• Tidak ada hasil yang ditemukan

putusan 29 2010 taksi jateng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "putusan 29 2010 taksi jateng"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

P U T U S A N

Perkara Nomor: 29/KPPU-I/2009

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Dugaan Pelanggaran Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam Pelayanan Jasa Taksi di Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal dan Kota Purwokerto Propinsi Jawa Tengah, yang dilakukan oleh: --- 1. Terlapor I: Kosti Semarang, dengan alamat kantor Jl. Kawasan Industri Candi Gatot Subroto Blok 11 D Semarang; --- 2. Terlapor II: PT Wahana Atlas Nusantara (Atlas Group), dengan alamat kantor Jl.

Telaga Bodas No. 1 Semarang; --- 3. Terlapor III: PT Centris Multi Persada cabang Semarang, dengan alamat Jl.

Majapahit No. 583 Semarang; --- 4. Terlapor IV: Koperasi Puri Kencana dengan alamat kantor Jl. Rogo Jembangan

Raya No. 68 Semarang; --- 5. Terlapor V: PT Pandu Persada Sarana Mukti dengan alamat Jl. Kaligawe Km 4/46,

Semarang; --- 6. Terlapor VI: PT Astria Taxi dengan alamat kantor Jl. Kaligawe Km 4/46, Semarang; - 7. Terlapor VII: PT Satria Express Perdana cabang Semarang dengan alamat kantor

Jl. Bumirejo Kel. Pudak Payung, Kec. Banyumanik, Semarang; --- 8. Terlapor VIII: Blue Bird cabang Semarang dengan alamat Jl. Brigjen Sudiarto No.

492 Semarang Timur; --- 9. Terlapor IX: Kosti Solo dengan alamat Jl. Sumpah Pemuda No. 145 Mojosongo, Solo; 10. Terlapor X: PT Solo Central Taksi dengan alamat JI. Adisucipto No. 7 Solo;--- 11. Terlapor XI: PT Mahkota Ratu Taksi dengan alamat JI. Sungai Sambas 15, RT 001

RW 02, Sangkrah, Pasar Kliwon, Surakarta 57119; --- 12. Terlapor XII: Koperasi Bengawan Taksi dengan alamat di Jl. Merpati II No. 10,

(2)

13. Terlapor XIII: CV Sekar Gelora dengan alamat di Jl. Apel No. 1 RT. 03 RW. 02 Jajar, Laweyan, Surakarta; --- 14. Terlapor XIV: CV Sakura Sari Taksi dengan alamat di Jl. Kartopuran No. 88A

RT.03 RW. 03 Jayengan, Serengan, Surakarta; --- 15. Terlapor XV: Koperasi Banyumas Taksi dengan alamat di Jl. Stadion Mini IV Blok

B No. 42, Purwokerto Selatan, Banyumas; --- 16. Terlapor XVI: Koperasi Satria Transport dengan alamat di Jalan Pemuda

Purwokerto;--- 17. Terlapor XVII: Koperasi Dita Ayu Bahari dengan alamat di Komplek Pertokoan

Blok B No. 8 Terminal Bus Kota Tegal; --- 18. Terlapor XVIII: PT Wahana Eka Lestari (Atlas Group) dengan alamat di Jl. Telaga

Bodas No. 1 Semarang; --- 19. Terlapor XIX: DPD Organda Propinsi Jawa Tengah dengan alamat di Jl. Kedasih

No. 30 Lt. II Semarang, Jawa Tengah; --- 20. Terlapor XX: DPC Organda Kota Semarang dengan alamat di Jl. Sendowo Barat

No. 31A Semarang, Jawa Tengah; --- 21. Terlapor XXI: DPC Organda Kota Surakarta dengan alamat di Jl. Menteri Supeno

No. 7 Surakarta, Jawa Tengah; --- 22. Terlapor XXII: DPC Organda Kabupaten Banyumas dengan alamat di Jl.

Margantara Tanjung, DLLAJ Purwokerto, Jawa Tengah; --- 23. Terlapor XXIII: DPC Organda Kota Tegal dengan alamat di Jl. Sangir 2, DLLAJ

