• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI KERJA APARATUR PEMERINTAH (Suatu Studi di Badan Kepegawian Daerah Kota Bitung) | SOLOGIA | JURNAL EKSEKUTIF 2678 4941 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI KERJA APARATUR PEMERINTAH (Suatu Studi di Badan Kepegawian Daerah Kota Bitung) | SOLOGIA | JURNAL EKSEKUTIF 2678 4941 1 SM"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM MENINGKATKAN

PRESTASI KERJA APARATUR PEMERINTAH

(Suatu Studi di Badan Kepegawian Daerah Kota Bitung)

Oleh:

ZWEETSY SOLOGIA Abstrak

Dalam UU RI No. 43/1999 tentang Pokok Kepegawaian dikatakan bahwa: Dalam rangka mencapai Tujuan Nasional untuk mewujudkan masyarakat sosial yang taat hukum, berperadaban demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan UUD 1945.

kualitas Pegawai Negeri di Pemerintah Kota Bitung pada umumnya masih terbatas dalam arti sebagian masih belum mengerti mengenai tugas pokok dan fungsinya, kurangnya kemampuan aparat dalam menjalankan teknologi. mengingat betapa pentingnya kualitas Sumber Daya Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintahan, pelayanan masyarakat dituntut untuk selalu berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai, penelitian ini membahas mengenai kinerja Badan Kepegawaian Daerah Bitung dalam meningkatkan prestasi kerja. Dari hasil penelitian dilapangan, telah ada upaya BKD dalam meningkatkan prestasi pegawainya.

Key words : Kinerja, Pegawai BKD

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil tercantum dalam penjelasan umum UU RI No.

43/1999 tentang pokok-pokok kepegawaian sebagai berikut : Kelancaran penyelenggaraan tugas

pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan Aparatur Negara.

Dengan adanya peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil diharapkan dapat diperoleh

Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat yang dapat

melaksanakan tugas dengan baik dan tanggungjawab, loyal terhadap Pancasila, UUD 1945, Negara,

pemerintahan serta mampu memotivasi diri agar diperoleh hasil kerja yang lebih berhasil guna dan

berdaya guna.

Disamping itu peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil juga diharapkan dapat

(2)

dengan hal tersebut Badan Kepegawaian adalah staf yang berada dibawah dan bertanggungjawab

langsung kepada Walikota dalam menyelenggarakan teknis dan administrasi Pemerintahan Kota.

Agar susunan organisasi dan tata kerja yang dimaksud dapat berjalan dengan lancar sesuai

dengan bidang tugasnya masing-masing, diperlukan adanya pegawai untuk melaksanakannya

Dalam pelaksanaan tugas yang dimaksud, Pemerintah Kota melengkapi struktur organisasi dan

membentuk bagian tersendiri yang melaksanakan tugas dibidang kepegawaian yaitu Bidang

Kepegawaian. Menurut Wursanto Bagian Kepegawaian pada organisasi Pemerintahan mempunyai

tugas membuat analisa yang meliputi:

1. Klasifikasi Jabatan (Job Classification) 2. Analisa Jabatan (Job Analisis)

3. Penilaian Jabatan (Job Evaluation)

4. Mengurus soal-soal perekrutan (Recruitment)

5. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan pengembangan kepegawaian

6. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan pembinaan kepegawaian

7. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan semangat kerja (morale) dan disiplin pegawai.

8. Membuat program penggajian yang adil

9. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan pemberian kesejahteraan pegawai

10. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan pemberhentian.

Dari gambaran mengenai kedudukan dan tugas yang dilaksanakan oleh Bagian

Kepegawaian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai upaya Bagian Kepegawaian

Pemerintah Kota Bitung dalam meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Dalam usaha

untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan khususnya di

Pemerintahan Kota Bitung sangat ditentukan kualitas pegawai yang berada didalamnya. Namun

demikian pada kenyataannya kemampuan aparatur pemerintah khususnya di Badan Kepegawaian

Daerah Kota Bitung masih kurang mampu menjalankan tugasnya dengan baik terlihat masih adanya

pegawai yang sering dating terlambat, bermalas-malasan seperti hanya bercerita atau bermain catur

pada saat jam kerja. Dalam arti prestasi kerja atau kualitas pegawainya masih belum sesuai dengan

apa yang diharapkan yakni masih sering terlambatnya laporan-laporan kerja dan terkesan

asal-asalan. Hal ini sebagaimana hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen

Dalam Negeri bekerjasama dengan Institut Ilmu Pemerintahan Tahun 1994/1995 tentang

Pengembangan Karir Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota menyimpulkan :

a. Pegawai Negeri yang bekerja di Lingkungan Pemerintah Kota belum mempunyai gambaran

tentang masa depannya.

(3)

c. Akibat pengelolaan administrasi Kepegawaian di daerah masih tergantung dari pusat.

d. Penempatan pegawai pada jabatan struktural terdapat adanya dominasi dari pimpinan yang

memberikan kesan adanya subyektifitas pengangkatan

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas Pegawai Negeri di

Pemerintah Kota Bitung pada umumnya masih terbatas dalam arti sebagian masih belum mengerti

mengenai tugas pokok dan fungsinya, kurangnya kemampuan aparat dalam menjalankan teknologi

seperti komputer, internet, pengetahuan aparat akan pekerjaan yang harus dilakukan seperti

pembuatan laporan tertulis maupun tidak sehingga menyebabkan pekerjaan yang terkesan

asal-asalan dan tidak maksimal, mengingat betapa pentingnya kualitas Sumber Daya Pegawai Negeri

Sipil dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintahan, pelayanan masyarakat dituntut untuk selalu

berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai maka penulis mengambil judul penelitian

yaitu: Kinerja Badan Kepegawaian Daerah Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Aparatur

Pemerintah (Studi Di Badan Kepegawaian Kota Bitung)

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari hal tersebut maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

Bagaimana Kinerja Badan Kepegawaian Daerah untuk meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai

Negeri Sipil di Pemerintah Kota Bitung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui Kinerja Badan Kepegawaian Daerah di Pemerintah Kota Bitung peningkatan

prestasi kerja aparatur.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan

Jurusan Ilmu Pemerintahan

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan input bagi Badan Kepegawaian Daerah dalam meningkatkan

Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat berdayaguna dalam penyelenggaraan

pembangunan dan pelayanan masyarakat.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut dengan

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KINERJA

Kinerja adalah terjemahan-terjemahan dari istilah performance yang umumnya di artikan sebagai tingkat prestasi atau tingkat produktivitas atau tingkat keberhasilan seseorang, sekelompok

orang, atau organisasi selama satu periode waktu tertentu.

