PELAYANAN
KESEHATAN
SEBAGAI HAM
(HUKUM
KERUMAHSAKIT
AN)
OLEH: RIMAWATI LAW
ISI :
I.
Pendahuluan
II.
Hukum dan Rumah Sakit
Dasar Hukum Penyelenggaraan RS
III.
Tanggung Jawab Hukum
Rumah Sakit (Tanggung
Jawab Institusi, Manajerial
dan Pidana)
IV.
Alternatif Penyelesaian
Sengketa Kesehatan
2
PENDAHULUAN
3
Badan hukum penyelenggara rumah sakit dapat berupa badan
hukum publik bagi rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah dan badan hukum
privat.
PENGANTAR
Hubungan hukum tersebut merupakan hubungan hukum dalam bidang keperdataan yang
tunduk kepada perjanjian yang disepakati antara pemberi
pelayanan jasa kesehatan dengan penerima jasa
kesehatan.
Rumah sakit merupakan orang dalam bentuk badan hukum
yang akan melakukan
hubungan hukum baik dengan orang pribadi maupun badan
hukum.
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan menjaga ketertiban masyarakat, maka pemerintah sebagai pemegang amanah dari rakyat atau warga Negara berwenang mengatur keberadaan lembaga
penyelenggara jasa pelayanan kepada masyarakat (Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menegaskan bahwa tugas rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
4
Perjanjian menjadikan para pihak yang membuat perjanjian atau yang menyetujui suatu klausula perjanjian terikat dengan aturan-aturan yang disepakati bersama (Hukum)
PENGANTAR
Rumah sakit sebagai “orang” dalam bentuk badan hukum akan bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh organ-organ yang menjalankan tugas rumah sakit dan tanggung jawab tersebut juga ditanggung oleh yang mengendalikan dan menjalankan fungsi dan tugas badan hukum tersebut (badan hukum baik badan hukum kenegaraan maupun badan hukum pribadi (Pasal 1653 KUH Perdata) )
Hidup manusia akan selalu berhadapan dengan perjanjian
atau kontrak
5
HUKUM DAN RUMAH
SAKIT
6
Hukum dan Rumah Sakit
Seperangkat
peraturan
perundang-undangan yang dibuat oleh
suatu kekuasaan (legislatif), dalam
mengatur pergaulan hidup masyarakat.
Sebagai subjek
hukum
Organ yang
bertujuan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan
HUKUM RUMAH SAKIT
7
Hukum Kesehatan
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum
yang langsung berhubungan dengan pemeliharaan
kesehatan dan penerapan dari hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administratif dalam hubungan
tersebut.
Sumber Hukum Kesehatan :
Pedoman internasional, hukum kebiasaan dan
jurisprudensi yang berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan, hukum otonom, ilmu dan literatur.
Ketentuan Hukum yang Langsung Berhubungan
dengan Pemeliharaan Kesehatan Misal:
Peraturan-peraturan Departemen Kesehatan yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan (farmasi, AIDS, dan wabah penyakit)
8
Dasar Hukum Penyelengga
raan RS di Indonesia
9
Definisi Rumah Sakit
Pasal 1 angka 1, UU No. 44 Tahun 2009 ttg RS
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pasal 1 angka 3 UU No. 44 Tahun 2009 ttg RS
menyebutkan bahwa : Pelayanan Kesehatan
Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
10
Asas Penyelenggaraan RS
Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan Asas Pancasila::
1. Nilai kemanusiaan (Humanity)
2. Nilai etika dan profesionalitas (Ethics and profesionalism) 3. Nilai manfaat (Benefit)
4. Nilai keadilan (Justice)
5. Nilai persamaan hak dan anti diskriminasi (Equality and
Non Discrimination)
6. Nilai pemerataan (Equal et Bono or Fairness)
7. Nilai perlindungan dan keselamatan pasien (Patient Safety
and Protection)
8. mempunyai fungsi sosial (Social Function)
DH: Pasal 2 UU RS
11
Tujuan Pengaturan
Penyelenggaraan RS dalam
peraturan perundang-undangan
1. mempermudah akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan;
2. memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di
rumah sakit;
3. meningkatkan mutu dan mempertahankan
standar pelayanan rumah sakit; dan
4. memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
DH: Pasal 3 UU RS
12
Tugas dan Fungsi RS
Tugas
Pasal 4 UU No. 44 Tahun 2009
Fungsi
Pasal 5 UU No. 44 tahun 2009
Pasal 4
Rumah Sakit
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan
dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
4. penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan
1
Syarat Pendirian RS
Rumah Sakit harus
memenuhi persyaratan :
1. Lokasi (Lingkungan dan
Tata Ruang);
2. Bangunan (Ruang-ruang
Yankes);
3. Prasarana (Instalasi
Penunjang);
4. SDM (Medis,
Keperawatan ,
manajemen RS, dll) terkait Ijin SDM;