Tegal, Jawa Tengah; ---

mengambil Putusan sebagai berikut: ---

(3)

halaman 3 dari 32

TENTANG DUDUK PERKARA

1. Menimbang bahwa berdasarkan data dan informasi yang berkembang di masyarakat, Sekretariat Komisi melakukan monitoring terhadap pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999 terkait dengan Pelayanan Jasa Taksi di Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Purwokerto dan Kota Tegal di Propinsi Jawa Tengah; --- 2. Menimbang bahwa setelah melakukan kegiatan monitoring terhadap pelaku usaha, Sekretariat Komisi menyimpulkan adanya kejelasan dan kelengkapan dugaan pelanggaran yang disusun dalam bentuk Resume Monitoring; --- 3. Menimbang bahwa setelah melakukan Kegiatan Pemberkasan terhadap Resume Monitoring, Sekretariat Komisi menyusun dan menyampaikan Berkas Laporan Dugaan Pelanggaran kepada Komisi untuk dilakukan Gelar Laporan; --- 4. Menimbang bahwa berdasarkan Rapat Gelar Laporan, Komisi menilai Laporan Dugaan

Pelanggaran layak untuk dilakukan Pemeriksaan Pendahuluan

(4)

Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 29/KPPU-I/2009 (vide bukti A49); --- 11. Menimbang bahwa selanjutnya Sekretaris Jenderal Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor 1379/SJ/ST/XII/2009 tanggal 7 Desember 2009 yang menugaskan Sekretariat Komisi untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A47)

12. Menimbang bahwa selanjutnya, Tim Pemeriksa menilai perlu untuk melakukan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan. Untuk itu Komisi menerbitkan Keputusan Nomor: 120/KPPU/KEP/III/2010 tanggal 8 Maret 2010 tentang Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor: 29/KPPU-I/2009 terhitung sejak tanggal 8 Maret 2010 sampai dengan tanggal 20 April 2010 (vide Bukti A98); --- 13. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi menerbitkan Keputusan Komisi Nomor 121/KPPU/KEP/III/2010 tanggal 8 Maret 2010 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Lanjutan Dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 29/KPPU-I/2009 (vide bukti A99); --- 14. Menimbang bahwa selanjutnya Sekretaris Jenderal Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor 292/SJ/ST/III/2010 tanggal 8 Maret 2010 yang menugaskan Sekretariat Komisi untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A97); --- 15. Menimbang bahwa dalam proses pemeriksaan, Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan dari para Terlapor dan para Saksi;--- 16. Menimbang bahwa identitas serta keterangan para Terlapor dan para Saksi telah dicatat dalam BAP yang telah ditandatangani oleh para Terlapor dan para Saksi; --- 17. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan Lanjutan, dan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Tim Pemeriksa telah mendapatkan, meneliti dan menilai sejumlah surat dan atau dokumen, BAP serta bukti-bukti lain yang diperoleh selama pemeriksaan dan penyelidikan; --- 18. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan dan Perpanjangan

(5)

halaman 5 dari 32

(6)
(7)

halaman 7 dari 32

(8)
(9)

halaman 9 dari 32

(10)
(11)

halaman 11 dari 32

(12)
(13)

halaman 13 dari 32

(14)

18.24.10 Bahwa DPD Organda Propinsi Jawa Tengah menerbitkan Surat Keputusan Nomor: SKEP.050/DPP/V/2008 tertanggal 24 Mei 2008 tentang Penetapan tarip Angkutan Penumpang dengan Taksi Non Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah, yang memutuskan menaikkan tarif taksi di Propinsi Jawa Tengah yaitu: --- 18.24.10.1 Tarif Lama: flag fall Rp 4.000, pulsa Rp 225/100 m, uang tunggu Rp 22.500/jam. --- 18.24.10.2 Tarif baru, terdiri atas: ---

Tarif bawah: flag fall Rp 4.500, pulsa Rp 250/100 m, uang tunggu Rp 25.000/jam. ---

Tarif atas: flag fall Rp 5.000, pulsa Rp 275/100 m, uang tunggu Rp 27.500/jam.--- 18.24.11 Bahwa khusus untuk kota Tegal dan sekitarnya belum diperoleh

(15)

halaman 15 dari 32

(16)
(17)

halaman 17 dari 32

(18)
(19)

halaman 19 dari 32

(20)

Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf b terdiri atas:

a. angkutan orang dengan menggunakan taksi; b. angkutan orang dengan tujuan tertentu;

c. angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan d. angkutan orang di kawasan tertentu.

18.25.3 Pengaturan mengenai eksistensi taksi pada UU No.14 Tahun 1992 tidak dinyatakan secara jelas sebagaimana UU No.22 Tahun 2009; --- 18.25.4 Pengaturan eksistensi taksi pada UU No.14 Tahun 1992 diatur pada Pasal 36 dan Pasal 37 ayat (1) dan (3) yang secara lengkap berbunyi: --- Pasal 36:

Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri dari : a. angkutan antar kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu

kota ke kota lain;

b. angkutan kota yang merupakan pemindahan orang dalam wilayah kota;

c. angkutan pedesaan yang merupakan pemindahan orang dalam dan/ atau antar wilayah pedesaan;

d. angkutan lintas batas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui lintas batas negara lain.