Pada tingkat organisasi maka kinerja menunjukan tingkat pencapaian pelaksanaan atau

kegiatan/prorgam kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi. (LAN

1999).

Sedangkan pada tingkat individu anggota organisasi kepada organisasinya (chung dan

meggiston dalam cerdoso cames 1999) adalah catatan out comesyang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama satu periode waktui tertentu. Kinerja atau prestasi

individu-individu anggota organisasi sangat menetukan kinerja organisasi, karena itu penilaian

kinerja merupakan salah satu aktvitas penting dari pada manajemen sumber daya meanusaia dalam

organisainya. Menurut Handoko (1985) penilaian kinerja adalah suatu proses melalui nama

organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi karyawanya. Jhon Bernadin dan Joyce Ruses (dalam

comes, 1999) mengemukakan bahawa performens atau kinerja sangat dipengaruhi olah pengetahuan

skill, kemampuan sikap dan isi keda depedprilaku dari organ-organ itu sendiri. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua departmen pendidikan dan kebudayaan 1999, kata kinerja

adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja.maka dari itu berbagai

definisi kinerja dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu kemampuan atau kemahiran

seseorang atau kelompok orang dalam mewujudkan sasaran ataupun tujuan dari suatu kelompok

atau organisasi.

B. Pengertian Kepegawaian

Menurut Handoko (1999 : 17) menjelaskan bahwa Bagian Kepegawaian adalah departemen

pelayanan yang membantu para karyawan dari pimpinan organisasi . Sedangkan menurut

Manullang Bagian Personalia adalah Bagian urusan pegawai merupakan service department

yang membantu mengerjakan segala masalah kepegawaian yang dihadapi oleh setiap pimpinan .

Dengan demikian Bagian Kepegawaian adalah bagian yang menangani masalah individu

atau personal yang apabila hal ini diaplikasikan dalam organisasi adalah mengenai para pegawai

atau karyawan. Berkaitan dengan hal ini maka Bagian Kepegawaian mempunyai peranan yang

(5)

dimaklumi karena keberhasilan organisasi pemerintah sangat dipengaruhi oleh aparatur

pelaksananya.

Untuk keperluan itu Bagian Kepegawaian perlu menjalankan fungsi-fungsinya yang

menurut Jiwanto (1987 : 35) sebagai berikut :

1. Fungsi Managerial terdiri atas :

a. Perencanaan (Planning)

b. Pengorganisasian (Organizing)

c. Pengarahan (Directing)

d. Pengawasan (Controlling)

2. Fungsi Operasional terdiri atas:

a. Pengadaan Karyawan (Recruitment)

b. Training dan Pengembangan karyawan (Training and Development)

c. Balas jasa (Compensation)

d. Pengintegrasian pegawai (Integration)

e. Pemutusan Hubungan Kerja (Sparation)

3. Peranan atau kedudukan managemen personalia dalam pencapaian tujuan

organisasi secara terpadu.

Kemudian menurut Awig. dan Asri (1986 : 67) menyatakan bahwa salah satu fungsi utama

bagian personalia ialah: 1. Merencanakan tenaga kerja atau pegawai 2. Mengorganisir pegawai

dengan memberikan perincian tugas guna menghindari ketidakjelasan pekerjaan. 3. Memberikan

intensif kepada pegawai baik bersifat positif maupun negatif. 4. Pelaksanaan pengawasan, menilai

pekerjaan, masa kerja, dan sebagainya yang dijadikan dasar untuk pengembangan pegawai.

Dari pertanyaan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa fungsi yang dijalankan oleh Bagian

Kepegawaian meliputi fungsi Managerial dan Operasional serta pengembangan prestasi pegawai.

Dalam rangka pelaksanaan fungsi-fungsi dimaksud perlu adanya uraian tugas sebagai ruang lingkup

dan pedoman Kerja

Pegawai Negeri adalah mereka yang sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam

peraturan perUndang-Undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi

tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan

sesuatu peraturan perUndang-Undangan dan digaji menurut peraturan perUndang-Undangan yang

berlaku. Kemudian macam-macam Pegawai Negeri diatur dalam ketentuan berikutnya yaitu pada

pasal 2 :

Pegawai negeri terdiri dari :

(6)

b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat (pegawai vertical)

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah (pegawai horizontal) dan

3. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Untuk dapat memahami macam-macam Pegawai Negeri Sipil, ini dijelaskan dalam

penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok Kepegawaian sebagai

berikut :

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintahan, Lembaga Pemerintahan Non

Departemen, Kesekretariatan, Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah dan

Kepaniteraan Pengadilan.

2. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan suatu PerUndang-Undangan diperbantukan pada

badan lain seperti Perusahaan Umum, Yayasan, dan lainlain

3. Yang dimaksud Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Otonom.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pegawai Negeri Sipil baik

Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Negeri Sipil lain yang

ditetapkan dengan peraturan pemerintah yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu dan diangkat

oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas tertentu serta gaji oleh Negara berdasarkan Peraturan

perUndang- Undangan yang berlaku. Adapun Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Bitung

yang meliputi Pegawai Negeri Sipil Daerah yang ada di jajaran Pemerintah Kota Bitung.