5. Kefarmasian; dan 6. Peralatan.
DH: Pasal 7 ayat (1) UU RS
Pengelolaan Rumah Sakit :
1.Publik (Pemerintah
Atau Pemerintah Daerah
2. Privat (Swasta)
DH: Pasal 7 ayat (2) UU RS
14
Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah (LTD) dengan pengelolaan Badan
Layanan Umum (BLU) atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus
berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya
hanya bergerak di bidang perumahsakitan.
DH: Pasal 7 ayat (3) dan (4) UU RS
Pasal 7 Permenkes No.147 tahun 2010
15
Perijinan RS
(Pasal 25 UU RS dan Pasal 2 Permenkes No.147 tahun 2010)
1. Setiap Rumah Sakit harus memiliki izin.
2. Izin yang dimaksud pada terdiri atas:
a. izin mendirikan Rumah
Sakit
b. izin operasional Rumah
Sakit.
3. Izin operasional RS terdiri atas:
a. izin operasional sementara
b. izin operasional tetap.
Perijinan RS dapat dicabut apabila:
1.habis masa berlakunya; 2.tidak lagi memenuhi
persyaratan dan standar;
3.terbukti melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan; dan/atau
4.atas perintah
pengadilan dalam rangka penegakan hukum.
16
Perijinan RS
(Pasal 3 Permenkes No.147 tahun 2010)
17
(1) Permohonan izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit diajukan menurut jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.
(2) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang
berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi.
(3) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari
pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
(4) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
(5) Tata cara pemberian izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Klasifikasi RS
1 8
Pasal 2 UU No. 44
Tahun 2009 tentang RS mengatur mengenaai : PENETAPAN KELAS RS
(1)Setiap rumah sakit
wajib mendapatkan
penetapan kelas dari
Menteri
(2)Rumah sakit dapat
ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan
pelayanan akreditasi kelas
dibawahnya.
Klasifikasi RS
RS Umum RS Khusus
1 9
Pasal 5
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia; c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
Pasal 25 ayat (1)
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia; c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
Kewajiban dan Hak RS
Kewajiban RS Berdasarkan Pasal 29 UU RS, a.l:
1. Pelayanan Kesehatan
2. Pelayanan Gawat Darurat 3. Fungsi Sosial
4. Menghormati dan Melindungi
Hak Pasien
5. Menyelenggarakan Hospital
By Laws
Pelanggaran terhadap Kewajiban RS:
1. Teguran (Lisan dan Tertulis) 2. Denda
3. Pencabutan Ijin
Hak RS diatur didalam Pasal 30 UU RS
20
Tanggung Jawab Hukum
Rumah SakiT
21
Legal framework
penyelenggaraan RS
22
Subyek Hukum Kesehatan
Tanggung Jawab Hukum RS
Pasal 46 UU RS
Rumah Sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap
semua
kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga
kesehatan
di Rumah Sakit.
