78 T
11 Moh Idam Kholid 58 TT
12 M.Ilham Cahaya Putra 58 TT
13 Mohamad Satrio 62 TT
14 M. Andriyan Alviansyah 58 TT
15 Mohammad Imamudin Masyhuri 76 T
16 Moh Kholid Noval Basmalah 71 T
17 Muh.Zidni Al Kautsyar 56 TT
18 Nayla Mabrurah 65 TT
19 Nur Aisyiah Umaniyah 78 T
20 Putri Diana Lisa 80 T
21 Selva Nabila Rahma 60 TT
22 Siska Dwi Ramadhani 60 TT
23 Zakhiyatur Romadloni 78 T
24 Nur Arifa Islamiyah 85 T
25 Vindi Maftuhatun Nadiyah 82 T
26 Rafi Akmal Hakim 52 TT
27 Lailiyatun Nuzula 80 T
28 Muhammad Kurniawan 50 TT
29 Munjiyah Millati 71 T
30 Nayla Waridatul Bariroh 60 TT
31 Alifah Putri Azizah 55 TT
Jumlah seluruh nilai 2.117
Jumlah siswa yang tuntas 15
Jumlah siswa yang belum tuntas 16
Rata-rata nilai semua siswa 68,29
Prosentasi ketuntasan belajar 48,3 %
Dari tabel 4.1 nilai pra siklus keterampilan berbicara siswa pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menyampaikan pesan yang
diterima melalui telepon yakni ada 15 siswa yang tuntas dan ada 16 siswa
50
klasikal yaitu 48,3 % dengan nilai rata-rata 67,80. Berikut keterangan
perhitungan pada tabel diatas:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
a. Keterangan rata-rata kelas:
�� � − � �= � �� � � � � �
� � � �
= 2.117 31 = 68,29
b. Keterangan prosentase ketuntasan siswa secara klasikal:
� � = � � � � �
� � %
= 15x 100% 31
= 48,3%
2. Siklus I
Kegiatan siklus I dilakukan pada tanggal 01Maret 2016 di kelas IV
MI Nahdlatul Ummah Golokan Sidayu Gresik pada jam ke 5 dan 6. Siklus
pertama terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi seperti berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dilengkapi dengan instrumen penilaian. Instrumen
51
mengemukakan isi pesan yang terdapat dalam percakapan tersebut dan
mencontohkan penyampaian pesan yang diterima.
Selain instrumen penilaian, RPP juga dilengkapi lampiran
materi percakapan telepon yang terdiri dari lima topik. Setiap topiknya
terdiri atas enam sub topik dan ada juga yang terdiri atas tujuh sub
topik. Hal ini dikarenakan ada satu kelompok yang berjumlah tujuh
siswa. Lampiran materi itu akan dipotong-potong sebanyak 31.
Nantinya potongan-potongan itu akan dibagikan kepada siswa untuk
dijadikan sebagai media. Berikut adalah tabel nama-nama topik dan
sub topik materi percakapan dengan tema menyampaikan pesan yang
diterima melalui telepon:
Tabel 4.2 Nama-nama sub topik
Nama Topik Nama Sub topik
Sekolah Kerja kelompok di sekolah
Berangkat ke sekolah Main drama di sekolah Buku ketinggalan di sekolah Mengerjakan PR di sekolah Izin tidak masuk sekolah
Perpustakaan Bawa buku ke ruangan
Menjaga perpustakaan Mengembalikan buku
Kerja kelompok di perpustakaan Undangan acara orientasi Mengembalikan buku
Liburan Saudara liburan ke rumah
Liburan ke pantai
Liburan ke kebun binatang
Nitip kaos ke teman yang liburan di Malioboro Berangkat liburan
Berangkat ke pantai bersama
Kebersihan Gotong royong membersihkan selokan
Menjaga kebersihan
Kerja bakti membersihkan kelas Membersihkan rumah
Mencuci piring
[image:58.595.138.513.245.754.2]
52
Seminar kebersihan
Kesehatan Menjaga kesehatan
Seminar kesehatan
Makan makanan yang bergizi Senam olahraga
Makan tepat waktu Jangan jajan sembarangan
Setelah peneliti menyusun RPP, kemudian dokumen RPP
divalidasikan kepada Ibu Wahyuniati, M.Si sebagai validator. Hasil
dari uji validasi RPP tersebut yaitu mendapatkan skor 3 dalam
kategori baik dengan keterangan dapat digunakan dengan revisi kecil.
Revisi kecil tersebut terletak pada kegiatan inti langkah-langkah
pembelajaran dan pedoman penskoran.
Selain validasi RP