C. Manajemen Kepegawaian

Sebelum menelusuri lebih dalam mengenai manajemen kepegawaian penulis ingin sedikit

menjelskan bahwa Sebuah Manajemen digerakkan oleh seorang pemimpin tanpa seorang

pemimpin. Manusia mempunyai kemampuan untuk membangun secara kontruktif maupun merusak

(destruktif) bagi organisasi. Karena itu admnistrasi dan manajemen ilmiah dewasa ini menganut

falsafa yang people centred , artinya, manusia dalam organisasi dihargai sebagai suatu yang paling utama dan berharga dan harus diperlakukan sebagai manusia yang bermatabat (punya harga

diri). Disinilah pentingnya peranan kepemimpinan bagi kelancaran jalannya roda organisasi. S. P.

Siagian (1997:17). Mengemukakan bahwa Kepemimpinan merupakan inti dari pada management

kepemimpinan merupakan motor atau gaya penggerak dari pada semua sumber-sumber dan alat-alat

(7)

Manajemen kepegawaian memegang peranan penting dalam organisasi untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan. Dalam hal ini kegiatan manajemen kepegawaian meliputi kegiatan

perencanaan, pengelolaan dan pengawasan Pegawai Negeri Sipil. Sehingga mereka dapat

menjalankan tugasnya secara efisien dan efektif.

Sedangkan tugas manajemen Kepegawaian menurut Mussanef adalah:

a. Mendapatkan Pegawai yang cakap sesuai dengan kebutuhan organisasi

b. Menggerakkan pegawai untuk tercapainya tujuan organisasi

c. Memelihara dan mengembangkan kecepatan serta kemampuan pegawai untuk mendapatkan

prestasi kerja yang sebaik-baiknya.

Lebih lanjut Handoko (1999) menjelaskan bahwa Manajemen Kepegawaian adalah

penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan pembinaan Sumber Daya Manusia untuk

mencapai tujuan baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi .

D. Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil

Bahwa keberhasilan dari organisasi sangat ditentukan oleh Prestasi Kerja Pegawai. Dengan

demikian maka pembinaan Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja

pegawai.

Dalam hal ini prestasi kerja menurut Nainggolan (1987:25) ialah hasil yang dicapai oleh

seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya .

Sehubungan dengan pernyataan tersebut diatas, Soetomo (1985:64) menjelaskan bahwa :

a. Prestasi Kerja adalah hasil yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan

tugas yang dibebankan kepadanya.

b. Pada umumnya prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman dan

kesungguhan Pegawai Negeri Sipil.

Berdasarkan pertanyaan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil

ialah hasil kerja yang dicapai oleh Pegawai Negeri Sipil dalam melakukan tugasnya secara

berdayaguna dan berhasilguna serta dapat meningkatkan status pegawai yang bersangkutan.

Adapun ukuran prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaan menurut Dharma

meliputi :

a. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan

b. Kualitas yaitu mutu dihasilkan

c. Ketepatan waktu yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Kemudian agar

menjamin obyektifitas prestasi kerja pegawai, perlu diadakan penilaian pelaksanaan pekerjaan

(8)

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil

Bahwasannya prestasi kerja pegawai mempunyai keterkaitan dengan hasil kerja pegawai

dalam melaksanakan tugas-tugas mereka, dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pencapaian

tujuan organisasi.

Sehubungan dengan hal dimaksud perlu diadakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara

terus menerus sehingga mereka dapat mampu menghasilkan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri

maupun organisasi. Untuk itu pembinaan Pegawai Negeri Sipil tidak dapat dipisahkan dari

kedudukan mereka sebagai manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan, kemampuan dan

kepribadian yang dapat dikembangkan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja pegawai didukung oleh

adanya motivasi pegawai, kemampuan, dan kejelasan akan peran.

1. Motivasi

Motivasi menurut Hasibuan (1987:23) adalah Pemberian daya penggerak yang

menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan

terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai tujuan . Sedangkan menurut Moekijat (1995:54)

motivasi diartikan sebagai Dorongan seseorang untuk mengambil tindakan karena orang tersebut

ingin melakukan demikian .

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa motivasi merupakan keseluruhan pemberian

daya penggerak kepada seseorang yang dalam hal ini pegawai sehingga mereka mau bekerja lebih

baik dan bergairah demi tercapainya tujuan.

Didasari atau tidak motif manusia didasarkan atas kebutuhan baik kebutuhan primer

maupun kebutuhan sekunder, sedangkan jenis-jenis kebutuhan pegawai yang dapat mempengaruhi

prestasi kerjanya menurut Siagian dikemukakan sebagai berikut: Seseorang dianggap mempunyai

motivasi prestasi tinggi apabila dia mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih baik dari yang

lain dalam banyak situasi. Ada tiga karakteristik kebutuhan yang menjadi pusat perhatiannya yaitu

prestasi, afiliasi dan kekuasaan. Dari ketiga kebutuhan ini telah terbukti merupakan unsur-unsur

penting yang ikut menentukan prestasi pribadi dalam situasi kerja dan cara hidup.

Dari uraian diatas jelas dinyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi kerja adalah pemenuhan kebutuhan. Apabila kebutuhan seorang pegawai terpenuhi maka

akan dapat sangat memungkinkan motivasi untuk berprestasi meningkat. Oleh sebab itu dalam

organisasi diupayakan pemenuhan kebutuhan menjadi skala prioritas utama.

Dengan demikian pegawai perlu diberikan motivasi agar mereka tetap mempunyai minat

untuk bekerja dengan baik dan perasaan puas terhadap pekerjaan atau jabatan yang diembannya,

(9)

ini Bagian Kepegawaian berperan untuk memberikan motivasi kepada para pegawai sehingga dapat

bekerja lebih baik. hal ini sesuai dengan pendapat Moekijat (1995: 67) yang menyatakan Bahwa

fungsi personalia mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap motivasi

pegawai dan kepuasan .