24
Bentuk-bentuk
PertanggungJawaban Rumah
Sakit
1. Tanggung Jawab terhadap bawahan di
RS (Respondeat Superior Liability)
2. Tanggung Jawab terhadap Tenaga Medis
di RS (Captain On The Ship Liability)
3. Tanggung Jawab terhadap Tenaga
Kesehatan di RS (Borrowed Servant Liabilty)
4. Tanggung Jawab terhadap
Organisasi/Kelembagaan (Corporate / Hospital Liability)
25
Ad. Respondeat Superior
Pasal 1367 dan Pasal 1368 BW
Yaitu : Pertanggungjawaban
karena adanya kerugian yang
dilakukan oleh bawahan
26
Ad. Captain On The Ship &
Borrowed Servant
Tanggung jawab ini muncul di
ruang operasi
dokter tim leader
Perawat RS yang dipinjamkan ke
dokter
bertanggung jawab
secara mandiri
27
Ad. Hospital Liability
Pasal 2 KODERSI & Pasal 46 UU No. 44/2009
Persyaratan:
1. Masyarakat menduga bahwa dokter
adalah dokter tetap RS
2. Masyarakat mencari RS bukan dokter
28
Pertanggung Jawaban RS
Public Liability Medical Liability
Bertanggung jawab sendiri sebagai
korporasi
Bertanggung jawab akibat Respondeat
Superior
29
Perbuatan Melanggar
Hukum
Pasal 1365 BW
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugiankepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu untuk
menggantinya.
Pasal 1366 BW
disebabkan karena kelalaian (culpa)
Pasal 1367 BW
disebabkan akibat respondeat superior
30
Korelasi UU RS dan UU
Kesehatan
Pasal 58 UU No. 36/2009 ttg Kesehatan
Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan
kesehatan yang diterimanya
31
HUBUNGAN RS - DOKTER
1. Dokter In Respondeat Superior 2. Dokter Out Dokter Kontrak
Tanggung Jawab Mandiri
32
Luka atau Kematian
Pasal 1370 BW
Dalam hal kematian akibat kesengajaan
atau kelalaian, ahli waris berhak menuntut ganti rugi, yang dinilai menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah pihak.
Pasal 1371 BW
dalam hal luka/cacat, ganti rugi dapat
berbentuk: biaya penyembuhan dan
kerugian akibat luka atau cacat tersebut.
33
Tanggung jawab RS
RS bertanggung jawab atas seluruh
penyelenggaraan pelayanan medis di RS (Non Delegable Duty), mencakup:
Memastikan bahwa fasilitas berfungsi baik
Memastikan bahwa SDM di RS benar-benar
kompeten dan bekerja sesuai standar dan etis
34
Tanggung Jawab Spesifik RS
Duty of Care
Sarana RS
Sarana yankes
Ruang tindakan medis Instalasi Medis
Gas Medis Listrik
Air dan udara bersih
Alat Medis
Sarana Publik
Keselamatan pengunjung RS
Personil RS
35
Tanggungjawab Institusi
Memenuhi persyaratan RS:
Bangunan
Prasarana dan Sarana Peralatan Medis
Perangkat lunak pengoperasian (SPK dan SPO) SDM yang memenuhi persyaratan dan berizin Farmasi sesuai standar
Sehingga bidang ini yang menjadi
“penyebab” maka Institusi yg
Tanggungjawab Institusional/
Korporasi
Pasal 46 UU 44/2009 ttg RS
Rumah Sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
Pasal 45 UU 44/2009
(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab
secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang komprehensif.
(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut
Tanggungjawab Nakes
Memiliki persyaratan / kualifikasi dan
mempertahankannya:
Memiliki Sertifikat Kompetensi, Surat Tanda
Registrasi, Surat Iziin Praktik / Kerja, dll
Mematuhi Kode Etik Profesi Mematuhi Standar Profesi
Mematuhi Standar Pelayanan dan SPO
Oleh karena itu ia bertanggungjawab atas kesalahan atau pelanggaran
Hak menuntut ganti rugi
Pasal 58 UU 36/2009 ttg Kesehatan
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti
rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau
Perlindungan hukum
Pasal 50 UU 29/2004 ttg Praktik Kedokteran
Dokter atau dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai hak :
memperoleh perlindungan hukum
sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
memberikan pelayanan medis menurut
PENDELEGASIAN /PELIMPAHAN
WEWENANG
42
PENDELEGASI AN
Definisi Delegasi
3 Komponen Wewenang
(Henc van Maarseveen )
Pengaruh
Wewenang digunakan untuk mengendalikan perilaku subyek hukum
Dasar hukum
Peraturan/regulasi yang mendasari adanya wewenang tersebut
Konformitas hukum
Konformitas hukum dalam wewenang berarti adanya standar wewenang, baik standar umum untuk semua jenis
wewenang maupun standar khusus untuk jenis wewenang tertentu
Definisi Pelimpahan
Wewenang
Pelimpahan wewenang adalah proses
pengalihan tugas kepada orang lain
yang sah atau terlegitimasi (menurut
mekanisme tertentu dalam organisasi)
dalam melakukan berbagai aktivitas yang ditujukan untuk pencapaian tujuan
organisasi yang jika tidak dilimpahkan akan menghambat proses pencapaian tujuan
tersebut.