Pasal 37:

(1) Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, dapat dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur atau tidak dalam trayek.

(2) Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan dalam jaringan trayek.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

18.25.5 Pasal 36 dan Pasal 37 Ayat (1) dan Ayat (3) UU No.14 Tahun 1992 ditindak lanjuti dengan Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan Raya (PP No. 41 Tahun 1993) yang secara lengkap berbunyi: --- Pasal 4:

(21)

halaman 21 dari 32 Pasal 5:

Pengangkutan orang dengan kendaraan umum sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 dilayani dengan:

a. trayek tetap dan teratur; atau b tidak dalam trayek.

18.25.6 Keberadaan Pasal 5 huruf b PP No.41 Tahun 1993 ditindaklanjuti dengan Pasal 9 huruf a PP No.41 Tahun 1993 menyatakan bahwa pengangkutan dengan menggunakan taksi termasuk kegiatan pengangkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek; --- 18.25.7 Bahwa dalam Pasal 1 angka 9 PP No.41 Tahun 1993 menyatakan taksi adalah kendaraan umum dengan jenis mobil penumpang yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer; --- 18.25.8 UU No.22 Tahun 2009 telah secara jelas dan tegas mengatur mengenai penetapan tarif taksi, sebagaimana diatur pada Pasal 183 Ayat (1) UU No.22 Tahun 2009 yang secara lengkap berbunyi: --- Tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek dengan menggunakan taksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf a ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum atas persetujuan Pemerintah sesuai dengan kewenangan masing-masing berdasarkan standar pelayanan minimal yang ditetapkan

18.25.9 Sedangkan dalam UU No.14 Tahun 1992 pengenaan tarif angkutan diatur dalam Pasal 42 yang secara lengkap berbunyi: --- Pasal 42:

Struktur dan golongan tarif angkutan dengan kendaraan umum, ditetapkan oleh Pemerintah.

18.25.10 Lebih lanjut ketentuan Pasal 42 UU No.14 Tahun 1992 juga telah dinyatakan secara tegas dan jelas dalam ketentuan Pasal 49 PP No.41 Tahun 1993 yang secara lengkap berbunyi: --- Pasal 49:

(1) Trayek taksi terdiri dari tarif awal, tarif dasar, tarif jarak dan tarif waktu yang ditunjukkan dalam argometer.

(2) Tarif taksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh menteri.

(22)
(23)

halaman 23 dari 32

(24)

18.28.1 Berdasarkan analisis terhadap temuan-temuan, alat bukti surat dan/atau dokumen yang diperoleh selama Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa Lanjutan menyimpulkan tidak ditemukan bukti kuat adanya pelanggaran Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh Kosti Semarang, PT Wahana Atlas Nusantara, PT Wahana Eka Lestari, PT Centris Multi Persada cabang Semarang, Koperasi Primer Pariwisata Puri Kencana, PT Pandu Persada Sarana Mukti, PT Astria Taxi, PT Satria Express Perdana cabang Semarang, PT Blue Bird Pusaka cabang Semarang, Kosti Solo, PT Solo Sentral Taksi, PT Mahkota Ratu Taksi, Koperasi Bengawan Taksi, CV Sekar Gelora, CV Sakura Sari Taksi, Koperasi Banyumas Taksi, Koperasi Satria Transport, Koperasi Dita Ayu Bahari, DPD Organda Propinsi Jawa Tengah, DPC Organda Kota Semarang, DPC Organda Kota Surakarta, DPC Organda Kabupaten Banyumas dan DPC Organda Kota Tegal.; --- 19. Menimbang bahwa setelah selesainya Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, perlu dilakukan Sidang Majelis Komisi. Untuk itu, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor: 85/KPPU/PEN/IV/2010 tentang Sidang Majelis

Komisi Perkara Nomor: 29/KPPU-I/2009 dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung mulai tanggal 20 April 2010 sampai dengan 2 Juni 2010 (vide bukti A116); ---

20. Menimbang untuk melaksanakan Sidang Majelis Komisi, Komisi menerbitkan Keputusan Komisi Nomor: 159/KPPU/KEP/IV/2010 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor: 29/KPPU-I/2009 (vide bukti A115); --- 21. Menimbang bahwa selanjutnya Sekretaris Jenderal Sekretariat Komisi menerbitkan