Mutasi atau perpindahan pegawai dimaksudkan untuk memberikan tambahan pengalaman

kerja kepada pegawai serta menghindari kejenuhan kerja, disamping itu merupakan salah satu

bentuk pembinaan pegawai. Mutasi pegawai dapat dilakukan dari suatu jabatan lain atau dari suatu

tempat ke tempat lain atau sebagai promosi suatu jabatan yang lebih tinggi. Tujuan dari mutasi

pegawai menurut Musanef meliputi:

1. Peningkatan Produktifitas.

2. Pendayagunaan Pegawai.

3. Pengembangan Karir.

4. Penambahan tenaga ahli pada unit yang membutuhkan.

5. Pengisian jabatan-jabatan yang lowong.

6. Sebagai hukuman.

Kemudian Burhanuddin (1995:76) mengatakan bahwa mutasi adalah Untuk mendapatkan

tenaga kerja yang cukup pada kedudukan yang tepat pada situasi yang berbeda dan mencegah

kejenuhan kerja pegawai .

Dengan demikian tujuan mutasi adalah untuk meningkatkan kemampuan melalui

pengembangan pengetahuan yang dilakukan melalui pemberian

motivasi kepada para Pegawai berupa perpindahan dalam jabatan atau perpindahan wilayah kerja.

Disamping itu dengan adanya mutasi diharapkan adanya inovasi baik yang bersifat meneruskan

program yang telah ada maupun adanya pembaharuan. Sehingga menimbulkan suasana baru pada

organisasi yang sekaligus wadah untuk meningkatkan prestasi pegawai.

2. Kemampuan Pegawai

Berkaitan dengan kelancaran suatu pekerjaan dibutuhkan adanya kemampuan demikian juga

dalam organisasi dimana kemampuan anggota sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan

operasional.

Berkaitan dengan hal ini kemampuan menurut Siagian (1989:56) bahwa Kemampuan yang

ditunjukkan oleh para anggota organisasi hanya sebagai potensi yang terdapat dalam dirinya .

Menurut Rao mengatakan bahwa Seseorang yang mampu mungkin hanya membutuhkan

usaha sangat sedikit untuk mencapai prestasi kerja tinggi, sedangkan seorang lain dengan

(10)

sekalipun . Kemudian Rao (1996:88) menyimpulkan bahwa kemampuan yang harus dimiliki

pegawai agar dapat berprestasi meliputi:

1. Pengetahuan tentang pekerjaan mencakup pengetahuan, pengertian, ketelitiannya mengenai

asas-asas, kritik-kritik, kebijaksanaan, prosedur dan pengembangan terakhir berkaitan dengan fungsi

fungsi dan bidang-bidang yang ada kaitannya. Kemampuan menerapkan pengetahuannya kepada

situasi-situasi yang praktis.

2. Keterampilan merencanakan merupakan kemampuan untuk menvisualisasikan semua segi

pekerjaan menduga kemungkinankemungkinan dan merencanakan secara sistematika

seperangkat tindakan dan cara bertindak untuk mencapai sasaran.

3. Keterampilan mengorganisasi merupakan kemampuan untuk mengarahkan mengkoordinasikan

dan memadukan sumber daya menyelesaikan tugas dan pendelegasian tanggung jawab dan

wewenang yang sesuai.

4. Kemampuan berhubungan antara pribadi dan kelompok. Kemampuan untuk bekerja yang

harmonis dengan atasan, rekan sebaya dan bawahan baik secara perseorangan maupun dalam

kelompok.

Dengan demikian kemampuan pegawai dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan

yang ada pada diri pegawai tersebut dalam menjalankan setiap tugasnya dengan baik. modal

pengetahuan dan keterampilan tersebut pada umumnya dimiliki oleh para pegawai yang

berpendidikan dan berpengalaman dalam pekerjaannya.

3. Kejelasan atau Peran

Kejelasan atau peran merupakan taraf pengertian dan penerimaan seorang pegawai atas

tugas yang dibebankan kepadanya. Kejelasan asas peran mempunyai pengaruh terhadap prestasi

kerja pegawai. Yang mana makin jelas pengertian pegawai mengenai sasaran pekerjaan, makin

banyak energi yang dikerahkan ke arah tujuan, dengan demikian maka pegawai tersebut menerima

dengan baik peran yang diberikan. Untuk ini Strereers (1985:90) mengatakan bahwa Peranan yang

jelas dan terperinci ternyata berkaitan dengan peningkatan pada tujuan .

Dalam kehidupan organisasi terdapat dua masalah yang berhubungan dengan peran, yang

dapat mengurangi usah kerja, yaitu :

1. Kekaburan peran disebabkan oleh perubahan yang cepat dalam organisasi meningkatkan

kerumitan organisasi, komunikasi yang buruk.

2. Adanya konflik peran dimana seorang pegawai dihadapkan pada tuntutan peran yang saling

bertentangan.

Konflik peran mempunyai pengaruh langsung terhadap efektifitas organisasi, bila ketentuan

(11)

yang diminta dari mereka. Salah satu cara mengurai bahkan meniadakannya adalah

mengintegrasikan tujuan pribadi atau kelompok dengan sasaran organisasi.

Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa salah satu aspek prestasi yang baik terdiri dari

penjelasan kepada para pegawai mengenai sifat yang seharusnya ada pada tugas mereka dan

mengusahakan agar tugas mereka diterima dengan baik oleh pegawai.

Berkaitan hal tersebut upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi kerja

adalah meningkatkan dalam jabatan yaitu dengan memberikan kedudukan jabatan tertentu dalam

struktur organisasi untuk bertanggung jawab melaksanakan tugas pimpinan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menjadikan

manusia sebagai instrumen, dan disesuaikan dengan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan

pengumpulan data yang pada umumnya bersifat kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor (dalam

Moleong, 2000 : 3) merupakan prosedur meneliti yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan kualitatif dicirikan oleh tujuan penelitian yang berupaya memahami

gejala-gejala yang sedemikian rupa yang tidak memerlukan kuantifikasi, karena gejala-gejala tidak

memungkinkan untuk diukur secara tepat (Garna,1991 :32).

B. Fokus Penelitian

Sebelum menjelaskan mengenai fokus penelitian ini maka terlebih dahulu dijelaskan

maksud diterapkannya fokus penelitian. Moleong (2000) mengemukakan maksud ditetapkannya

fokus yaitu Pertama-tama menetapkan fokus, dapat membantu studi; kedua, penetapan fokus itu

berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-inklusi/memasukkan-mengeluarkan (inclusion-inclusion criteria)suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan

Dengan demikian maka fokus dalam penelitian sangat penting karena dengan fokus ini akan

sangat membantu peneliti mengungkapkan data yang akan dikumpulkan, diolah dan dianalisis,

sesuai dengan judul penelitian ini yaitu: Kinerja badan kepegawaian dalam meningkatkan prestasi

kerja pegawai maka yang menjadi fokus penelitian disini adalah:

a. Upaya peningkatan prestasi kerja, yang terdiri dari :

1. Pemberian motivasi

(12)

3. Penetapan kejelasan akan peran

b. Prestasi kerja meliputi:

1. Kuantitas hasil kerja

2. Kualitas hasil kerja

3. Ketepatan waktu dan penyelesaian tugas.

C. Informan Penelitian

Setiap penelitian berhadapan dengan masalah sumber data yang disebut Informan penelitian.

Di dalam subjek penelitian kualitatif, informasi atau data diperoleh dari sumber yang dapat

memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian, untuk itu harus ditentukan informan

penelitian yang dapat disajikan sumber informasi.

Dalam penelitian ini informan dipilih beberapa informan yang dianggap memiliki

pengetahuan yang baik tentang peningkatan prestasi pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota

Bitung. Adapun Informan dalam penelitian yaitu :

1. Kepala Badan Daerah Kepegawaian Pemkot Bitung

2. Kepala Sub Bagian Badan Kepegawaian Pemkot Bitung

3. Kepala Sub Bagian Bidang Perencanaan Badan Kepegawaian Pemkot Bitung.

4. Kepala Sub Bagian Bidang Mutasi Badan Kepegawaian Pemkot Bitung.

5. Kepala Sub Bagian Diklat Badan Kepegawaian Pemkot Bitung.

6. Staf Badan Kepegawaian Daerah Kota Bitung

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan menggunakan metode yang umumnya digunakan pada

pendekatan kualitatif, yaitu observasi , wawancara mendalam (in depth interview) dan studi dokumen (Sugiyono, 2007:147).

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari penelitian terhadap obyek yang diteliti

dengan cara melakukan wawancara, serta melakukan pengamatan secara langsung (Observasi).

Metode wawancara adalah metode yang mencoba menjelaskan fakta dengan cara mengajukan

pertanyaan secara langsung kepada obyek yang diteliti (informan). Sedangkan observasi adalah

metode yang dilakukan dengan cara mengamati langsung disertai dengan pencatatan data yang

diperlukan.

(13)

Pengumpulan data jenis ini dilakukan dengan menelusuri berbagai sumber yang

berhubungan dengan yang diteliti berupa buku-buku, jurnal-jurnal, majalah, artikel serta

literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

E. Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang

temuan-temuan yang berdasarkan permasalahan yang diteliti. Analisis data menurut Patton (dalam

Moleong, 2003 : 103) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola,

kategori dan satuan urutan dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis dilakukan sepanjang

penelitian berlangsung. Sejak pengumpulan data dimulai, analisis data dilangsungkan secara terus

menerus hingga pembuatan laporan penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan objektif sesuai dengan tujuan penelitian, maka

setiap analisa dilakukan untuk melukiskan, merangkum, mengamati, menggambarkan bahkan

meringkas hasil pengamatan yang telah dilakukan dilapangan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

KINERJA BKD DALAM MENINGKATKAN PRESTASI KERJA PEGAWAI

Sebagaimana diketahui bahwa kepegawaian mempunyai peran yang sangat strategis dalam

pengelolaan sumber daya pegawai. Untuk itulah maka bagian ini merasa perlu untuk meningkatkan

prestasi kerja pegawai. Apabila dikaji lebih jauh banyak upaya yang dapat dilakukan namun dalam

penelitian ini penulis hanya membatasi pada hal sebagaimana tercantum dalam fokus penelitian

yaitu pemberian motivasi, peningkatan kemampuan pegawai, dan kejelasan peran.

a. Pemberian motivasi

Pemberian motivasi kepada pegawai adalah salah satu upaya ke arah peningkatan prestasi

kerja pegawai. Dengan pemberian motivasi tersebut akan dimungkinkan terjadi suatu peningkatan

prestasi kerja. Hal ini karena pegawai akan terdorong untuk mendapatkan suatu penghargaan dan

mereka berusaha menghindari terjadinya hukuman atas segala kegiatan hasil

(14)

Kemudian guna mengetahui upaya yang telah dilakukan Badan kepegawaian daerah dalam

meningkatkan prestasi kerja pegawai dalam memberikan motivasi baik berupah pemberian

langsung maupun hukuman kepada pegawai yang melakukan pelanggaran penulis mewawancarai

informan salah satunya pegaawai Bpk. Markus Mait, beliau mengatakan :Pemberian motivasi yang diberikan pimpinan kepada kami pada umumnya apabila melaksanakan dinas diluar diberikan Uang perjalanan dinas dan jumlahnya tergantung dari berapa lama tugas, jarak, dan kepentingan. Pada umumnya setiap dinas pemerintah memberikan hal-hal tersebut, saya rasa hal-hal tersebut dapat memotivasi pegawai untuk bekerja. Apabila pegawai melakukan pelanggaran biasanya kami diberikan teguran baik secara lisan maupun tertulis sesuai pelanggaran dan intensitasnya.

Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian insentif kepada pegawai

banyak yang bersifat material seperti uang jalan dan uang perjalanan dinas, sedangkan untuk

pemberian insentif yang bersifat non material yang telah diupayakan ialah pengusulan pegawai atas

penerimaan piagam satya lencana. Bagi mereka yang mempunyai prestasi kerja yang cukup lama

sesuai dengan ketentuan yang ada.

Berkaitan dengan permasalahan tersebut seorang pegawai untuk dapat diangkat dalam suatu

jabatan tertentu berdasarkan beberapa kriteria dimana secara umum yang bersangkutan harus

mempunyai prestasi kerja yang tinggi, bertanggung jawab, loyal dan berdedikasi tinggi. disamping

itu perlu yang dipertimbangkan adalah pangkat/golongan yang harus sesuai dengan jabatan yang

akan diembannya, pendidikan dan pelatihan pejenjangan yang dipersyaratkan untuk jabatan

tersebut. Daftar urut kepangkatan memiliki jiwa kepemimpinan dan Human Relation yang baik

pula. Sesuai dengan struktur organisasi, jumlah eselon pada Badan Kepegawaian Daerah Kota

Bitung adalah Eselon.

b. Peningkatan Kemampuan Pegawai

Bahwa upaya kedua yang dilakukan Badan Kepegawaian Daerah Dalam rangka

meningkatkan prestasi kerja pegawai adalah meningkatkan kemampuan pegawai melalui sub bagian

pendidikan dan pelatihan pegawai telah melaksanakan beberapa cara, antara lain ialah pengiriman

pegawai untuk mengikuti pendidikan struktural dan teknis fungsional.

Pendidikan dan latihan pada dasarnya untuk meningkatkan kemampuan pegawai dan

pengembangan metodenya yang lebih baik dengan tuntutan jaman sebagaimana tercantum dalam

pasal 1 UU No. 101 tahun 2000 bahwa, diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar

dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.

Adapun jenis kegiatan pendidikan dan pelatihan di lingkungan Badan Kegiatan Daerah Kota

Bitung meliputi:

(15)

2) Diklat pimpinan

3) Penataran-penataran di bidang fungsional

Kemudian guna mengikuti Badan Kepegawaian Daerah Kota Bitung yang telah dikirim

untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan structural teknik fungsional dan kursus-kursus yang

dapat dilihat pada tabel table berikut ini:

Tabel. Jumlah pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Bitung

yang mengikuti data struktural.

No Jenis Diklat Teknis Fungsional Jumlah pegawai yang dikirim

2010 2011 2012

1 Kursus/pelatihan 18 23 25

2 Ijin Belajar 5 6 8

3 Ujian Dinas 6 6 9

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Bitung 2013

Berdasarkan data pada diatas dapat diketahui bahwa diketahui selama 3 tahun struktural

mengalami peningkatan.

c. Pemberian Kejelasan atas Peran

Pemberian kejelasan atas peran setiap pegawai adalah merupakan sesuatu hal yang

diperlukan dalam rangka meningkatkan kerja. Penetapan kejelasan akan peran tersebut

dilaksanakan dengan menetapkan job Description serta menentukan uraian tugas bagi setiap pegawai, sehingga mereka dalam menjalankan pekerjaannya mempunyai acuan yang terperinci dan

baku. Disamping itu dengan memberikan kejelasan peran kepada pegawai dapat menghindari

terjadinya kerancuan dan ketidakjelasan tugas-tugas pegawai, yang pada akhirnya mengganggu

tercapainya tujuan organisasi.

Dari hasil wawancara dengan seorang informan staf di bidang informas kepegawaiannibu.

Evie Kambey mengenai kejelasan atas peran beliau mengatakan : Kejelasan atas peran kami staf yang diberikan oleh pimpinan BKD saya rasa berjalan dengan baik, adanya tugas pokok dan fungsi yang jelas yang tertulis memudahkan kami dalam melaksanakan pekerjaan. Hal senada dikatakan oleh kasubag Kesejahteraan Pegawai M. Salindeho, S.Sos beliau mengatakan :Pembagian Kerja di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bitung saya nilai sudah cukup baik, terlihat dengan lancarnya pekerjaan yang dilakukan tanpa ada keluhan perbenturan pekerjaan.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian kejelasan peran

(16)

tersebut dengan adanya perincian fungsi dan tugas pokok dari setiap bagian serta adanya pembagian

pekerjaan oleh atasan kepada stafnya.

2. Prestasi Kerja Pegawai Di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bitung

Berkenaan dengan yang penulis kemukakan mengenai prestasi kerja, maka yang penulis

gunakan dalam mengukur prestasi kerja adalah kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu. Tetapi

dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak mengadakan pengukuran disebabkan penelitian ini adalah

penelitian kualitatif.

Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa pendapat pegawai terhadap pemberian motivasi

yang dilakukan oleh atasan, terbukti dengan pernyataan beberapa informan staf yang ada di BKD

Kota Bitung salah satunya Bpk. Berthy Pondaag beliau mengatakan : Atasan kami (kepala dinas) cukup sering memberikan kami motivasi dalam bekerja seperti mengunjungi kami di meja hanya untuk menanyakan pekerjaan yang kami lakukan, hal ini cukup memberikan kami motivasi kami dalam bekerja juga pimpinan memberikan penghargaan bagi yang berprestasi dan hukuman pada yang melakukan pelanggaran.

a. Kuantitas Hasil Pekerjaan

Dalam melihat prestasi kerja maka yang dapat dilakukan adalah dengan mengungkapkan

sejauhmana pengaruh pemberian motivasi, peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan atas

peran dapat meningkatkan jumlah hasil pekerjaan yang dapat diselesaikan. Untuk memberikan

gambaran tentang apakah selama ini jumlah dihasilkan (kuantitas) sesuai dengan yang ditargetkan

penlusi mewawancarai informan seorang staf di bagian informasi kepegawaian bapak Jerry

mengatakan : Dengan adanya upaya pemberian motivasi, peningkatan kemampuan dari penetapan kejelasan atas peran dapat mempengaruhi bertambahnya hasil penyelesaian pekerjaan yang ada oleh kami sebagai staf dalam menjalankan tugas kami selalu mencapi target kami seperti pembuatan laporan-laporan, surat-surat dan tugas lainnya yang diberikan oleh atasa. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bpk. Yosua W. Staf Bidang Kepemimpinan Dimana pegawai terbantu

sekali dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi kewajiban dan tanggungjawab dengan tujuan

agar pekerjaan yang dapat diselesaikan bisa lebih banyak.

b. Kualitas hasil pekerjaan

Prestasi kerja juga diukur dari kualitas hasil pekerjaan atau mutu yang dihasilkan dalam

penyelesaian tugas. Berdasarkan wawancara kepada kepala Badan Kepegawaian dan Pelatihan

(17)

kinerja yang mereka tunjukkan melalui laporan baik lisan maupun tulisan kepada saya, sebagian besar bekerja dengan baik, walaupun tidak dapat dipungkiri ada beberapa tugas yang berjalan tidak sempurna. Untuk meningkatkan kualitas pekerjaan pegawai kami melakukan arahan, motivasi dan pengawasan.

c. Ketepatan Waktu

Peningkatan kemampuan juga dapat mendorong penyelesaian tugas tepat pada waktunya

dengan mengikuti Diklat Bendahara Pegawai khususnya bendahara lebih mengerti hal-hal yang

berhubungan dengan perbendaharaan. Sehingga pegawai dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan

petunjuk atau aturan yang telah ditentukan. Dan pengetahuan di bidang keuangan bertambah

dengan adanya Diklat tersebut. Dimana dengan demikian pegawai dapat menyelesaikan tugas

tersebut tepat pada waktunya dan tidak ada tunggakan.

B. PEMBAHASAN

1. Upaya-Upaya Peningkatan Prestasi Kerja a. Pemberian Motivasi

Berdasarkan wawancara diatas menunjukkan upaya peningkatan prestasi kerja pegawai

melalui pemberian motivasi telah dilaksanakan dengan cukup baik oleh Badan Kepegawaian.

Pemberian insentif kepada pegawai yang berhak menerima perlakuan secara rutin dan sedetail serta

tepat waktu. Hal ini sedikit banyak mendorong pegawai untuk lebih kreatif, sehingga pekerjaan

yang lebih dapat dihasilkan mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

Selain penghargaan Badan Kepegawaian juga telah menetapkan hukuman berupa sanksi

terhadap pegawaian melakukan pelanggaran baik kategori berat maupun ringan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian insentif negatif (hukuman)

mempunyai dua manfaat yaitu pertama dapat memotivasi pegawai untuk disiplin dan tidak

melanggar peraturan yang ada serta yang kedua dengan adanya disiplin pegawai akan menunjang

peningkatan hasil kerja yang lebih baik, hal ini berarti juga bahwa prestasi kerja pegawai

meningkat.

Sehubungan dengan hal tersebut Badan Kepegawaian dalam mengangkat pegawai untuk

menduduki suatu jabatan tetap memperhatikan beberapa persyaratan yang ada seperti kemampuan

pegawai, pangkat atau golongan, senioritas, serta pendidikan dan latihan penjenjangan. Disamping

itu secara prosedural juga dibentuk Tim Dewan Kepangkatan yang diketuai oleh sekretaris

Wilayah/Daerah. Selain pemberian insentif dan pengangkatan dalam jabatan struktural, upaya lain

yang ditempuh oleh Badan Kepegawaian adalah melakukan mutasi pegawai. Mutasi atau

kepindahan pegawai adalah salah satu cara untuk memotivasi pegawai untuk bekerja lebih kreatif.

(18)

Upaya kedua yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian dalam meningkatkan prestasi kerja

pegawai adalah dengan meningkatkan kemampuan pegawai, yang meliputi pengiriman pegawai

untuk mengikuti pendidikan latihan penjenjangan baik struktural maupun fungsional, pengiriman,

pegawai untuk mengikuti kursus-kursus dan penataran, pengiriman tugas belajar serta belajar serta

pemberian ijin belajar kepada pegawai.

mengirimkan pegawai dari setiap Badan Kepegawaian adalah mengirimkan pegawai dari

setiap bagian secara bergantian.

c. Penetapan Kejelasan atas Peran

Data hasil wawancara dan pengamatan langsung pada objek studi dapat dinyatakan bahwa

penetapan kejelasan atas peran yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian telah dilakukan dengan

baik. hal ini terbukti telah disusunnya Peraturan Walikota Kota Bitung Nomor 42 Tahun 2012,

Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Bitung,

yang mengatur tentang tugas dan fungsi setiap pemimpin dapat diatur dan ditetapkan sehingga

keseluruhan potensi yang ada dapat dicurahkan untuk mengerjakan tugasnya secara maksimal,

sehingga berdampak bahwa pekerjaan yang dihasilkan

bisa optimal.

2. Prestasi Kerja Pegawai a. Kuantitas Hasil Pekerjaan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerjaan yang dihasilkan dapat

lebih meningkat dengan adanya penetapan kejelasan atas peran. Selain itu diketahui bahwa seluruh

pegawai memberikan tanggapan positif terhadap pemberian motivasi, peningkatan kemampuan dan

penetapan kejelasan atas peran dalam mempengaruhi kuantitas atau jumlah pekerjaan yang

dihasilkan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah yang dihasilkan dapat

dipengaruhi oleh pemberian motivasi, peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan pekerjaan

atas peran.

b. Kualitas Hasil Pekerjaan

Prestasi kerja juga diukur dari kualitas hasil pekerjaan yaitu mutu yang dihasilkan. Dimana

berdasarkan hasil wawancara dengan kepala BKD menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan

kualitas atau mutu pekerjaan yang dihasilkan. Hal ini didorong dengan pemberian motivasi,

peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan atas peran yang dilakukan selama ini. Hal

tersebut juga disampaikan oleh beberapa orang staf upaya-upaya tersebut dalam meningkatkan

kualitas hasil pekerjaan. Ternyata hampir seluruh pegawai memberikan tanggapan bahwa

(19)

peningkatan kualitas hasil pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan kualitas hasil pekerjaan

dapat dipengaruhi oleh adanya upaya-upaya yang dilakukan Badan Kepegawaian tersebut.

c. Ketepatan Waktu

Selain dari kedua tersebut diatas prestasi kerja pegawai dapat diukur dengan ketepatan

waktu dalam menyelesaikan pekerjaan, dimana berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid

Pembinaan yang menerangkan bahwa penyelesaian pekerjaan telah dilaksanakan tepat pada

waktunya. Hal ini didorong dengan adanya pemberian motivasi peningkatan kemampuan dan

penetapan kejelasan atas peran. Hal serupa juga disampaikan oleh beberapa orang staf yang hamper

seluruhnya memberikan tanggapan positif terhadap pengaruh pemberian motivasi, peningkatan

kemampuan dan kejelasan atas peran terhadap ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan dapat dipengaruhi

oleh pemberian motivasi peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan atas peran.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan setelah menganalisanya, maka berikut ini

penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Upaya yang dilakukan oleh BKD Kota Bitung dalam rangka meningkatkan prestasi kerja

pegawai terdiri dari :

a. Pemberian motivasi yang diusahakan dengan pemberian insentif dan hukuman.

b. Peningkatan kemampuan pegawaian dengan cara mengirimkan pegawai untuk mengikuti

pendidikan dan latihan struktural.

c. Dengan cara pemberlakuan pembagian tugas kepada masing-masing pegawai.

2. Keadaan aparatur/pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bitung secara umum mempunyai

prestasi kerja baik. Hal ini didasarkan pada hasil pekerjaan yang baik dan didasarkan pada waktu

penyelesaian pekerjaan adalah sesuai dengan waktu yang ditetapkan merupakan hasil yang

positif dari upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah dalam rangka

meningkatkan prestasi kerja pegawai.

3. Prestasi kerja yang baik ini juga didukung dengan adanya daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan

sebagai evaluasi mengenai pelaksanaan tugas seorang pegawai yang bersangkutan mempunyai

prestasi kerja yang baik/tidak. Dengan demikian daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat

(20)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam rangka meningkatkan kerja pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bitung maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai, pengirim pegawai untuk mengikuti diklat struktural diutamakan mereka yang telah memegang jabatan/mereka yang lebih senior baik dari segi kepangkatan serta masa kerja. Sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial di antara pegawai. Disamping itu agar persyaratan untuk menduduki suatu jabatan benar-benar terpenuhi.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Dharma, Agus. 1985.Management Prestasi Kerja. Jakarta: CV. Rajawali.

Dwi, S.B., Awif dan Marwan Asri. 1986.Pengelolaan Karyawan. Yogyakarta: BPFZ. Ghufron, Ahmad. 1991.Management Kepegawaian. Jakarta: Kanisius.

Handoko, T., Hani. 1999.Manajemen Personalia dan SDM. Yogyakarta: BPFE. Handoko, 1986Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung

Hasibuan, S.P. 1987.Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah. Jakarta: CV. Gunung Agung. Jiwanto, Gumawan. 1985.Manajemen Personalia dan SDM. Yogyakarta: BPFE.

Kartasasmita, G. 1996.Pengembangan SDM. Bitung: BPFIA.

Manullang. 1984.Management Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Moekijat. 1995.Manajemen Personalia dan SDM. Bandung: CV. Mandar Mangu. Mussanef. 1992.Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung. Nainggolan, H. 1987.Pembinaan PNS. Jakarta: PT. Pertija.

Nawawi, Hadari, dan Mimi, Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rao, T.V. 1996.Penilaian Prestasi Kerja Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka Binawan Presindo. Saleh, K., Wantjik. 1994. PP. No. 14 Tahun 1994 Tentang Pendidikan dan Latihan Jabatan PNS.

PP No. 45 Tahun 1994 Tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural. PP No. 16 Tahun 1994 Tentang Jabatan Fungsional PNS. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sarwoto, 1996.Efektivitas Organisasi, Jakarta Erlangga.

Seotomo. 1985.Dasar-Dasar terhadap Research. Bandung: Tarsito University Press. Siagian, Sondang, P. 1989.Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara.

Siagian, Sondang. 1997.Organisasi, Kepemimpinan & Perilaku Administrasi. PT. Gunung Agung; Jakarta.

Steers, Richard, M. 1985. Efektifitas Organisasi. Diterjemahkan oleh Magdalina. Jakarta : Erlangga. Surachmad, Winarto. 1985.Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito.

Gambar

Tabel. Jumlah pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Bitung

Referensi

Dokumen terkait

Dari wawancara dengan pegawai BKD dapat terlihat tanggapan informan terhadap Proses Inovasi yang menjelaskan bahwa Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Minahasa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Kepemimpinan Komunikasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota

Hal tersebut membuat diklat yang diberikan menjadi sia-sia.9 Dalam membangun kapasitas, Badan Kepegawaian Daerah Provinsi melakukan dengan Pengembangan pegawai yang terdiri

Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung terus berupaya untuk menurunkan pelanggaran disiplin pegawai melalui sosialisasi sehingga sampai dengan tahun 2015 dapat melampaui target

Badan Kepegawaian Daerah Kota Palopo dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor : 04 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Pengaruh pemberian penghargaan terhadap disiplin kerja pegawai di Badan Kepegawaian Pengembangan Aparatur Daerah Provinsi Gorontalo memberikan pengaruh yang sangat

Bahwa kompensasi, komitmen, konflik, dan lingkungan kerja secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah

Menyadari akan hal tersebut maka sangat diperlukan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat.Upaya yang