Pelimpahan wewenang dari pihak yang berhak kepada pihak yang tidak berhak
dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua pihak secara tertulis.
Prinsip Pendelegasian
Seleksi dan susun tugas yang akan didelegasikan
dengan cara menyusun tugas secara rasional, siapkan format laporan dan presentasikan kepada penerima delegasi;
Seleksi orang yang tepat berdasarkan kompetensi dan
persyaratan pendukung. Ketepatan memilih penerima delegasi (delegat) bergantung pada kemampuan
pemberi delegasi menganalisis kinerja, kelebihan dan kelemahan, serta perilaku penerima delegasi (delegat);
Berikan arahan dan motivasi kepada penerima delegasi;
Lakukan supervisi yang tepat baik frekuensi maupun
prosedur (SOP).
Bentuk-bentuk
Pendelegasian
Pendelegasian
Dokter dapat mendelegasikan tindakan
kepada tenaga kesehatan lain, dengan persyaratan:
Kewenangan ada pada dokter
Penerima delegasi memiliki kompetensi
melakukannya (hanya psikomotor yg didelegasikan)
Pendelegasian harus jelas dan tercatat
Supervisi
Tanggungjawab tetap berada pada
Standar
SPO disusun dalam bentuk panduan
penatalaksanaan klinis (clinical practise guidelines) yang dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway), algoritme,
protokol, prosedur dan standing order.
SPO harus memuat sekurang-kurangnya
mengenai pengertian, anamnesis,
pemeriksaan fisik, kriteria diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan
Kepatuhan kepada SPK (Pedoman
Nasional dan SPO) menjamin pemberian pelayanan kesehatan dengan upaya
terbaik di fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi tidak menjamin keberhasilan
upaya atau kesembuhan pasien;
Modifikasi SPK hanya dapat dilakukan
atas dasar keadaan yang memaksa, antara lain keadaan khusus pasien,
Tanggungjawab Nakes vs
Institusi
UU RS menyatakan Tgjwb Institusi
RS harus mampu “menguasai” seluruh RS,
termasuk SDM nya
RS bertanggungjawab “keluar”, tetapi
dapat membagi tanggungjawab kepada Nakes
UU Kes dan UU Pradok menyatakan
Nakes Bisa bertanggung-jawab
RS dan Nakes berbagi sesuai dengan
Tanggungjawab Peserta
Didik
Mahasiswa / Co-ass
Belum memiliki kewenangan
Tidak bertanggungjawab bila dianggap
melaksanakan perintah jabatan
Pidana: bisa bertanggungjawab sendiri, atau
penyertaan,
Perdata: tidak bertanggungjawab
PPDS
Bertanggungjawab sebatas kompetensinya
Tanggungjawab DPK / DPJP untuk yg belum
Berbagi Tanggungjawab RS Dik
dengan Institusi Pendidikan
Perjanjian Kerjasama antara RS Dik
dengan Institusi Pendidikan harus juga meliputi Tanggungjawab kepada Pihak Ketiga
FK: beri fungsi pendidikan bagi dokter
dan peserta didik, RS beri fungsi pelayanan
FK: Dosen Pendidik Klinik dan Peserta
Sanksi dari Aspek Hukum
Administrasi, Hukum Perdata dan
Hukum Pidana
Bentuk Akibat hukum atau
Sanksi
Tanggung Jawab Hukum Pidana
Pidana Badan: Kurungan, Penjara
Pidana Denda
Tanggung jawab Hukum Perdata
Ganti rugi
Tanggung jawab Hukum Administrasi
Pencabutan ijin RS
Perubahan status RS 55
Tanggung jawab Hukum
Pidana
Dasar penerapannya pada: “MENS REA –ACTUS REUS”
Adanya kesalahan (fault-based)
Kesengajaan (dollus) Kelalaian (culpa)
Kemampuan pelaku untuk bertanggung jawab
Faktor pemberat dan peringan pidana
Kejahatan (kelalaian) terhadap tubuh manusia
Ps. 359 KUHP: menyebabkan hilangnya nyawa
orang
Ps. 360 KUHP: menyebabkan luka
56
Pengaturan Sanksi Pidana
Ketentuan Pidana dalam KUHP
CONTOH KETENTUAN PIDANA –
KUHP
KELALAIAN : 359-361 KUHP
KETERANGAN PALSU : 267-268 KUHP
ABORSI ILEGAL : 347-349 KUHP
PENIPUAN : 382 BIS KUHP
PERPAJAKAN : 209, 372 KUHP
EUTHANASIA : 344 KUHP
KELALAIAN PIDANA (?)
Diuraikan dalam KUHP sebagai:
“Karena salahnya”, “kealpaan”, “harus dapat
menduga”, “ada alasan kuat untuk menduga”
Terdapat 2 tingkatan:
Culpa Lata (gross negligence)
Culpa Levis
Hanya Culpa Lata yg dapat dimasukkan ke
dalam “kejahatan”, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara pidana
Tanggung Jawab Hukum
Perdata
Dasar penerapannya pada: alternatif kondisi seharusnya dan kenyataan dilapangan (das sollen dan das sein)
UU: adanya kesalahan (fault-based)
Perbuatan melanggar Hukum (Ps 1365 BW)
Kontrak
Adanya Wanprestasi (Ps. 1243 BW)
Vicarious Liability
Tanggung jawab majikan (Ps. 1367 BW) 60
Konsep Penyelesaian Sengketa
Kesehatan
rima_mhugm@yahoo.com
61
Didasarkan pada asas atau prinsip tanggung
jawab;
Berdasarkan sifat kesukarelaan dalam proses,
prosedur yang cepat, keputusan nonjudicial,
prosedur rahasia (confidential), fleksibilitas yang lebih besar dalam merancang syarat-syarat
penyelesaian masalah, hemat waktu dan biaya;
Perlu dibentuk suatu badan khusus yang
independen;
Dapat dilakukan melalui lembaga konsultasi,
Tanggung Jawab Hukum RS
Pemerintah
rima_mhugm@yahoo.com
62
Manajemen RS Pemerintah, dalam hal ini
manajerial RS Pemerintah dapat dituntut.
Pasal 1365 KUHPerdata karena pegawai
yang bekerja di RSP menjadi pegawai negeri dan negara sebagai suatu badan hukum dapat dituntut untuk membayar ganti rugi atas tindakan pegawai negeri yang dalam menjalankan tugasnya
Tanggung jawab RS
Swasta
rima_mhugm@yahoo.com
63
Untuk manajemen RS dapat diterapkan
Pasal 1365 KUHPerdata dan 1367
Alternatif Penyelesaian konflik
kesehatan
Proses penyelesaian
sengketa kesehatan melalui proses litigasi di dalam
pengadilan akan
menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversarial yang belum mampu
mencakup kepentingan para pihak, dan cenderung
menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaian, biaya mahal, tidak responsif dan menimbulkan
permusuhan antara para pihak.
Suatu proses
penyelesaian sengketa kesehatan melalui
bentuk alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan agar memperoleh putusan akhir dan mengikat para pihak yang secara umum tidak selalu dengan
melibatkan intervensi dan bantuan pihak
ketiga yang independen
64
rima_mhugm@yahoo.com
Bentuk-bentuk
penyelesaian sengketa Di
Luar Pengadilan
rima_mhugm@yahoo.com
65
Konsultasi
Negosiasi
Mediasi
Konsiliasi
Proses Mediasi
rima_mhugm@yahoo.com
TERIMA KASIH
Contact: Rimawati
Mobile/WA: 08156887482
email address: rimawati@ugm.ac.id rima_mhugm@yahoo.com