(25)

halaman 25 dari 32

Keputusan DPD Organda Propinsi Jawa Tengah Nomor: SKEP.050/DPD/V/2009 dengan mengeluarkan Surat Nomor: 089/DPD/X/2009 tanggal 1 Oktober 2009 yang disampaikan kepada Dinas Perhubungan Kominfo Propinsi Jawa Tengah; --- 23.1.2 Terlapor XIX kembali menyampaikan Surat Nomor: 111/DPD/XI/2009 tanggal 25 Nopember 2009 kepada Dinas Perhubungan Kominfo Propinsi Jawa Tengah yang intinya memohon kepada Pemerintah untuk menetapkan tarif taksi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992; --- 23.1.3 Dinas Perhubungan Kominfo Propinsi Jawa Tengah menyampaikan jawaban atas surat dari Terlapor XIX tersebut sebagaimana tertuang dalam Surat Nomor: 551.21/21094 tanggal 9 Desember 2009 yang intinya dapat memahami inisiatif yang dilakukan oleh Terlapor XIX; --- 23.1.4 Oleh karena dalam Surat Nomor: 551.21/21094 tanggal 9 Desember 2009 dari Dinas Perhubungan Kominfo Propinsi Jawa Tengah tersebut belum memberikan solusi mengenai tarif taksi, maka Terlapor XIX meminta petunjuk mengenai tata cara pengajuan tarif taksi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 sebagaimana tertuang dalam Surat Nomor: 002/DPD/I/2010 tanggal 4 Januari 2010; --- 23.2 Bahwa tanggal 17 Februari 2010, Dinas Perhubungan Kominfo Propinsi Jawa Tengah melakukan koordinasi dengan seluruh Dinas Perhubungan Kominfo Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, seluruh DPD/DPC Organda di Jawa Tengah dan para pengusaha taksi di Jawa Tengah yang intinya membahas mengenai prosedur pengajuan tarif taksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009; --- 23.3 Bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, maka para

Terlapor mematuhi Undang-Undang tersebut khususnya mengenai tarif taksi 24. Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Komisi menilai telah mempunyai bukti dan

(26)

TENTANG HUKUM

1. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (selanjutnya disebut LHPL), Pendapat atau Pembelaan para Terlapor, surat, dokumen dan alat bukti lainnya Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan ada tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh para Terlapor yaitu sebagai berikut: --- 1.1 Mengenai Identitas; ---

(27)

halaman 27 dari 32

mendapatkan kepastian dalam menjalankan usahnya agar tidak mengalami kerugian baik kerugian bagi pengemudi maupun kerugian bagi perusahaan; --- 1.2.3 Bahwa dalam LHPL, Tim Pemeriksa Lanjutan menyatakan tidak pernah menemukan adanya penetapan tarif taksi atau persetujuan penetapan tarif taksi yang diterbitkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Kota Semarang, Pemerintah Kota Surakarta, Pemerintah Kota Tegal, dan Pemerintah Kabupaten Banyumas hingga bulan Februari 2010; --- 1.2.4 Bahwa dalam LHPL, Tim Pemeriksa Lanjutan menyatakan pada tanggal 17 Februari 2010 diadakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh Dinas Perhubungan Kominfo Propinsi Jawa Tengah, Dinas Perhubungan Kominfo Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, DPD/DPC Organda di Jawa Tengah dan para pengusaha taksi di Jawa Tengah untuk membahas mekanisme penetapan tarif taksi sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, yang akhirnya disepakati adanya format baku permohonan persetujuan penetapan tarif taksi yang akan diajukan oleh masing-masing pengusaha taksi kepada Pemerintah setempat; --- 1.2.5 Bahwa dalam LHPL, Tim Pemeriksa Lanjutan menyatakan

(28)

maka kesepakatan penetapan tarif taksi oleh para Terlapor menjadi tidak berlaku lagi; --- 1.3 Tentang Regulasi; --- 1.3.1 Bahwa dalam LHPL, Tim Pemeriksa Lanjutan menyatakan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tidak menyatakan secara tegas mengenai penetapan tarif taksi, namun dalam Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 menyatakan tarif angkutan penumpang tidak dalam trayek kecuali taksi ditetapkan oleh penyedia jasa angkutan; --- 1.3.2 Bahwa lebih lanjut Tim Pemeriksa Lanjutan menyatakan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang menggantikan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 menguraikan Tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek dengan menggunakan taksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf a ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum atas persetujuan Pemerintah sesuai dengan kewenangan masing-masing berdasarkan standar pelayanan minimal yang ditetapkan; --- 1.3.3 Bahwa dalam LHPL, Tim Pemeriksa Lanjutan menyatakan tidak menemukan aturan-aturan teknis yang diterbitkan oleh Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang mengatur mengenai penetapan taksi yang harus diikuti oleh Pemerintah maupun pengusaha taksi setempat; --- 1.3.4 Bahwa dalam LHPL, Tim Pemeriksa Lanjutan menyatakan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tidak pernah menerbitkan penetapan tarif taksi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992; --- 1.3.5 Bahwa dengan demikian Majelis Komisi berpendapat telah terjadi suatu kekosongan hukum dan seharusnya Pemerintah Propinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah sejak awal menerbitkan penetapan tarif taksi di masing-masing daerah; --- 1.3.6 Bahwa Pemerintah Propinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah

(29)

halaman 29 dari 32

Tegal menerbitkan persetujuan penetapan tarif taksi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009; --- 1.3.8 Bahwa dengan demikian Majelis Komisi menilai Pemerintah Propinsi Jawa Tengah beserta Pemerintah Kota Semarang, Pemerintah Kota Surakarta, dan Pemerintah Kota Tegal telah berupaya menerbitkan persetujuan penetapan tarif taksi yang berlaku di wilayah setempat sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 meskipun Pemerintah belum menerbitkan peraturan pelaksanaan terkait dengan tarif taksi; --- 2. Menimbang bahwa Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan: --- 1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk

menetapkan harga atas suatu barang dan/atau jasa yang harus dibayar oleh

konsumen atau pelannggan pada pasar bersangkutan yang sama ---

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi: ---

a. suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau ---

b. suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku. ---

(30)
(31)

halaman 31 dari 32 MEMUTUSKAN

Menyatakan Terlapor I: Kosti Semarang, Terlapor II: PT Wahana Atlas Nusantara (Atlas Group), Terlapor III: PT Centris Multi Persada cabang Semarang, Terlapor IV: Koperasi Puri Kencana, Terlapor V: PT Pandu Persada Sarana Mukti, Terlapor VI: PT Astria Taxi, Terlapor VII: PT Satria Express Perdana cabang Semarang, Terlapor VIII: Blue Bird cabang Semarang, Terlapor IX: Kosti Solo, Terlapor X: PT Solo Central Taksi, Terlapor XI: PT Mahkota Ratu Taksi, Terlapor XII: Koperasi Bengawan Taksi, Terlapor XIII: CV Sekar Gelora, Terlapor XIV: CV Sakura Sari Taksi, Terlapor XV: Koperasi Banyumas Taksi, Terlapor XVI: Koperasi Satria Transport, Terlapor XVII: Koperasi Dita Ayu Bahari, Terlapor XVIII: PT Wahana Eka Lestari (Atlas Group), Terlapor XIX: DPD Organda Propinsi Jawa Tengah, Terlapor XX: DPC Organda Kota Semarang, Terlapor XXI: DPC Organda

Kota Surakarta, Terlapor XXII: DPC Organda Kabupaten Banyumas, dan Terlapor XXIII: DPC Organda Kota Tegal tidak terbukti melanggar Pasal 5

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; --- Demikian putusan ini ditetapkan melalui musyawarah dalam Sidang Majelis Komisi dan dibacakan di muka persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal 2 Juni 2010 oleh Majelis Komisi yang terdiri dari Ir. M. Nawir Messi, M.Sc. sebagai Ketua Majelis Komisi, Erwin Syahril, S.H. dan Didik Akhmadi, S.E., Ak., M.Comm. masing-masing sebagai Anggota Majelis Komisi, dengan dibantu oleh Akbar Hariyadi, S.H. dan Firman Budiana Nugraha, S.E. sebagai Panitera; ---

Ketua Majelis,

Ir. M. Nawir Messi, M.Sc.

Anggota Majelis,

Erwin Syahril, S.H.

Anggota Majelis,

(32)

Panitera

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dalam UUPK perngertian pelaku usaha terdapat dalam Pasal 1 ayat 3 yang menyatakan pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha hukum yang didirikan

(1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha. Milik Desa yang menyatakan bahwa Kabupaten menetapkan Peraturan

1) Pelaku Usaha: Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam pelanggaran ketentuan Pasal ini adalah Terlapor I sampai dengan Terlapor XXI namun tidak termasuk Terlapor

Pada Pasal 1 PP Nomor 73 Tahun 1996 menyatakan bahwa “atas penghasilan Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha jasa pelaksanaan konstruksi dan Wajib Pajak badan yang bergerak

Bahwa Tim Pemeriksa dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan menyatakan indikasi persaingan usaha tidak sehat menurut Ahli: Setya Budi Arijanta, Kepala Sub Direktorat Saksi

Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1/P/2008 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba Menyatakan: “Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis